Anda di halaman 1dari 9

ELEKTROKIMIA

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Elektrokimia memiliki banyak kegunaan yang penting untuk kehidupan sehari-hari.
Diantaranya membuat senyawa lain, seperti unsur logam, halogen, gas hidrogen, dan gas
oksigen. Contohnya pada elektrolisa larutan NaCl. Cara itu untuk mengetahui konsentrasi ion
logam dalam larutan. Kegunaan lainnya yaitu melapisi permukaan suatu logam dengan logam
yang lain.
Mahasiswa teknik kimia harus memahami teori yang berkaitan dengan proses elektrolisis.
Banyak aplikasi elektrolisis seperti elektroplating, elektrorefining, dan juga elektrowinning. Oleh
karena itu, mahasiswa teknik kimia perlu melakukan percobaan elektrolisis, seperti menentukan
berat Cu yang menempel pada katoda setelah proses elektrolisis.

1.2. Tujuan Percobaan


1. Menentukan berat Cu yang menempel pada katoda setelah proses elektrolisis.
2. Menentukan kadar Cu2+ dalam larutan sisa elektrolisis dengan menggunakan metode
titrasi iodometri.

1.3. Manfaat Percobaan


1. Mahasiswa mampu menentukan berat Cu yang menempel pada katoda setelah proses
elektrolisis.
2. Mahasiswa mampu menentukan kadar Cu2+ dalam larutan sisa elektrolisis dengan
menggunakan metode titrasi iodometri.
ELEKTROKIMIA

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengertian Elektrokimia


Elektrokimia mempelajari reaksi-reaksi yang disertai perpindahan elektron. Pada proses
ini energi kimia diubah menjadi energi listrik atau sebaliknya. Elektrokimia secara umum terbagi
dalam dua kelompok, yaitu sel galvani dan sel elektrolisis. Sel Galvani (sel Volta) merupakan sel
elektrokimia yang dapat menghasilkan energi listrik yang disebabkan oleh terjadinya reaksi
redoks yang spontan. Sedangkan elektrolisa adalah proses peruraian suatu elektrolit yang
disebabkan oleh adanya arus listrik searah. Dalam percobaan ini digunakan larutan CuSO4.5H2O
sebagai elektrolitnya. Pada larutan CuSO4.5H2O tidak terbentuk endapan tembaga sulfit sehingga
proses ini menunjukan proses pengolahan yang bersih, sederhana dan sangat baik
untukmengambil kembali tembaga yang mempunyai kemurnian tinggi yaitu sekitar 99%.
Pada sel elektrolisa terjadi proses pelucutan ion-ion bermuatan. Selama proses
berlangsung, arus listrik mengalir melalui elektrolit, memberikan energi yang cukup untuk
menjalankan reaksi oksidasi dan reduksi. Ion-ion yang bermuatan bergerak, setelah arus listrik
mengalir dalam elektrolit. Ion positif bergerak ke elektroda negatif (katoda) dan ion negatif
bergerak ke elektroda positif (anoda). Saat ion-ion bermuatan saling bersinggungan dengan
elektroda akan terjadi reaksi elektrokimia. Pada elektroda positif, ion negatif melepaskan
elektron dan teroksidasi. Pada elektroda negatif, ion positif menangkap elektron dan tereduksi.

2.2.Reaksi pada proses Elektrolisis


Reaksi reaksi pada proses elektrolisis merupakan reaksi reversibel dan merupakan reaksi
redoks. Pada katoda berlangsung reaksi reduksi dan pada anoda berlangsung reaksi oksidasi.
Pada percobaan ini, sebagai katoda digunakan batang tembaga dan sebagai anoda digunakan
grafit. Elektrolitnya adalah larutan CuSO4.5H2O.
Reaksi yang terjadi:

CuSO4 ↔ Cu2+ + SO42- (1)

2H2O ↔ 2H+ + 2OH- (2)

Anoda 2OH- ↔ H2O + ½ O2 +2e- (3)


ELEKTROKIMIA

Katoda Cu2+ + 2e- ↔ Cu (4)

CuSO4 +H2O ↔ Cu + 2H+ + SO42- + ½ O2 (5)

Berdasarkanpersamaan reaksi diatas, pada larutan akan tinggal asam sulfat, pada anoda
akan terbentuk gas O2 dan logam Cu akan menempel pada katoda.
Untuk analisa larutan sisa elektrokimia digunakan metode titrasi iodometri. Metode ini
dilakukan untuk mengetahui kadar Cu2+ yang masih tersisa dalam larutan.

Reaksi :

2 Cu2+ + 4I- → 2 CuI +I2 (6)

I2 + S2O32- → 2 I- + S4O62- (7)

I2 + I- → I3- (8)

Amilum (A) + I3- → AI3- (Biru) (9)

2.3.Faktor - faktor yang mempengaruhi proses elektrokimia


 Arus listrik
Semakin besar arus listrik maka elektrokimia akan berlangsung lebih cepat karena proses
penghantaran ion-ion dalam larutan ke katoda lebih cepat.
 Konsentrasi larutan
Konsentrasi larutan akan mempengaruhi jumlah ion-ion yang terdapat dalam larutan, sehingga
konsentrasi yang semakin tinggi akan mempercepat proses elektrokimia.
 Suhu
Semakin tinggi suhu menyebabkan konduktivitas larutan semakin besar sehingga dapat
mempercepat hantaran arus listrik dari anoda menuju katoda sehingga akan mempercepat proses
elektrokimia.
 Waktu
Semakin lama waktu untuk melakukan proses elektrokimia maka semakin banyak pula kation
yang akan tereduksi dan menempel pada katoda.
ELEKTROKIMIA

2.4.Deret Volta
Susunan unsur-unsur logam berdasarkan potensial elektroda standarnya disebut deret
elektrokimia atau deret volta.
Li K Ba Ca Na Mg Al Mn Zn Cr Fe Cd Co Ni Sn Pb (H) Cu Ag Hg Pt Au

Mudah mengalami oksidasi (Reduktor) Mudah mengalami reduksi (oksidator)

Gambar 2.1 Deret Volta

Semakin ke kiri sifat reduktor semakin kuat artinya logam mampu mereduksi ion-ion di sebelah
kanannya tetapi tidak mampu mereduksi ion di sebelah kirinya dan logam semakin reaktif
(semakin mudah melepas elektron).

2.5.Aplikasi Proses Elektrokimia


 Elektroplating
Yaitu proses pelapisan suatu logam dengan logam lain dengan cara elektrolisis
Prinsipnya:
1. Katoda sebagai logam yang dilapisi
2. Anoda sebagai logam pelapis
3. Menggunakan elektrolit garam dari logam anoda
Contohnya :
- Pelapisan Tembaga-Nikel-Khrom
 Elektrorefining
Yaitu cara mendapatkan logam dengan kemurnian yang tinggidari bijih logam dengan kemurnian
yang sudah cukup tinggi.
 Elektrowinning
Yaitu untuk mendapatkan logam dengan kemurnian yang tinggi dari logam yang kadarnya
rendah.

2.6.Hukum Faraday
Dalam sel volta maupun sel elektrolisis terdapat hubungan kuantitatif antara jumlah zat
yang bereaksi dan muatan listrik yang terlibat dalam reaksi redoks.
ELEKTROKIMIA

Hukum Faraday menyatakan bahwa massa yang dihasilkan dalam suatu sistem sel
elektrolisis berbanding lurus dengan muatan listrik yang mengalir dalam sel tersebut. Besarnya
muatan listrik yang terjadi dalam sel merupakan hasil antara kuat arus yang dialirkan dengan
lamanya waktu elektrolisis. Pernyataan ini merupakan prinsip dasar Hukum Faraday yang dapat
dijelaskan sebagai berikut :
1. Massa zat yang dihasilkan atau melarut selama elektrolisis berbanding lurus dengan
jumlah muatan listrik yang melalui sel elektrolisis.
2. Massa zat yang dihasilkan berbanding lurus dengan massa ekuivalennya untuk jumlah
listrik yang sama.
Secara aljabar Hukum Faraday dapat diformulasikan sebagai berikut :
𝑒𝑥𝑖𝑥𝑡
𝑊=
𝐹
W = massa zat (gram)
e = massa ekuivalen
i = kuat arus (ampere)
t = waktu (sekon)
F = tetapan Faraday (96.500 Coulomb)
ELEKTROKIMIA

BAB III

METODE PRAKTIKUM

3. 1. Bahan dan Alat yang Digunakan


3.1.1. Bahan
1. CuSO4.5H2O
2. KI
3. Na2S2O3
4. Amilum
5. Aquadest
3.1.2. Alat:
1. Tangki elektrokimia
2. Batang tembaga
3. Grafit
4. Voltmeter/ Amperemeter
5. Adaptor
6. Magnetic stirrer

3. 2. Gambar Rangkaian Alat

Gambar 3.1. Rangkaian Alat Elektrolisis

Keterangan: 1. Tangki elektrolisis


2. Katoda (batang tembaga)
3. Anoda (grafit)
ELEKTROKIMIA

4. Adaptor, Amperemeter, Voltmeter

Gambar Rangkaian Alat Titrasi

Keterangan :

1. Klem
2. Statif
3. Buret
4. Erlenmeyer

Gambar 3.2. Rangkaian Alat Titrasi

Data Yang Diperlukan


1. Konsentrasi larutan CuSO4.5H2O
2. Volume titran Na2S2O3 sebelum dan sesudah proses elektrolisa
3. Berat katoda sebelum dan sesudah proses elektrolisa

3.3.Prosedur Percobaan
1. Isi tangki elektrolisis dengan 500 ml larutan CuSO4.5H2O
2. Letakkan katoda dan anoda pada tangki dengan posisi yang permanen. Hubungkan
anoda dengan kutub positif dan katoda dengan kutub negatif penyearah arus
3. Alirkan arus bertegangan rendah(besar arus bisa divariasi) dan jalankan pengadukan
dengan perlahan-lahan
4. Ketika mencapai waktu yang telah ditentukan (waktu elektrolisa bisa divariasi)
hentikan pengadukan dan arus listrik, ambil katoda. Selanjutnya cuci katoda, keringkan
dan timbang. Analisa cairan sisa elektrolisa dengan metode titrasi iodometri untuk
mengetahui kandungan Cu2+ yang masih tersisa
ELEKTROKIMIA

Keterangan
Variabel berubah : arus listrik, waktu elektrolisis, konsentrasi.

3.4. Analisa Hasil

Ambil 5 ml cairan sisa hasil elektrolisis, masukkan dalam erlenmeyer dan selanjutnya tambahkan
3 ml larutan KI X% berat. Tutup mulut labu erlenmeyer dengan gelas arloji kecil dan biarkan
selama 5 menit di tempat yang gelap agar reaksi berlangsung dengan sempurna. Selanjutnya cuci
tutup gelas arloji dengan aquadest dan masukkan air cucian dalam erlenmeyer, kemudian titrasi
larutan tersebut dengan larutan Na2S2O3 sampai warna larutan berubah menjadi kuning.
Selanjutnya tambahkan 3 tetes indikator amilum ke dalam campuran dan dititrasi lagi dengan
Na2S2O3 sampai warna biru tepat hilang (putih susu) .

3.5.Cara Perhitungan

𝑀−𝑀0
1. X1 = 𝑀𝐶𝑢

Keterangan :

X1 = konversi massa

M = berat katoda setelah proses elektrolisa

M0 = berat katoda sebelum proses elektrolisa

MCu = berat tembaga dalam cairan mula mula

V0. N−V.N 𝑉0 −𝑉
2. X2 = =
𝑉0 .𝑁 𝑉0

Keterangan :

X2 = konversi volume

V0 = volume larutan Na2S2O3 sebelum dielektrolisis

V = volume larutan Na2S2O3 setelah dielektrolisis

N = normalitas larutan Na2S2O3


DAFTAR PUSTAKA

Badger, W.Z. dan Bachero, J.F., ”Introduction to chemicalEngineering”,International student


edition, Mc Graw Hill Book Co.,
Kogakusha, Tokyo.Daniels, F.,1961, “Experimental Physical Chemistry”,6thed., Mc Graw Hill
book.,Kogakusha, Tokyo.
Seran, Laurensius E. 2012. Hukum Faraday. Fakultas Sains dan Matematika,Universitas Negeri
Malang.

Anda mungkin juga menyukai