Anda di halaman 1dari 15

1

NAMA : MOCHAMMAD PRAYOGY


PAPUTUNGAN
NIM : 16.01.243
PEMBIMBING UTAMA : IMRAWATI S.Si, M.Si, Apt
PEMBIMBING PERTAMA : Drs. H. SAHIBUDDIN A. GANI. Apt

BAB I
PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang


Radikal bebas merupakan atom atau molekul yang mempunyai
satu atau lebih elektron yang tidak berpasangan di orbit luarnya. Radikal
bebas dapat timbul dari proses metabolisme dalam tubuh dan dapat juga
berasal dari lingkungan, seperti pencemaran udara, bahan kimia dari
makanan, air, alkohol, rokok, radiasi UV dan sebagainya.Untuk
mengantisipasi kerusakan akibat radikal bebas tersebut maka tubuh
memerlukan suatu substansi penting, yaitu antioksidan yang mampu
menangkap radikal bebas ( Francine,1996 Cit. Magi A 2017).
Antioksidan dapat berupa antioksidan sintetis maupun antioksidan
alami. Antioksidan sintesis banyak dimanfaatkan dalam industri makanan
dan minuman, tapi beberapa hasil penelitian telah menunjukkan bahwa
antioksidan sintetis mempunyai efek samping yang tidak diinginkan yaitu
berpotensi sebagai karsinogen terhadap efek reproduksi dan metabolisme
(Swantara dan I Made, 2011. Cit. Hernani dan Rahardjo, 2005), sehingga
senyawa antioksidan alami perlu untuk terus diteliti dan dikembangkan.
Daun akar laka merupakan tanaman yang dimanfaatkan oleh
masyarakat khususnya daerah Maluku Utara di Galela dan akar laka
sebagai obat penyembuh luka, baik luka dalam maupun luka luar yang
terbuka. Negara Thailand menggunakan akar laka (Dalbergia parviflora)

2
sebagai pegobatan ekspektorant, sakit perut, menormalkan menstruasi
dan sebagai tonik darah (Umehara et al, 2009).
Berdasarkan uraian di atas peneliti akan melakukan penelitian
tentang uji aktivitas antioksidan dari ekstrak etanol daun laka (Dalbergia
palviflora) dengan metode DPPH (2,2 diphenyl-1-picrylhydrazyl) dan ABTS
(2,2 azinobis (3-etilbenzotiazolin)-6-asam sulfonat).
I.2 Rumusan Masalah
Apakah Estrak Etanol Daun Akar Laka (Dalbergia palviflora)
memiliki aktivitas antioksidan?
I.3 Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui aktivitas
antioksidan dari estrak daun akar laka (Dalbergia palviflora) dengan
metode DPPH (2,2 diphenyl-1-picrylhydrazyl) dan ABTS (2,2 azinobis (3-
etilbenzotiazolin)-6-asam sulfonat).
I.4 Manfaat Penelitian
Diharapkan dari penelitian ini diperoleh data ilmiah tentang daun
akar laka (Dalbergia palviflora) sebagai antioksidan.

BAB III
METODE PENELITIAN

III.1 Jenis penelitian


Jenis penelitian yang digunakan dalah penelitian eksperimen
III.2 Waktu dan Tempat Penelitian

3
Penelitian dilakukan di Laboratorium Kimia Farmasi Sekolah Tinggi
Ilmu Farmasi Makassar pada bulan agustus 2017 sampai selesai
III.4 Pelaksanaan Penelitian
III.4.1 Sampel Penelitian
Sampel daun akar laka di ambil dari Desa Roko, Kecamatan
Galela Barat, Kabupaten Halmahera Utara, Propinsi Maluku
Utara.
III.4.2 Alat dan Bahan
Alat–alat yang digunakan antara lain : bejana maserasi,
cawan porselin, gelas ukur, beaker gelas, erlenmeyer, labu
terukur 5ml, vial, micropipet, rotary evaporator,
spektrofotometri, UV-Vis, timbangan analitik,
Bahan-bahan yang digunakan antara lain : daun laka
(Dalbergia palviflora), etanol 70%, air suling, vitamin C,

kloroforom, DPPH, Asam Klorida, , kloroform, Magnesium,

asam asetat anhidrat, n-heksan, reagen Dragendrof, reagen


Mayer, Amonia, Asam Sulfat dan Metanol.
III.4.3 Cara Kerja
III.4.3.1 Pembuatan Ekstrak Daun Laka
1. Pengumpulan dan pengolahan sampel
Daun akar laka kemudian dicuci dengan air
mengalir, kemudian dikeringkan, pengeringan
dilakukan dengan cara di angin aginkan sampai daun
menjadi kering. Simplisia yang telah kering disortasi
dan diserbukan.
2. Pembuatan Ekstrak Daun Laka
Simplisia sebanyak 1 kg diekstraksi
mengunakan pelarut etanol 70% sebanyak 7,5 liter
dengan cara metode maserasi. Simplisia dimasukan
kedalam wadah maserasi kemudian ditambahkan

4
pelarut secukupnya untuk proses pembasahan lalu
didiamkan selama 15-30 menit. Sisa pelarut
ditambahkan hingga semua simlisia terendam
sempurna kemudian didiamkan ditempat yang
terlindung dari cahaya matahari selama 3 hari dan
diaduk setiap 12 jam lalu disaring. Residu dimaserasi
kembali (remaserasi) dengan pelarut yang sama
seperti sebelumnya sebanyak tiga kali. Filtrat
dikumpulkan hingga diperoleh ekstrak kental (Atun,
2014).
III.4.3.2 Uji Fitokimia
1. Identifikasi Alkaloid
Ekstrak dicampur dengan 5 ml kloroforom dan 5 ml
amonia kemudian dipanaskan, dikocok dan disaring.
Asam sulfat 2 N sebanyak 5 tetes ditambakan pada
masing-masing filtrat, kemudian kocok dan diamkan.
Bagian atas dari masing-masing filtrat diambil dan
diuji dengan pereaksi Mayer, dan Dragendorf.
Terbentuknya endapan jingga, cokelat, dan putih
menunjukan adanya alkaloid (Harbone, 1987).
2. Identifikasi Steroid/Triterpenoid
Ekstrak sebanyak 1 ml dicampur dengan 3 ml
kloroforom atau 3 ml etanol 70 % dan ditamba 2 ml
asam sulfat pekat dan 2 ml asam asetat anhidrat.
Perubahan warna dari unggu ke biru atau hijau
menunjukan adanya senyawa steroid dan
terbentuknya warna kecoklatan antar permukaan
menunjukan adanya senyawa triterpenoid (Harbone,
1987).
3. Identifikasi Flavanoid

5
Ekstrak sebanyak 1 ml dicampur dengan 3 ml

etanol 70% lalu dikocok, dipanaskan, dan dikocok lagi


kemudian disaring. Filtrat yang diperoleh ditambakan
serbuk Magnesium 0,1 g dan 2 tetes asam klorida
pekat. Terbentuknya warna merah pada lapisan
etanol menunjukkan adanya flavanoid (Harbone,
1987).

4. Identifikasi Saponin
Ekstrak dimasukan ke dalam tabung reaksi, air panas
sebanyak 10 ml ditambahkan, dinginkan dan
kemudian dikocok kuat-kuat selama 10 detik. Positif
mengandung saponin jika terbentuk buih setinggi 1-10
cm selama tidak kurang dari 10 menit dan pada
penambahan 1 tetes asam klorida 2 N, buih tidak
hilang (Harbone, 1987).
5. Identifikasi Tanin

Ekstrak sebanyak 1 ml sampel didihkan dengan 20

ml air atas penagas air, lalu disaring. Filtrat yang


diperoleh ditambah beberapa tetes (2-3 tetes) FeCl 3
1% dan terbentuknya warna coklat kehijawan atau
biru kehitaman menunjukkan adanya tanin (Harbone,
1987).

III.4.3.3 Pembuatan Sediaan Uji


1. Pembuatan larutan stok sediaan uji
Sebanyak 100 mg estrak daun akar laka dilarutkan dalam
etanol 70% p.a dalam labu tentukur 100 ml ( larutan stok
kosentrasi 1000 ppm). Kemudian di encerkan dengan variasi

6
kosentrasi 10 ppm, 20 ppm, 30 ppm, 40 ppm, 50 ppm
mengunakan etanol 70 % p.a.
2. Pembuatan Larutan Kontrol Positif ( Vitamin C)
Pembuatan Larutan stok 1000 ppm disiapkan dengan cara
menimbang 50 mg vitamin C murni dan dilarutkan dengan
metanol absolut, volume akhir dicukupkan hingga 50 ml labu
ukur.buatan larutan pembanding
3. Pembuatan larutan stok DPPH
DPPH ditimbang sebanyak 0,01577 g, dilarutkan dengan
etanol dicukupkan volumenya dengan etanol p.a hingga 100
mL dalam labu ukur (Molyneux, 2004).
4. Pembuatan larutan stok ABTS
Larutan a Ditimbang 0,007101 mg ABTS, dilarutkan dalam 5
ml aquadest. Diinkubasi selama 12 jam. Larutan b Ditimbang
3,500 mg K2S2O8, dilarutkan dalam 5 ml aquadest. Diinkubasi
selama 12 jam. dicampur dalam ruang gelap dan cukupkan
volumenya dengan etanol absolut 25 ml.
III.4.3.4 Pengukuran Aktivitas Antioksidan dengan Metode DPPH
1. Pengukuran Aktivitas Pengikatan DPPH dengan Masing-
Masing Ekstrak daun Akar Laka
Masing-masing konsentrasi Ekstrak Etanol Daun Akar Laka
sebanyak 1 mL, ditambahkan 1 mL larutan pereaksi DPPH,
ditambahkan sampai 5 mL dengan etanol p.a pada labu ukur,
dimasukkan dalam vial kemudian dikocok. Campuran
dihomogenkan dan dibiarkan 30 menit, diukur
denganspektrofotometri UV-Vis.Besarnya aktivitas antioksidan
dihitung dengan rumus:

Aktivitas antioksidan = x 100%

(Molyneux, 2004).
2. Pengukuran Serapan Larutan Blanko DPPH

7
Larutan DPPH dipipet sebanyak 1 mL dan dicukupkan
volumenya sampai 5 mL dengan etanol p.a dalam labu ukur.
Larutan ini kemudian diukur absorbansinya dengan
Spektrofotometri UV-Vis (Molyneux, 2004).
3. Pengukuran Aktivitas Pengikatan DPPH dengan Vitamin C
Masing-masing konsentrasi vitamin C dipipet sebanyak
1 mL, ditambahkan 1 mL larutan DPPH, dicukupkan volumenya
sampai 5 mL dengan etanol p.a, serapan diukur dengan
spektrofotometri UV-Vis.
III.4.3.5 Pengukuran Aktivitas Antioksidan Dengan Metode ABTS
1. Pengukuran Serapan Larutan Blanko ABTS
Larutan ABTS dipipet sebanyak 1 ml dan dicukupkan
volumenya sampai 5 ml dengan etanol absolut dalam labu
terukur. Larutan ini kemudian diukur dengan spektrofotometri
UV-Vis .

2. Pengukuran Aktivitas Pengikatan Radikal bebas ABTS


dengan Sampel
Larutan stok sampel ekstrak daun akar laka 1000 ppm
dipipet masing-masing 50 μl, 100 μl, 150 μl, 200 μl dan 250 μl,
campuran ditambah 1 ml larutan ABTS lalu dicukupkan
volumenya sampai 5 ml dengan etanol absolut sehingga
diperoleh larutan dengan konsentrasi 10 ppm, 20 ppm, 30 ppm,
40 ppm dan 50 ppm. Selanjutnya dihomogenkan lalu diukur
serapan dengan spektrofotometri UV-Vis.

rumus :

Daya antioksidan = x 100 %

3. Pengukuran Aktivitas Pengikatan Radikal bebas ABTS


dengan vitamin C murni

8
Pengujian dilakukan dengan memipet masing-masing 50 μl,
100 μl, 150 μl, 200 μl dan 250 μl dari larutan stok vitamin C murni
1000 ppm, campuran ditambah 1 ml larutan ABTS lalu dicukupkan
volumenya sampai 5 ml dengan etanol absolut sehingga diperoleh
larutan dengan konsentrasi 10 ppm, 20 ppm, 30 ppm, 40 ppm
dan 50 ppm. Selanjutnya dihomogenkan lalu serapan diukur
dengan spektrofotometri UV-Vis.
III.4.4 Variabel Penelitian
1.Variabel bebas : ekstrak etanol daun laka
2.Variabel terikat : aktivitas antioksidan
III.4.5 Pengumpulan dan Analisis Data
Presentase pengikatan DPPH dan ABTS yang dihasilkan
ekstrak etanol daun laka,larutan blanko, dan larutan vitamin C
sebagai pembanding, dihitung persen perendamen dan
hargamelalui analisis probit dan regresi linear untuk mendapatkan
kekuatan aktivitas anti oksidan.

III.4.6 Jadwal Penelitian


Periode Waktu
Tahap Kegiatan
6 7 8 9 10 11 12
Persiapan Studi
Pustaka
Seminar

9
Skripsi I
Orientasi
Penelitian
Ekstraksi
Pengujian
aktivitas
antioksidan
Pelaksanaan
daun akar
laka
(Dalbergia
palviflora)
Analisis
Data
Penulisan
Skripsi
Penyelesaian Seminar
Skripsi II
Ujian
Tugas
Akhir

DAFTAR PUSTAKA
Atun, S. 2014. Metode Isolasi dan Identifikasi Struktur Senyawa Organik
Bahan Alam. Jurnal Konservasi Cagar Budaya Borobudur. 8(2)

Francine, 1996. Zat Gizi Antioksidan Penangkal Senyawa Radikal Pangan


Dalam Sistem Biologis, Prosiding Seminar Senyawa Radikal dan
Sistem Pangan, Reaksi Biomolekular, Dampak Terhadap
Kesehatan dan Penangkalan.

Mangunwardoyo, W., Cahyaningsih, E., Usia, T. 2009. Ekstrak sidan


Identifikasi Senyawa Antimikroba Herba Meniran
(Phyllanthusniruri L.).Universitas Indonesia. Jakarta.

10
Molyneux, P., 2004. The Use of The Stable Free Radical Diphenyl
picrylhydrazyl (DPPH) for Estimating Antioxidant Activity. Journal
of Science and Technology. 26(2)

Rahimah, S. Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak Metanol Bunga Brokoli


(Brassica Oleracea L. Var. Italica) Dengan Metode Dpph (2,2
Diphenyl-1-Picrylhydrazyl) Dan Metode Abts (2,2 azinobis (3-
etilbenzotiazolin)-6-asam sulfonat). ‘Skripsi’, S.Farm., Sekolah
Tinggi Ilmu Farmasi Makassar

Rohkyani, I, 2015, Aktivitas Antioksidan dan Uji Organoleptik Teh Celup


Batang dan Bunga Kecombrang Pada Variasi Suhu
Pengeringan. ‘Skripsi’, S.Pd., Universitas Muhammadiyah,
Surakarta. Cit. Muchtadi, Deddy, 2013, Antioksidan dan Kiat
Sehat di Usia Produktif. Alfabeta, Bandung.

Swantara, IMD., I Made, OAP, 2011. Kajian Senyawa Antioksidan Pada


Rumput Laut dari Pantai Sekitar Bali. The Excellence Research
Universitas Udayana, Bali. Cit. Hernani dan Rahardjo, M., 2005,
Tanaman Berkhasiat Antioksidan, Penebar Swadaya, Jakarta.

Umehara, K., Nemoto, K., Matsushita, A., Terada, E., Monthakantirat, O.,
De-Eknambul, W., et al. 2009.Flavanoids from the Heartwood of
the Thai Medicinal Plant DalbergiaParviflora and Their Effects on
Estrogenic-Responsive Human Breast Cancer Cells.American
Chemical and American Society of Pharmacognosy. Japan

Yanthi, A.D., 2014, Isolasi dan Identifikasi Senyawa Marker Pada Rebung
Bambu Kuning (Bambusa vulgaris Schrad), Universitas
Muhammadiyah Prof.DR.Hamka. Jakarta.

11
Lampiran 1. Skema Kerja Pembuatan Ekstrak etanol daun akar laka
(Dalbergia parviflora)

Sampel (daun akar laka)

- Penyiapan sampel
1. Pengumpulan sampel
2. Sortasi basah
3. Pencucian
4. Perajangan
5. Pengeringan
6. Sortasikering
- Dimaserasi dengan etanol 70% selama 72 jam.
- Disaring

Filtrat Residu

12
- Diremaserasi dengan etanol (1 x 24 jam)
selama 3 hari
- Disaring

Filtrat Residu
- Diuapkan

Ekstrak kental

Uji fitokimia
Identifikasi Alkaloid
Identifikasi Steroid/Triterpenoid
Identifikasi Flavanoid
Identifikasi Saponin
Identifikasi Tannin

13
Lampiran 2. Skema Kerja Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak Etanol

Daun Akar Laka Dengan Metode DPPH

Estrak Etanol Daun Akar Laka (1000 ppm)

50 µl 100 µl 150 µl 200 µl 250 µl

Masing-masing ditambakan 1 ml dari setiap


konsentrasi + 1 ml DPPH dicukupkan volumenya
sampai 5 ml dengan etanol p.a. dan dihomogenkan

10 ppm 20 ppm 30 ppm 40 ppm 50 ppm

Pembacaan absorbansi sisa ABTS


dengan spektrofotometer UV-Vis pada
panjang gelombang 515 nm

Absorbansi

Analisis Data

14
Lampiran 3. Skema Kerja Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak Etanol
Daun Akar Laka Dengan Metode ABTS

Estrak Etanol Daun Akar Laka (1000 ppm)

50 µl 100 µl 150 µl 200 µl 250 µl

Masing-masing ditambakan 1 ml dari setiap


konsentrasi + 1 ml ABTS dicukupkan volumenya
sampai 5 ml dengan etanol p.a. dan dihomogenkan

10 ppm 20 ppm 30 ppm 40 ppm 50 ppm

Pembacaan absorbansi sisa ABTS


dengan spektrofotometer UV-Vis pada
panjang gelombang 515 nm

Absorbansi

Analisis Data

15

Anda mungkin juga menyukai