Anda di halaman 1dari 6

Geologi Regional Kulon Progo

 Geomorfologi
Kulon Progo merupakan bagian dari zona Jawa Tengah bagian selatan,
yaitu zona plato. Bagian utara dan timur Kulon Progo ini dibatasi oleh dataran
pantai Samudera Indonesia dan bagian barat laut berhubungan dengan
Pegunungan Serayu Selatan. Berdasarkan relief dan genesanya, wilayah
kabupaten Kulon Progo dibagi menjadi beberapa satuan morfologi, yaitu :
a. Satuan Pegunungan Kulon Progo
Satuan ini memanjang dari selatan ke utara dan menempati bagian
Daerah Istimewa Yogyakarta, yang meliputi kecamatan Kokap,
Girimulyo dan Samigaluh dengan kemiringan lereng sekitar 15o-16o
b. Satuan Perbukitan Sentolo
Satuan ini penyebaran sempit, karena terpotong oleh Sungai Progo yang
memisahkan wilayah kabupaten Bantul dan Kabupaten Kulon Progo,
meliputi kecamatan Pengasih dan Sentolo dengan ketinggian antara 50-
150 m dpal dengan kelerengan sekitar 15o
c. Satuan Teras Progo
Terletak di sebelah utara satuan Perbukitan Sentolo dan di sebelah
timur pegunungan Kulon Progo yang meliputi kecamatan Nanggulan,
Kalibawang, terutama di wilayah tepi Kulon Progo.
d. Satuan Dataran Aluvial
memanjang dari barat-timur yang meliputi kecamatan Temon, Wates,
Panjatan, Glur. Satuan ini didominasi oleh sawah dan pemukiman.
e. Satuan Dataran Pantai
Satuan ini masih dapat dibagi menjadi 2, yaitu:
 Sub satuan Gumuk Pasir
Sub Satuan ini tersebar di sepanjang pantai selatan Yogyakarta,
yaitu pantai Glagah dan Congot. Pantai Glagah juga merupakan
tempat bermuaranya sungai Progo dan Serang yang membawa
material sedimen. Sehingga di sini banyak ditemukan gumuk-
gumuk pasir hasil endapan sedimen dari darat dan laut yang
dibantu oleh energy angin.
 Sub Satuan Dataran Aluvial Pantai
Sub satuan ini terletak di sebelah utara satuan gumuk pasir
dengan sumber materialnya berasal dari gumuk pasir yang
terbawa oleh angin.
 Stratigrafi

Secara stratigrafi, daerah kulon progo jika diurutkan dari formasi yang
paling tua ke muda terdiri dari Formasi nanggula, kemudian terendapkan secara
tidak selaras litologi Formasi Jonggaran dan Formasi Sentolo.

1) Formasi Nanggulan
Nanggulan merupakan formasi tertua di Kulon Progo,dimana formasi ini
terletak di desa Nanggulan yang berada di kaki sebelah timur
pegunungan Kulon Progo. Litologi penyusun formasi ini terdiri dari
Batupasir dengan sisipan Lignit, Napal pasiran, Batulempung dengan
konkresi Limonit, sisipan Napal dan Batugamping, Batupasir dan Tuf
serta kaya akan fosil foraminifera dan Moluska, dengan ketebalan sekitar
30 meter. Menurut Marks (1957), Formasi Nanggulan dapat dibagi
menjadi 3 Anggota yang secara statigrafi dari bawah ke atas adalah :
 Anggota Axinea (Axinea Beds)
Anggota axinea terletak paling bawah dengan ketebalan mencapai
40 meter, dimana memiliki tipe penciri laut dangkal dengan
litoogi penyusunnya terdiri dari batupasir interkalasi Lignit,
kemudian tertutup oleh batupasir dengan kandungan fosil
Pelcypoda yang cukup melimpah, dan Axinea dunkeri Boetgetter
yang dominan.
 Anggota Yogyakarta (Yogyakarta Beds)
dengan litologi penyusun berupa Napal pasiran, serta batuan dan
lempung dengan konkresi yang bersifat gampingan, formasi ini
terendapkan secara selaras di atas axinea beds dengan ketebalan
sekitar 60 meter. Formasi ini banyak terdapat fosil gastropoda
dengan fosil penciri Nummulities Djogjakartae.
 Anggota Discocyclina (Discocyclina Beds)
Lapisan ini memiliki ketebalan 200 meter dengan menumpang
selaras di atas anggota yogyakarta yang tersusun batuan napal
dan batugamping berselingan dengan batupasir dan serpih.
Semakin ke atas, kandungan foraminifera planktonik yang
melimpah dengan fosil penciri Discocyciina omphalus. Formasi
Nanggulan memiliki kisaran umur antara Eosen Tengah sampai
Oligosen Atas (Hartono, 1969, vide Wartono Raharjo dkk, 1977).
2) Formasi Andesit Tua

Terdiri dari breksi andesit, tuff, aglomerat dan sisipan aliran lava andesit.
Kepingan tuff napalan yang merupakan hasil rombakan dari lapisan yang
lebih tua dijumpai di kaki gunung mudjil, di dekat bagian bawah formasi
ini. Terletak secara tidak selaras di atas formasi nanggulan dnegan
ketebalan sekitar 500 m. Litologinya hasil proses vulkanisme gunung api
purba yang disebut sebagai Gunung Api Andesit Tua oleh Van Bemmelen
(1949). Gunung api tersebut antara lain Gunung Menoreh di bagian utara,
Gunung Gajah yang berada di bagian tengah pegunungan, dan Gunung Ijo
yang berada di bagian selatan Pegunugan Kulon Progo.

3) Formasi Jonggrangan
Tersusun oleh konglomerat, napal tufan, dan batupasir gampingan
dengan kandungan Moluska serta batulempung dan sisipan lignit di
bagian bawah. Di bagian atas komposisinya batu gamping berlapis dan
batugamping koral. Ketebalan lapisan ini antara 250-400 berumur
miosen bawah-tengah dan terletak secara tidak selaras di atas formasi
Kebo Butak.
4) Formasi Sentolo

Litologi penyusun formasi ini terdiri dari Aglomerat dan Napal yang
berada di bagian paling bawah, semakin ke atas berubah menjadi
Batugamping berlapis dengan fasies neritik. Di sini juga ditemukan
batugamping koral yang letaknya setempat dengan umur sama dengan
formasi jonggrangan. Berdasarkan pengamatan fosil Globigerina insueta
yang dijumpai di bagian bawah menunjukkan umur yang mewakili zona
N8 atau Miosen Bawah oleh Darwin Kadar (1975, vide Wartono Rahardjo,
dkk, 1977)

5) Endapan Aluvial dan Gugus Pasir


Tersusun oleh kerakal, pasir, lanau, dan lempung sepanjang sungai yang
besar dan dataran pantai. Aluvial sungainya sendiri berdampingan
dengan aluvial hasil rombakan material vulkanik.
6) Endapan Vulkanik Merapi Tua

Terusun oleh lelehan lava dan breksi anglomerat, andesit dan basalt yang
mengandung olivin. Vulkanik Merapi Tua berdasarkan metode C-14
berumur antara 43590 sampai 2870 sebelum tahun 1950.

7) Endapan Vulkanik Merapi Muda


Tersusun oleh material hasil rombakan endapan merapi Tua berupa
endapan pasir, tufa, dan breksi yang terkonsolidasi lemah. Berdasarkan
metode C-14 berumur sekitar 1700 sampai 340 sebelum tahun 1950
8) Formasi Sleman
Tersusun oleh material hasil rombakan materialvulkanik merapi dengan
litologi penyusun berupa pasir dan kerikil diselingi bongkah-
bongkah. Formasi ini dari utara ke selatan semakin tebal.
9) Formasi Yogyakarta-Wates
Komponen penyusun formasi ini berupa material lepas produk Gunung
Merapi Tua dan Merapi Muda dengan penyebaran di bagian timur
pegunungan Kulon Progo dengan kenampakan morfologi berupa daratan.
 Struktur Geologi

Struktur yang berkembang di daerah ini dibagi menjadi 2 macam, yaitu


struktur dome dan unconformity.

1. Struktur Kubah (Dome) dan ketidak selarasan (Unconformity)

Pegunungan Kulon Progo merupakan sebuah dome (kubah) besar yang


memanjang ke arah barat daya – timur laut sepanjang 32 km dan melebar ke
arah tenggara – barat laut selebar 15 – 20 km. Pada kaki selatan Gunung
Menoreh dapat ditemukan sinklinal dan sebuah sesar dengan arah barat – timur
yang memisahkan Gunung Menoreh dengan Gunung Ijo serta pada sekitar zona
sesar. Pada batasan antara Eosen atas dari Formasi Nanggulan dengan Formasi
Andesit Tua yang berumur Oligosen terdapat ketidakselarasan
berupa disconfirmity

Daftar Pustaka

Van Bemmelen, R.W..1970. The Geology of Indonesia, volume 1. A.Haque.


Netherlands

http://wachidgeologist.wordpress.com/2012/05/16/geologi-regional-
pegunungan-kulon-progo/ (diakses 28 September 2014 pukul 20.00 WIB)

http://geologitfugm.blogspot.com/2012/11/geologi-regional-kulon-
progo_13.html (diakses 28 September 2014 pukul 20.00 WIB)

Anda mungkin juga menyukai