Anda di halaman 1dari 58

REFERAT

Clinical Neuroanatomy Made Ridiculously


Simple

Pembimbing
dr. Octavianus Darmawan, M.Biomed. Sp.S

Presentan
Erviana 2016-061-107
Ricky Nathaniel Tanuwijaya 2017-0601-0006
Gary Ali 2017-0601-0011

Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Saraf


Fakultas Kedokteran Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya
Periode 19 Maret 2018 – 21 April 2018

Bab 1

Organisasi Umum

Sistem saraf pusat termasuk :


 Cerebrum
 Cerebellum
 Batang otak
 Saraf tulang belakang
 Struktur disekitar batang otak dan cerebrum (Diencephalon dan basal ganglia)
Impuls elektrofisiologi berjalan melalui dendritik ke sel badan dan akson. Impuls ini
mengandung informasi yang kemudian akan diubah secara kimia agar dapat disalurkan ke
neuron berikutnya melalui koneksi yang dikenal dengan sinaps. Hubungan komunikasi antar
neuron disebut juga sebagai pathway.
Di dalam sistem saraf pusat, kumpulan pathway disebut sebagai traktus, fasikulus,
pedunkulus, atau lemniskus. Diluar sistem saraf pusat, kumpulan pathway disebut sebagai nerves
(contoh, saraf perifer yang menghubungkan antara sistem saraf pusat dengan kulih, otot, dan
beberapa organ sistem lainnya).

Terdapat 31 pasang saraf tulang belakang dan 12 pasang saraf kranial.

 Saraf servikal dari C1-C7 keluar sesuai tulang belakangnya


 Saraf servikal C8 unik karena tidak memiliki tulang belakang yang sesuai
 Saraf thorakal dari T1-T12 keluar dibawah urutan tulang belakangnya
 Saraf tulang belakang lebih pendek dari kolom tulang belakang sehingga saraf tulang
belakang ekstensi secara kaudal saat meninggalkan saraf tulang belakang.
 Saraf tulang belakang berakhir pada L2 tetapi saraf L2-S5 lanjut secara kaudal yang
disebut sebagai cauda equina (Ekor Kuda)
Cerebrum dibagi menjadi 4 lobus :
 Frontal  Occipital
 Parietal  Temporal

Keempat hal tersebut juga dibagi lagi menjadi :


 Tonjolan (Girus)
 Indentifikasi (Sulkus dan Fisura)
Batang otak terdiri atas 3 bagian :
 Otak tengah
 Pons
 Medulla

Letak pons terjepit dengan clivus, regio tulang yang menyerupai sebuah
seluncur yang merupakan ekstensi ke foramen magnum, lubang pada dasar tulang
tengkorak dimana saraf tulang belakang dapat menjadi batang otak.
Terkadang batang otak herniasi ke foramen magnum. Ini merupakan kondisi
klinis yang serius karena secara umum dapat menyebabkan perbedaan tekanan antara
kranial dan celah spinal.

BAB 2
Suplai darah, meninges, dan cairan spinal

Terdapat dua pasang arteri yang menyuplai darah ke otak yaitu dua arteri
karotis interna dan dua arteri vertebral
Berdasarkan suplai darah, otak dapat dibagi menjadi dua yaitu bagian depan
dan belakang yang dipisahkan dengan garis imajiner yang terdapat pada gambar
diatas. Arteri karotis interna mensuplaui darah ke otak bagian depan, sehingga jika
terjadi penyumbatan pada arteri karotis interna, akan terjadi kelemahan dan baal pada
bagian tubuh yang kontralateral terhadap sumbatan yang terjadi. Sumbatan pada arteri
vertebral akan menyebabkan penurunan pengelihatan, pusing, dan masalah lainnya
Arteri karotis interna terbagi menjadi tiga yaitu arteri serebral anterior, arteri
serebral tengah, dan arteri serebral posterior. Arteri serebral posterior mensuplai darah
untuk semua serebrum dibawah garis imajiner. Arteri serebral tengah mensuplai darah
untuk seluruh serebrum bagian lateral diatas garis imajiner. Arteri serebral anterior,
mensuplai bagian medial cerebrum diatas garis imajiner.
Bagian atas dari serebrum mengatur ekstremitas bawah, sehingga jika terjadi
sumbatan pada arteri serebral anterior akan menyebabkan kelemahan dan baal pada
ekstremitas bawah. Sumbatan pada arteri serebral tengah akan menyebabkan
kelemahan dan baal pada bagian atas tubuh.

Arteri vertebral akan bertemu dan bergabung menjadi arteri basiler pada pons
dan akan berpisah menjadi arteri cerebral posterior. Sumbatan pada arteri basiler pada
bagian yang dekat dengan pertemuan kedua arteri cerebral posterior akan
menyebabkan kebutaan total, namun jika sumbatan terjadi pada arteri vertebral,
deficit yang terjadi sangatlah ringan atau tidak terdapat deficit karena suplai darah
masih dapat dibantu dengan arteri vertebral yang lain.
Berbeda dengan arteri pada umumnya, arteri otak tidak memiliki pembuluh
vena yang spesifik. Pembuluh vena otak langsung terhubung dengan sinus dural

Selaput otak terdiri dari tiga bagian yaitu pia, arachnoid, dan dura. Pia adalah
lapisan yang tipis, terdapat banyak pembuluh darah dan menempel pada otak.
Arachnoid adalah lapisan avascular yang terdapat diantara pia dan dura. Dura
merupakan lapisan yang tebal, kuat, dan menempel pada tengkorak. Membrane dura
terdiri dari dua lapis jaringan ikat dan ditengahmya terdapat sinus. Tiga sinus utama
pada otak antara lain: 1) sinus sagittal superior tempat drainase dari cairan serebro
spinal. 2) sinus kavernosus tempat drainase darah dari mata. 3) sinus transversus yang
dekat dengan telinga. Darah dari otak akan keluar melalui vena jugular interna.
Pada bagian dalam otak dan spinal cord terdapat ruang kosong yang disebut
ventrikel. Dinding dari ventrikel memiliki pelksus koroideus yang menghasilkan
cairan serebrospinal. Cairan serebrospinal mengalir dari kedua ventrikel lateral ke
ventrikel ketiga, lalu masuk ke ventrikel keempat dan akhirnya keluar dari otak.
Setelah keluar dari otak, cairan serebrospinal memasuki ruang subarachnoid lalu
masuk ke sinus sagittal superior.
Cairan serebrospinal mengalir bebas di ruang subarachnoid. Perdarahan sub
arachnoid biasa disebabkan karena adanya bocornya aneurisma di regio Willis. Gejala
yang dirasakan adalah nyeri leher dan nyeri punggung yang berat. Pada pungsi lumbal
akan didapatkan darah yang menandakan perdarahan sub arachnoid.
Perdarahan subdural terjadi karena adanya robekan pada bridging vein yang
menghubungkan otak dan sinus dural. Pada perdarahan epidural, darah berkumpul
antara lapisan dura dan tulang. Perdarahan subdural dan perdarahan epidural dapat
menekan otak dan menyebabkan kerusakan pada otak.
Jika terjadi sumbatan pada arteri di otak maka dapat terjadi infark yang dapat
merusak otak. Jika sumbatan terjadi pada arteri carotid interna dapat menyebabkan
infark luas pada otak. Sumbatan pada arteri kecil yang berasal dari regio Willis dapat
menyebabkan infark pada kapsula interna sehingga menyebabkan deficit yang tidak
kalah parah.
BAB 3 

Spinal Cord 

Spinal cord  terdiri dari area sentral  grey matter  (badan sel dan sinapsis) dan

area   perifer  white   matter  (fiber   jalur   afferen   dan   efferent).   Sisi   kontralateral

menyilang   pada   bermacam­macam   jalur   dan   juga   lokasi   jalur   diantara   area  white

matter dapat terjadi.

Gambar 1. Anatomi Spinal Cord
Gambar 3. Klasifikasi Sistem Sensoris Afferen

Gambar 2. Klasifikasi Sistem Sensoris Afferen

Terdapat 3 klasifikasi sistem sensoris yang masuk ke spinal cord:

1. Nyeri – suhu

Jalur untuk nyeri­suhu: masuk ke spinal cord, langsung menyilang saat masuk

spinal cord ke setengah sisi berlawanan dari corda kemudian naik ke thalamus di sisi

yang berlawanan dari saat masuk spinal cord pertama kali baru kemudian ke korteks

serebri. Lesi positif traktus spinothalamikus menyebabkan hilangnya sensasi nyeri­

suhu kontralateral, di bawah level lesi.
2. Proprioseptif – stereognosis & vibrasi

Dibagi menjadi 2: sadar & tidak sadar.

 Jalur yang sadar
 Terhubung dengan thalamus dan korteks cerebri sehingga kita dapat

mendeskripsikan   (contoh:   posisi   tungkai).   Jalur   untuk   propiosepsi   dan

stereognosis  (& persepsi terhadap  getaran)  secara awal tetap berada  di sisi

ipsilateral dari spinal cord saat dia masuk. 
Setelah  itu  baru kemudian  menyilang  pada  nukleus  cuneatus  (berisi

informasi proprioseptif bagian atas yang lebih dekat dengan otak) dan nucleus

gracilis (berisi informasi proprioseptif dari tubuh bagian bawah) yang disebut

juga dengan  posterior columns. Lesi pada posterior columns menyebabkan

turunnya proprioseptif saat sadar  dan stereognosis (sensasi vibrasi) ipsilateral,

dibawah level lesi.
Ekstensi dari area motorik korteks cerebral turun melewati batang otak

dan melewati di level yang sama dengan medial lemniscus (jembatan batang

otak dan spinal cord) kemudian baru menyebrang. 
Jalur kortikospinal sinapsis di anterior horn (motor grey matter) yang

disebut   UMN   (upper  motor   neurons),   diluar   level   itu   adalah   LMN   (lower

motor neurons). 

Lesi   pada   UMN   dan   LMN   memiliki   manifestasi   paralisis   namun

dengan karakteristik berbeda. 

UMN LMN
Paralisis spastik Paralisis flaccid
Atrofi otot signifikan (­) Atrofi otot signifikan (+)
Fasikulasi & Fibrilasi (­) Fasikulasi & Fibrilasi (+)
Hiper­reflex (+) Hipo­reflex (+)
Refleks Babinski bisa (+) / (­) Refleks Babinski (­)

 Jalur tidak sadar
Disebut   juga   dengan   jalur   spinocerebellar,   terhubung   dengan

cerebellum   yang   membuat   kita   dapat   berjalan   dan   melakukan   aktifitas

kompleks tanpa perlu berpikir sendi mana yang sedang fleksi atau ekstensi.

Jalur   ini   merupakan   jalur   ipsilateral,   tidak   seperti   jalur­jalur  spinal

cord  yang lain.  Terdapat  tiga  koneksi  utama  antara  cerebellum  dan batang

otak: cerebellar peduncles superior, middle, dan inferior yang koneksi dengan

midbrain,   pons,   dan   medulla.   Jalur   spinocerebellar   masuk   cerebellum   via

peduncles superior dan inferior.
Gambar 4. Proprioseptif

3. Sentuhan ringan

Jalur   untuk   sentuhan   ringan   menggabungkan   fitur   dari   kedua   jalur   diatas.

Tetap tidak menyilang hingga mencapai level batang otak dan ½ menyilang di level

lebih rendah. Maka dari itu sentuhan ringan dapat menjadi gangguan unilateral akibat

lesi  spinal   cord  unilateral,   karena   masih   terdapat   jalur   alternatif   untuk   membawa

informasi   untuk   sisi   satunya   lagi.   Semua   jalur   sensorik   diatas   pada   akhirnya

menyilang dan terminasi di thalamus kemudian ke area sensorik dari cerebrum. 

Cross­Sectional Location of Pathways
Gambar 5. Posisi Jalur Sensorik dan Motorik Pada Cross Section

Beberapa   penyakit   mempengaruhi   area   yang   berbeda   dari  spical   cord.

Misalnya, 

A. Amytrophic   lateral   sclerosis:   dikarakterisasikan   sebagai   kombinasi   tanda

UMN & LMN: kelemahan otot, atrofi, fibrilasi, fasikulasi, dan hiper­refleks.

Lesi   meliputi   anterior   horns   (motor)   dari  grey   matter  (menyebabkan   lesi

LMN) dan traktus kortikospinalis (menyebabkan lesi UMN).
B. Tertiary   syphilis   (tabes   dorsalis):   hilangnya   proprioseptif   dan   nyeri   (iritasi

posterior   root),   mempengaruhi   ekstremitas   bawah.   Lesi   termasuk   kolum

posterior dari  white matter, dan dapat extend hingga ke  posterior roots  dan

root ganglia.
C. Anemia   pernisiosa:   hilangnya   proprioseptif   dan   kelemahan   UMN.   Lesi

meliputi kolum posterior dan traktus kortikospinalis.
D. Polio:   menyerang   sel   anterior   horn,   melibatkan   LMN   dan   menyebabkan

kelemahan, atrofi, fasikulasi, fibrilasi, dan hipo­refleks.
E. Guillain­Barre   Syndrome   /   GBS:   melibatkan   sensorik   dan   LMN   karena

keterlibatan nervus perifer. 
F. Syringomyelia: lesi pada anterior white commisure

Beberapa   kelompok   otot   juga   terpengaruhi   lebih   dari   yang   lainnya   di   lesi

UMN. Stoke cerebral hemisphere tipikal merupakan sekunder dari oklusi A. Carotid

sehingga   pasien   mengalami  decorticate   posturing  (fleksi   pergelangan   tangan   dan

sikut, ekstensi lutut dan tumit). 

Gambar 6. Dekortikasi & Deserebrasi

Sedangkan pada stoke midbrain, postur yang dihasilkan mirip (bedanya: sikut

ekstensi /  decerebrate posturing). Mekanisme ini melibatkan lesi dari jalur motorik

(ekstrapiramidal)   diluar   kortikospinal   (sistem   piramidal).   Lesi   murni   di   traktus

kortikospinal menyebabkan kesulitan pergerakan dari ekstremitas distal.

Sistem Saraf Otonom

Terdiri dari: 

1. Sistem somatik sensorik 3. Sistem viscera sensorik

2. Sistem somatik motorik 4. Sistem viscera motorik
Jalur   sistem   saraf   otonom   terdiri   dari:   sistem   somatik   motorik   dan   sistem

somatik sensorik. Fiber somatik motorik menginervasi muskulus skeletal striata. Fiber

somatik sensorik menginvervasi predominan ke kulit, otot, dan jaringan lain selain

viscera (otot jantung, otot polos, dan kelenjar). 

Nuclei visceral (otonom) motorik berlokasi diantara somatik sensorik dan area

motorik grey matter spinal cord. Hal ini diperlukan untuk mengetahui bahwa sistem

otonom terdiri dari komponen visceral sensorik dan visceral motorik. 

Terdapat perbedaan kimiawi dan fungsional dari fiber otonom:

1. Jalur saraf simpatik : fiber simpatik motorik memiliki sinapsis dekat spinal cord

2.   Jalur   saraf   parasimpatik:   fiber   parasimpatik   motorik   memiliki   sinapsis   sangat

dekat / diantara end organs.
Gambar 7. Sistem Saraf Otonom

BAB IV

Batang Otak

Dalam mengevaluasi pasien, seorang neurologist harus menanyakan


beberapa pertanyaan sebagai berikut :
 Dimana lesi tersebut
 Apakah lesi tersebut
 Apa yang dapat dilakukan untuk membantu
Hal ini penting untuk dilakukan karena dapat membantu menentukan lokasi
lesi tersebut. Hal ini dapat menunjukkan apakah lesi tersebut merupakan sebuah lesi
atau 2 lesi (lesi tersebut dapat merupakan hasil metastasis, multiple sclerosis,
malingering, histeria atau bahkan memang merupakan dari 2 buat penyakit yang
berbeda). Penting sekali untuk mengetahui lokasi lesi secara akurat karena hal
tersebut akan mempengaruhi diagnosis. Salah satu yang penting kita ketahui adalah
mengenai batang otak.
Terdapat beberapa hal yang penting kita ketahui agar mempermudah proses
pembelajaran mengenai batang otak, hal tersebut sebagai berikut :
1. Hafalkan 12 saraf kranial dan fungsinya.

2. Hafalkan gambar berikut. Berbeda dengan saraf spinal yang terdiri dari
komponen motorik dan sensorik. Saraf kranial memiliki 3 yang hanya
sensorik, 5 motorik, dan 4 saraf yang memiliki keduanya.
3. Dalam saraf tulang belakang dan batang otak, materi abu-abu (Nuclei)
terletak dekat dengan kanalis sentralis dan materi putih (long fiber tracts)
terletak lebih jauh.
4. 12 saraf kranial dan nuclei mereka dibagikan secara proportional antara
3 segmen batang otak, yaitu :
 Otak tengah : saraf kranial 1,2,3, dan 4
 Pons : saraf kranial 5,6,7, dan 8
 Medulla : saraf kranial 9,10,11, dan 12
Namun, hal tersebut tidak akurat. Hal ini dikarenakan oleh beberapa hal :
 Saraf kranial 1 tidak terletak di dalam otak tengah namun lebih
secara rostrall lebih dekat dengan diencephalon.
 Meskipun seluruh saraf kranial 5 masuk ke dalam pons, nukelus
sensoris dari saraf kranial 5 memanjang dari otak tengah ke saraf
tulang belakang.
 Nukleus saraf kranial 8 terletak tidak hanya di dalam pons namun
juga di dalam medulla
 Tempat masuk dari nukleus dan saraf kranial 7 terletak di dalam
pons dan medulla.

5. Secara umum saraf kranial keluar dari anterior ke sistem ventrikuler dan tidak
menyeberang ke daerah berlawanan ketika keluar dari batang otak. Namun hal
ini tidak berlaku untuk saraf kranial 4 yang menyeberang dan melewati batang
otak.
6. Gambar berikut menunjukkan perbedaan secara mendasar antara saraf tulang
belakang dan batang otak. Bagian tengah materi abu-abu dari saraf tulang
belakang berbentuk kolumna kontinu yang panjang, bahkan merupakan
nukleus terpanjang di dalam sistem saraf pusat. Setelah kolumna materi abu-
abu ini mencapai batang otak, hal tersebut masih terletak dekat dengan kanalis
sentralis namun kemudian secara bertahap terbagi menjadi segmen nukelus
yang terisolasi.
7. Serat saraf kranial autonomik merupakan parasimpatik semua (Saraf kranial
3,7,9, dan 10)
Bagaimana Cara Menggambar Batang Otak pada Sayatan
Melintang
Bagian rostral otak tengah (gambar 22A) menyerupai roti jahe berkepala 2
dengan 2 kancing perut. Pada sisi kaudal (gambar 22B), roti jahe tersebut
kehilangan lengan dia dan hanya memiliki sebuah kancing perut.
Pons (Gambar 22C) menyerupai bokong
Bagian rostral medulla (gambar 22D) memiliki 3 benjolan posterolateral
dan 3 benjolan anterolateral. Garis putus-putus antara benjolan membagi
medula menjadi zona somatik motorik, autonomik, dan somatik sensorik.
Bagian kaudal medulla (gambar 22E) terlihat seperti saraf tulang belakang
yang bergabung secara bertahap.

5 Saraf Motorik (Gambar 23 dan 24)


Nukleus saraf kranialis 3 terletak dengan tepat dekat dengan aqueduct.
Axon mereka keluar secara anterolateral tanpa menyeberang. Namun, nukleus
Edinger-Westphal yang membantu fungsi motorik viseral, terletak lebih dekat
ke garis tengah.

Saraf kranial 4 merupakan pengecualian mengenai peraturan tidak


menyeberang dan keluar dari anterior. Saraf tersebut keluar dari posterior dan
menyeberang pada garis tengah.
Saraf kranial 6 mengikuti aturan. Nukleus saraf tersebut terletak di pons
dekat dengan ventrikel keempat di area somatik motorik dan saraf tersebut
mengirim serat dari anterior tanpa menyeberang.
Saraf kranial 11 merupakan pendaki sosial dan sebenarnya bukan
merupakan saraf kranial. Hal ini dikarenakan saraf tersebut merupakan saraf
spinal yang secara menyeramkan melalui foramen magnum, menyentuh vagus
dan turun kembali melalui foramen jugular.
Saraf kranial 12 mengikuti peraturan dengan sempurna. Perlu diperhatikan
bahwa saraf tersebut keluar dari anterior ke inferior olivary nucleus. Saraf
kranial lainnya di medulla keluar dari posterior ke olive.

3 Saraf Sensoris
Nukleus saraf kranial 8 terletak pada area yang tepat (gambar 26). Setelah
sinapsis, serat auditori sebagian menyeberang dan pergi ke kedua inferior
colliculi (gambar 22), sinapsis kembali, memanjang sampai ke badang
geniculate medial (gambar 22), sinapsis, dan kemudian pergi ke kedua
hempisphere serebelar area auditori (gambar 52).

4 Saraf Campuran Motorik dan Sensorik (5,7,9,10)


Suatu ketika batang otak sedang mengalami dilemma. Batang otak sudah
mengetahui posisi yang diokupasi oleh nukleus visceral, namun belum
diputuskan definisi untuk kategori “visceral”. Dia sudah mengetahui bahwa
visceral diaplikasikan kepada otot polos, otot jantung, dan kelenjar. Namun, di
dalam vernacular, visceral juga disebut sebagai “gut”, traktus digestivus.
Namun bagaimana dengan faring yang mengandung otot lurik somatik namun
juga termasuk dalam traktus digestivus? Apakah faring termasuk dalam
visceral atau motorik somatik? Jika viseceral, nukleus faringeal akan termasuk
dalam segmen visceral dari batang otak. Jika motorik somatik maka akan
terletak dalam porsi motorik somatik. Tidak dapat diputuskan, maka batang
otak menaruh nukleus faringeal dan yang lain sebagai nukleus
“somatovisceral” (juga dinamakan branchiomeric) dalam area visceral namun
dalam posisi yang salah (gambar 19). Hal ini membat mereka menjadi
berbeda. Setiap dari 4 saraf campuran memiliki komponen motorik
somatovisceral yang memiliki kaitan terhadap traktus gastrointestinal (5 untuk
mengunyah, 7 untuk menggerakan bibir, 9 dan 10 untuk menelan). Meskipun
sebagian dari fungsi mereka tidak memiliki kaitan terhadap traktus
gastrointestinal, meskipun demikian batang otak menyamakan mereka semua
ke dalam kategori motorik somatovisceral.

Saraf Kranial 5
Seperti yang telah dicatat dalam gambar 26, saraf kranial 5 memiliki
komponen somatik motorik dan somatik sensorik. Nukleus motorik dari 5
merupakan struktur bundar kecil yang terbatas ke pons. Nukleus sensorik dari
5 sangat panjang sampai ke medulla dan terus berlanjut dalam posterior horn
dari saraf tulang belakang (gambar 21). Semua serat motorik dan sensorik dari
saraf kranial 5 masuk ke batang otak pada tingkat pons, sebagian serat
sensorik kemudian pergi ke medulla dan bahkan saraf tulang belakang melalui
traktus spinalis dari 5 ke sinapsis dalam nukleus sensorik 5 yang panjang.
Distribusi sensorik dari saraf kranial 5 menyerupai sebuah topeng (gambar
27). Distribusi tersebut termasuk tidak hanya kulit superficial namun juga
jaringan yang lebih dalam pada area topeng.
Proprioseptif, serat sentuhan ringan dan nyeri dari saraf trigeminal
didistribusi secara berurutan dari rostral ke kaudal (gambar 27) di dalam
batang otak.

Saraf Kranial 7
Saraf kranial 7 yang merupakan saraf fasial memiliki 4 komponen (gambar
28) :
1. Komponen somatik motorik. Saraf nakal ini mendengar bahwa ada
sebuah hubungan intim sehingga ia pergi dari ventrikel 4 dan memulai
pengembangan untuk bergerak ke arah yang berlawanan, ke batang
otak. Ketika sampai, ia baru sadar bahwa ia salah pengertian bahwa
yang dimaksud adalah 6 bukan hubungan intim.
2. Komponen visceral motorik dari saraf kranial 7
3. Komponen sensorik somatik dari saraf kranial 7 memiliki kontribusi
yang sangat sedikit, memantau sensasi sekitar telinga luar.
4. Komponen sensorik visceral dari saraf kranial 7 (mempersarafi rasa
pada daerah 2/3 anterior dari lidah) terlokasi pada area yang tepat
dalam area sensorik visceral dari batang otak. Nukleus sesorik visceral
ini sering dideskripsikan sebagai “Nucleus solitarius”. Namun, nucleus
solitarius tidak dapat disebut sebagai nukleus sensorik visceral dari 7
karena nukleus tersebut dibagikan dari saraf kranial 7,9, dan 10.

Nukleus ambiguus tidak pasti karena sulit dibedakan antara saraf kranial 9
dan 10 pada pemeriksaan. Mereka berdua berpartisipasi dalam gag reflexi dan
biasanya dideskripsikan bersama-sama dibandingkan terpisah pada saat
pemeriksaan. Tentu kita dapat membedakan dengan memeriksa bagian
posterior dari lidah atau epiglotis namun anda akan terkena muntahan.
Nukleus solitarius dan ambiguus menjadi penting ketika sedang
mengevaluasi pasien dengan vertigo, keluhan klinik yang umum. Ada 2 hal
utama yang dapat menyebabkan hal tersebut. Terkadang hal tersebut
menunjukkan disfungsi dari aparatus vestibularis dari dalam telinga.
Sedangkan yang lain merupakan hasil dari disfungsi nukleus vestibularis
dalam batang otak.Nukleus solitarius dan ambiguus terletak dekat dengan
nukelus vestibularis. Sehingga, jika ada pasien dengan tidak hanya vertigo,
namun juga terdapat gangguan rasa, menelan, atau berbicara, hal ini
meningkatkan kecurigaan lesi pada batang otak.
Saraf Kranial 9 dan 10
Seperti yang tertulis pada gambar 29 mengenai posisi dan fungsi dari saraf-
saraf tersebut.

Koneksi Sentral Saraf Kranial 5 dan 7


Saraf Kranial 5
Sama seperti komponen sensorik sadar dari saraf spinal akhirnya
menyeberang dan cenderung sinapsis saat akan menyeberang, hal ini juga
sama pada nervus trigeminus. Serat sensorik masuk ke dalam batang otak pada
tingkat pons dan kemudian, melalui traktus 5, sinaps ipsilateral sepanjang
nukleus trigeminus (gambar 27). Kemudian mereka menyilang dan
membentuk lemnisucs trigeminus. Lesi yang menghancurkan satu hemisphere
serebelar dapat mengganggu sensasi pada daerah lawan dari badan termasuk
wajah. Lesi yang menghancurkan batang otak secara teori juga dapat
mengganggu sensasi kesadaran dibawah kepala kontralateral dengan
menghancurkan lemniscus medial dan traktus spinothalamikus.

Saraf Kranial 7
Gambar 31 mengilustrasikan perbedaan klinis dampak kerusakan antara
upper motor neuron dan lower motor neuron terhadap saraf kranial 7. Jika satu
saraf kranial 7 yang menginervasi daerah satu sisi wajah terputus, maka
termasuk kelopak mata dan alis mata akan terparalisis. Dahi dari daerah yang
terpengarushi akan tampak disetrika. Mata tidak akan menutup dan akan
tampak pendataran pada lipatan nasolabial.
The Long Tracts
Jalur utama menuju batang otak seperti yang terilustrasi pada gambar 33.
Traktus kortikospinal, lemniscus medial, traktus spinotahalamicus, dan traktus
spinocerebellar merupakan yang terpenting secara klinis. Kerusakan unilateral
pada traktus corticobulbar tidak menyebabkan disfungsi yang masif karena
traktus berhubungan bilateral dengan sebagian besar nukleus saraf kranial
motorik. Jika satu traktus rusak, maka traktus lainnya masih dapat
menjalankan fungsinya. Hal penting terkait pengecualian adalah saraf kranial
7 dan 12, dimana lesi traktus corticobulbar dapat berakibat paralisis
kontralateral wajab bagian bawah. Lesi bilateral pada traktus corticobulbar
dapat menyebabkan disfungsi mendalam yang dinamakan pseudobulbar palsy.
Pasien dengan kelainan ini akan mengalami kesulitan ekspresi wajah dan
gerakan lidah, namun juga dengan mengunyah, menelan, berbicara, dan
bernafas.
BAB 5
Sistem Visual
Kerusakan pada salah satu hemisfer akan menyebabkan paralisis dan
kehilangan sensorik pada ekstremitas kontralateral. Namun lesi tersebut tidak
menyebabkan kehilangan pengelihatan dan gerakan bola mata kontralateral,
melainakan kedua mata terkena secara parsial. Kedua bola mata tidak bisa bergerak ke
kontralateral dan kedua bola mata tidak dapat melihat benda yang berada di
kontralateral.
Serabut optikus yang berada di temporal dari fovea akan berhubungan dengan
otak secara ipsilateral, sedangkan serabut yang berada di nasal dari fovea akan
berhubungan dengan otak secara kontralateral. Oleh karena itu lesi pada jaras optikus
kanan akan menyebabkan kehilangan pengelihatan sisi kiri pada kedua mata.
Fovea merupakan bagian dari retina yang paling sensitive dan terhubung
dengan lobus oksipital, sehingga jika seesorang terbentur di belakang kepala secara
kuat, orang tersebut dapat menderita skotoma sentral bilateral.

Reflex Cahaya
Tidak seperti jaras pengelihatan, jaras reflex mengikuti jaras langsung ke otak
tengah. Penyinaran pada 1 mata akan menyebabkan kedua pupil miosis
Akomodasi
Akomodasi melibatkan jalur dari cortex visual dan kembali lagi karena
cerebral cortex akan menentukan apakah objek tersebut tidak focus lalu mengirimkan
sinyal untuk memfokuskan kembali. Memfokuskan kembali terjadi dengan
merangsang otot halus dari badan siliar untuk berkontraksi sehingga merubah bentuk
lensa. Pada saat akomodasi pupil juga mengalami miosis. Kedua diatur oelh
komponen parasimpatetik dari nervus III. Sifilitik pupil merupakan keadaan dimana
pupil konstriksi pada saat akomodasi namun tidak konstriksi saat diberi rangsang
cahaya. Lesi tersebut terdapat di area pretectal dari colliculus superior

Tatapan konjugat
Kerusakan pada area motoric dari korteks serebral tidak menyebabkan
kehilangan pergerakan mata kontralateral, melainkan menghasilkan ketidak mampuan
kedua mata untuk melihat kearah kontralateral dari lesi. Jika lesi terdapat pada area
visuomotr kiri, kedua mata tidak dapat melihat kearah kanan dan matanya cenderung
untuk berdeviasi kearah kiri.

Lesi pada fasikulus longitudinal medial bilateral akan menyebabkan ketidak


mampuan kedua mata untuk melihat kearah medial namun kedua mata masih dapat
bergerak konvergen karena jaras untuk konvergen bola mata dan jaras untuk tatapan
konjugat lateral. Konvergen dan tatapan vertical melibatkan sirkuit di midbrain yang
dekat dengan kolikulus superior sehingga kesulitan untuk berkonvergen atau tatapan
vertical dapat disebabkan oleh tumor pada kelenjar pineal yang menekan batang otak
pada coliculas superior.
Nistagmus
Nistagmus adalah pergerakan mata yang seperti tremor. Jenis nistagmus yang
paling umum adalah nistagmus horizontal dimana mata bergerak perlahan ke satu arah
lalu kembali dengan cepat. Nistagmus horizontal dapat terjadi secara fisiologis
terutama bila mencoba untuk melihat ke arah yang terlalu lateral. Nistagmus vertical
selalu abnormal yang menandakan kelainan fungsi batang otak. Pendular nistagmus
adalah nistagmus dimana kecepatan gerak amta dikedua arah sama cepatnya. Hal
tersebut biasa terjadi secara kongenital atau setelah kebutaan yang lama.
Pada keadaan normal, saat air dingin diberikan pada telinga, akan terjadi
nistagmus dengan komponen lambat kearah telinga yang diberikan air dingin. Saat
pasien menjadi letargik, korteks mulai “tertidur” terlebih dahulu sehingga komponen
cepatnya menjadi lebih lemah. Pada pasien stupor, komponen cepat menghilang
sepenuhnya. Dan pada pasien koma, tidak terjadi pergerakan saat diberikan air dingin.
Tes kalor dapat mengecek paresis N. III atau N. VI. Sebagai contoh, unkus,
bagian dari lobus temporal yang berada dekat dengan N. III dapat berherniasi dan
menekan N. III menyebabkan dilatasi pupil dan tidak responsive terhadap cahaya.

Fenomena doll’s eyes adalah fenomena dimana mata pasien yang tanpa cedera
pada batang otak cenderung untuk tertinggal saat kepalanya digerakan. Asimetris atau
tidak adanya fenomena ini dapat menandakan kerusakan pada batang otak.
BAB 6
Sistem Saraf Otonom & Hipothalamus

Sistem saraf otonom adalah suatu sistem saraf yang meregulasi kelenjar, otot
polos, dan otot jantung. Terdiri dari komponen sistem saraf simpatik dan sistem saraf
parasimpatik.
Sistem saraf simpatik adalah keseluruhan sistem katabolik, mengeluarkan
energi, sebagai respon flight or fight terhadap bahaya (misalnya: meningkatkan laju
nadi, kontraksi, shunting darah ke otot dan jantung).
Sistem saraf parasimpatik adalah sistem anabolilk, mengkonversi energy
(misalnya: memperlambat laju jantung, dan mempromosi pencernaan dan absorbsi
makanan.
Tubuh sel dari fiber preganglion simpatik berada pada kolumna
intermediolateral dari spinal cord pada level spinal cord T1-L2. Sedangkan sistem
saraf parsimpatik berada pada posisi yang comparable pada level S2-S4.

Gambar 1. Simpatik

Gambar 2. Parasimpatik
Nervus kranialis III, VII, IX, dan X memiliki komponen parasimpatik berupa
konstriksi tubuh siliar dan pupil (III), menangis dan salivasi (VII), salivasi (IX), dan
vagus serta ramifikasinya (X).
Dalam rangka untuk ekstensi ke seluruh tubuh, fiber simpatik meninggalkan
spinal cord pada level T1-L2, masuk melalui ganglion paravertebral dan berjalan naik
atau turun sepanjang jalur dengan jarak terhadap sinapsisnya. Rangkaian sistem
simpatik stretches pada tubuh dengan fiber simpatik post ganglionik. Fiber
parasimpatik mencapai ke seluruh tubuh via nervus vagus.
Kedua sistem parasimpatik & simpatik memiliki 2 neuron antara perifer &

spinal cord. Sinapsis pertama


Gambar 3. Sistem Saraf Otonom
berupa kolinergik (berisi asetilkolin).
Sinapsis simpatik dapat berada pada rantai paravertebral ganglia simpatik atau jauh di
pleksus ganglion pre-vertebral.
Sinapsis parasimpatik secara tipikal berada sangat dekat dengan viscera.
Sinapsis final sistem parasimpatik berisi asetilkolin, dimana sinapsis final dari sistem
simpatik berisi noradrenalin (kec. proses berkeringat). Fungsi sekresi distimulasi oleh
fiber kolinergik
Tabel 1. Fungsi Simpatik & Parasimpatik
Struktur Fungsi Simpatik Fungsi Parasimpatik
Mata Dilatasi pupil (midriasis), (-) efek Kontraksi pupil (miosis),
signifikan Kontraksi M. Siliaris
M. Siliaris (akomodasi)
Kelenjar lakrimal (-) efek signifikan Stimulasi sekresi
Kelenjar ludah (-) efek signifikan Stimulasi sekresi
Kelenjar keringat Stimulasi sekresi (fiber kolinergik) (-) efek signifikan
Jantung – laju Meningkat Menurun
nadi
Daya kontraksi Meningkat Menurun
ventrikulat
Pembuluh darah Dilatasi / konstriksi kardiak & otot (-) efek signifikan
skeletal pembuluh darah, kontraksi
kulit & pembuuh darah GIT
Paru Dilatasi tuba bronchial Stimulasi sekresi kelenjar
bronchial
GIT Inhibisi mobilitas & sekresi Stimulasi motilitas &
sekresi
GI spinchter Kontraksi Relaksasi
Adrenal medulla Stimulasi sekresi adrenalin (fiber (-) efek signifikan
kolinergik)
Kandung kemih ? Kontraksi
Organ sex Ejakulasi Ereksi

Kedua sistem bertindak simultan, menyebabkan pengosongan involunter dari


kandung kemih & rektum (parasimpatik) sepanjang respon general simpatik. Sistem
parasimpatik memediasi ereksi penis & klitoris dan mengontrol ejakulasi.
Progresi dari ujung caudal spinal cord, 1 st mencari regio parasimpatik (S2-S4),
diikuti dengan regio simpatik (T1-L2), kemudian area parasimpatik (CN
X,IX,VII,III), kemudian ke area simpatik & parasimpatik. Dipengaruhi oleh 2 area
(anterior & posterior hipothalamus.
Hipothalamus merupakan struktur seukuran jempol, sebagai pusat kontrol
sistem otonom. Stimulasi / lesi yang diakibatkan dapat pengaruhi kontrol dari otot
polos, otot karrdiak, efek kelenjar, rasa takut, respon flight or fight, penurunan /
bertambahnya nafsu makan, fungsi seksual, dan kontrol suhu tubuh. Misalnya,
stimulasi dari hypothalamus posterior dapat menyebabkan konversi suhu tubuh dan
peningkatan suhu tubuh terhadap vasokonstriksi pembuluh darah kutaneus.
Banyak sirkuit menghubungkan hypothalamus dengan banyak area dari
korteks cerebral, batang otak, dan thalamus. Dapat disebut Papez Circuit (Sistem
Limbik) yang diyakini terlibat dalam konten emosional dari proses pikiran sadar.
Menyediakan interkomunikasi dengan hippocampus, hypothalamus, thalamus, dan
korteks cerebri. Input dari sistem olfaktori (yang juga terlibat dalam emosi). Maka,
misalnya bila kita mencium parfum di toko yang menyebabkan perubahan emosi.

Hippocampus, dibandingkan dengan komponen sistem limbik lainnya, terlibat


dalam memori jangka pendek. Sedangkan amygdala, penting dalam inisiasi respon
emosional.
Pada Wenicke’s Syndrome, yang dapat terjadi pada pasien dengan alkoholik &
denutrisi. Dapat ditemukan paralisis pergerakan mata, ataxic gait, dan gangguan status
kesadaran yang terasosiasi dengan perdarahan di hypothalamus dan region lain.

Korsakoff’s syndrome juga terjadi pada


Gambar 4. Papez Circuit (Sistem Limbik)
pasien alkoholik dan terdiri dari kehilangan
memori, kebingungan, dan berhubungan dengan lesi pada badan mammillary dan area
lain yang terkait.
Hipothalamus berada dekat dengan kelenjar pituitary. Disorder dari 1 struktur
dapat mempengaruhi struktur lainnya. Fiber dari paraventricular & supraoptic nuclei
berhubungan dengan posterior pituitary. Nucleu-nuclei ini mensekresi hormone
oxytocin dan hormone antidiuretik (vasopressin). Hormon-hormon ini di sintesa dan
ditransportasi ke dalam neuron dan dilepaskan di ujung terminal saraf pada pituitary
posterior.
Anterior pituitary tidak berisi hubungan neuronal. Melainkan, faktor pelepasan
yang dihasilkan di hypothalamus dilepaskan ke dalam sirkulasi portal dan
ditransportasi ke anterior pituitary dimana menstimulasi sel di anterior pituitary untuk
sekresi beragam hormon (hormon adrenokortikotropik, hormon thyrotrophic, hormon
somatotrophic, hormon, hormon luteinizing.

Gambar 5. Koneksi Hypothalamus & Kelenjar Pituitary


Kelainan
sistem otonom, meliputi:

1. Riley-Day Syndrome (Familial dysautonomia): penyakit diasosiasikan dengan


perubahan degeneratif di sistem saraf pusat dan sistem otonom perifer. Gejala:
penurunan lakrimasi, transient skin blotching, serangan hipertensi, episode
hiperpireksia, muntah, gangguan diskriminasi rasa, tidak sensitif terhadap nyeri,
instabilitas emosional.
2. Adiposogenital Syndrome: obesitas, perkembangan retardasi dari karakterstik
seksual sekunder, kadang (+) lesi di hypothalamus.

3. Precocious puberty: tumor hypothalamic.

4. Common Cold: elevasi suhu (pengaruh fungsi hypothalamic)

5. Tumor pituitary: (+) efek destruktif terhadap kelenjar pituitary & hypothalamus
oleh ekstensi direk (co: adenoma kromophobe, craniopharyngioma  tumor non
sekresi). Bila tumor memiliki jaringan kelenjar (co: asidofilik / basofilik adenoma 
maka, (+) efek berlawanan terhadap hipersekresi hormon pituitary.
6. Diabetes insipidus: vasopressin (hormon antidiuretik) yang meningkatkan reuptake
cairan dari ginjal. Menganggu produksinya dengan invasi dari tumor yang mengarah
ke diabetes insipidus, dengan karakteristik produksi berlebihan dari urin & rasa haus
yang berlebihan (s/d 20L/hari).

7. Horner’s syndrome: interupsi dari nervus simpatik servikal (origin sentral dari
spincal cord & batang otak) yang mengarah ke ptosis, miosis, & penurunan keringat
pada sisi wajah. Dapat juga berupa tumor pada apex paru (Pancoas tumor) yang
menginterupsi fibers dari jalur di ganglion superior servikal (bagian ganglion >>
rostral di jalur simpatik) terhadap A. Carotis. Prosedur operasi dapat dilakukan untuk
menginterupsi inervasi simpatik dari ekstremitas bawah & untuk meningkatkan
sirkulasi dari insufisiensi vaskular.

8. Hirschprung’s megacolon: absensi kongenital dari sel ganglion parasimpatik dari


dinding kolon, menyebabkan motilitas kolon yang buruk dan dilatasi kolon.

BAB VII

Cerebellum, Basal Ganglia, dan Thalamus

Secara klinis, tidak terlalu penting untuk mengetahui mengenai kerumitan


koneksi internal dari thalamus, cerebellum dan basal ganglia, dan hal-hal ini
tidak akan ditekankan lebih dalam.
Thalamus
Thalamus menyampaikan sensorik dan pusat integratif melalui koneksinya
dengan banyak daerah otak termasuk korteks serebelar, basal ganglia,
hipothalamus, dan batang otak. Thalamus sendiri mampu untuk menerima
rangsang nyeri namun tidak akurat lokalisasinya, sebagai contoh jika pasien
yang memiliki tumor dari thalamus akan mengalami “Thalamic pain
syndrome” dimana rasa nyeri tersebut akan terasa samar tanpa kemampuan
untuk mengetahui lokasi nyeri tersebut secara akurat.

Serabut Sensorik
Ascending

Batang Otak Thalamus Korteks Serebelar

Descending
Serabut Motorik

Nukleus thalamus yang penting termasuk :

1. Nukleus Ventral Posterolateral (VPL) : Jalur ascending


2. Nukleus Ventral Posteromedial (VPM) : Trigeminal lemniscus
3. Nukleus Ventral Lateral (VL) : Menerima input dari cerebellum
Cerebellum dan Basal Ganglia

Penting untuk mengerti tipe dari sindrom klinis yang mungkin terjadi pada
kedua sistem ini. Secara umum, gangguan serebelar dapat mengganggu gerakan
aktif sedangkan gangguan pada basal ganglia dapat menggaggu gerakan pasif.

Gangguan Serebelar
1. Ataxia : gangguan pada postur dan gait; cenderung untuk jatuh ke sisi
dimana terdapat lesi serebelar; koordinasi gerak yang buruk;
melampaui tujuan dalam mencapai objek (dismetria); ketidakmampuan
dalam gerakan bergantian yang cepat (disdiadokokinesia).
2. Penurunan refleks tenton pada area yang terkena
3. Asthenia : otot lebih mudah lelah dari normal
4. Tremor : biasanya merupakan intention tremor
5. Nistagmus

Gangguan Basal Ganglia


1. Parkinsonism : rigiditas; kelambatan; tremor saat istirahat; mask-like
facies; shuffling gait, berhubungan dengan degenerasi dalam basal
ganglia dan substansia nigra
2. Chorea : gerakan jerky dan tidak bermakna yang muncul secara
mendadak
3. Athetosis : menggeliat pelan, snake-like movements, terutama pada
jari-jari dan pergelangan
4. Hemiballismus : gerakan seperti memukul pada satu tangan yang
muncul secara mendadak.
BAB 8
Korteks Cerebral
Lesi pada sistem saraf akan menunjukan kelainan yang berbeda berdasarkan
lokasi lesinya. Seperti contoh jika pasien diminta untuk memakai baju, jika terjadi lesi
pada pleksus brakial kiri, tangan kiri pasien akan menjadi tidak dapat digerakan
sehingga pasien hanya akan menggunakan tangan kanannya. Dengan lesi pada
serebelar, pasien akan melakukan perintah namun degan cara yang aneh misalnya
dengan tremor. Jika terjadi lesi pada basal ganglia, akan terjadi gerakan yang tiba-tiba
dan irelevan. Jika lesi terjadi pada korteks serebral, kecuali lesi terjadi pada area
motoric dimana akan terjadi paralisis, pasien akan mengalami disfungsi yang levelnya
lebih tinggi seperti mencoba untuk memasukan kepala ke lengan baju, atau gangguan
orientasi.
Lesi pada N. X dapat menyebabkan disfungsi laring sehingga suara menjadi
serak. Jika lesi terdapat pada N. X, XII, dan VII, akan terjadi kesulitan dalam bunyi
KLM. Jika lesi terjadi pada area percakapan di korteks serebral, deficit yang terjadi
akan melibatkan percakapan yang lebih tinggi, seperti penghilangan kata, atau inklusi
atau penggunaan kata yang tidak sesuai. Pada disfungsi psikiatri, kelainannya dapat
terjadi pada pola pikir.
Lesi pada jaras pengelihatan akan menghasilkan homonymus hemianopia.
Pada lesi di area kortikal 18 dan 19 pasien dapat melihat namun tidak menyadari apa
yang dia lihat.
Disfungsu reseptif serebral yang kompleks disebut agnosia. Disfungsi motoric
serebral yang kompleks disebut apraksia. Sulit untuk membedakan apraksia dan
agnosia.
Saat fungi berbahasa mengalami kerusakan, kelainan tersebut disebut sebagai
afasia. Afasia dapat berupa sensorik (membaca atau mendengar) atau motoric
(berbicara atau menulis). Untuk afasia dapat terjadi, lesi harus terjadi pada hemisfer
yang dominan yaitu hemisfer kiri pada orang tangan kanan dan kebanyakan orang
kidal.
Gambar diatas menunjukan area afasia. Jika lesi terjadi pada bagian anterior, afasia
motoric lebig sering terjadi, karena lebih dekat dengan korteks motoric. Jika lesi
terjadi pada bagian posterior, dekat dengan korteks auditorik dan visual, akan
menyebabkan afasia sensorik. Lesi yang lebih dekat ke korteks visual akan
menyebabkan ketidak mampuan untuk membaca (aleksia) dan lesi yang lebih dekat
ke korteks auditorik akan menyebabkan ketidakmampuan untuk memahami
percakapan.
Kesulitan berbicara dapat disebabkan oleh lesi anterior dan posterior. Jika lesi terjadi
pada area yang lebih anterior, pasien cenderung untuk tidak fasih dalam berbicara.
Pada lesi yang terjadi lebih ke posterior, pasien masih fasih untuk berbicara namun
penggunaan katanya yang tidak sesuai atau campur aduk.
Lesi pada daerah afasia namun bukan di hemisfer yang dominan tidak menyebabkan
afasia, melainkan menghasilkan pasien menjadi tidak memperhatikan lingkungan kiri
secara visual maupun auditorik. Sering kali pasien menyangkal adanya deficit
neurologis walaupun terdapat hemiplegia atau kelainan lapang pandang bagian kiri.

Berikut adalah daftar area spesifik kortikal serebral dan efek pada lesi:
- Area 4: paralisis flasid yang dapat membaik sebagian setelah beberapa bulan
dan reflex Babinski positif. Spastisitas dapat terjadi jika area 6 juga ikut
terkena
- Area 8: kesulitan menggerakan mata kearah berlawanan
- Korteks frontal didepan area motoric: perubahan perilaku yang kompleks
seperti perubahan pada penilaian, cara berpikir abstrak, pembicaraan vulgar,
perilaku konyol
- Area 44, 45 (broca): afasia motoric, pasien tau apa yang mau dia katakana
namun tidak dapat untuk mengatakannya
- Area 3, 1, 2: gangguan persepsi sentuh, penekanan atau nyeri kontralateral
- Area 41, 42: lesi unilateral memiliki efek yang kecil pada pendenaran
- Area 22 (Wernicke): afasia sensorik, pasien dapat mendengar namun tidak
mengerti, dapat berbicara namun banyak kesalahan.
- Area 40: lesi pada hemisfer yang dominan menghasilkan agnosia taktil dan
proprioseptif. Diskriminasi kiri kanan juga terganggu pada pasien, apraksi
- Area 39: aleksia dan agrafia
- Area 17, 18, 19: kerusakan total akan menghasilkan kebutaan pada lapang
pandang kontra lateral. Lesi pada area 17, 18, 19 tidak menyebabkan kebutaan
namun kesulitan untuk mengenali dan mengidentifikasi benda
- Silent area dipercaya berfungsi sebagai penyimpanan memori visual dan
auditorik dan berhubungan dengan halusinasi dan mimpi. Serangan epilepsy
dari region ini dapat berhubungan dengan amnesia, halusinasi auditorik, dan
fenomena deja vu

BAB 9
Clinical Review
Prinsip umum sangat penting dalam menafsirkan bahwa lesi ada di level dari
korteks cerebri, kapsula intera, cerebellum, basal ganglia, batang otak, spinal cord,
atau nervus perifer.

Gambar 1. Dermatome

Lesi cerebellar & basal ganglia  masalah motorik, terutama kualitas gerakan
koordinasi. Basal ganglia disorders dikarakteristikan dengan gerakan awkward yang
intentional. Basal ganglia disorders lebih ke karakteristik yang tidak beralasan, tidak
dibuat, dan gerakan yang tidak terduga.
Lesi pada korteks serebral & kapsul internal, ke-2 nya menyebabkan hasil dari
defek sensorik & motorik terhadap sisi kontralateral. Mungkin akan sulit untuk
membedakan lesi pada korteks serebral dari lesi pada kapsul internal. Terdapat
disfungsi pada level lebih atas terhadap agnosia & apraxia, yang konsisten dengan lesi
korteks serebral.
 Lesi batang otak unilateral & spinal cord  defek ipsilateral & kontralateral,
 yang kemudian menyilang pada jalur tertentu.
 Lesi unilateral spinal cord  paralisis ipsilateral & kehilangan propioseptif &
nyeri-suhu kontralateral dibawah level lesi.
 Lesi unilateral batang otak  paralisis kontralateral UMN & propioseptif
kontralateral & kehilangan nyeri-suhu dibawah level kepala & defek
ipsilateral nervus kranial.
 Adanya keterlibatan nervus kranial terhadap lesi dibawah level foramen
magnum  nyeri mungkin lebih ke gangguan perifer.
 Adanya nyeri radikular sepanjang ekstremitas  lesi dibawah level foramen
magnum  nyeri mungkin lebih ke gangguan perifer.
 Adanya defek nervus kranial dari 1 sisi & defek modalitas motoric & sensorik
pada kontralateral ekstremitas  konfirmasi lesi pada level batang otak &
bukan pada korteks serebral / kapsul internal.

Kerusakan nervus perifer  defek ipsilateral motor & sensorik  lesi nervus
perifer dari kapsul internal & lesi kortikal serebral oleh adanya tanda lesi LMN &
defek motorik-sensorik sepanjang distribusi dermatom.
Dalam membedakan lesi spinal nerve root dari lesi nervus perifer,
beberapa poin harus diperhatikan. Kalau hanya satu spinal nerve root biasanya
menyebabkan sedikit atau tidak sama sekali defek motorik & sensorik karena overlap
dari distribusi radiks adjacent.
Mungkin perlu 3 / > radiks untuk menyebabkan defek motorik & sensorik
yang signifikan. Dengan pengecualian tertentu dari peta dermatom (kulit) dari variasi
spinal nerve roots yang terhadap distribusi peta muskular dari segmen spinal cord
yang sama.
Lesi radiks nervus spinal yang menyebabkan deficit yang membedakan dari
lesi plexus nervus perifer & lebih ekstensi perifer ke nervusnya.
Terdapat kosekuensi dari fakta bahwa nervus perifer adalah gabungan dari
fiber yang naik dari beberapa radiks saraf.
Gambar 2. Karakteristik Defisit Motorik & Sensorik yang Naik dari
Lesi Klasik Nervus Perifer.
Tabel 1. Gangguan Fungsi Motorik (Defek)

Radial (C5-C8) Ekstensi sikut & pergelangan tangan,


(+) wrist drop, ekstensi jari-jari pada
sendi metacarpo-phalangeal, reflex
trisep.
Median (C6-T1) Fleksi pergelangan tangan, jempol, jari
telunjuk, & jari tengah. Oposisi jempol,
pronasi lengan, kemampuan
pergelangan tangan untuk
membengkok ke arah radial, atrofi
thenar eminence.
Ulnar (C8-T1) Fleksi pergelangan tangan, jari cin-cin,
dan jari kelingking, (+) clawhand.
Oposisi jari kelingking, kemampuan
pergelangan tangan untuk
membengkok ke arah ulnar, adduksi &
abduksi jari, atrofi hypothenar
eminence.
Musculocutaneous (C5-C6) Fleksi sikut (biceps), supinasi lengan,
reflex bicep.
Axillary (C5-C6) Kemampuan untuk menggerakkan
lengan atas keluar, kedepan &
kebelakang (atrophy deltoid).
Long Thoracic (C5-C7) Kemampuan elevasi lengan keatas
horizontal (winging scapula).
Femoral (L2-L4) Ekstensi lutut, fleksi pinggul, knee
jerk.
Obturator (L2-L4) Adduksi pinggul (leg swing keluar lalu
berjalan)
Sciatic (L4-S3) Fleksi lutut & fungsi lain sepanjang
cabangnya (N. Tibial & N. Peroneal
Communis)
Tibial (L4-S3) Inversi kaki, fleksi ankle plantar, ankle
jerk
Common peroneal (L4-S2) Eversi kaki, ankle & jari-jari
dorsofleksi (high slapping e.c foot
drop). Nervus ini >> terluka.

Anda mungkin juga menyukai