Pembimbing
dr. Octavianus Darmawan, M.Biomed. Sp.S
Presentan
Erviana 2016-061-107
Ricky Nathaniel Tanuwijaya 2017-0601-0006
Gary Ali 2017-0601-0011
Bab 1
Organisasi Umum
Letak pons terjepit dengan clivus, regio tulang yang menyerupai sebuah
seluncur yang merupakan ekstensi ke foramen magnum, lubang pada dasar tulang
tengkorak dimana saraf tulang belakang dapat menjadi batang otak.
Terkadang batang otak herniasi ke foramen magnum. Ini merupakan kondisi
klinis yang serius karena secara umum dapat menyebabkan perbedaan tekanan antara
kranial dan celah spinal.
BAB 2
Suplai darah, meninges, dan cairan spinal
Terdapat dua pasang arteri yang menyuplai darah ke otak yaitu dua arteri
karotis interna dan dua arteri vertebral
Berdasarkan suplai darah, otak dapat dibagi menjadi dua yaitu bagian depan
dan belakang yang dipisahkan dengan garis imajiner yang terdapat pada gambar
diatas. Arteri karotis interna mensuplaui darah ke otak bagian depan, sehingga jika
terjadi penyumbatan pada arteri karotis interna, akan terjadi kelemahan dan baal pada
bagian tubuh yang kontralateral terhadap sumbatan yang terjadi. Sumbatan pada arteri
vertebral akan menyebabkan penurunan pengelihatan, pusing, dan masalah lainnya
Arteri karotis interna terbagi menjadi tiga yaitu arteri serebral anterior, arteri
serebral tengah, dan arteri serebral posterior. Arteri serebral posterior mensuplai darah
untuk semua serebrum dibawah garis imajiner. Arteri serebral tengah mensuplai darah
untuk seluruh serebrum bagian lateral diatas garis imajiner. Arteri serebral anterior,
mensuplai bagian medial cerebrum diatas garis imajiner.
Bagian atas dari serebrum mengatur ekstremitas bawah, sehingga jika terjadi
sumbatan pada arteri serebral anterior akan menyebabkan kelemahan dan baal pada
ekstremitas bawah. Sumbatan pada arteri serebral tengah akan menyebabkan
kelemahan dan baal pada bagian atas tubuh.
Arteri vertebral akan bertemu dan bergabung menjadi arteri basiler pada pons
dan akan berpisah menjadi arteri cerebral posterior. Sumbatan pada arteri basiler pada
bagian yang dekat dengan pertemuan kedua arteri cerebral posterior akan
menyebabkan kebutaan total, namun jika sumbatan terjadi pada arteri vertebral,
deficit yang terjadi sangatlah ringan atau tidak terdapat deficit karena suplai darah
masih dapat dibantu dengan arteri vertebral yang lain.
Berbeda dengan arteri pada umumnya, arteri otak tidak memiliki pembuluh
vena yang spesifik. Pembuluh vena otak langsung terhubung dengan sinus dural
Selaput otak terdiri dari tiga bagian yaitu pia, arachnoid, dan dura. Pia adalah
lapisan yang tipis, terdapat banyak pembuluh darah dan menempel pada otak.
Arachnoid adalah lapisan avascular yang terdapat diantara pia dan dura. Dura
merupakan lapisan yang tebal, kuat, dan menempel pada tengkorak. Membrane dura
terdiri dari dua lapis jaringan ikat dan ditengahmya terdapat sinus. Tiga sinus utama
pada otak antara lain: 1) sinus sagittal superior tempat drainase dari cairan serebro
spinal. 2) sinus kavernosus tempat drainase darah dari mata. 3) sinus transversus yang
dekat dengan telinga. Darah dari otak akan keluar melalui vena jugular interna.
Pada bagian dalam otak dan spinal cord terdapat ruang kosong yang disebut
ventrikel. Dinding dari ventrikel memiliki pelksus koroideus yang menghasilkan
cairan serebrospinal. Cairan serebrospinal mengalir dari kedua ventrikel lateral ke
ventrikel ketiga, lalu masuk ke ventrikel keempat dan akhirnya keluar dari otak.
Setelah keluar dari otak, cairan serebrospinal memasuki ruang subarachnoid lalu
masuk ke sinus sagittal superior.
Cairan serebrospinal mengalir bebas di ruang subarachnoid. Perdarahan sub
arachnoid biasa disebabkan karena adanya bocornya aneurisma di regio Willis. Gejala
yang dirasakan adalah nyeri leher dan nyeri punggung yang berat. Pada pungsi lumbal
akan didapatkan darah yang menandakan perdarahan sub arachnoid.
Perdarahan subdural terjadi karena adanya robekan pada bridging vein yang
menghubungkan otak dan sinus dural. Pada perdarahan epidural, darah berkumpul
antara lapisan dura dan tulang. Perdarahan subdural dan perdarahan epidural dapat
menekan otak dan menyebabkan kerusakan pada otak.
Jika terjadi sumbatan pada arteri di otak maka dapat terjadi infark yang dapat
merusak otak. Jika sumbatan terjadi pada arteri carotid interna dapat menyebabkan
infark luas pada otak. Sumbatan pada arteri kecil yang berasal dari regio Willis dapat
menyebabkan infark pada kapsula interna sehingga menyebabkan deficit yang tidak
kalah parah.
BAB 3
Spinal Cord
area perifer white matter (fiber jalur afferen dan efferent). Sisi kontralateral
menyilang pada bermacammacam jalur dan juga lokasi jalur diantara area white
matter dapat terjadi.
Gambar 1. Anatomi Spinal Cord
Gambar 3. Klasifikasi Sistem Sensoris Afferen
Terdapat 3 klasifikasi sistem sensoris yang masuk ke spinal cord:
1. Nyeri – suhu
Jalur untuk nyerisuhu: masuk ke spinal cord, langsung menyilang saat masuk
spinal cord ke setengah sisi berlawanan dari corda kemudian naik ke thalamus di sisi
yang berlawanan dari saat masuk spinal cord pertama kali baru kemudian ke korteks
serebri. Lesi positif traktus spinothalamikus menyebabkan hilangnya sensasi nyeri
suhu kontralateral, di bawah level lesi.
2. Proprioseptif – stereognosis & vibrasi
Dibagi menjadi 2: sadar & tidak sadar.
Jalur yang sadar
Terhubung dengan thalamus dan korteks cerebri sehingga kita dapat
ipsilateral dari spinal cord saat dia masuk.
Setelah itu baru kemudian menyilang pada nukleus cuneatus (berisi
informasi proprioseptif bagian atas yang lebih dekat dengan otak) dan nucleus
gracilis (berisi informasi proprioseptif dari tubuh bagian bawah) yang disebut
turunnya proprioseptif saat sadar dan stereognosis (sensasi vibrasi) ipsilateral,
dibawah level lesi.
Ekstensi dari area motorik korteks cerebral turun melewati batang otak
dan melewati di level yang sama dengan medial lemniscus (jembatan batang
otak dan spinal cord) kemudian baru menyebrang.
Jalur kortikospinal sinapsis di anterior horn (motor grey matter) yang
disebut UMN (upper motor neurons), diluar level itu adalah LMN (lower
motor neurons).
dengan karakteristik berbeda.
UMN LMN
Paralisis spastik Paralisis flaccid
Atrofi otot signifikan () Atrofi otot signifikan (+)
Fasikulasi & Fibrilasi () Fasikulasi & Fibrilasi (+)
Hiperreflex (+) Hiporeflex (+)
Refleks Babinski bisa (+) / () Refleks Babinski ()
Jalur tidak sadar
Disebut juga dengan jalur spinocerebellar, terhubung dengan
kompleks tanpa perlu berpikir sendi mana yang sedang fleksi atau ekstensi.
otak: cerebellar peduncles superior, middle, dan inferior yang koneksi dengan
peduncles superior dan inferior.
Gambar 4. Proprioseptif
3. Sentuhan ringan
Jalur untuk sentuhan ringan menggabungkan fitur dari kedua jalur diatas.
Tetap tidak menyilang hingga mencapai level batang otak dan ½ menyilang di level
lebih rendah. Maka dari itu sentuhan ringan dapat menjadi gangguan unilateral akibat
lesi spinal cord unilateral, karena masih terdapat jalur alternatif untuk membawa
informasi untuk sisi satunya lagi. Semua jalur sensorik diatas pada akhirnya
menyilang dan terminasi di thalamus kemudian ke area sensorik dari cerebrum.
CrossSectional Location of Pathways
Gambar 5. Posisi Jalur Sensorik dan Motorik Pada Cross Section
Misalnya,
UMN & LMN: kelemahan otot, atrofi, fibrilasi, fasikulasi, dan hiperrefleks.
Lesi meliputi anterior horns (motor) dari grey matter (menyebabkan lesi
LMN) dan traktus kortikospinalis (menyebabkan lesi UMN).
B. Tertiary syphilis (tabes dorsalis): hilangnya proprioseptif dan nyeri (iritasi
root ganglia.
C. Anemia pernisiosa: hilangnya proprioseptif dan kelemahan UMN. Lesi
meliputi kolum posterior dan traktus kortikospinalis.
D. Polio: menyerang sel anterior horn, melibatkan LMN dan menyebabkan
kelemahan, atrofi, fasikulasi, fibrilasi, dan hiporefleks.
E. GuillainBarre Syndrome / GBS: melibatkan sensorik dan LMN karena
keterlibatan nervus perifer.
F. Syringomyelia: lesi pada anterior white commisure
Beberapa kelompok otot juga terpengaruhi lebih dari yang lainnya di lesi
UMN. Stoke cerebral hemisphere tipikal merupakan sekunder dari oklusi A. Carotid
sikut, ekstensi lutut dan tumit).
Sedangkan pada stoke midbrain, postur yang dihasilkan mirip (bedanya: sikut
ekstensi / decerebrate posturing). Mekanisme ini melibatkan lesi dari jalur motorik
kortikospinal menyebabkan kesulitan pergerakan dari ekstremitas distal.
Sistem Saraf Otonom
Terdiri dari:
1. Sistem somatik sensorik 3. Sistem viscera sensorik
2. Sistem somatik motorik 4. Sistem viscera motorik
Jalur sistem saraf otonom terdiri dari: sistem somatik motorik dan sistem
somatik sensorik. Fiber somatik motorik menginervasi muskulus skeletal striata. Fiber
somatik sensorik menginvervasi predominan ke kulit, otot, dan jaringan lain selain
viscera (otot jantung, otot polos, dan kelenjar).
Nuclei visceral (otonom) motorik berlokasi diantara somatik sensorik dan area
motorik grey matter spinal cord. Hal ini diperlukan untuk mengetahui bahwa sistem
otonom terdiri dari komponen visceral sensorik dan visceral motorik.
Terdapat perbedaan kimiawi dan fungsional dari fiber otonom:
1. Jalur saraf simpatik : fiber simpatik motorik memiliki sinapsis dekat spinal cord
dekat / diantara end organs.
Gambar 7. Sistem Saraf Otonom
BAB IV
Batang Otak
2. Hafalkan gambar berikut. Berbeda dengan saraf spinal yang terdiri dari
komponen motorik dan sensorik. Saraf kranial memiliki 3 yang hanya
sensorik, 5 motorik, dan 4 saraf yang memiliki keduanya.
3. Dalam saraf tulang belakang dan batang otak, materi abu-abu (Nuclei)
terletak dekat dengan kanalis sentralis dan materi putih (long fiber tracts)
terletak lebih jauh.
4. 12 saraf kranial dan nuclei mereka dibagikan secara proportional antara
3 segmen batang otak, yaitu :
Otak tengah : saraf kranial 1,2,3, dan 4
Pons : saraf kranial 5,6,7, dan 8
Medulla : saraf kranial 9,10,11, dan 12
Namun, hal tersebut tidak akurat. Hal ini dikarenakan oleh beberapa hal :
Saraf kranial 1 tidak terletak di dalam otak tengah namun lebih
secara rostrall lebih dekat dengan diencephalon.
Meskipun seluruh saraf kranial 5 masuk ke dalam pons, nukelus
sensoris dari saraf kranial 5 memanjang dari otak tengah ke saraf
tulang belakang.
Nukleus saraf kranial 8 terletak tidak hanya di dalam pons namun
juga di dalam medulla
Tempat masuk dari nukleus dan saraf kranial 7 terletak di dalam
pons dan medulla.
5. Secara umum saraf kranial keluar dari anterior ke sistem ventrikuler dan tidak
menyeberang ke daerah berlawanan ketika keluar dari batang otak. Namun hal
ini tidak berlaku untuk saraf kranial 4 yang menyeberang dan melewati batang
otak.
6. Gambar berikut menunjukkan perbedaan secara mendasar antara saraf tulang
belakang dan batang otak. Bagian tengah materi abu-abu dari saraf tulang
belakang berbentuk kolumna kontinu yang panjang, bahkan merupakan
nukleus terpanjang di dalam sistem saraf pusat. Setelah kolumna materi abu-
abu ini mencapai batang otak, hal tersebut masih terletak dekat dengan kanalis
sentralis namun kemudian secara bertahap terbagi menjadi segmen nukelus
yang terisolasi.
7. Serat saraf kranial autonomik merupakan parasimpatik semua (Saraf kranial
3,7,9, dan 10)
Bagaimana Cara Menggambar Batang Otak pada Sayatan
Melintang
Bagian rostral otak tengah (gambar 22A) menyerupai roti jahe berkepala 2
dengan 2 kancing perut. Pada sisi kaudal (gambar 22B), roti jahe tersebut
kehilangan lengan dia dan hanya memiliki sebuah kancing perut.
Pons (Gambar 22C) menyerupai bokong
Bagian rostral medulla (gambar 22D) memiliki 3 benjolan posterolateral
dan 3 benjolan anterolateral. Garis putus-putus antara benjolan membagi
medula menjadi zona somatik motorik, autonomik, dan somatik sensorik.
Bagian kaudal medulla (gambar 22E) terlihat seperti saraf tulang belakang
yang bergabung secara bertahap.
3 Saraf Sensoris
Nukleus saraf kranial 8 terletak pada area yang tepat (gambar 26). Setelah
sinapsis, serat auditori sebagian menyeberang dan pergi ke kedua inferior
colliculi (gambar 22), sinapsis kembali, memanjang sampai ke badang
geniculate medial (gambar 22), sinapsis, dan kemudian pergi ke kedua
hempisphere serebelar area auditori (gambar 52).
Saraf Kranial 5
Seperti yang telah dicatat dalam gambar 26, saraf kranial 5 memiliki
komponen somatik motorik dan somatik sensorik. Nukleus motorik dari 5
merupakan struktur bundar kecil yang terbatas ke pons. Nukleus sensorik dari
5 sangat panjang sampai ke medulla dan terus berlanjut dalam posterior horn
dari saraf tulang belakang (gambar 21). Semua serat motorik dan sensorik dari
saraf kranial 5 masuk ke batang otak pada tingkat pons, sebagian serat
sensorik kemudian pergi ke medulla dan bahkan saraf tulang belakang melalui
traktus spinalis dari 5 ke sinapsis dalam nukleus sensorik 5 yang panjang.
Distribusi sensorik dari saraf kranial 5 menyerupai sebuah topeng (gambar
27). Distribusi tersebut termasuk tidak hanya kulit superficial namun juga
jaringan yang lebih dalam pada area topeng.
Proprioseptif, serat sentuhan ringan dan nyeri dari saraf trigeminal
didistribusi secara berurutan dari rostral ke kaudal (gambar 27) di dalam
batang otak.
Saraf Kranial 7
Saraf kranial 7 yang merupakan saraf fasial memiliki 4 komponen (gambar
28) :
1. Komponen somatik motorik. Saraf nakal ini mendengar bahwa ada
sebuah hubungan intim sehingga ia pergi dari ventrikel 4 dan memulai
pengembangan untuk bergerak ke arah yang berlawanan, ke batang
otak. Ketika sampai, ia baru sadar bahwa ia salah pengertian bahwa
yang dimaksud adalah 6 bukan hubungan intim.
2. Komponen visceral motorik dari saraf kranial 7
3. Komponen sensorik somatik dari saraf kranial 7 memiliki kontribusi
yang sangat sedikit, memantau sensasi sekitar telinga luar.
4. Komponen sensorik visceral dari saraf kranial 7 (mempersarafi rasa
pada daerah 2/3 anterior dari lidah) terlokasi pada area yang tepat
dalam area sensorik visceral dari batang otak. Nukleus sesorik visceral
ini sering dideskripsikan sebagai “Nucleus solitarius”. Namun, nucleus
solitarius tidak dapat disebut sebagai nukleus sensorik visceral dari 7
karena nukleus tersebut dibagikan dari saraf kranial 7,9, dan 10.
Nukleus ambiguus tidak pasti karena sulit dibedakan antara saraf kranial 9
dan 10 pada pemeriksaan. Mereka berdua berpartisipasi dalam gag reflexi dan
biasanya dideskripsikan bersama-sama dibandingkan terpisah pada saat
pemeriksaan. Tentu kita dapat membedakan dengan memeriksa bagian
posterior dari lidah atau epiglotis namun anda akan terkena muntahan.
Nukleus solitarius dan ambiguus menjadi penting ketika sedang
mengevaluasi pasien dengan vertigo, keluhan klinik yang umum. Ada 2 hal
utama yang dapat menyebabkan hal tersebut. Terkadang hal tersebut
menunjukkan disfungsi dari aparatus vestibularis dari dalam telinga.
Sedangkan yang lain merupakan hasil dari disfungsi nukleus vestibularis
dalam batang otak.Nukleus solitarius dan ambiguus terletak dekat dengan
nukelus vestibularis. Sehingga, jika ada pasien dengan tidak hanya vertigo,
namun juga terdapat gangguan rasa, menelan, atau berbicara, hal ini
meningkatkan kecurigaan lesi pada batang otak.
Saraf Kranial 9 dan 10
Seperti yang tertulis pada gambar 29 mengenai posisi dan fungsi dari saraf-
saraf tersebut.
Saraf Kranial 7
Gambar 31 mengilustrasikan perbedaan klinis dampak kerusakan antara
upper motor neuron dan lower motor neuron terhadap saraf kranial 7. Jika satu
saraf kranial 7 yang menginervasi daerah satu sisi wajah terputus, maka
termasuk kelopak mata dan alis mata akan terparalisis. Dahi dari daerah yang
terpengarushi akan tampak disetrika. Mata tidak akan menutup dan akan
tampak pendataran pada lipatan nasolabial.
The Long Tracts
Jalur utama menuju batang otak seperti yang terilustrasi pada gambar 33.
Traktus kortikospinal, lemniscus medial, traktus spinotahalamicus, dan traktus
spinocerebellar merupakan yang terpenting secara klinis. Kerusakan unilateral
pada traktus corticobulbar tidak menyebabkan disfungsi yang masif karena
traktus berhubungan bilateral dengan sebagian besar nukleus saraf kranial
motorik. Jika satu traktus rusak, maka traktus lainnya masih dapat
menjalankan fungsinya. Hal penting terkait pengecualian adalah saraf kranial
7 dan 12, dimana lesi traktus corticobulbar dapat berakibat paralisis
kontralateral wajab bagian bawah. Lesi bilateral pada traktus corticobulbar
dapat menyebabkan disfungsi mendalam yang dinamakan pseudobulbar palsy.
Pasien dengan kelainan ini akan mengalami kesulitan ekspresi wajah dan
gerakan lidah, namun juga dengan mengunyah, menelan, berbicara, dan
bernafas.
BAB 5
Sistem Visual
Kerusakan pada salah satu hemisfer akan menyebabkan paralisis dan
kehilangan sensorik pada ekstremitas kontralateral. Namun lesi tersebut tidak
menyebabkan kehilangan pengelihatan dan gerakan bola mata kontralateral,
melainakan kedua mata terkena secara parsial. Kedua bola mata tidak bisa bergerak ke
kontralateral dan kedua bola mata tidak dapat melihat benda yang berada di
kontralateral.
Serabut optikus yang berada di temporal dari fovea akan berhubungan dengan
otak secara ipsilateral, sedangkan serabut yang berada di nasal dari fovea akan
berhubungan dengan otak secara kontralateral. Oleh karena itu lesi pada jaras optikus
kanan akan menyebabkan kehilangan pengelihatan sisi kiri pada kedua mata.
Fovea merupakan bagian dari retina yang paling sensitive dan terhubung
dengan lobus oksipital, sehingga jika seesorang terbentur di belakang kepala secara
kuat, orang tersebut dapat menderita skotoma sentral bilateral.
Reflex Cahaya
Tidak seperti jaras pengelihatan, jaras reflex mengikuti jaras langsung ke otak
tengah. Penyinaran pada 1 mata akan menyebabkan kedua pupil miosis
Akomodasi
Akomodasi melibatkan jalur dari cortex visual dan kembali lagi karena
cerebral cortex akan menentukan apakah objek tersebut tidak focus lalu mengirimkan
sinyal untuk memfokuskan kembali. Memfokuskan kembali terjadi dengan
merangsang otot halus dari badan siliar untuk berkontraksi sehingga merubah bentuk
lensa. Pada saat akomodasi pupil juga mengalami miosis. Kedua diatur oelh
komponen parasimpatetik dari nervus III. Sifilitik pupil merupakan keadaan dimana
pupil konstriksi pada saat akomodasi namun tidak konstriksi saat diberi rangsang
cahaya. Lesi tersebut terdapat di area pretectal dari colliculus superior
Tatapan konjugat
Kerusakan pada area motoric dari korteks serebral tidak menyebabkan
kehilangan pergerakan mata kontralateral, melainkan menghasilkan ketidak mampuan
kedua mata untuk melihat kearah kontralateral dari lesi. Jika lesi terdapat pada area
visuomotr kiri, kedua mata tidak dapat melihat kearah kanan dan matanya cenderung
untuk berdeviasi kearah kiri.
Fenomena doll’s eyes adalah fenomena dimana mata pasien yang tanpa cedera
pada batang otak cenderung untuk tertinggal saat kepalanya digerakan. Asimetris atau
tidak adanya fenomena ini dapat menandakan kerusakan pada batang otak.
BAB 6
Sistem Saraf Otonom & Hipothalamus
Sistem saraf otonom adalah suatu sistem saraf yang meregulasi kelenjar, otot
polos, dan otot jantung. Terdiri dari komponen sistem saraf simpatik dan sistem saraf
parasimpatik.
Sistem saraf simpatik adalah keseluruhan sistem katabolik, mengeluarkan
energi, sebagai respon flight or fight terhadap bahaya (misalnya: meningkatkan laju
nadi, kontraksi, shunting darah ke otot dan jantung).
Sistem saraf parasimpatik adalah sistem anabolilk, mengkonversi energy
(misalnya: memperlambat laju jantung, dan mempromosi pencernaan dan absorbsi
makanan.
Tubuh sel dari fiber preganglion simpatik berada pada kolumna
intermediolateral dari spinal cord pada level spinal cord T1-L2. Sedangkan sistem
saraf parsimpatik berada pada posisi yang comparable pada level S2-S4.
Gambar 1. Simpatik
Gambar 2. Parasimpatik
Nervus kranialis III, VII, IX, dan X memiliki komponen parasimpatik berupa
konstriksi tubuh siliar dan pupil (III), menangis dan salivasi (VII), salivasi (IX), dan
vagus serta ramifikasinya (X).
Dalam rangka untuk ekstensi ke seluruh tubuh, fiber simpatik meninggalkan
spinal cord pada level T1-L2, masuk melalui ganglion paravertebral dan berjalan naik
atau turun sepanjang jalur dengan jarak terhadap sinapsisnya. Rangkaian sistem
simpatik stretches pada tubuh dengan fiber simpatik post ganglionik. Fiber
parasimpatik mencapai ke seluruh tubuh via nervus vagus.
Kedua sistem parasimpatik & simpatik memiliki 2 neuron antara perifer &
5. Tumor pituitary: (+) efek destruktif terhadap kelenjar pituitary & hypothalamus
oleh ekstensi direk (co: adenoma kromophobe, craniopharyngioma tumor non
sekresi). Bila tumor memiliki jaringan kelenjar (co: asidofilik / basofilik adenoma
maka, (+) efek berlawanan terhadap hipersekresi hormon pituitary.
6. Diabetes insipidus: vasopressin (hormon antidiuretik) yang meningkatkan reuptake
cairan dari ginjal. Menganggu produksinya dengan invasi dari tumor yang mengarah
ke diabetes insipidus, dengan karakteristik produksi berlebihan dari urin & rasa haus
yang berlebihan (s/d 20L/hari).
7. Horner’s syndrome: interupsi dari nervus simpatik servikal (origin sentral dari
spincal cord & batang otak) yang mengarah ke ptosis, miosis, & penurunan keringat
pada sisi wajah. Dapat juga berupa tumor pada apex paru (Pancoas tumor) yang
menginterupsi fibers dari jalur di ganglion superior servikal (bagian ganglion >>
rostral di jalur simpatik) terhadap A. Carotis. Prosedur operasi dapat dilakukan untuk
menginterupsi inervasi simpatik dari ekstremitas bawah & untuk meningkatkan
sirkulasi dari insufisiensi vaskular.
BAB VII
Serabut Sensorik
Ascending
Descending
Serabut Motorik
Penting untuk mengerti tipe dari sindrom klinis yang mungkin terjadi pada
kedua sistem ini. Secara umum, gangguan serebelar dapat mengganggu gerakan
aktif sedangkan gangguan pada basal ganglia dapat menggaggu gerakan pasif.
Gangguan Serebelar
1. Ataxia : gangguan pada postur dan gait; cenderung untuk jatuh ke sisi
dimana terdapat lesi serebelar; koordinasi gerak yang buruk;
melampaui tujuan dalam mencapai objek (dismetria); ketidakmampuan
dalam gerakan bergantian yang cepat (disdiadokokinesia).
2. Penurunan refleks tenton pada area yang terkena
3. Asthenia : otot lebih mudah lelah dari normal
4. Tremor : biasanya merupakan intention tremor
5. Nistagmus
Berikut adalah daftar area spesifik kortikal serebral dan efek pada lesi:
- Area 4: paralisis flasid yang dapat membaik sebagian setelah beberapa bulan
dan reflex Babinski positif. Spastisitas dapat terjadi jika area 6 juga ikut
terkena
- Area 8: kesulitan menggerakan mata kearah berlawanan
- Korteks frontal didepan area motoric: perubahan perilaku yang kompleks
seperti perubahan pada penilaian, cara berpikir abstrak, pembicaraan vulgar,
perilaku konyol
- Area 44, 45 (broca): afasia motoric, pasien tau apa yang mau dia katakana
namun tidak dapat untuk mengatakannya
- Area 3, 1, 2: gangguan persepsi sentuh, penekanan atau nyeri kontralateral
- Area 41, 42: lesi unilateral memiliki efek yang kecil pada pendenaran
- Area 22 (Wernicke): afasia sensorik, pasien dapat mendengar namun tidak
mengerti, dapat berbicara namun banyak kesalahan.
- Area 40: lesi pada hemisfer yang dominan menghasilkan agnosia taktil dan
proprioseptif. Diskriminasi kiri kanan juga terganggu pada pasien, apraksi
- Area 39: aleksia dan agrafia
- Area 17, 18, 19: kerusakan total akan menghasilkan kebutaan pada lapang
pandang kontra lateral. Lesi pada area 17, 18, 19 tidak menyebabkan kebutaan
namun kesulitan untuk mengenali dan mengidentifikasi benda
- Silent area dipercaya berfungsi sebagai penyimpanan memori visual dan
auditorik dan berhubungan dengan halusinasi dan mimpi. Serangan epilepsy
dari region ini dapat berhubungan dengan amnesia, halusinasi auditorik, dan
fenomena deja vu
BAB 9
Clinical Review
Prinsip umum sangat penting dalam menafsirkan bahwa lesi ada di level dari
korteks cerebri, kapsula intera, cerebellum, basal ganglia, batang otak, spinal cord,
atau nervus perifer.
Gambar 1. Dermatome
Lesi cerebellar & basal ganglia masalah motorik, terutama kualitas gerakan
koordinasi. Basal ganglia disorders dikarakteristikan dengan gerakan awkward yang
intentional. Basal ganglia disorders lebih ke karakteristik yang tidak beralasan, tidak
dibuat, dan gerakan yang tidak terduga.
Lesi pada korteks serebral & kapsul internal, ke-2 nya menyebabkan hasil dari
defek sensorik & motorik terhadap sisi kontralateral. Mungkin akan sulit untuk
membedakan lesi pada korteks serebral dari lesi pada kapsul internal. Terdapat
disfungsi pada level lebih atas terhadap agnosia & apraxia, yang konsisten dengan lesi
korteks serebral.
Lesi batang otak unilateral & spinal cord defek ipsilateral & kontralateral,
yang kemudian menyilang pada jalur tertentu.
Lesi unilateral spinal cord paralisis ipsilateral & kehilangan propioseptif &
nyeri-suhu kontralateral dibawah level lesi.
Lesi unilateral batang otak paralisis kontralateral UMN & propioseptif
kontralateral & kehilangan nyeri-suhu dibawah level kepala & defek
ipsilateral nervus kranial.
Adanya keterlibatan nervus kranial terhadap lesi dibawah level foramen
magnum nyeri mungkin lebih ke gangguan perifer.
Adanya nyeri radikular sepanjang ekstremitas lesi dibawah level foramen
magnum nyeri mungkin lebih ke gangguan perifer.
Adanya defek nervus kranial dari 1 sisi & defek modalitas motoric & sensorik
pada kontralateral ekstremitas konfirmasi lesi pada level batang otak &
bukan pada korteks serebral / kapsul internal.
Kerusakan nervus perifer defek ipsilateral motor & sensorik lesi nervus
perifer dari kapsul internal & lesi kortikal serebral oleh adanya tanda lesi LMN &
defek motorik-sensorik sepanjang distribusi dermatom.
Dalam membedakan lesi spinal nerve root dari lesi nervus perifer,
beberapa poin harus diperhatikan. Kalau hanya satu spinal nerve root biasanya
menyebabkan sedikit atau tidak sama sekali defek motorik & sensorik karena overlap
dari distribusi radiks adjacent.
Mungkin perlu 3 / > radiks untuk menyebabkan defek motorik & sensorik
yang signifikan. Dengan pengecualian tertentu dari peta dermatom (kulit) dari variasi
spinal nerve roots yang terhadap distribusi peta muskular dari segmen spinal cord
yang sama.
Lesi radiks nervus spinal yang menyebabkan deficit yang membedakan dari
lesi plexus nervus perifer & lebih ekstensi perifer ke nervusnya.
Terdapat kosekuensi dari fakta bahwa nervus perifer adalah gabungan dari
fiber yang naik dari beberapa radiks saraf.
Gambar 2. Karakteristik Defisit Motorik & Sensorik yang Naik dari
Lesi Klasik Nervus Perifer.
Tabel 1. Gangguan Fungsi Motorik (Defek)