Anda di halaman 1dari 22

ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN


( RPP )
Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)
yang Diampu oleh Ibu Sri Wahyuni S.Pd.M .Pd,

Disusun oleh :

Nama : Abdul Mu’iz


NIM : 201410430311050

KELAS : PGSD II A

JURUSAN PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNUVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2015
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

Mata Pelajaran : IPS


Kelas / Semester :V /1
Alokasi waktu : 2 x35 ( 1x pertemuan)

A. STANDAR KOMPETENSI
Menghargai peranan tokoh pejuang dan masyarakat dalam mempersiapkan
dan mempertahankan kemerdekaan Indonesia
B. KOMPETENSI DASAR
Mendeskripsikan perjuangan para tokoh pejuang pada masa penjajahan
Belanda dan Jepang

C. INDIKATOR
1) Menyebutkan Tokoh Pejuang Dalam Perjuangan Melawan
Belanda
2) Mengidentifikasi Perlawanan tokoh pejuang Dalam Perjuangan
Melawan Belanda
3) Menyebutkan tokoh pejuang yang Mengadakan Perlawanan
Terhadap Jepang
4) Mengidentifikasi Perlawanan Para tokoh Pejuang Terhadap
Jepang

I. TUJUAN PEMBELAJARAN
1. Setelah membaca buku referensi diharapkan siswa mampu menjelaskan
tentang perjuangan para tokoh pejuang pada masa penjajahan Belanda dan
Jepang dengan benar.
2. Setelah mengamati gambar diharapkan mampu menyebutan tokoh pejuang
pada masa penjajahan belanda dan jepang dengan benar.
3. Setelah melakukan diskusi siswa mampu menjelaskan Tokoh pejuang
dalam Perjuangan Melawan Belanda Dan Jepang serta Bagaimana Bentuk
Perlawanannya dengan benar
II. MATERI POKOK
Penjajahan Belanda di Indonesia
Pendudukan Jepang di indonesia
III.METODE
1) Pengamatan
2) Ceramah
3) Diskusi
4) Penugasan
IV. Model Inovasi Pembelajaran : Example Non Example

V. KEGIATAN PEMBELAJARAN
PENGORGANISASIA
NO KEGIATAN PEMBELAJARAN
N
SISWA WAKTU
A. KEGIATAN AWAL
 Guru bersama siswa mengadakan tanya Klasikal
jawab tentang perjuangan para tokoh
pejuang pada masa penjajahan Belanda 10’
dan Jepang
 Penjelasan guru tentang tujuan Klasikal
pembelajaran
 Penjelasan guru tentang tugas yang harus Klasikal
dikerjakan siswa

B. KEGIATAN INTI
1. Siswa membaca referensi tentang Individu 5’
perjuangan para tokoh pejuang pada masa
penjajahan Belanda dan Jepang
2. Siswa mengidentifikasi tentang Klasikal 5’
perjuangan para tokoh pejuang pada masa
penjajahan Belanda dan Jepang
3. guru mempersiapkan gambar-gambar para Kelompok 5’
tokoh pejuang pada masa penjajahan
Belanda dan Jepang di Tempelkan di
Papan Tulis dan memberi kesempatan
pada siswa untuk mengamati dan
menganalisa gambar Tersebut
4. Diskusi kelompok untuk memecahkan kelompok 25’
permasalahan, Siapa Tokoh pejuang
dalam Perjuangan Melawan Belanda Dan
Jepang pada Gambar di papan Tulis serta
Bagaimana Bentuk Perlawanannya dan
hasil diskusi dari analisa gambar tersebut
Di catat pada Buku Tugas. ( Terlampir)
5. Tiap kelompok diberi kesempatan 10’
membacakan Hasil Diskusinya
C. KEGIATAN AKHIR
 Kesimpulan, guru dan siswa Klasikal 2’
menyimpulkan hasil diskusi
 Pemantapan, penjelasan materi yang Klasikal 3’
belum dipahami siswa
 Refleksi, umpan balik siswa terhadap Klasikal 3’
pembelajaran/ pokok bahasan yang
dipelajari
 PR mengerjakan soal- soal tentang Individu 2’
perjuangan Para Pahlawan Nasional
Disekitar Tempat Tinggal Siswa (
Terlampir)

V. ALAT DAN SUMBER


1) Siti Syamsiyah,Sri Sadiman dkk.2008.Buku Siswa Ilmu Pengetahuan
Sosial Untuk SD dan MI 2008. Jakarta : Kementrian Pendidikan Dan
Kebudayaan
2) Gambar Tokoh Pejuang Pada Masa Penjajahan Belanda dan Jepang

VI. PENILAIAN
1) Produk
2) Proses
Lampiran 1 (Lembar Kerja Siswa )
Lembar Kerja Siswa
Tugas Kelompok
1. Bacalah Buku Refrensi Tentang perjuangan para tokoh pejuang pada masa
penjajahan Belanda dan Jepang
2. Perhatikan Gambar Tokoh Pejuang Yang ada Di Papan Tulis Dan Kemudian Analisa
Gambar Tersebut serta Diskusikanlah dengan Teman Kelompokmu tentang
a. siapakah tokoh pejuang dalam perjuangan melawan belanda dan jepang
b. serta bagaimana bentuk perlawanan Para tokoh Pejuang dalam Melawan
belanda dan jepang !

Lembar Kerja siswa


Tugas Individu
Coba kerjakan tugas berikut ini dengan benar!
1. Carilah satu kisah perjuangan pahlawan nasional di sekitar tempat tinggal
kalian, melalui internet, perpustakaan, museum, atau media yang lain.
2. Tuliskan laporan pada folio Kisah pahlawan seperti Panduan Berikut
a. Nama tokoh.
b. Tempat dan tanggal lahir.
c. buatlah ringkasan cerita tentang pahlawan yang melawan penjajah belanda dan
Jepang
d. Sikap apa saja yang dapat kalian teladani?
3. Kumpulkan tugas kalian pada guru kelas.

Lampiran II ( Materi )
A. Penjajahan Belanda di Indonesia
Sebelum mempelajari materi yang baru, adakah di antara kalian yang belum
memahami materi yang lalu? Sekarang marilah kita pelajari tentang perjuangan para
tokoh pejuang pada masa penjajahan Belanda dan Jepang. Untuk mengawali,
perhatikan penjelasan tentang kedatangan penjajah Belanda di Indonesia.Tahun 1596
Belanda di bawah pimpinan Cornelis de Houtman, pertama kali mendarat di Banten.
Tahun 1602 Belanda mendirikan kongsi dagang VOC (Verenigde Oost Indische
Compagnie) di Batavia untuk memperkuat kedudukannya. VOC mempunyai hak
istimewa disebut Octroi. Gubernur Jendral VOC pertama Pieter Both, kemudian
digantikan J. P. Coen.

Cornelis Deandels
VOC ingin menguasai pusat-pusat perdagangan, seperti Batavia, Banten, Selat
Sunda, Makasar, Maluku, Mataram (Jawa), dan berbagai daerah strategis lain.
Belanda dapat menguasai Nusantara karena politik kejam mereka yaitu politik adu
domba. Belanda mengadu domba raja-raja di daerah sehingga mereka terhasut dan
terjadilah perang saudara dan perebutan tahta kerajaan. Belanda membantu
pemberontakan dengan meminta imbalan daerah kekuasaan dagang (monopoli
perdagangan). Akhir abad ke-18 VOC bangkrut dan dibubarkan tanggal 31 Desember
1799. Indonesia diperintah oleh Kolonial Belanda dengan gubernur jendral pertama
Daendels yang sangat kejam. Rakyat dipaksa kerja rodi membuat jalan sepanjang
1.000 km (dari Anyer–Panarukan), mendirikan pabrik senjata di Semarang dan
Surabaya juga membangun Pelabuhan Merak. Daendels digantikan Jansens yang
kemudian dikalahkan Inggris. Tahun 1816 Indonesia dikembalikan ke Belanda,
dengan Van den Bosch sebagai gubernur. Ia menerapkan politik tanam paksa.
Tujuannya untuk mengisi kas Belanda yang kosong.Tanam paksa menyengsarakan
rakyat, selain rakyat dipaksa menanam 1/5 tanahnya dengan ketentuan Belanda,
mereka juga dipaksa membayar pajak dan ganti rugi tanaman.
Tokoh yang melawan Belanda, antara lain sebagai berikut.
1. Sultan Agung Hanyakrakusuma dari Mataram (Tahun 1628 danTahun
1629)
Raden Mas Rangsang menggantikan Raden
Mas Martapura dengan gelar Sultan Agung Senapati
Ing Alogo Ngabdurrachman. Ia adalah Raja Mataram
yang memakai gelar Sultan, sehingga lebih dikenal
dengan sebutan Sultan Agung. Sultan Agung
memerintah Mataram dari tahun 1613–1645. Di

Sultan Agung
Hanyakrakusuma
bawah pemerintahannya, Kerajaan Mataram mencapai kejayaan. Dalam memerintah
kerajaan, ia bertujuan mempertahankan seluruh tanah Jawa dan mengusir Belanda dari
Batavia. Pada masa pemerintahannya, Mataram menyerang ke Batavia dua kali (tahun
1628 dan tahun 1629), namun gagal. Dengan kegagalan tersebut, membuat Sultan
Agung makin memperketat penjagaan daerah perbatasan yang dekat Batavia,
sehingga Belanda sulit menembus Mataram. Sultan Agung wafat pada tahun 1645 dan
digantikan putranya bergelar Amangkurat I.

2. Sultan Ageng Tirtayasa dari Banten (1650–1682)


Sultan Ageng Tirtayasa memerintah Banten dari
tahun 1650–1692. Di bawah pemerintahannya, Kerajaan
Banten mengalami masa kejayaan. Ia berusaha
memperluas kerajaannya dan dan mengusir Belanda dari
Batavia. Banten mendukung perlawanan Mataram
terhadap Belanda di Batavia. Sultan Ageng Tirtayasa
memajukan aktivitas perdagangan agar dapat bersaing
dengan Belanda. Selain itu juga memerintahkan pasukan
kerajaan Banten untuk mengadakan perlawanan
terhadap Belanda di Batavia. Kemudian mengadakan Sultan Ageng Tirtayasa
perusakan perkebunan tebu milik Belanda di Ciangke.
Menghadapi gerakan tersebut, membuat Belanda kewalahan. Pada tahun 1671 Sultan
Ageng Tirtayasa mengangkat putra mahkota menjadi raja pembantu dengan gelar
Sultan Abdul Kahar (Sultan Haji). Sejak saat itu Sultan Ageng Tirtayasa beristirahat di
Tirtayasa.

3. Sultan Hasanudin dari Makasar Sulawesi Selatan yang Mendapat Julukan


Ayam Jantan dari Timur
Pada masa pemerintahan Sultan Hasanudin,
Kerajaan Makasar mencapai masa kejayaan. Cita-cita
Sultan Hasanudin untuk menguasai jalur perdagangan
Nusantara mendorong perluasan kekuasaan ke kepulauan
Nusa Tenggara. Hal itu mendapat tentangan Belanda.
Pertentangan tersebut sering menimbulkan peperangan.
Keberanian Sultan Hasanudin dalam memimpin pasukan
Kerajaan Makasar mengakibatkan kedudukan Belanda
semakin terdesak. Atas keberanian Sultan Hasanudin,
Sultan Hasanuddin
Belanda menjulukinya dengan sebutan “Ayam Jantan
dari Timur”.

4. Pattimura (Thomas Matulesi) dari Maluku


Pada tanggal 16 Mei 1817 Rakyat Maluku di
bawah pimpinan Pattimura (Thomas Matulesi)
mengadakan penyerbuan ke pos Belanda dan berhasil
merebut benteng Duurstede. Dari Saparua perlawanan

Pattimura
meluas ke tempat lain seperti Seram, Haruku, Larike, dan Wakasihu. Hampir seluruh
Maluku melakukan perlawanan, sehingga Belanda merasa kewalahan. Pada tanggal
15 Oktober 1817, Belanda mulai mengadakan serangan besar-besaran. Pada bulan
November 1817 Thomas Matulesi berhasil ditangkap.

5. Imam Bonjol dari Sumatra Barat


Rakyat Minangkabau bersatu melawan Belanda.
Terjadi pada tahun 1830– 1837. Perlawanan terhadap
Belanda di bawah pimpinan Tuanku Imam Bonjol. Untuk
mengatasi perlawanan rakyak Minangkabau, Belanda
menerapkan siasat adu domba. Dalam menerapkan siasat
ini Belanda mengirimkan pasukan dari Jawa di bawah
pimpinan Sentot Prawiradirja. Ternyata Sentot beserta
pasukannya membatu kaum padri. Karena itu Sentot
ditangkap dan diasingkan ke Cianjur,Jawa Barat.
Pada akhir tahun 1834, Belanda memusatkan
pasukannya menduduki kota Bonjol. Tanggal 16 Juni Tuanku Imam Bonjol
1835, pasukan Belanda menembaki Kota Bonjol dengan
meriam. Dengan tembakan meriam yang sangat gencar Belanda berhasil merebut
Benteng Bonjol. Akhirnya pada tanggal 25 Oktober 1837 Tuanku Imam Bonjol
menyerah. Dengan menyerahnya Tuanku Imam Bonjol berarti padamlah perlawanan
rakyat Minangkabau terhadap Belanda.

6. Diponegoro (Ontowiryo) dari Yogyakarta (1825 – 1830)


Pangeran Diponegoro dengan nama kecil Raden
Mas Ontowiryo, putra sulung Sultan Hamengkubowono
III, lahir pada tahun 1785. Melihat penderitaan rakyat,
hatinya tergerak untuk memperjuangkannya. Perlawanan
Diponegoro pemicu utamanya adalah pemasangan tiang
pancang membuat jalan menuju Magelang.
Pemasangannya melewati makam leluhur Diponegoro
yang dilakukan tanpa izin. Karena mendapat tentangan,
pada tanggal 20 Juli 1825 Belanda melakukan serangan
ke Tegalrejo. Namun dalam serangan tersebut tidak Pangeran Diponegoro
berhasil menemukan Diponegoro, karena sebelumnya
Diponegoro telah memindahkan markasnya di Selarong. Dalam perlawanan melawan
Belanda Pangeran Diponegoro dibantu Pangeran Mangkubumi, Sentot Pawirodirjo,
Pangeran Suriatmojo, dan Dipokusumo. Bantuan dari ulama pun ada, yaitu dari Kyai
Mojo dan Kyai Kasan Basri. Untuk mematahkan perlawanan Diponegoro, Belanda
melaksanakan siasat Benteng Stelsel (sistem benteng). Dengan berbagai siasat,
akhirnya Belanda berhasil membujuk para pemimpin untuk menyerah. Melihat hal itu,
Pangeran Diponegoro merasa terpukul. Dalam perlawanannya akhirnya Pangeran
Diponegoro terbujuk untuk berunding. Dalam perundingan, beliau ditangkap dan
diasingkan ke Makasar sampai akhirnya meninggal dunia pada tanggal 8 Januari
1855.

7. Pangeran Antasari dari Banjarmasin


Perlawanan rakyat Banjar dipimpin oleh Pangeran Hidayat dan Pangeran
Antasari. Perlawanan tersebut terkenal dengan Perang
Banjar, berlangsung dari tahun1859–1863. Setelah
Pangeran Hidayat ditangkap dan diasingkan ke Cianjur,
Jawa Barat perlawanan rakyat Banjar masih terus
dilakukan dipimpin oleh Pangeran Antasari. Atas
keberhasilan memimpin perlawanan, Pangeran Antasari
diangkat sebagai pemimpin agama tertinggi dengan gelar
Panembahan Amiruddin Khalifatul Mukminin. Beliau
terus mengadakan perlawanan sampai wafat tanggal 11 Pangeran Antasari
Oktober 1862.

8. Sisingamangaraja XII dari Tapanuli Sumatra Utara


Sisingamangaraja lahir di Baakara, Tapanuli pada
1849 dan menjadi raja pada tahun 1867. Saat bertahta, ia
sangat menentang penjajah dan melakukan perlawanan,
akibatnya ia dikejar-kejar oleh penjajah. Setelah tiga tahun
dikejar Belanda, akhirnya persembunyian
Sisingamangaraja diketahui dan dikepung ketat. Pada saat
itu komandan pasukan Belanda meminta kembali agar ia
menyerah dan menjadi Sultan Batak, namun
Sisingamangaraja tetap menolak dan memilih mati
daripada menyerah. Sisingamangaraja XII
Akibat peralatan canggih pihak Belanda, maka
pasukan Sisingamangaraja XII mundur dan bertahan di Benteng Parik Sabungan
Pearaja Sion Parlilitan. Belanda dengan segala macam tipu muslihat berhasil
memancing Sisingamangaraja XII keluar dari Benteng pertahanan dengan cara
menawan permaisuri beserta keluarganya. Menyaksikan hal tersebut
Sisingamangaraja XII semakin marah dan terjadilah baku tembak yang sengit sampai
terjadi perang.
Dalam pertempuran itu, putranya Patuan Nagari dan Patuan Anggi termasuk
panglima dan putrinya Lopain tewas tertembak. Melihat putrinya Lopain tertembak
Sisingamangaraja XII berlari dan merangkulnya sehingga tubuh Raja itu terkena
darah dan kekebalannya menjadi sirna. Pada waktu itulah, pimpinan pasukan Belanda
Kapten Chirtofel memerintahkan penembak yang mengakibatkan gugurnya
Sisingamangaraja XII pada tanggal 17 Juni 1907.

9. Teuku Umar dan Cut Nyak Dien dari Aceh


Teuku Umar dan Cut Nyak Dien adalah merupakan
pahlawan dari Aceh. Mereka berdua mengadakan

Cut
Teuku
Nyak
Umar
Dien
perlawanan di Aceh Barat. Dalam perlawanannya mereka menyerang pos-pos
pertahanan Belanda. Untuk menghadapi perlawanan tersebut Belanda menggunakan
siasat adu domba, namun gagal. Dengan kegagalan tersebut mengakibatkan
Deijckerhoff dipecat dari jabatannya sebagai gubernur militer.Kemudian Belanda
menyusun siasat baru. Belanda mengirimkan Dr. Snouck Hurgronje untuk
menyelediki masyarakat Aceh dengan melakukan penyamaran. Dalam penyamaran
Dr. Snouck Hurgronje menyamar sebagai ulama dengan nama Abdul Gafar.
Berdasarkan hasil penyelidikan Abdul Gafar tersebut,
Belanda memperoleh petunjuk bahwa untuk menaklukkan
Aceh harus digunakan siasat kekerasan. Siasat ini membuat
pasukan Teuku Umar kewalahan. Pada tanggal 11 Februari
1899, Teuku Umar gugur sebagai pahlawan bangsa.
Perjuangan dilanjutkan oleh istrinya Cut Nyak Dien dan Cut
Meutia.

B. Pendudukan Jepang di Indonesia


Pada tanggal 11 Januari 1942 Jepang datang pertama kali di Tarakan
Kalimantan Timur. Tanggal 8 Maret 1942 Belanda menyerah tanpa syarat kepada
Jepang. Pada awal mulanya Jepang bersikap manis dengan propagandanya yaitu Tiga
A yang berisi Jepang Cahaya Asia, Jepang Pelindung Asia, Jepang Pemimpin Asia.
Tujuan 3A adalah untuk menggerakkan rakyat membantu Jepang. Tanggal 9 Maret
1943 dibentuk Putera (pusat tenaga rakyat) yang dipimpin oleh Empat Serangkai,
yaitu Ir. Soekarno, Moh. Hatta, K.H. Dewantara, dan K.H. Mas Mansur. Tahun 1944
Jepang membentuk Jawa Hokokai atau Perhimpunan Kebaktian Jawa untuk
kepentingan perang Jepang.
Untuk membantu militer Jepang dibentuk organisasi Seinendan, Fujinkai,
Bogodan (pembantu polisi), Keibodan dan Heiho (pembantu prajurit). Tahun 1943
dibentuk PETA (tentara pembela tanah air) dan giguyun (tentara suka rela) yang
bertugas mempertahankan wilayahnya.
Untuk kepentingan perang Jepang, rakyat diperas dan dipaksa bekerja. Jepang
menggerakkan pekerja paksa yaitu Romusha. Mereka dipaksa bekerja di tengah hutan,
di tebing, pantai, sungai untuk membuat lapangan terbang dan kubu-kubu pertahanan
serta rel kereta api. Romusha dipekerjakan di dalam dan luar negeri seperti Burma,
Malaysia dan Thailand.
Akibat penjajahan Jepang, rakyat kelaparan,kurang pangan, dan sandang.
Rakyat dipaksa menanam padi sebanyak-banyaknya dan jarak untuk dijadikan
pelumas mesin-mesin dan pesawat.Jepang berkuasa di Indonesia selama kurang lebih
tiga setengah tahun.
Beberapa tokoh pahlawan yang mengadakan perlawanan terhadap Jepang, yaitu

1. K.H. Zainal Mustafa di Singaparna Tasikmalaya Jawa Barat tahun 1944.


Lahir di Bageur, Cimerah, Singaparna,
Tasikmalaya, 1899 – meinggal di Jakarta, 28
Maret 1944) adalah salah satu pahlawan
nasional Indonesia. Ia dimakamkan di Taman
Makam Pahlawan Tasikmalaya.

Zaenal Mustofa adalah pemimpin


sebuah pesantren di Tasikmalaya dan pejuang
Islam pertama dari Jawa Barat yang
mengadakan pemberontakan terhadap
pemerintahan Jepang. Nama kecilnya Hudaeni. K.H. Zaninal Mustafa
Lahir dari keluarga petani berkecukupan, putra
pasangan Nawapi dan Ny. Ratmah, di kampung Bageur, Desa Cimerah,
Kecamatan Singaparna (kini termasuk wilayah Desa Sukarapih Kecamatan
Sukarame) Kabupaten Tasikmalaya (ada yang menyebut ia lahir tahun 1901
dan Ensiklopedia Islam menyebutnya tahun 1907, sementara tahun yang
tertera di atas diperoleh dari catatan Nina Herlina Lubis, Ketua Masyarakat
Sejarawan Indonesia Cabang Jawa Barat). Namanya menjadi Zaenal Mustofa
setelah ia menunaikan ibadah haji pada tahun 1927.

Perlawanan kepada penjajah

Sejak tahun 1940, KH. Zaenal Mustofa secara terang-terangan mengadakan


kegiatan yang membangkitkan semangat kebangsaan dan sikap perlawanan
terhadap pendudukan penjajah. Ia selalu menyerang kebijakan politik kolonial
Belanda yang kerap disampaikannya dalam ceramah dan khutbah-khutbahnya.
Atas perbuatannya ini, ia selalu mendapat peringatan, dan bahkan, tak jarang
diturunkan paksa dari mimbar oleh kiai yang pro Belanda.

Setelah Perang Dunia II, tepatnya pada 17 November 1941, KH.


Zaenal Mustofa bersama KH. Ruhiat (dari Pesantren Cipasung), Haji Syirod,
dan Hambali Syafei ditangkap Belanda dengan tuduhan telah menghasut
rakyat untuk memberontak terhadap pemerintah Hindia Belanda. Mereka
ditahan di Penjara Tasikmalaya dan sehari kemudian dipindahkan ke penjara
Sukamiskin Bandung, dan baru bebas 10 Januari 1942. Kendati sudah pernah
ditahan, aktivitas perlawanannya terhadap penjajah tidak surut. Akhir Februari
1942, KH. Zaenal Mustofa bersama Kiai Rukhiyat kembali ditangkap dan
dimasukkan ke penjara Ciamis. Kedua ulama ini menghadapi tuduhan yang
sama dengan penangkapannya yang pertama. Hingga pada waktu Belanda
menyerah kepada Jepang, ia masih mendekam di penjara.

Pada tanggal 8 Maret 1942 kekuasaan Hindia Belanda berakhir dan


Indonesia diduduki Pemerintah Militer Jepang. Oleh penjajah yang baru ini,
KH. Zaenal Mustofa dibebaskan dari penjara, dengan harapan ia akan mau
membantu Jepang dalam mewujudkan ambisi fasisnya, yaitu menciptakan
Lingkungan Kemakmuran Bersama Asia Timur Raya. Akan tetapi, apa yang
menjadi harapan Jepang tidak pernah terwujud karena KH. Zaenal Mustofa
dengan tegas menolaknya. Dalam pidato singkatnya, pada upacara
penyambutan kembali di Pesantren, ia memperingatkan para pengikut dan
santrinya agar tetap percaya pada diri sendiri dan tidak mudah termakan oleh
propaganda asing. Ia malah memperingatkan bahwa fasisme Jepang itu lebih
berbahaya dari imperialisme Belanda.

Pasca perpindahan kekuasaan dari Belanda ke Jepang, sikap dan


pandangannya itu tidak pernah berubah. Bahkan, kebenciannya semakin
memuncak saja manakala menyaksikan sendiri kezaliman penjajah terhadap
rakyat. Pada masa pemerintahan Jepang ini, ia menentang pelaksanaan
seikeirei, cara memberi hormat kepada kaisar Jepang dengan menundukkan
badan ke arah Tokyo. Ia menganggap perbuatan itu bertentangan dengan
ajaran Islam dan merusak tauhid karena telah mengubah arah kiblat. Sikap ini
pernah ia tunjukkan secara terang-terangan di muka Jepang. Pada waktu itu,
semua alim ulama Singaparna harus berkumpul di alun-alun dan semua
diwajibkan melakukan seikerei. Di bawah todongan senjata, semua ulama
terpaksa melakukan perintah itu, hanya KH. Zaenal Mustofa yang tetap
membangkang. Ia juga mengatakan kepada Kiai Rukhiyat, yang hadir pada
waktu itu, bahwa perbuatan tersebut termasuk musyrik. Menurutnya, orang-
orang musyrik itu tidak perlu ditakuti, apalagi diikuti perintahnya. Sebaliknya,
mereka justeru harus diperangi dan dimusnahkan dari muka bumi. Ia yakin
bahwa dalam Islam hanya Allah Swt lah yang patut ditakuti dan dituruti; Allah
Swt selalu bersama-sama orang yang mau dekat kepada-Nya dan selalu
memberikan pertolongan dan kekuatan kepada orang-orang yang mau
berjuang membela agamanya. Ia berprinsip lebih baik mati ketimbang
menuruti perintah Jepang. Keyakinan seperti ini senantiasa ditanamkan kepada
para santrinya dan masyarakat Islam sekitarnya. Ia juga menentang dan
mengecam romusha, pengerahan tenaga rakyat untuk bekerja dengan paksa.

Dengan semangat jihad membela kebenaran agama dan


memperjuangkan bangsa, KH. Zaenal Mustofa merencanakan akan
mengadakan perlawanan terhadap Jepang pada tanggal 25 Pebruari 1944 (1
Maulud 1363 H). Mula-mula ia akan menculik para pembesar Jepang di
Tasikmalaya, kemudian melakukan sabotase, memutuskan kawat-kawat
telepon sehingga militer Jepang tidak dapat berkomunikasi, dan terakhir,
membebaskan tahanan-tahanan politik. Untuk melaksanakan rencana ini, KH.
Zaenal Mustofa meminta para santrinya mempersiapkan persenjataan berupa
bambu runcing dan golok yang terbuat dari bambu, serta berlatih pencak silat.
Kiai juga memberikan latihan spiritual (tarekat) seperti mengurangi makan,
tidur, dan membaca wirid-wirid untuk mendekatkan diri kepada Allah Swt.
Persiapan para santri ini tercium Jepang. Segera mereka mengirim
camat Singaparna disertai 11 orang staf dan dikawal oleh beberapa anggota
polisi untuk melakukan penangkapan. Usaha ini tidak berhasil. Mereka malah
ditahan di rumah KH. Zaenal Mustofa. Keesokan harinya, pukul 8 pagi
tanggal 25 Februari 1944, mereka dilepaskan dan hanya senjatanya yang
dirampas.

Tiba-tiba, sekitar pukul 13.00, datang empat orang opsir Jepang


meminta agar KH. Zaenal Mustofa menghadap pemerintah Jepang di
Tasikmalaya. Perintah tersebut ditolak tegas sehingga terjadilah keributan.
Hasilnya, tiga opsir itu tewas dan satu orang dibiarkan hidup. Yang satu orang
ini kemudian disuruh pulang dengan membawa ultimatum. Dalam ultimatum
itu, pemerintah Jepang dituntut untuk memerdekakan Pulau Jawa terhitung
mulai 25 Pebruari 1944. Dalam insiden itu, tercatat pula salah seorang santri
bernama Nur menjadi korban, karena terkena tembakan salah seorang opsir.
Setelah kejadian tersebut, menjelang waktu salat Asar (sekitar pukul 16.00)
datang beberapa buah truk mendekati garis depan pertahanan Sukamanah.
Suara takbir mulai terdengar, pasukan Sukamanah sangat terkejut setelah
tampak dengan jelas bahwa yang berhadapan dengan mereka adalah bangsa
sendiri. Rupanya Jepang telah mempergunakan taktik adu domba. Melihat
yang datang menyerang adalah bangsa sendiri, Zaenal Mustofa
memerintahkan para santrinya untuk tidak melakukan perlawanan sebelum
musuh masuk jarak perkelahian. Setelah musuh mendekat, barulah para santri
menjawab serangan mereka. Namun, dengan jumlah kekuatan lebih besar,
ditambah peralatan lebih lengkap, akhirnya pasukan Jepang berhasil
menerobos dan memorak-porandakan pasukan Sukamanah. Peristiwa ini
dikenal dengan Pemberontakan Singaparna.

Para santri yang gugur dalam pertempuran itu berjumlah 86 orang.


Meninggal di Singaparna karena disiksa sebanyak 4 orang. Meninggal di
penjara Tasikmalaya karena disiksa sebanyak 2 orang. Meninggal di Penjara
Sukamiskin Bandung sebanyak 38 orang, dan yang mengalami cacat
(kehilangan mata atau ingatan) sebanyak 10 orang. Pun, sehari setelah
peristiwa itu, antara 700-900 orang ditangkap dan dimasukkan ke dalam
penjara di Tasikmalaya. Sementara itu, KH. Zaenal Mustofa sempat memberi
instruksi secara rahasia kepada para santri dan seluruh pengikutnya yang
ditahan agar tidak mengaku terlibat dalam pertempuran melawan Jepang,
termasuk dalam kematian para opsir Jepang, dan pertanggungjawaban tentang
pemberontakan Singaparna dipikul sepenuhnya oleh KH. Zaenal Mustofa.
Akibatnya, sebanyak 23 orang yang dianggap bersalah, termasuk KH. Zaenal
Mustofa sendiri, dibawa ke Jakarta untuk diadili. Namun mereka hilang tak
tentu rimbanya.
Besarnya pengaruh KH Zaenal Mustofa dalam pembentukan mental
para santri dan masyarakat serta peranan pesantrennya sebagai lembaga
pendidikan dan pembinaan umat membuat pemerintah Jepang merasa tidak
bebas jika membiarkan pesantren ini tetap berjalan. Maka, setelah peristiwa
pemberontakan tersebut, pesantren ini ditutup oleh Jepang dan tidak
diperbolehkan melakukan kegiatan apapun. Belakangan, Kepala Erevele
Belanda Ancol, Jakarta memberi kabar bahwa KH. Zaenal Mustofa telah
dieksekusi pada 25 Oktober 1944 dan dimakamkan di Taman Pahlawan
Belanda Ancol, Jakarta. Melalui penelusuran salah seorang santrinya, Kolonel
Syarif Hidayat, pada tahun 1973 keberadaan makamnya itu ditemukan di
daerah Ancol, Jakarta Utara, bersama makam-makam para santrinya yang
berada di antara makam-makam tentara Belanda. Lalu, pada 25 Agustus 1973,
semua makam itu dipindahkan ke Sukamanah, Tasikmalaya.

2. Pang Suma di Tayan Pontianak Kalimantan Barat tahun 1944.

Pang Suma adalah seorang tokoh pejuang kemerdekaan Indonesia yang


bergerilya di Kalimantan Barat. Pang Suma dikenal sebagai pejuang melawan
penjajah Jepang. Hingga kini, tokoh pahlawan yang bernama Pangsuma,
belum ada satu pun yang mengetahui di mana dan kapan ia lahir. Namun
menurut penuturan cucu pengawal Pangsuma, Sera, atau lebih dikenal dengan
Pang Ronda, menuturkan bahwa Pangsuma berasal dari dusun di Kecamatan
Meliau bernama Nek Bindang. Pangsuma merupakan nama panggilan, dalam
Bahasa Meliau merupakan penggabungan dua suku kata yakni Pang berarti
bapak dan Suma adalah nama anaknya.

Pangsuma berjuang membebaskan Meliau dari penjajah Jepang, walaupun


mati di tangan teman seperguruannya yang berkhianat karena bergabung
bersama Jepang. Pang Ronda mengungkapkan cerita ini dari orang tua dan
kakeknya, bahwa perjuangan Pangsuma memang benar-benar gigih.
"Pangsuma saat menginjak dewasa, sama dengan masyarakat lainnya berada di
bawah kekuasaan Jepang yang mengharuskan para kaum laki-laki harus
bekerja untuk Jepang (budak) membawa batang kayu berukuran besar dan
pada saat itu banyak rakyat yang sering dipukul serta perlakuan lainnya yang
tidak manusiawi bila tidak bekerja secara maksimal.

Latar belakang itulah, Pangsuma melawan ketidakadilan muncul dari hati


dan mendapat dukungan dari rakyat. "Kita bekerja mati-matian untuk Jepang
dan kita nanti mati juga untuk Jepang, dari pada kita mati untuk mereka
kenapa kita tidak membunuh Jepang," tutur Pang Ronda menirukan cerita
kakeknya.
Rasa ingin membebaskan dari belenggu penjajah saat itu hanya dengan
berbekal keberanian dan sebilah Sabur (sejenis mandau/parang panjang),
Pangsuma berhasil membunuh pimpinan Jepang di tiga lokasi yakni Sekucing
Balai Bekuak perbatasan Kabupaten Ketapang dan Kecamatan Meliau
Kabupaten Sanggau, kedua di Desa Kunyil Kecamatan Meliau dan ketiga di
pusat Kota Meliau sendiri yang merupakan basisnya Jepang.

Konon menurut cerita, seseorang dapat dikatakan jago atau pahlawan bila
dapat membunuh musuh paling banyak serta membawa pulang kepalanya
sebagai bukti. Karena di rasa Pangsuma merupakan satu sosok yang dapat
membahayakan bagi Jepang, maka Jepang membayar teman seperguruan
Pangsuma (pengkhianat) untuk membunuh Pangsuma, yakni ditembak dengan
buntat kuali.

Pangsuma ditembak bersama adiknya, sang adik selamat namun Pangsuma


meninggal dunia di bawah jembatan, yang saat ini berlokasi disebelah
dermaga Meliau dan tidak jauh dari tempat itulah Pangsuma dimakamkan.
Kini berdiri sebuah tugu yang diberi nama Tugu Pangsuma

3. Tengku Abdul Jalil memimpin perlawanan di Aceh tahun 1942 dan 1944.
Saat Jepang mulai mengobarkan perang
untuk mengusir kolonialis Eropa dari Asia,
tokoh-tokoh pejuang Aceh mengirim utusan ke
pemimpin perang Jepang untuk membantu
usaha mengusir Belanda dari Aceh. Negosiasi
dimulai pada tahun 1940. Setelah beberapa
rencana pendaratan dibatalkan, akhirnya pada 9
Februari 1942 kekuatan militer Jepang
mendarat di wilayah Ujong Batee, Aceh Besar.
Kedatangan mereka disambut oleh tokoh-
tokoh pejuang Aceh dan masyarakat umum. T. Abdul Jalil
Masuknya Jepang ke Aceh membuat Belanda
terusir secara permanen dari tanah Aceh. Awalnya Jepang bersikap baik dan
hormat kepada masyarakat dan tokoh-tokoh Aceh, dan menghormati
kepercayaan dan adat istiadat Aceh yang bernafaskan Islam. Rakyat pun tidak
segan untuk membantu dan ikut serta dalam program-program pembangunan
Jepang. Namun ketika keadaan sudah membaik, pelecehan terhadap
masyarakat Aceh khususnya kaum perempuan mulai dilakukan oleh personel
tentara Jepang. Rakyat Aceh yang beragama Islam pun mulai diperintahkan
untuk membungkuk ke arah matahari terbit di waktu pagi, sebuah perilaku
yang sangat bertentangan dengan akidah Islam. Karena itu pecahlah
perlawanan rakyat Aceh terhadap Jepang di seluruh daerah Aceh.
Perlawanan rakyat Aceh terhadap pemerintah pendudukan militer
Jepang di pimpin oleh Tengku Abdul Djalil. Ia seorang guru mengaji di Cot
Pileng, yang tidak mau tunduk dan patuh pada Jepang. Pihak Jepang berusaha
membujuknya agar berdamai tetapi usaha Jepang ditolak. Akhirnya, pada 10
November 1942, tentara Jepang menyerbu Cot Pileng. Saat serbuan Jepang
ketika itu, rakyat sedang melaksanakan ibadah shalat subuh. Dengan
berbebakal persenjataan: Pedang, Kelewang, dan Rencong. Rakyat dapat
memukul mundur pasukan Jepang Lhokseumawe. Serangan kedua Jepang juga
berhasil dipukul mundur. Barulah pada serangan ketiga Jepang berhasil
menguasai Cot Pileng. Tengku Abdul Djalil dapat meloloskan diri, namun
akhirnya gugur tertembak saat melakukan shalat.

4. Teuku Abdul Hamid memimpin perlawanan di Aceh tahun 1942 dan


1944.

Teuku Abdul Hamid Azwar adalah seorang


pejuang di bidang strategi miiliter yang lihai dalam
penyediaan logistik. Dia lahir di Kutaraja, Aceh, 23
Oktober 1916. Teuku Abdul Hamid Azwar suami dari
Cut Nyak Manyak Keumala Putri (Cut Nyak Djariah)
yang selalu memotivasi dan mengingatkan suaminya
agar tetap berada di jalur perjuangan yang benar. Ketika
Teuku Hamid Azwar hendak bergabung dengan
pasukan Jepang, Cut Nyak Manyak melarang dan T. Abdul Hamid
menanyakan alasannya. Namun setelah dijelaskan
bahwa keikutsertaannya dalam pasukan Jepang adalah dalam rangka menimba
ilmu militer dan mengetahui strategi musuh, akhirnya Cut Nyak Manyak
mengizinkannya.

Kepercayaan yang diberikan isterinya akhirnya dibuktikan oleh Teuku


Hamid Azwar ketika Indonesia baru saja mengumumkan proklamasi
kemerdekaan. Teuku Hamid Azwar langsung berinisiatif mendirikan API,
sebuah embrio TNI di Aceh. Pada saat menjadi kepala staff divisi V API/TKR
Komandemen Sumatera, Teuku Hamid Azwar berhasil menghancurkan 1
batalyon tentara Jepang yang berjumlah 1000 orang lengkap dengan
persenjataannya di Krueng Panjoe, Langsa, Aceh Timur. Kejadian pasukan
Jepang mengibarkan bendera putih dan menyerah tersebut terjadi pada tanggal
26 November 1945, sekitar pukul 12.50 Sewaktu terjadi pertempuran Krueng
Panjo tersebut, Mayor Ibihara selaku Penasihat Batalyon itu tewas dengan
melakukan "harakiri" setelah melakukan perundingan, sedangkan Komandan
Batalyon, Mayor Takashi, luka berat berlumuran darah. Tentara Jepang yang
luka berat dibawa ke rumah sakit untuk dirawat,kemudian bersama dengan
yang lainnya dibawa ke Lhok Seumawe guna menunggu kapal untuk
dipulangkan ke negeri mereka.
Kemenangan pasukan Teuku Hamid Azwar ini ternyata memberi efek
positif bagi perjuangan kemerdekaan Indonesia. Belanda mengurungkan
niatnya untuk menduduki Aceh setelah mengetahui ternyata Aceh telah
mempunyai pasukan yang sanggup mengalahkan Jepang di Tanah Rencong.
Aceh merupakan satu-satunya wilayah Indonesia yang tidak tersentuh Belanda
pada masa perjuangan mempertahankan kemerdekaan Indonesia.

Pada tahun 1947, Letkol Teuku Hamid Azwar bersama perwira-perwira


TNI di Sumatera dari Corp Intendance lainnya yakni Letkol Teuku M. Daud
(Samalanga) dan Letkol H.A. Thahir mendirikan Central Trading Corporation
(CTC) di Bukittinggi, yang kemudian hijrah ke Jakarta, (hingga kini
gedungnya masih tegak berdiri di jalan Kramat Raya). Adapun tujuan CTC
didirikan adalah untuk mengusahakan perlengkapan logistik dan senjata
tentara Indonesia. CTC dari hasil bisnis Teuku Hamid Azwar berhasil
menyumbangkan sebuah kapal dengan nomor registrasi PBB 58 LB kepada
ALRI. Kapal ini pada saat itu bermanfaat karena merupakan transportasi
penting untuk menembus blokade laut Belanda sehingga TNI mendapat
banyak senjata dari luar. Teuku Abdul Hamid Azwar dan istrinya Cut Nyak
Keumala Putri (Cut Nyak Djariah) juga menyumbangkan emasnya untuk
membeli sebuah Pesawat Udara jenis Avro Anson RI 004 di Thailand. Jasa lain
dari Teuku Abdul Hamid Azwar adalah dia ditunjuk oleh Presiden RI
Soekarno bersama M. Dasaad mendirikan Departemen Store Sarinah, yaitu
departemen store termegah pada masa itu, yang terletak di Jalan Thamrin,
Jakarta, dan masih tegak berdiri hingga sekarang.

Teuku Abdul Hamid Azwar wafat pada tanggal 7 Oktober 1996 dan
dimakamkan di Pemakaman Tanah Kusir Jakarta, dan sebagai penghargaan
atas jasa-jasanya, 17 Juli 1998, "ANGKATAN 45" Dewan Harian Daerah,
DKI Jakarta menganugerahi "Pemancangan Bambu Runcing Dipusaranya"
Setelah bercerai dengan Cut Nyak Manyak, Teuku Abdul Hamid Azwar
menikah dengan Cut Asiah dan tidak dianugerahi keturunan.

Teuku Hamid Azwar tidak hanya lihai di bidang strategi militer, ia juga lihai di
bidang bisnis. Di tangannya, CTC berhasil mendirikan banyak cabang CTC di
dalam negeri maupun di luar negeri, antara lain di New York, Hamburg,
London, Amsterdam, Tokyo, Bangkok, Hongkong, dan Singapura. Sebagai
Direktur utama, ia berhasil mengibarkan bendera Indonesia dalam membangun
reputasi bisnis di dunia internasional di awal kedaulatan kemerdekaan RI.

5. Supriyadi di Blitar Jawa Timur tanggal 14 Februari 1945.


Soeprijadi (lahir di Trenggalek, Jawa Timur, 13 April 1923 - tidak
diketahui) adalah pahlawan nasional Indonesia dan pemimpin pemberontakan
pasukan Pembela Tanah Air (PETA) terhadap pasukan pendudukan Jepang di
Blitar pada Februari 1945. Ia ditunjuk sebagai
Menteri Keamanan Rakyat dalam Kabinet
Presidensial, tetapi digantikan oleh Imam
Muhammad Suliyoadikusumo pada 20 Oktober
1945 karena Supriyadi tidak pernah muncul.
Bagaimana dan di mana Supriyadi wafat, masih
menjadi misteri yang belum terpecahkan.
Pada Oktober 1943, Jepang mendirikan
milisi PETA untuk membantu tentara Jepang
menghadapi Sekutu. Supriyadi bergabung dengan
PETA dengan pangkat shodancho atau komandan Soeprijadi
platon, dan setelah mengikuti pelatihan ditugaskan
di Blitar, Jawa Timur. Ia ditugaskan mengawasi pekerja romusha. Penderitaan
pekerja-pekerja tersebut mendorongnya untuk memberontak melawan Jepang.

Saat Soekarno sedang mengunjungi orangtuanya di Blitar, pasukan


PETA memberitahunya bahwa mereka sedang merencanakan pemberontakan
dan meminta pendapat Soekarno. Soekarno meminta mereka untuk
mempertimbangkan akibatnya, tetapi Supriyadi yakin pemberontakan akan
berhasil.

Pada 14 Februari 1945, tentara PETA mulai memberontak. Namun, Jepang


berhasil memadamkan pemberontakan ini. Enam (atau delapan[2]) orang
dihukum mati dan sisanya dipenjara antara tiga tahun hingga seumur hidup.
Namun, Supriyadi tidak dihukum mati. Ada yang mengatakan Supriyadi
melarikan diri dan bersembunyi dari Jepang dan tidak pernah ditemukan
sesudahnya.

Pada 6 Oktober 1945, pemerintah Indonesia yang baru didirikan


menyatakan Supriyadi sebagai Menteri Keamanan Rakyat. Namun, ia tidak
pernah muncul, dan pada tanggal 20 Oktober digantikan oleh menteri ad
interim Imam Muhammad Suliyoadikusumo. Hingga kini nasibnya masih
misterius.
Lampiran III (Gambar)
A. Gambar Tokoh Pejuang Melawan Belanda

Sultan Agung Sultan Hasanuddin


Sultan Ageng Tirtayasa
Hanyakrakusuma
Pattimura Tuanku Imam Bonjol
Pattimura Pattimura Pattimura

B. Gambar Tokoh Pejuang

Cut Nyak Dien

Pangeran Diponegoro

Teuku Abdul Hamid

Melawan Jepang

K.H zainal Mustofa Teuku Abdul Jalil

Soeprijadi
Lampiran IV ( Instrumen Penilaian )

KRITERIA PENILAIAN PRODUK KELOMPOK

NO ASPEK YA TIDAK KETERANGAN


1. Dapat Menyebutkan Tokoh Kriteria penilaian
Pejuang Melawan Belanda A Jika 4 aspek terpenuhi
B Jika 3 aspek terpenuhi
2. Dapat Menyebutkan Tokoh C Jika 2 aspek terpenuhi
Pejuang Melawan Jepang D Jika 1 aspek terpenuhi

3. Adanya Penjelasan Tentang Skor


Perlawanan Tokoh Pejuang A = 85- 100
terhadap Penjajahan Belanda B = 70- 80
C = 55- 65
4. Adanya Penjelasan Tentang D = Kurang dari 55
Perlawanan Tokoh Pejuang
terhadap Penjajahan Jepang
KRITERIA PENILAIAN PRODUK INDIVIDU

NO ASPEK YA TIDAK KETERANGAN


1. Dapat Menyebutkan Identitas Kriteria penilaian
Tokoh Dengan Benar A Jika 4 aspek terpenuhi
B Jika 3 aspek terpenuhi
C Jika 2 aspek terpenuhi
2. Dapat Membuat ringkasan D Jika 1 aspek terpenuhi
cerita tentang pahlawan yang
melawan penjajah belanda dan Skor
Jepang A = 85- 100
B = 70- 80
Dapat Mengambil Sikap apa C = 55- 65
3. saja yang dapat Siswa teladani D = Kurang dari 55
dari Tokoh pejuang

Adanya eksplorasi jawaban


4. yang baik

KRITERIA PENILAIAN PROSES

Lembar Penilaian/Lembar Pengamatan Diskusi


Nilai Rata-
Aspek yang dinilai
Rata
No Nama
Tanggung
Kerjasama Kedisiplinan
jawab
1
2
3
4
5
Dst

Keterangan :
A = Baik Sekali = 85- 100
B = Baik = 70-80
C = Cukup = 55-65
D = Kurang = Kurang dari 55

Mengetahui,
Kepala Sekolah Guru Kelas

................................... Abd Muiz


NIP: ........................................... NIM: 201410430311050

Anda mungkin juga menyukai