Disusun oleh :
KELAS : PGSD II A
A. STANDAR KOMPETENSI
Menghargai peranan tokoh pejuang dan masyarakat dalam mempersiapkan
dan mempertahankan kemerdekaan Indonesia
B. KOMPETENSI DASAR
Mendeskripsikan perjuangan para tokoh pejuang pada masa penjajahan
Belanda dan Jepang
C. INDIKATOR
1) Menyebutkan Tokoh Pejuang Dalam Perjuangan Melawan
Belanda
2) Mengidentifikasi Perlawanan tokoh pejuang Dalam Perjuangan
Melawan Belanda
3) Menyebutkan tokoh pejuang yang Mengadakan Perlawanan
Terhadap Jepang
4) Mengidentifikasi Perlawanan Para tokoh Pejuang Terhadap
Jepang
I. TUJUAN PEMBELAJARAN
1. Setelah membaca buku referensi diharapkan siswa mampu menjelaskan
tentang perjuangan para tokoh pejuang pada masa penjajahan Belanda dan
Jepang dengan benar.
2. Setelah mengamati gambar diharapkan mampu menyebutan tokoh pejuang
pada masa penjajahan belanda dan jepang dengan benar.
3. Setelah melakukan diskusi siswa mampu menjelaskan Tokoh pejuang
dalam Perjuangan Melawan Belanda Dan Jepang serta Bagaimana Bentuk
Perlawanannya dengan benar
II. MATERI POKOK
Penjajahan Belanda di Indonesia
Pendudukan Jepang di indonesia
III.METODE
1) Pengamatan
2) Ceramah
3) Diskusi
4) Penugasan
IV. Model Inovasi Pembelajaran : Example Non Example
V. KEGIATAN PEMBELAJARAN
PENGORGANISASIA
NO KEGIATAN PEMBELAJARAN
N
SISWA WAKTU
A. KEGIATAN AWAL
Guru bersama siswa mengadakan tanya Klasikal
jawab tentang perjuangan para tokoh
pejuang pada masa penjajahan Belanda 10’
dan Jepang
Penjelasan guru tentang tujuan Klasikal
pembelajaran
Penjelasan guru tentang tugas yang harus Klasikal
dikerjakan siswa
B. KEGIATAN INTI
1. Siswa membaca referensi tentang Individu 5’
perjuangan para tokoh pejuang pada masa
penjajahan Belanda dan Jepang
2. Siswa mengidentifikasi tentang Klasikal 5’
perjuangan para tokoh pejuang pada masa
penjajahan Belanda dan Jepang
3. guru mempersiapkan gambar-gambar para Kelompok 5’
tokoh pejuang pada masa penjajahan
Belanda dan Jepang di Tempelkan di
Papan Tulis dan memberi kesempatan
pada siswa untuk mengamati dan
menganalisa gambar Tersebut
4. Diskusi kelompok untuk memecahkan kelompok 25’
permasalahan, Siapa Tokoh pejuang
dalam Perjuangan Melawan Belanda Dan
Jepang pada Gambar di papan Tulis serta
Bagaimana Bentuk Perlawanannya dan
hasil diskusi dari analisa gambar tersebut
Di catat pada Buku Tugas. ( Terlampir)
5. Tiap kelompok diberi kesempatan 10’
membacakan Hasil Diskusinya
C. KEGIATAN AKHIR
Kesimpulan, guru dan siswa Klasikal 2’
menyimpulkan hasil diskusi
Pemantapan, penjelasan materi yang Klasikal 3’
belum dipahami siswa
Refleksi, umpan balik siswa terhadap Klasikal 3’
pembelajaran/ pokok bahasan yang
dipelajari
PR mengerjakan soal- soal tentang Individu 2’
perjuangan Para Pahlawan Nasional
Disekitar Tempat Tinggal Siswa (
Terlampir)
VI. PENILAIAN
1) Produk
2) Proses
Lampiran 1 (Lembar Kerja Siswa )
Lembar Kerja Siswa
Tugas Kelompok
1. Bacalah Buku Refrensi Tentang perjuangan para tokoh pejuang pada masa
penjajahan Belanda dan Jepang
2. Perhatikan Gambar Tokoh Pejuang Yang ada Di Papan Tulis Dan Kemudian Analisa
Gambar Tersebut serta Diskusikanlah dengan Teman Kelompokmu tentang
a. siapakah tokoh pejuang dalam perjuangan melawan belanda dan jepang
b. serta bagaimana bentuk perlawanan Para tokoh Pejuang dalam Melawan
belanda dan jepang !
Lampiran II ( Materi )
A. Penjajahan Belanda di Indonesia
Sebelum mempelajari materi yang baru, adakah di antara kalian yang belum
memahami materi yang lalu? Sekarang marilah kita pelajari tentang perjuangan para
tokoh pejuang pada masa penjajahan Belanda dan Jepang. Untuk mengawali,
perhatikan penjelasan tentang kedatangan penjajah Belanda di Indonesia.Tahun 1596
Belanda di bawah pimpinan Cornelis de Houtman, pertama kali mendarat di Banten.
Tahun 1602 Belanda mendirikan kongsi dagang VOC (Verenigde Oost Indische
Compagnie) di Batavia untuk memperkuat kedudukannya. VOC mempunyai hak
istimewa disebut Octroi. Gubernur Jendral VOC pertama Pieter Both, kemudian
digantikan J. P. Coen.
Cornelis Deandels
VOC ingin menguasai pusat-pusat perdagangan, seperti Batavia, Banten, Selat
Sunda, Makasar, Maluku, Mataram (Jawa), dan berbagai daerah strategis lain.
Belanda dapat menguasai Nusantara karena politik kejam mereka yaitu politik adu
domba. Belanda mengadu domba raja-raja di daerah sehingga mereka terhasut dan
terjadilah perang saudara dan perebutan tahta kerajaan. Belanda membantu
pemberontakan dengan meminta imbalan daerah kekuasaan dagang (monopoli
perdagangan). Akhir abad ke-18 VOC bangkrut dan dibubarkan tanggal 31 Desember
1799. Indonesia diperintah oleh Kolonial Belanda dengan gubernur jendral pertama
Daendels yang sangat kejam. Rakyat dipaksa kerja rodi membuat jalan sepanjang
1.000 km (dari Anyer–Panarukan), mendirikan pabrik senjata di Semarang dan
Surabaya juga membangun Pelabuhan Merak. Daendels digantikan Jansens yang
kemudian dikalahkan Inggris. Tahun 1816 Indonesia dikembalikan ke Belanda,
dengan Van den Bosch sebagai gubernur. Ia menerapkan politik tanam paksa.
Tujuannya untuk mengisi kas Belanda yang kosong.Tanam paksa menyengsarakan
rakyat, selain rakyat dipaksa menanam 1/5 tanahnya dengan ketentuan Belanda,
mereka juga dipaksa membayar pajak dan ganti rugi tanaman.
Tokoh yang melawan Belanda, antara lain sebagai berikut.
1. Sultan Agung Hanyakrakusuma dari Mataram (Tahun 1628 danTahun
1629)
Raden Mas Rangsang menggantikan Raden
Mas Martapura dengan gelar Sultan Agung Senapati
Ing Alogo Ngabdurrachman. Ia adalah Raja Mataram
yang memakai gelar Sultan, sehingga lebih dikenal
dengan sebutan Sultan Agung. Sultan Agung
memerintah Mataram dari tahun 1613–1645. Di
Sultan Agung
Hanyakrakusuma
bawah pemerintahannya, Kerajaan Mataram mencapai kejayaan. Dalam memerintah
kerajaan, ia bertujuan mempertahankan seluruh tanah Jawa dan mengusir Belanda dari
Batavia. Pada masa pemerintahannya, Mataram menyerang ke Batavia dua kali (tahun
1628 dan tahun 1629), namun gagal. Dengan kegagalan tersebut, membuat Sultan
Agung makin memperketat penjagaan daerah perbatasan yang dekat Batavia,
sehingga Belanda sulit menembus Mataram. Sultan Agung wafat pada tahun 1645 dan
digantikan putranya bergelar Amangkurat I.
Pattimura
meluas ke tempat lain seperti Seram, Haruku, Larike, dan Wakasihu. Hampir seluruh
Maluku melakukan perlawanan, sehingga Belanda merasa kewalahan. Pada tanggal
15 Oktober 1817, Belanda mulai mengadakan serangan besar-besaran. Pada bulan
November 1817 Thomas Matulesi berhasil ditangkap.
Cut
Teuku
Nyak
Umar
Dien
perlawanan di Aceh Barat. Dalam perlawanannya mereka menyerang pos-pos
pertahanan Belanda. Untuk menghadapi perlawanan tersebut Belanda menggunakan
siasat adu domba, namun gagal. Dengan kegagalan tersebut mengakibatkan
Deijckerhoff dipecat dari jabatannya sebagai gubernur militer.Kemudian Belanda
menyusun siasat baru. Belanda mengirimkan Dr. Snouck Hurgronje untuk
menyelediki masyarakat Aceh dengan melakukan penyamaran. Dalam penyamaran
Dr. Snouck Hurgronje menyamar sebagai ulama dengan nama Abdul Gafar.
Berdasarkan hasil penyelidikan Abdul Gafar tersebut,
Belanda memperoleh petunjuk bahwa untuk menaklukkan
Aceh harus digunakan siasat kekerasan. Siasat ini membuat
pasukan Teuku Umar kewalahan. Pada tanggal 11 Februari
1899, Teuku Umar gugur sebagai pahlawan bangsa.
Perjuangan dilanjutkan oleh istrinya Cut Nyak Dien dan Cut
Meutia.
Konon menurut cerita, seseorang dapat dikatakan jago atau pahlawan bila
dapat membunuh musuh paling banyak serta membawa pulang kepalanya
sebagai bukti. Karena di rasa Pangsuma merupakan satu sosok yang dapat
membahayakan bagi Jepang, maka Jepang membayar teman seperguruan
Pangsuma (pengkhianat) untuk membunuh Pangsuma, yakni ditembak dengan
buntat kuali.
3. Tengku Abdul Jalil memimpin perlawanan di Aceh tahun 1942 dan 1944.
Saat Jepang mulai mengobarkan perang
untuk mengusir kolonialis Eropa dari Asia,
tokoh-tokoh pejuang Aceh mengirim utusan ke
pemimpin perang Jepang untuk membantu
usaha mengusir Belanda dari Aceh. Negosiasi
dimulai pada tahun 1940. Setelah beberapa
rencana pendaratan dibatalkan, akhirnya pada 9
Februari 1942 kekuatan militer Jepang
mendarat di wilayah Ujong Batee, Aceh Besar.
Kedatangan mereka disambut oleh tokoh-
tokoh pejuang Aceh dan masyarakat umum. T. Abdul Jalil
Masuknya Jepang ke Aceh membuat Belanda
terusir secara permanen dari tanah Aceh. Awalnya Jepang bersikap baik dan
hormat kepada masyarakat dan tokoh-tokoh Aceh, dan menghormati
kepercayaan dan adat istiadat Aceh yang bernafaskan Islam. Rakyat pun tidak
segan untuk membantu dan ikut serta dalam program-program pembangunan
Jepang. Namun ketika keadaan sudah membaik, pelecehan terhadap
masyarakat Aceh khususnya kaum perempuan mulai dilakukan oleh personel
tentara Jepang. Rakyat Aceh yang beragama Islam pun mulai diperintahkan
untuk membungkuk ke arah matahari terbit di waktu pagi, sebuah perilaku
yang sangat bertentangan dengan akidah Islam. Karena itu pecahlah
perlawanan rakyat Aceh terhadap Jepang di seluruh daerah Aceh.
Perlawanan rakyat Aceh terhadap pemerintah pendudukan militer
Jepang di pimpin oleh Tengku Abdul Djalil. Ia seorang guru mengaji di Cot
Pileng, yang tidak mau tunduk dan patuh pada Jepang. Pihak Jepang berusaha
membujuknya agar berdamai tetapi usaha Jepang ditolak. Akhirnya, pada 10
November 1942, tentara Jepang menyerbu Cot Pileng. Saat serbuan Jepang
ketika itu, rakyat sedang melaksanakan ibadah shalat subuh. Dengan
berbebakal persenjataan: Pedang, Kelewang, dan Rencong. Rakyat dapat
memukul mundur pasukan Jepang Lhokseumawe. Serangan kedua Jepang juga
berhasil dipukul mundur. Barulah pada serangan ketiga Jepang berhasil
menguasai Cot Pileng. Tengku Abdul Djalil dapat meloloskan diri, namun
akhirnya gugur tertembak saat melakukan shalat.
Teuku Abdul Hamid Azwar wafat pada tanggal 7 Oktober 1996 dan
dimakamkan di Pemakaman Tanah Kusir Jakarta, dan sebagai penghargaan
atas jasa-jasanya, 17 Juli 1998, "ANGKATAN 45" Dewan Harian Daerah,
DKI Jakarta menganugerahi "Pemancangan Bambu Runcing Dipusaranya"
Setelah bercerai dengan Cut Nyak Manyak, Teuku Abdul Hamid Azwar
menikah dengan Cut Asiah dan tidak dianugerahi keturunan.
Teuku Hamid Azwar tidak hanya lihai di bidang strategi militer, ia juga lihai di
bidang bisnis. Di tangannya, CTC berhasil mendirikan banyak cabang CTC di
dalam negeri maupun di luar negeri, antara lain di New York, Hamburg,
London, Amsterdam, Tokyo, Bangkok, Hongkong, dan Singapura. Sebagai
Direktur utama, ia berhasil mengibarkan bendera Indonesia dalam membangun
reputasi bisnis di dunia internasional di awal kedaulatan kemerdekaan RI.
Pangeran Diponegoro
Melawan Jepang
Soeprijadi
Lampiran IV ( Instrumen Penilaian )
Keterangan :
A = Baik Sekali = 85- 100
B = Baik = 70-80
C = Cukup = 55-65
D = Kurang = Kurang dari 55
Mengetahui,
Kepala Sekolah Guru Kelas