Anda di halaman 1dari 56

Divisi 44

Air, Energi, Transportasi

Perencanaan Tata Ruang Kota


dan Transportasi Perkotaan
Modul 2a
Transportasi Berkelanjutan:
Panduan Bagi Pembuat Kebijakan di Kota-kota Berkembang
RANGKUMAN DARI SOURCEBOOK
Transportasi Berkelanjutan:
Suatu Sourcebook bagi Para Pengambil Kebijakan di Kota-kota Berkembang
Apakah Sourcebook itu? Para penyumbang merupakan pakar terke-
nn
Sourcebook mengenai Transportasi Perkotaan muka di bidangnya masing-masing.
Berkelanjutan ini mengupas permasalahan Rancangan berwarna yang menarik dan
nn
kunci mengenai kerangka kerja transportasi mudah dibaca.
perkotaan berkelanjutan bagi kota-kota ber- Bahasa non-teknis (sejauh memungkinkan),
nn
kembang. Sourcebook berisi lebih dari 30 modul dengan penjelasan mengenai peristilahan
yang disebutkan di halaman-halaman berikut teknis.
ini. Ia juga diperlengkapi dengan berbagai do- Pemutakhiran melalui Internet.
nn
kumen pelatihan dan materi lainnya yang di- Bagaimana cara mendapatkan
ambil dari http://www.sutp.org (and http://www.
sutp.cn untuk pengguna berbahasa China).
salinannya?
Versi elektronik (pdf) dari modul-modul
Untuk siapa? tersebut tersedia di http://www.sutp.org atau
Sourcebook diperuntukkan bagi para pengambil http://www.sutp.cn. Oleh karena seluruh modul
kebijakan dan para penasehatnya di kota-kota senantiasa dimutakhirkan terus menerus versi
berkembang. Sasaran peruntukannya tercermin tercetak dalam bahasa Inggris tidak disediakan
dari isinya, yang memberi berbagai alat kebijak- lagi. Versi tercetak dari 20 modul awal dalam
an yang sesuai untuk penggunaan di serangkai- bahasa China dijual di seluruh daerah China
an kota-kota berkembang. Sektor akademis oleh Lembaga Pers Perhubungan (Communica-
(mis., universitas-universitas) juga telah meng- tion Press).
ambil manfaat dari materi ini.
Komentar atau umpan balik?
Bagaimana semestinya modul ini Kami menerima setiap komentar atau usulan
dipergunakan? Anda atas aspek manapun dari Sourcebook, me-
lalui e-mail ke sutp@sutp.org dan transport@giz.
Sourcebook dapat dipergunakan dengan ber-
de, atau melalui surat ke:
bagai cara. Jika dicetak, ia harus disimpan
di satu tempat dan salinannya disampaikan Manfred Breithaupt
kepada para pejabat yang terlibat di dalam GIZ, Divisi 44
masalah transportasi perkotaan. Sourcebook P. O. Box 5180
dapat dengan mudahnya diadaptasi disesuaikan 65726 Eschborn, Jerman
dengan kesempatan kursus pelatihan singkat Modul dan sumberdaya selanjutnya
yang ada, atau dapat dipakai sebagai panduan
Modul-modul selanjutnya diantisipasi untuk
untuk pengembangan kurikulum atau program
pembahasan mengenai Pembiayaan Transpor-
pelatihan lainnya seputar masalah transportasi
tasi Perkotaan, Rekondisi, dan Pola Perjalanan
perkotaan. GIZ merinci berbagai paket pelatih-
yang Terpengaruh (antara lain). Sumberdaya
an untuk modul-modul terpilih, seluruhnya
tambahan saat ini sedang dikembangkan, dan
tersedia sejak October 2004 di http://www.sutp.
tersedia CD-ROM serta DVD yang berisi
org atau http://www.sutp.cn.
Photo terkait dengan Transportasi Perkotaan
Apa keistimewaan-keistimewaan (beberapa photo telah dikirim ke http://www.
sutp.org – di bagian photo). Anda juga akan
utamanya?
menemukan pernala yang berkaitan, referensi
Keistimewaan utama dari Sourcebook ini terkait daftar bacaan dan lebih dari 400 doku-
termasuk: men serta presentasi di http://www.sutp.org
nn Orientasi praktis, yang menitik-beratkan
pada praktek-praktek terbaik dalam perenca-
naan dan peraturan dan, di mana memung-
kinkan, berbagai keberhasilan yang dirasa-
kan di kota-kota berkembang.
Modul-modul dan para kontributor
(i) Garis Besar Buku Panduan dan Kendaraan dan bahan bakar
Permasalahan Lintas Bidang dalam 4a. Bahan Bakar Yang Lebih Bersih dan
Transportasi Perkotaan (GTZ) Teknologi Kendaraan (Michael Walsh;
Reinhard Kolke, Umweltbundesamt – UBA)
Orientasi institusional dan kebijakan
4b. Inspeksi & Pemeliharaan dan Penyesuaian
1a. Peran Transportasi dalam Kebijakan
Jalan (Richard Kolke, UBA)
Pembangunan Perkotaan (Enrique Peñalosa)
4c. Kendaraan Roda Dua dan Roda Tiga
1b. Lembaga-lembaga Transportasi Perkotaan
(Jitendra Shah, Bank Dunia; N.V. Iyer,
(Richard Meakin)
Bajaj Auto)
1c. Partisipasi Sektor Swasta dalam Pengadaan
4d. Kendaraan Berbahan Bakar Gas
Infrastruktur Transportasi
(MVV InnoTec)
(Christopher Zegras, MIT)
4e. Intelligent Transport Systems (Phil Sayeg, TRA;
1d. Instrumen-instrumen Ekonomis
Phil Charles, University of Queensland)
(Manfred Breithaupt, GTZ)
4f. Berkendara yang Ramah Lingkungan (VTL;
1e. Meningkatkan Kesadaran Masyarakat Akan
Manfred Breithaupt, Oliver Eberz, GTZ)
Transportasi Berkelanjutan
(Karl Fjellstrom, Carlos F. Pardo, GTZ) Dampak lingkungan dan kesehatan
1f. Pembiayaan Transportasi Perkotaan yang 5a. Manajemen Kualitas Udara (Dietrich Schwe-
Berkelanjutan la, Organisasi Kesehatan Dunia)
(Ko Sakamoto, TRL) 5b. Keamanan Jalan Perkotaan (Jacqueline
1g. Angkutan Barang Perkotaan di Kota-kota Lacroix, DVR; David Silcock, GRSP)
Negara Berkembang 5c. Kebisingan dan Penanggulangannya
(Bernhard O. Herzog) (Civic Exchange Hong Kong; GTZ; UBA)
Rencana penggunaan lahan dan 5d. CDM di Sektor Transportasi
manajemen perkotaan (Jürg M. Grütter)
2a. Perencanaan Tata Ruang Kota dan Transpor- 5e. Transportasi dan Perubahan Iklim (Holger
tasi Perkotaan Dalkmann; Charlotte Brannigan, C4S/TRL)
(Rudolf Petersen, Wuppertal Institute) 5f. Mengadaptasi Transportasi Perkotaan Ke
2b. Manajemen Mobilitas (Todd Litman, VTPI) Perubahan Iklim
(Urda Eichhorst, Wuppertal Institute)
2c. Manajemen Parkir: Sebuah Kontribusi
menuju Kota yang Layak Huni (Tom Rye) 5g. Transportasi Perkotaan dan Kesehatan
(Carlos Dora, Jamie Hosking,
Angkutan umum, berjalan kaki, dan Pierpaolo Mudu, Elaine Ruth Fletcher)
bersepeda
Sumber-sumber
3a. Opsi Angkutan Massal
6. Sumber-sumber Bagi Para Pembuat
(Lloyd Wright, ITDP; Karl Fjellstrom, GTZ)
Kebijakan (GTZ)
3b. Angkutan Bus Cepat (Lloyd Wright, ITDP)
3c. Regulasi dan Perencanaan Bus Sosial dan isu-isu lintas bidang di
(Richard Meakin) transportasi perkotaan
3d. Pelestarian dan Perluasan Peranan 7a. Gender dan Transportasi Perkotaan: Modis
Transportasi Kendaraan Tak-bermotor dan Terjangkau
(Walter Hook, ITDP) (Mika Kunieda; Aimée Gauthier)
3e. Pengembangan Car-Free
(Lloyd Wright, ITDP)

i
Tentang Penulis
Wuppertal Institute for Climate, Environ-
ment, and Energy (WI) bergerak di bidang
lingkungan untuk mengatasi konflik antara
pembangunan ekonomi dan pelestarian ling-
kungan hidup. Peningkatan kesejahteraan
dengan pengurangan konsumsi sumber daya
alam: inilah paradigma inovasi yang efisien
ramah lingkungan dan mengarahkan generasi
baru pengembangan teknologi. Dalam rangka
mencapai tujuan ini, WI menyusun konsep-
konsep konkret untuk mewujudkan hal-hal ter-
sebut pada bidang energi, transport, bahan baku
industri dan kebijakan iklim, serta menyedia-
kan visi nyata untuk model-model kesejahteraan
baru. Lebih dari itu, WI secara aktif berkontri-
busi untuk mengembangkan dan mempromosi-
kan kebijakan mitigasi perubahan iklim.
Prof. Dr Petersen telah menjabat sebagai
Direktur Divisi Transport di WI sejak 1991.
Sebelumnya beliau mengabdi pada Kementrian
Pembangunan Kota dan Transportasi di North
Rhine-Westphalia, dan Badan Lingkungan Fe-
deral. Sejak 2001 beliau dipercaya sebagai Pro-
fessor Kehormatan pada Fakultas Teknik Mesin
di Universitas Essen. Kepakaran beliau dan
daftar publikasi publikasi meliputi analisis kebi-
jakan transportasi dan lingkungan, dan tekno-
logi otomotif. Lingkup proyek riset yang pernah
dilakukan mencakup transportasi penumpang
dan barang, dengan fokus pada aspek lingkung-
an. Sebagai konsultan internasional di bidang
kebijakan transportasi dan pengembangan kota,
pengalaman beliau termasuk Negara-negara di
Amerika Latin, Asia dan Arab. Penulis berteri-
ma kasih pada Dipl.-Ing. Carolin Schäfer atas
bantuannya dalam riset dan penyuntingan.

ii
Modul 2a
Perencanaan Tata Ruang Kota
dan Transportasi Perkotaan
Temuan-temuan, interpretasi, dan kesimpulan
yang dikemukakan dalam dokumen ini adalah
berdasarkan pada informasi yang diperoleh GIZ
dan konsultan-konsultannya, mitra kerja, dan
para kontributor dari sumber-sumber terpercaya.
Namun GIZ tidak menjamin ketepatan dan
kelengkapan informasi di dalam dokumen ini,
dan tidak bertanggung jawab atas kesalahan-ke-
salahan, pengurangan atau penghilangan yang
timbul dari penggunaannya.

Penulis: Rudolf Petersen (Wuppertal Institute)


Dengan bantuan dari Carolin Schäfer
(Wuppertal Institute)

Penyunting: Deutsche Gesellschaft für


Internationale Zusammenarbeit (GIZ) GmbH
P. O. Box 5180
65726 Eschborn, Germany
http://www.giz.de

Divisi 44: Air, Energi, Transportasi


Sektor proyek
”Pelayanan Konsultasi Kebijakan Transportasi”

Disahkan oleh
Federal Ministry for Economic Cooperation
and Development (BMZ)
Division 313 – Water, Energy, Urban Development
P. O. Box 12 03 22
53045 Bonn, Germany
http://www.bmz.de

Manajer: Manfred Breithaupt

Penyunting: Manfred Breithaupt, Karl Fjellstrom,


Stefan Opitz, Jan Schwaab

Foto sampul: Karl Fjellstrom


Parkir sepeda dan intensifikasi guna lahan sepu-
tar stasiun system angkutan umum missal
di Shanghai, Cina, Januari 2002

Penerjemah: Penterjemahan ini dilaksanakan oleh Harya


Setyaka. GIZ tidak bertanggung jawab akan
terjemahan ini atau akan kesalahan, penghapusan,
kerugian akibat penggunaannya.

Tata letak: Klaus Neumann, SDS, G.C.

Edisi: Modul ini merupakan bagian dari pada Sourcebook


Transportasi Yang Berkelanjutan untuk para peng-
ambil keputusan di kota-kota berkembang, revisi
September 2004

Eschborn 2002, (revisi September 2004)


Desember 2011

iii
DAFTAR ISI
1. Pokok permasalahan 1
1.1 Perencanaan tata ruang untuk transportasi 1
1.2 Interaksi antara pola guna lahan, transportasi dan lingkungan 3
1.3 Mengelola konflik akan kebutuhan ruang kota 4
1.4 Penyusunan dan implementasi rencana tata ruang 4
2. Mobilitas dan transportasi dalam perbandingan lintas negara 5
2.1 Hasil Survey Internasional 5
2.2 Kepadatan Kota dan pilihan moda 7
3. Dampak tata ruang pada transportasi kota dalam beberapa skala 10
3.1 Skala persil, gedung Property, dan tapak; karakteristik jalan 10
3.2 Blok, perumahan, lingkungan kota 11
3.3 Skala kota: pengembangan kota dan transportasi 13
4. Pola pertumbuhan kota 15
4.1 Skema Sederhana 15
4.2 Dampak Transportasi pada pertumbuhan kota 15
5. Pertumbuhan di luar batas kota 17
6. Bangkitan pergerakan & pilihan moda yang terkait tata ruang 21
6.1 Prinsip dasar 21
6.2 Tata ruang dan kebutuhan pergerakan di wilayah kota 22
7. Pengaruh transportasi pada pembangunan tata ruang 24
8. Kelembagaan perencanaan tata ruang 27
8.1 Pembentukan kerangka hukum dan kelembagaan 27
8.2 Praktek-praktek perencanaan tata ruang 30
8.3 Infrastruktur transportasi dalam rencana tata ruang 31
9. Perencanaan tata ruang untuk mengurangi kebutuhan transportasi 34
9.1 Prinsip-prinsip dasar 34
9.2 Membentuk tata guna lahan kota untuk transportasi berkelanjutan 35
9.3 Pembangunan regional untuk transportasi berkelanjutan 41
10. Daftar Centang (checklist) untuk rencana tata ruang dan transportasi 45
10.1  Pembangunan kota baru 45
10.2  Angkutan umum dan tata ruang 45
10.3  Pembangunan kota 45
10.4  Lalu-lintas kendaraan bermotor 46
10.5  Angkutan barang 46
11.  Daftar Rujukan 47
11.1  Rujukan Internet 47
11.2  Daftar Pustaka 47

iv
Modul 2a: Perencanaan Tata Ruang Kota dan Transportasi Perkotaan

yang tinggi mengorbankan sebagian besar dari


1. Pokok permasalahan ruang kota untuk jalan raya; pada umumnya di
Ruang kota diperlukan untuk melayani ber- Amerika Serikat (AS), Jepang dan kota-kota di
bagai macam kebutuhan manusia: perumah- Eropa sebesar 15 hingga 25 persen (Tabel 1).
an (wisma), lapangan kerja (karya), interaksi Kota-kota di Cina hanya menggunakan 5
sosial dan sarana rekreasi (suka), dan angkutan hingga 7 persen dari ruang kota untuk jalan
penumpang dan barang (marga). Manusia juga raya. Apabila dihitung per-penduduk, Shang-
membutuhkan lingkungan alami didalam hai luas jalan adalah 6 m per penduduk,
ruang hidup mereka seperti ruang terbuka sedangkan di New York lebih dari 26 m². Je-
hijau untuk rekreasi dan relaksasi. Pepohonan, laslah sudah bahwa terdapat perbedaan yang
taman, dan tanaman hijau lainnya meningkat- mencolok dalam ketersediaan ruang jalan per
kan kualitas hidup sehat melalui pengurangan penduduk.
polusi udara, meredam kebisingan dan menjaga Masyarakat dengan kepemilikan mobil yang
kelembaban ideal. Di luar perspektif anthropo- tinggi menyediakan ruang kota yang semakin
sentris ini, konservasi habitat alami juga penting
besar untuk jalan raya, dan seiring dengan
demi menjaga fungsi ekosistem seluruh makh- waktu kepadatan penduduk kota menurun.
luk hidup di bumi. Apakah kota-kota di Negara berkembang ingin
Untuk menciptakan atau melestarikan ling- mengikuti kecenderungan tersebut dalam
kungan perkotaan yang layak huni, keseimbang- rangka mengatasi kemacetan lalu-lintas? Pe­
an antara fungsi-fungsi tersebut perlu dijaga. rencana di Negara berkembang seringkali
Perencanaan tata ruang (guna lahan) berperan mengutip angka-angka yang mendukung
menjaga keseimbangan antara kebutuhan akan pembangunan jaringan jalan secara massif.
ruang kota yang terbatas. Tujuan dari modul Sebagai contoh, Shanghai mengembangkan
ini adalah unutm menyediakan informasi dan perkerasan jalan dari 18,6 ke 41,6 persen antara
untuk mendiseminasikan pengalaman dalam periode 1991–1997, mengembangkan jaringan
menyikapi keterkaitan antara struktur guna jalan raya arteri primer dan jalan laying. Luas
lahan dan transportasi, dan untuk membahas jaringan jalan meningkat dari 4,7 menjadi
strategi untuk mendukung realisasi dari trans- 6,5 m². Pelajaran dari berbagai kasus secara
portasi dan perencanaan tata ruang kota yang international menyimpulkan bahwa strategi ini
lebih berkelanjutan. Selebihnya, modul ini mem- nampak masuk akal, namun layak dipertanya-
perkenalkan beberapa aspek kunci yang akan kan apakah penambahan jalan sesuai dengan
disajikan secara lebih rinci berikut ini. peningkatan kondisi lalu-lintas jangka secara
berkelanjutan. Kemacetan di arteri primer New
1.1 Perencanaan tata ruang untuk York mungkin lebih parah dari Shanghai, seba-
gaimana di Los Angeles atau di London. Mes-
transportasi kipun studi lintas-kota yang membandingkan
Mobilitas, terutama dengan kendaraan bermo- rata-rata kecepatan arus lalu-lintas mengindi-
tor memerlukan lahan yang semakin besar, baik kasikan bahwa situasi di Bangkok adalah yang
didalam kota maupun di pedesaan. Kota-kota paling buruk, dan beberapa kota besar di Asia
di Negara dengan jumlah kendaraan bermotor menunjukkan laju lalu-lintas yang kurang baik,

Tabel 1:  Perbandingan ruang jalan internasional

Rasio panjang Jalan Rasio Luas Jalan Luas Jalan per kapita
Kota
(km/km²) kota (%) (m²)
Kota-kota besar di Cina sekitar 4 hingga 6 sekitar 5 hingga 7 sekitar 6
Tokyo 18,9 14,9 10,9
London 18,1 24,1 28,0
New York 8,0 16,6 26,3
CCICED/TWG Urban Transport and Environment Workshop, Beijing, April 1999

1
Transportasi Berkelanjutan: Panduan Bagi Pembuat Kebijakan di Kota-kota Berkembang

data tersebut tidak dapat dijadikan pembenaran


pembangunan jaringan jalan raya secara ber-
lebihan. Interaksi antara transportasi dan tata
guna lahan, dan dinamika yang terkait dengan
pembangunan perlu dipertimbangkan. Penam-
bahan ruang jalan dapat berdampak negatif
pada kualitas lingkungan kota, mempersulit pe-
jalan kaki dan pesepeda, dan memaksa rumah
tangga yang mampu untuk pindah ke pinggiran
kota yang lebih bersih dan sunyi.
Model pembangunan kota di Amerika Utara
(AS dan Kanada) pada umumnya bukan me-
rupakan contoh yang baik untuk wilayah Asia
dan Amerika Latin yang padat. Sekilas pandang
dari Seattle (Foto 1) dan Singapura (Foto 2)
menunjukkan perbedaan struktur kota dan tata
guna lahan untuk transportasi. Ketika model
Foto 1 pembangunan AS menciptakan kelesuan pusat
Seattle, contoh tata ruang kota di Amerika Serikat. kota, kota-kota Asia dan Eropa menciptakan
kepadatan tinggi dengan aneka-ragam fungsi.
Foto 2 Foto 1 mengilustrasikan pemubaziran lahan
Singapura, contoh kota, sehingga patut dipertanyakan apakah ini
model tata ruang kota yang dimaksud sebagai kota.
Asia/Eropa.
Kondisi hunian dan transportasi dapat berbeda
sangat besar antar kota-kota Negara berkem-
bang. Solusi transportasi perlu diadaptasi sesuai
kebutuhan dan kondisi local. Foto 3 bisa saja
diambil dari suatu kota di AS, dimana arteri
primer yang lebar memberi ruang bagi mobil
besar. Namun demikian, tipe jalan raya seperti
ini tidak mencerminkan kebutuhan penduduk
yang hidup tanpa mobil (Foto 4). Apa kesim-
pulan yang dapat diambil mengenai prioritas
kebijakan transportasi?
Contoh-contoh ini menunjukkan bahwa per-
bandingan rata-rata ruang jalan lintas-kota yang
sederhana tersebut tidak dapat dijadikan pem-
benaran penambahan infrastruktur jalan raya.
Tingkat kepemilikan mobil sangatlah berbeda,
begitupula kebutuhan perjalanan dan jarak
perjalanan. Gaya hidup bermobil tidak terjang-
kau oleh banyak orang di Negara berkembang.
Betul bahwa kepemilikan mobil tumbuh pesat,
demikian pula kebutuhan perjalanan kendaraan
bermotor. Hal ini menyebabkan pembebanan
berlebih pada jaringan jalan yang ada, kemacet-
an, dan degradasi lingkungan kota. Namun
pengalaman mancanegara sangat jelas menun-
jukkan bahwa solusi berbasis konstruksi jalan
Foto 3 Foto 4 tidak akan mampu mengatasi kebutuhan ruang
Jakarta, jalan utama. Jakarta, jalan kecil. jalan untuk mobil.

2
Modul 2a: Perencanaan Tata Ruang Kota dan Transportasi Perkotaan

Perencana di seluruh dunia memahami bahwa


transportasi yang berbasis mobil berlawanan Lalu lintas
mobil
dengan arahan pembangunan berkelanjutan – bertambah
dan juga tidak baik untuk fungsi perkotaan dan
lingkungan. Hanya angkutan umum yang baik Perpindahan moda
transportasi dari berjalan
yang mampu melayani mobilitas tinggi di kota- kaki ke penggunaan mobil
kota besar. Dan hanya melalui kondisi fasilitas
pejalan kaki dan pesepeda yang baik kualitas
hunian kota dapat dijaga dengan baik. Seperti Lalu lintas mobil
apa pembangunan kota dan seperti apa peren-
canaan tata guna lahan yang menunjang trans- Tata guna lahan
portasi berkelanjutan? Mengurangi untuk jalan
daya tarik
berjalan kaki dan
1.2 Interaksi antara pola guna lahan, bersepeda serta
akses ke
transportasi dan lingkungan transportasi
umum
Emisi,
kebisingan,
Tata letak (distribusi spasial) perumahan, pusat kecelakaan

pekerjaan, pusat belanja, rekreasi dan aktifi-


tas lainnya mempengaruhi rata-rata panjang Lalu lintas
bertambah
perjalanan. Kepadatan penduduk yang tinggi,
dengan kombinasi guna lahan untuk berbagai
kegiatan sosial ekonomi, menjaga jarak antara Jarak bertambah
asal-tujuan yang rendah. Sebaliknya, pola pem- – Di dalam area perumahan
bangunan kepadatan rendah dan ruang jalan – Ke tempat kerja

yang luas meningkatkan rata-rata panjang per- – Ke tempat wisata


= Memerlukan lebih banyak sarana
jalanan dan mengakibatkan perjalanan mobil transportasi
yang semakin banyak.
Dengan mengubah struktur ruang kota dan
tata letak fungsi-fungsi perkotaan, perencanaan Selanjutnya, penggunaan bahan bakar minyak Gambar 1
tata ruang dapat mengurangi perjalanan dan dan emisi gas rumah kaca akan meningkat Interaksi transportasi
menunjang penggunaan angkutan umum yang tajam apabila kebijakan transportasi dan tata dan tata ruang
lebih tinggi. Pembangunan yang cukup padat guna lahan di Negara berkembang mengikuti (lingkaran setan).
Wuppertal Institute VE-151e/95
dengan guna lahan multi-fungsi memungkin- pola pembangunan ruang yang telah dilalui
kan lebih banyak pejalan kaki dan pesepeda. oleh Negara-negara maju dengan tingkat kepe-
Keduanya merupakan moda perjalanan yang milikan mobil yang tinggi. Gambar 1 meng-
paling ramah lingkungan. Studi banding lintas- ilustrasikan ”lingkaran setan” lalu-lintas mobil
negara telah menunjukkan hubungan yang yang mengakibatkan kondisi hunian yang
erat antara kepadatan penduduk, penggunaan buruk, menuju sub-urbanisasi (pembangunan
kendaraan bermotor dan konsumsi energi per- di pinggiran kota) dan mengubah pedesaan
kapita pada sektor transportasi. Mengingat menjadi permukiman, dimana penghuninya
rendahnya standar emisi di Negara berkembang, akan sangat bergantung pada mobil pribadi
besarnya lalu-lintas yang dibangkitkan oleh untuk mobilitas sehari-hari. Pertumbuhan
struktur ruang yang kurang baik berdampak penggunaan mobil akan kembali menimbulkan
pada kualitas udara. masalah kemacetan, dimana semakin banyak
jalan raya yang dibangun untuk memenuhi
”Makin disadari bahwa paradigma kebutuhan penglaju, yang pada akhirnya meng-
akibatkan pemubaziran lahan kota seperti yang
perencanaan kota masa lalu perlu diamati di Seattle, AS (Foto 1).
diubah, dan pola pembangunan Di Eropa, Jepang dan bahkan Amerika Utara
menyebar perlu dikendalikan.” (AS dan Kanada), para perencana kota telah
menyadari bahwa paradigma masa lalu perlu

3
Transportasi Berkelanjutan: Panduan Bagi Pembuat Kebijakan di Kota-kota Berkembang

diubah dan pola pembangunan yang menyebar terbatas. Selain itu, masih tersisa permasalah-
perlu dikendalikan. Wawasan semacam ini an konversi lahan pertanian untuk perumahan
didasari oleh pengalaman local dan penga­ pinggir kota dan fungsi-fungsi lainnya. Hal ini
matan yang menyimpulkan bahwa kemacetan sangat disayangkan karena produksi pangan
dan waktu tempuh terus meningkat, dan me- untuk masyarakat kota berkurang akibat berku-
ningkatkan beban anggaran/pengeluaran baik rangnya lahan pertanian yang subur tersebut.
kepada masing-masing perorangan maupun
pemerintah. Sebagai tambahan, banyak an- ”Perencanaan Tata Ruang yang
caman terhadap lingkungan sekitar, terutama
baik harus berupaya untuk
polusi udara, kebisingan, polusi air dari limpas-
an, hilangnya kesuburan tanah, dan hilangnya mengurangi kebutuhan transportasi
keanekaragaman hayati. Kemudian ada pula kendaraan bermotor pribadi.”
ancaman yang bersifat global yaitu sehubung-
an dengan sumber daya energi dan emisi gas Meskipun hasil pertanian di Negara berkem-
rumah kaca. bang dianggap memadai, konversi lahan perta-
Kebijakan iklim tingkat internasional telah nian mengakibatkan semakin banyaknya hasil
memulai dengan komitmen untuk mengurangi pertanian yang perlu diangkut dari desa yang
emisi, dengan menempatkan kebijakan tata pada akhirnya menambah ongkos transportasi.
ruang yang membantu penghematan energi Pengembangan wilayah yang berkelanjutan
dalam agenda. Hal ini berperan dalam meng- merencanakan konservasi lahan pertanian di se-
kritisi penggunaan mobil pribadi – atau keter- kitar perkotaan. Pada umumnya, perindustrian
gantungan terhadap mobil pribadi – di Eropa regional dapat berperan mengurangi kegiatan
dan juga di Amerika Utara. Protokol Kyoto ha- transportasi, namun dengan tingkat biaya trans-
nyalah awal mula; negosiasi di masa yang akan portasi seperti saat ini dan faktor biaya lainnya
datang akan menuntut Negara-negara berkem- yang berpengaruh pada kebijakan lokasi, ting-
kat produksi dan jaringan distribusi semakin
bang untuk mengurangi emisi gas rumah kaca.
besar.
Bagaimana perencanaan tata ruang dapat ber-
Meskipun tekanan pasar di banyak negara lebih
kontribusi dalam membentuk pola mobilitas
mendukung pembangunan perumahan yang
yang rendah emisi dan rendah konsumsi energi?
berkepadatan rendah dan rakus lahan, peren-
canaan tata ruang yang baik harus berupaya
1.3 Mengelola konflik akan kebutuhan untuk mengurangi kebutuhan transportasi ken-
ruang kota daraan bermotor pribadi. Partisipasi masyarakat
Angkutan penumpang dan barang adalah dalam perencanaan dapat mendukung konsep
elemen yang penting dalam interaksi sosial dan ini, dan mendukung para perencana dalam
ekonomi, memberikan basis untuk kemajuan mengawal kebijakan.
teknologi dan kesejahteraan dengan menyatu-
kan ketrampilan dan bakat. Spesialisasi tenaga 1.4 Penyusunan dan implementasi
kerja meningkatkan produktifitas, namun rencana tata ruang
meningkatkan aktifitas transportasi. Perpindah- Perencanaan tata ruang sangat diperlukan
an penduduk dan pertumbuhan penduduk untuk menjamin keseimbangan pembangun-
meningkatkan kebutuhan akan perumahan dan an kota dan wilayah. Kota-kota di Eropa dan
guna lahan lainnya. Jepang memiliki tradisi yang kuat dalam peren-
Gaya hidup yang semakin individualistis, libe- canaan tata ruang, dan telah berhasil menjaga
ralisasi aktifitas perekonomian bertransformasi struktur ruang kota yang baik. Negara-negara
kedalam kekuatan pasar yang bersaing untuk berkembang sudah mulai memahami penting-
meraih ruang perkotaan yang semakin langka. nya mengarahkan pembangunan kota untuk
Kota-kota yang layak huni perlu menyeimbang- menghindari terbentuknya struktur ruang kota
kan kebutuhan lahan untuk perekonomian, yang tidak berkelanjutan, namun kapasitas
sosial dan lingkungan dalam ruang kota yang kelembagaan dan penegakan hukum untuk

4
Modul 2a: Perencanaan Tata Ruang Kota dan Transportasi Perkotaan

perencanaan tata ruang masih lemah. Sistem


transportasi yang berkelanjutan, baik dari 2. Mobilitas dan transportasi
kriteria ekonomi dan lingkungan, hanya dapat dalam perbandingan lintas
dicapai apabila interaksi antara perencanaan negara
tata ruang, pertumbuhan kota dan pembangun-
an transportasi tidak diperhatikan. Pengalaman Definisi ”mobilitas” dan ”transportasi” sering-
telah menunjukkan bahwa memprioritaskan kali dianggap sama secara keliru. Mobilitas
pengembangan kapasitas jaringan jalan tanpa direduksi menjadi pergerakan, yang diartikan
visi yang jernih mengenai pembangunan ruang sebagai perpindahan lokasi dan transportasi itu
telah gagal mengatasi kemacetan. Peningkatan sendiri. Besarnya jarak tempuh menjadi fokus
kapasitas infrastruktur, terutama pada jalan tol dan menjadi indikator mobilitas. Sebagai konse-
dalam kota, mengakibatkan meningkatnya per- kuensi, pilihan moda lain terabaikan. Fakta me-
mintaan yang pada akhirnya kembali membuat nunjukkan, bahwa seseorang yang tidak banyak
kemacetan. menggunakan kendaraan bermotor dapat men-
jalani hidup yang lebih fleksibel dan produktif
dibanding seseorang yang sangat bergantung
pada mobil pribadi dalam aktifitas sehari-hari.
Dalam hal ini, mobilitas harus diukur secara
lebih komprehensif dan tekait pada ”akses po-
tensial”, dan bukan hanya sesederhana ”kilome-
ter tempuh”.
Sub-bab berikut ini memberikan perbandingan
karakteristik mobilitas dan transportasi man-
canegara, dan menjelaskan hubungan antara
kepadatan penduduk kota dan pilihan moda
transpotasi.

2.1 Hasil Survey Internasional


Survey mobilitas internasional mengindikasikan
bahwa jumlah perjalanan pribadi dan waktu
yang dihabiskan untuk perjalanan adalah kon-
stan diseluruh dunia (lihat Gambar 2). Hal ini
terjadi meskipun kondisi perekonomian (tingkat
pendapatan) dan struktur ruang sangat bervari-
asi antar negara. Tentu saja ada kendala waktu
yang membuat pilihan lokasi dan pola perilaku
perjalanan rata-rata berkisar pada 60–70 menit
per hari.
Namun demikian, kemiripan pola mobilitas
ini hanya pada aspek waktu tempuh, bukan
jarak tempuh. Sangat penting untuk dibedakan
antara mobilitas sebagai kebutuhan mendasar,
dan transportasi sebagai kebutuhan turunan,
yang berasal dari kebutuhan lain. Studi telah
menunjukkan hubungan tingkat pendapatan,
kepemilikan mobil dan struktur transportasi
menujukkan perbedaan mendasar dalam hal
jarak tempuh perjalanan dan moda transpor-
tasi di Asia, Eropa dan Amerika (Lihat Tabel
2). Ketika mobil pribadi dapat dijangkau oleh

5
Transportasi Berkelanjutan: Panduan Bagi Pembuat Kebijakan di Kota-kota Berkembang

Gambar 2
Data survey waktu
tempuh internasional.
Schafer dan Victor, 2000

Tabel 2: Pola transportasi kota internasional (1990)

Kota-kota Kota-kota Kota-Kota Amerika


Pola transportasi
Asia Eropa Serikat
Kepemilikan kendaraan mobil pribadi (mobil
109 392 608
pribadi per 1.000 penduduk)
Kepemilikan kendaraan (kendaraan per 1.000
224 452 749
penduduk)
Panjang jalan spesifik (meter per kapita) 1,1 2,4 6,7
Rasio panjang jalan (panjang jalan dalam meter
122 115 89
per luas wilayah kota dalam hektar)
Kendaraan tidak bermotor (jalan kaki +
19 18 5
sepeda+ becak, % dari total perjalanan pekerja)
Peran angkutan umum (% dari total
48 23 3
penumpang-km)
Penggunaan mobil per orang (km per kapita per
1.397 4.519 11.155
tahun)
Konsumsi energi per orang (transportasi pri-
6.969 17.218 55.807
badi/kapita (Mega Joule))
Kenworthy dan Laube, dkk., 1999

Catatan: Kota-kota Asia


yang distudi adalah
Tokyo, Singapura, Hong
Kong, Kuala Lumpur,
Bangkok, Jakarta, Sura-
baya dan Manila.

6
Modul 2a: Perencanaan Tata Ruang Kota dan Transportasi Perkotaan

penduduk rata-rata, kilometer-tempuh per- rendah dan tingkat kepemilikan mobil rendah,
kepala tinggi dan penggunaan angkutan umum ketergantungan terhadap angkutan umum
merosot. Menurut Gambar 2 waktu-tempuh per sangat tinggi. Konsumsi ruang untuk hidup
hari tidak berbeda antar negara. Oleh sebab itu juga rendah – di Cina sekitar 6 m² per pendu-
dapat disimpulkan bahwa penggunaan moda duk, dibanding 60 m² di Amerika Serikat dan
transportasi yang lebih cepat tidak mengurangi 30 m² di Jepang – dan kepadatan penduduk di
waktu tempuh, namun memungkinkan perja- kota sangat tinggi, memungkinkan badan pe-
lanan yang lebih jauh dalam waktu yang sama. ngelola angkutan umum menyediakan layanan
Sebaliknya, menjaga permukiman dengan pola reguler dan terjadwal secara efisien.
kepadatan tinggi dan struktur tata ruang multi-
fungsi memungkinkan masyarakat beraktifitas ”Tingkat kepadatan adalah
tinggi dengan jarak-tempuh yang rendah dan
menggunakan moda transportasi berkecepatan indikator awal struktur kota yang
rendah (seperti berjalan kaki dan bersepeda); baik untuk angkutan umum.”
lebih efisien dibandingkan pola permukiman
yang menyebar dan sistem jaringan jalan yang Pembangunan kota yang berorientasi pada
ekstensif. angkutan umum/Transit Oriented Develop-
ment (TOD) bertujuan untuk mendukung
Perbedaan antara Asia, Eropa dan Amerika
penggunaan angkutan umum dan membatasi
Utara dalam Tabel 2 sangat signifikan. Namun
penggunaan mobil pribadi. Namun kemampu-
perlu dicatat bahwa didalam tiga wilayah terse-
an perencanaan tata ruang dalam menahan laju
but terdapat perbedaan antara kota dan dapat
pertumbuhan penggunaan mobil pribadi sangat
ditelusuri perbedaan filosofi pembangunan kota terbatas. Hal ini ditunjukkan oleh pengalaman
yang dianut. Beberapa kota di Asia mengambil di Eropa, dimana pola pembangunan yang me-
kebijakan untuk mengurangi penggunaan ken- nyebar dan transportasi yang bergantung pada
daraan pribadi dan memperbaiki sistem ang- mobil pribadi terjadi dalam skala kecil, mes-
kutan umum, pertama dengan meningkatkan kipun perencanaan dan peraturan tata ruang
pelayanan angkutan bus kota dan kemudian yang ketat. Namun demikian keadaan masih
meningkatkan sistem jaringan rel. Sebagai lebih baik daripada di AS, dan contoh di Asia
contoh adalah Singapura, Hong Kong, Tokyo seperti Singapura dan Hong Kong (dan yang
dan Seoul. Kota-kota lain—Bangkok, Kuala paling baru seperti Zurich, Swiss) menunjuk-
Lumpur dan Jakarta, sebagai contoh—menem- kan bahwa angkutan umum tetap diminati di
puh arah lain, berupaya mengatasi peningkatan kota-kota dengan tingkat pendapatan tinggi.
kepemilikan kendaraan pribadi dengan memba-
Gambar 3 menunjukkan bahwa kepadatan
ngun jalan (Barter, 2000).
rendah meningkatkan ketergantungan terhadap
mobil pribadi, dengan seluruh dampak negatif
2.2 Kepadatan Kota dan pilihan moda terhadap konsumsi energi dan emisi gas rumah
Kebijakan-kebijakan pembangunan ruang kota kaca dari sektor transportasi.
tidak hanya mempengaruhi kompetisi antar Grafik ini dibuat dari data yang sama dengan
moda transportasi, namun juga membentuk Tabel 3. Temuan dan kesimpulan utama di-
ruang kota selain sektor transportasi. Di kota dukung oleh hasil survey dari seluruh dunia
yang moda utamanya adalah angkutan umum, oleh Asosiasi Angkutan Umum Internasional/
pola pembangunan akan berbeda dengan para- International Association of Public Transport
digma pembangunan yang berorientasi mobil (UITP) (Rat, 2001), meskipun angka pas-
pribadi. tinya sedikit berbeda. Tabel 4 mengkaitkan
Karakter spesifik suatu sistem transportasi per- tingkat kepadatan dengan jumlah pejalan kaki,
kotaan – di dalam tabel peringkat penggunaan pesepeda dan penggunaan angkutan umum,
mobil pribadi – bukan saja dipengaruhi oleh ke- dan memberikan data besarnya proporsi biaya
bijakan transportasi dan perencanaan tata ruang perjalanan terhadap Pendaptan Domestik Bruto
namun juga dipengaruhi oleh tingkat penda- (PDB), panjang jarak-tempuh per-penduduk
patan rata-rata. Di negara dengan pendapatan dan konsumsi energi yang terkait.

7
Transportasi Berkelanjutan: Panduan Bagi Pembuat Kebijakan di Kota-kota Berkembang

Parameter ”kepadatan penduduk” ditekankan


14.000
oleh Newman & Kenworthy dan UITP, dan
bukanlah satu-satunya elemen TOD dalam
Houston
sistem transportasi perkotaan. Gorham (1998)
San Francisco
menjelaskan:
12.000 Phoenix Studi mutakhir dalam bidang ini tidak
Los Angeles lagi menekankan peran dari kepadatan saja,
Detroit
Washington karena, pertama-tama, sebagai konsep alat
ukur, sering kali mengandung ambiguitas
Boston dan tidak digunakan sebagaimana-mes-
10.000 Denver
tinya, kedua, belum tentu akurat dalam
Chicago
menggambarkan ciri dari tata ruang yang
paling berpengaruh pada perilaku transportasi,
New York dan ketiga, mungkin saja terdapat instrumen
8.000 kebijakan tata ruang lain yang lebih efektif
menginduksi perilaku transportasi daripada
Perth kepadatan penduduk yang sederhana.
km

Adelaide Aspek lain bentuk ruang kota –yaitu, selain ke-


Brisbane
Melbourne padatan –termasuk tata guna lahan multi-fung-
6.000 Frankfurt
Sydney si, orientasi gedung terhadap jalan, pola jaring-
Hamburg Zurich an jalan dan tata letak bangungan, lebar ruang
Toronto Brussels milik jalan, dan elemen rancang-bangun kota
Kopenhagen Stockholm
yang dalam skala mikro lainnya. Diskusi lebih
Amsterdam MunichKuala Lumpur
4.000 mendalam mengenai parameter ini disajikan di
London Wina
Paris Bab 3 berikut ini.
Kendatipun pentingnya faktor-faktor lain-
Bangkok
nya ini, tingkat kepadatan tetap merupakan
2.000 Tokyo
Singapura
Jakarta Seoul
Surabaya
Manila
Beijing Hong Kong
0 Gambar 3
0 50 100 150 200 250 300 Penggunaan mobil pribadi per
kapita (1990) dan kepadatan
Kepadatan Kota (dalam penduduk per hektar)
penduduk kota.
Kenworthy & Laube, dkk, 1999

Tabel 3: Pangsa moda untuk perjalanan pekerja di kota-kota Asia, awal 1990an

Jumlah Pendu- Kepadatan Kendaraan Angkutan Pejalan Kaki/


Kota
duk (juta) penduduk/km² Pribadi (%) Umum (%) Sepeda/lainnya (%)
Bangkok 6,4 14.955 60,0 30,0 10,0
Kuala
3,0 5.693 57,6 25,5 16,9
Lumpur
Jakarta 8,2 17.056 41,4 36,3 22,3
Tokyo 31,8 7.099 29,4 48,9 21,7
Manila 9,3 19.783 28,0 54,2 17,8
Singapura 2,7 8.697 21,8 56,0 22,2
Hong Kong 5,5 28.405 9,1 74,0 16,9
Berdasarkan O’Meara Sheeden, 2001, Kenworthy & Laube dkk (1999), jumlah penduduk dan kepadatan dari http://www.demographia.com

8
Modul 2a: Perencanaan Tata Ruang Kota dan Transportasi Perkotaan

Tabel 4:  Kepadatan penduduk kota dan parameter transportasi yang terkait

Kepadatan % berjalan kaki Biaya perja- Perjalanan


Energi
Kota penduduk per + bersepeda + lanan per tahun
(Mj/kapita)
hektar angkutan umum (% dari PDB) (km/kapita)
Houston 9 5 14,1 25.600 86.000
Melbourne 14 26 – 13.100 –
Sydney 19 25 11,0 – 30.000
Paris 48 56 6,7 7.250 15.500
Munich 56 60 5,8 8.850 17.500
London 59 51 7,1 – 14.500
Tokyo 88 68 5,0 9.900 11.500
Singapura 94 48 – 7.850 –
Hong Kong 320 82 5,0 5.000 6.500
Rat (UITP), 2001

indikator awal yang baik bagi angkutan umum,


dan merupakan basis yang masuk akal menge-
nai porsi moda dan jarak tempuh. Kota yang
padat penduduk akan membatasi ruang untuk
mobil, dan kebutuhan mobilitas dapat dilayani
dengan angkutan umum, berjalan kaki maupun
bersepeda. Foto 5 membandingkan ruang yang
diperlukan untuk 80 orang melalukan perjalan-
an dengan mobil, bus atau berjalan kaki dan
bersepeda. Moda transpotasi yang ramah-ling-
kungan menggunakan ruang jalan secara lebih
efisien.

Foto 5
Kebutuhan ruang
untuk berbagai moda
transportasi.
Poster dari Negara Bagian North
Rhine-Westphalia, di Muenster, Jerman

9
Transportasi Berkelanjutan: Panduan Bagi Pembuat Kebijakan di Kota-kota Berkembang

Tipe peruhaman yang lazim ditemukan di


3. Dampak tata ruang pada Belanda (tanpa sempadan) membentuk blok pe-
transportasi kota dalam rumahan yang padat sepanjang jalan kota; yang
beberapa skala merupakan konfigurasi yang umum dijumpai
di pusat-pusat kota di Eropa. (Gambar 4 mem-
Aspek-aspek spesifik dari konteks transportasi beri contoh dari Berlin, Jerman.) Di banyak ko-
dan tata ruang yang disampaikan diatas dengan ta-kota Asia, bangunan rumah seperti ini sering
perbandingan dari kota-ke-kota muncul dari dijumpai sampai dengan tahun 1930an. Setelah
berbagai skala geografis, dalam bentuk yang itu, paradigma pembangunan cenderung meng-
spesifik. Pengaruh dari tata ruang pada trans- arah pada kota yang menyebar linier – dengan
portasi akan dibahas berikut ini. konsekuensi bertambahnya jarak tempuh.
Blok perumahan dengan 6 lantai memiliki
3.1 Skala persil, gedung Property, dan banyak kelebihan dalam hal mobilitas berke-
tapak; karakteristik jalan lanjutan: akses langsung dari pintu rumah ke
Frekuensi perjalanan, jarak tempuh dan pilihan trotoar, tingkat kenyamanan dan keselamatan
moda terkait dengan perumahan, karateris- pejalan kaki yang tinggi karena kontak visual
tik tapak dan jalan telah dipelajari di Belanda dan akustik yang dekat antar penghuni. Ba-
(Meurs & Haaijer, 2001). Tipe perumahan ngunan rumah susun pada umumnya tidak ter-
(rumah susun, rumah petak, rumah berteras, lalu lebar, dan seringkali unit hunian terdapat
dengan atau tanpa halaman/sempadan) mempe- pada lantai atas dikombinasikan dengan fungsi
ngaruhi pilihan mobilitas pribadi, begitu pula komersil/toko di lantai dasar. Tipe perumahan
dengan karakteristik jalan (misal; rumah di seperti ini pada umumnya memungkinkan ak-
pinggir jalur sepeda, kemudahan dan ketersedi- sesibilitas tinggi kepada beraneka ragam fungsi
aan ruang parkir, pembatasan lalu-lintas). Ken- kota yang dapat ditempuh dengan berjalan kaki.
datipun, karakteristik lingkungan memberikan Akses ke halte bus dan angkutan umum lainnya
efek yang lebih kuat. juga mudah. Studi telah menunjukkan bahwa
jarak berjalan kaki menuju halte terdekat dapat
diterima apabila sempadan bangunan bervariasi.

Gambar 4
Gedung-gedung yang
memenuhi seluruh blok
(Berlin) (maket).
Kota Berlin

10
Modul 2a: Perencanaan Tata Ruang Kota dan Transportasi Perkotaan

Variasi fungsi ruang pada lantai dasar juga jalan membesar, dan ruang parkir disediakan
dianggap lebih baik, ketimbang teras muka disekeliling bangunan, penggunaan mobil men-
rumah yang monoton. jadi lebih nyaman dibandingkan berjalan kaki
Namun demikian, meningkatnya lalu-lintas maupun menggunakan angkutan umum.
kendaraan bermotor, kondisi perumahan
terganggu oleh kebisingan dan emisi. Sebagai 3.2 Blok, perumahan, lingkungan kota
reaksi atas keadaan ini, bangunan dirancang Parameter tata ruang pada skala lingkung-
berbeda sehingga ruang tamu tidak lagi meng- an meliputi kepadatan (dengan ukuran unit
hadap ke jalan. Kontak visual dan keamanan hunian per hektar) dan konfigurasi fungsi-fung-
lingkungan menuruh akibat tata letak seperti si perkotaan, dengan akses pejalan kaki yang
ini, sehingga berjalan kaki menjadi kurang baik menuju pusat perbelanjaan, pasar, taman,
aman dan nyaman. dll. Aktifitas-aktifitas ini dilakukan dalam
Pada awal abad ke-29, pembangunan linier skala lingkungan dan dapat dilakukan dengan
sangat diminati oleh para arsitek dan pengem- perjalanan pendek. Hal ini yang seharusnya
bang, meletakkan bangunan tidak lagi pada menjadi perhatian utama dari perencana trans-
tepi jalan, namun diberi sempadan yang diisi portasi di tingkat lokal. Fasilitas pejalan kaki
dengan tumbuhan. (lihat pencakar-langit pada dan jalur sepeda yang baik, koneksi kendaraan
Gambar 4.) Bangunan-bangunan ini tidak tidak bermotor dalam blok perumahan, per-
cocok untuk fungsi komersil/pertokoan karena aturan parkir dan jarak ke halte yang baik
jarak yang jauh dari pejalan kaki, membuat (dibawah 300 meter) adalah variabel penting
pemisahan fungsi ruang semakin besar. Mes- untuk merangsang penggunaan moda transpor-
kipun struktur tapak seperti ini meningkatkan tasi yang berkelanjutan. Jarak ke halte angkutan
kondisi lingkungan, namun pola seperti ini umum sangat mempengaruhi pilihan moda
kurang menarik bagi pejalan kaki, meningkat- (Wegener/Fürst, 1999).
kan jarak tempuh rata-rata dan mengurangi Tingkat beban lalu-lintas pada jalan lokal
aksesibilitas. Pergeseran paradigma dalam ran- mempengaruhi kualitas hunian. Pemasang-
cang-bangun telah merubah preferensi mobili- an penghambat lalu-lintas (seperti polisi tidur
tas. Dimana jarak antar fungsi ruang dan lebar dan trotoar yang lebar) meningkatkan jumlah

Tabel 5: Kebutuhan ruang untuk berbagai moda transportasi, dalam beberapa kondisi atau
skenario operasional.#

Skenario kapasitas Kecepatan Kebutuhan ruang


Moda
(penumpang/jam/lajur*) (km/jam) (m² per penumpang)
Berjalan kaki 23.500 4,7 0,7
Sepeda + 5.400 12 8,0
Sepeda motor ++ 2.400 12 17,5
Mobil (jalan kota) 1.050 12 40,0
Mobil (jalan bebas hambatan) 3.000 40 47,0
Bus (55 tempat duduk) 7.700 10 4,5
Bus atau Trem (150 tempat duduk) 18.000 10 2,0
Trem (tempat duduk) 24.000 10 1,5
MRT/Metro 40.000 25 2,5
McNulty, 2002

# Angka ini bukan nilai maksimum atau kecepatan normal dalam setiap si-
tuasi, namun merupakan ruang yang diperlukan, dalam beberapa kondisi
atau skenario tertentu
* Lebar lajur diasumsikan sebesar 3,4 m
+ Satu penumpang per sepeda
++ 1,1 penumpang per sepeda motor
Semua moda angkutan umum diasumsikan 80% penuh.

11
Transportasi Berkelanjutan: Panduan Bagi Pembuat Kebijakan di Kota-kota Berkembang

pejalan kaki dan pesepeda. Hunian berkepadat- berkendara dan kecepatan sangat terkait dengan
an tinggi, melalui unit hunian kecil atau hunian desain jalan. Semakin cepat laju kendaraan,
bertingkat, membangkitkan kebutuhan ang- semakin tinggi resiko kecelakaan dan semakin
kutan umum yang cukup tinggi untuk layanan tinggi pula tingkat cedera dan kerusakan yang
yang baik. ditimbulkan. Lalu-lintas campuran antara
Kebutuhan ruang untuk berbagai moda trans- mobil, pesepeda dan pejalan kaki, resiko terbe-
portasi bervariasi sangat signifikan, sebagaima- sar ditanggung oleh ”target lunak”. Gambar 5
na diilustrasikan dalam Foto 5. Hal ini sangat menunjukkan hubungan antara tingkat kema-
penting untuk diingat ketika merencakan trans- tian pejalan kaki ketika tertabrak oleh mobil
portasi kota. Dalam rangka menyediakan pilih- dengan tingkat kecepatan tertentu. Tingkat ke-
an mobilitas untuk perjalanan penduduk yang cepatan sebesar 30 km/jam telah diyakini seba-
banyak, bus kota, pejalan kaki dan pesepeda gai kebijakan yang baik dalam hal mengurangi
lebih efisien menggunakan ruang kota diban- kecelakan dan tingkat kematian.
ding mobil pribadi. Prakiraan jumlah penum- Lebar jalan di daerah perumahan sebaiknya
pang per lajur disampaikan dalam Tabel 5. tidak melebihi 3,5m, untuk menjaga kecepatan
Kepemilikan mobil pribadi tentu saja memer- kendaraan pada tingkat yang aman. Pengurang-
lukan ruang kota bahkan ketika mobil tidak an lebar jalan dapat digunakan untuk fasilitas
bergerak, sehingga mengurangi ruang untuk pejalan kaki dan/atau jalur sepeda.
fungsi-fungsi lainnya. Parkir badan jalan meng- Kecepatan rata-rata di perumahan pada umum-
ambil lahan yang sebaiknga digunakan untuk nya dibawah 30 km/jam. Di jalan raya yang
ruang publik, jalur bus, jalur sepeda dan kelan- sibuk di lingkungan binaan yang padat, pe-
caran lalu-lintas. Satu unit mobil penumpang ngurangan kecepatan melalui penetapan batas
membutuhkan sekitar 10 hingga 15 m² pada kecepatan maksimum sebesar 30 km/jam tidak
badan jalan. Untuk gedung parkir, dibutuhkan akan berdampak pada waktu tempuh perjalan-
setidaknya dua kali lebih banyak untuk akses an dengan mobil secara signifikan.
keluar-masuk (Gorham, 1998). Untuk perhi- Penelitian komprehensif telah menunjukkan
tungan kasar kebutuhan lahan, satu mobil me- hubungan antara lebar jalan kecepatan ber-
merlukan 1,5 satuan ruang parkir di berbagai kendara. Meskipun banyak negara membatasi
lokasi (rumah, kantor, pertokoan, dll.) dan dua- kecepatan pada 50 km/jam, jalan yang lebar
per-tiga dari kebutuhan ini dapat diasumsikan dan lemahnya penegakan berujung pada kece-
sebagai parkir dalam gedung. Hal ini meng- patan kendaraan yang sangat tinggi, sehingga
Gambar 5 akibatkan keperluan ruang sebesar 3 km² untuk meningkatkan resiko kecelakaan dan memba-
Probabilitas korban 100.000 mobil. hayakan pejalan kaki terutama yang menye-
jiwa dari kecelakaan Mobil pribadi harus parkir di gedung parkir brang jalan. Sebagai contoh, jalan Arteri yang
lalu-lintas menurut swasta atau lahan milik sendiri. Pedagang harus sangat lebar di kota-kota Cina (Foto 6), meng-
kecepatan saat
menyisakan ruang untuk pejalan kaki, dan undang pengendara untuk memacu mobilnya
kecelakaan terjadi.
Barter dkk., 2000 halte bus juga memerlukan ruang. Perilaku hingga 80 km/jam atau lebih di persimpangan,
bukan saja memperbesar resiko dan dampak
kecelakaan tetapi juga meningkatkan emisi gas
% buang dan kebisingan. Berkurangnya kapasitas
100 jalan pada umumnya disebabkan oleh persim-
80 pangan, bukan oleh dimensi jalan di antara per-
60 simpangan, lebar jalan dapat dikurangi tanpa
40
mengurangi waktu tempuh dan memperparah
kemacetan terlalu banyak. Kebijakan ini akan
20
memudahkan bagi pejalan kaki dan pesepeda,
0 atau dapat pula digunakan untuk jalur hijau
0 10 20 30 40 50 60 70 (Foto 7).
Kecepatan saat terjadi benturan/tumbukan km/jam Kualitas ekologi lingkungan dan kualitas
paru-paru kota sepanjang jalan mungkin

12
Modul 2a: Perencanaan Tata Ruang Kota dan Transportasi Perkotaan

Foto 6
Jalan kota yang umum dijumpai di Shanghai.
Karl Fjellstrom

tidak lebih tinggi dalam hal keanekaragaman konsentrasi polusi udara dari kendaraan bermo- Foto 7
hayati, namun sangat berdampak positif pada tor terjadi pada jalan arteri yang menghubung- Ruang jalan kota
kenyamanan berjalan kaki dan iklim mikro, kan permukiman di pinggiran kota dengan dengan jalur hijau
begitu pula untuk menahan limpasan air hujan. pusat kota. Zat pencemar yang paling banyak (Frankfurt). Jalur hijau
disini adalah Zeil,
Manfaat-manfaat ini harus diimbangi dengan ditemui adalah karbon-monoksida, hidrokar- salah satu pusat belanja
kebutuhan ruang jalan. bon, oksida nitrogen dan partikel padat dari elit di Eropa.
bahan bakar solar. Karl Fjellstrom

3.3 Skala kota: pengembangan kota dan Pada umumnya, struktur kota dengan tipe
transportasi melingkar seperti ini menyediakan kondisi yang
Banyak kota di negara berkembang, dan juga di relatif baik untuk angkutan umum, selama
Amerika Utara (Amerika Serikat dan Kanada), pusat-pusat perkantoran dan perbelanjaan
menunjukkan pola klasifikasi tata guna lahan berada di dalam atau di dekat pust kota. Kori-
yang bervariasi seiring dengan jarak dari pusat dor arteri dan jalan lingkar dapat dilayani oleh
kota (atau Central Business District/CBD). Di angkutan umum massal yang efisien. Berlin,
pusat kota, dimana harga lahan sangat tinggi, Jerman adalah contoh yang baik, dengan sistem
ditemui gedung-gedung pencakar langit yang jaringan rel dalam kota yang sudah diba-
pada umumnya berfungsi sebagai perkantoran ngun sejak abad lalu. Jaringan ini mendukung
dan pusat perbelanjaan. (Pada beberapa kota, pembangunan yang berorientasi pada kereta
inti kota tradisional, yang sudah terbentuk sejak api, dengan pusat-pusat sekunder, dan masih
lama, masih bertahan ditengah-tengah CBD berfungsi dengan sangat baik hingga saat ini.
modern yang lebih baru). Kepadatan hunian Model jaringan yang juga dirancang dan diba-
(unit hunian per luas lahan) rendah karena ngun di kota-kota Eropa lainnya. Kota Curitiba,
harga lahan yang tinggi. Pusat kota sekeliling Brazil merupakan contoh negara berkembang
CBD menunjukkan campuran antara perumah- dengan model pembangunan kota berstruktur
an (hunian) dan fungsi komersil, biasanya ber- melingkar, berorientasi pada angkutan umum,
wujud gedung 4 hingga 6 lantai (rumah susun). terdiri dari lima koridor jaringan Busway (Bus
Zona berikutnya terdiri dari perumahan dengan Rapid Transit/BRT) berkepadatan tinggi dan
tipe rumah petak maupun rumah dengan peka- sudah terkenal di seluruh dunia.
rangan yang terkonsentrasi pada pusat layanan Namun demikian, sepanjang abad lalu, kota-
sekunder. Perumahan lainnya biasanya terada- kota mengalami berbagai macam fase restruk-
pat diluar batas kota. turisasi. Pertama, industri pabrik dan kegiatan
Gambar 6 menunjukkan model struktur komersial lainnya dengan kebutuhan trans-
kota tersebut, dan mengindikasikan bahwa portasi yang tinggi pindah dari pust ke lokasi

13
Transportasi Berkelanjutan: Panduan Bagi Pembuat Kebijakan di Kota-kota Berkembang

melayani jasa layanan konsumen dan bisnis


lainnya (seperti jasa keuangan dan perbankan).
Sebagai akibat dari proses-proses ini, pola per-
jalanan yang awalnya memusat tidak terjaga.
Meskipun pusat kota masih membangkitkan
Alat
pemantau kualitas udara

volume lalu-lintas yang tinggi baik untuk ang-


kutan umum dan mobil pribadi, pergerakan
yang terjadi pada umumnya dari pinggir kota
ke pinggir kota lainnya. Di kota-kota Eropa dan
terlebih di Amerika Utara, angkutan umum
tidak dapat melayani aktifitas yang begitu me-
nyebar tanpa bantuan subsidi yang memadai.
Apa pelajaran yang dapat dipetik dari proses-
proses ini terhadap tantangan yang dihadapi
Wilayah
negara berkembang? Pertama-tama, perlu
Pusat kota administrasi diingat bahw tetap ada perbedaan mencolok
Batas kota lainnya
administratif antara kota-kota di Amerika Utara dan Eropa
kota dengan negara berkembang. Di Eropa, pengen-
Bagian wilayah kota dalian dan perencanaan tata ruang yang relatif
lebih ketat telah mengarahkan pembangun-
Wilayah an – setidaknya sampai dengan batas tertentu.
pinggiran Angkutan umum tetap memainkan peran yang
yang
dibangun penting. Pusat-pusat kota berhasil bertahan
sebagai pusat belanja kelas atas, dan lingkung-
an perkotaan yang layan huni masih menarik
pedesaan
bagi pejalan kaki. Investasi pemerintah dan
subsidi yang memadai untuk angkutan umum
memungkinkan layanan terjaga baik dan dapat
Gambar 6 yang lebih murah di pinggiran, sekaligus me- ”menarik” konsumen menggunakan bus kota
Struktur ruang kota rubah arah pergerakan pekerja. Perjalanan dari maupun tram. Kebijakan sektor angkutan
dan polusi udara perumahan ke pinggiran kota dengan angkutan umum ini juga didukung oleh pembatasan
(contoh pembangunan umum lebih sulit dibandingkan perjalanan ke parkir, pembatasan akses mobil pribadi ke pusat
melingkar). kota, dan zona pedestrian yang steril dari mobil
Wuppertal Institute VE-215e/95
pusat kota, karena jaringan angkutan umum
yang telah dibangun tidak mengantisipasi per- pribadi atau dengan akses yang sangat-sangat
jalanan ke pinggir kota. Akhirnya para pekerja terbatas. Kombinasi strategi ”dorong/tolak-dan-
cenderung untuk menggunakan kendaraan tarik” (push-and-pull) seperti relatif sukses.
pribadi. Kota-kota berkembang memiliki beraneka
Gelombang kedua restrukturisasi wajah kota ragam pola pembangunan yang dapat dijelas-
merubah arah dan tujuan perjalanan untuk kan oleh fase pertumbuhan yang terjadi pada
berbelanja. Dengan tingkat kepemilikan kenda- saat kota tersebut tumbuh pesat, dan juga
raan yang semakin tinggi, konsumen cenderung kebijakan pemerintah. Di negara-negara yang
berbelanja di pertokoan besar dengan lapangan menganut perencanaan ekonomi sentralistis
parkir yang luas. Supermarket-supermarket dan dimana migrasi desa-kota sangat dikendalikan
pusat grosir skala besar memilih lokasi di luar jarang dijumpai kawasan-kawasan kumuh di
kota karena harga lahan yang relatif murah. pinggiran kota baik yang informal maupun
Angkutan umum hanya melayani sebagian kecil illegal, migrasi mengakibatkan pembangunan
dari perjalanan ini. kota dengan struktur melingkar seperti yang
Beberapa dekade belakangan ini, kantor pusat dijumpai di Thailand dan Indonesia.
perusahaan dan pertokoan lainnya juga ber-
alih ke pinggiran kota, sedangkan CBD tetap

14
Modul 2a: Perencanaan Tata Ruang Kota dan Transportasi Perkotaan

4. Pola pertumbuhan kota


Model atau pola pertumbuhan kota yang berbe-
da mengakibatkan berkembangknya pola sistem 2 3
transportasi dan mobilitas yang berbeda pula. 4

Pengaruh pola pertumbuhan kota akan dijelas- 3


1 3 1 3
kan dalam bab berikut ini. 3
5
2
3 4
2
4.1 Skema Sederhana 4
3

Untuk memahami dan memproyeksikan pola 5


kebutuhan transportasi, diperlukan analisis 10
struktur kota dan sebaran aktifitas secara
TEORI ZONA KONSENTRIS TEORI PEMBANGUNAN
mendalam. Contoh-contoh berikut ini (lihat (TERPUSAT) SEKTORAL
Gambar 7) memberikan gambaran mengenai
dinamika perkotaan.
3 BAGIAN WILAYAH KOTA
”Kota yang dibangun melingkar 1
1 Kawasan Pusat Niaga
2 2 Usaha grosir/Industri ringan
(radial)… memberi kesempatan baik 3
4 3 Perumahan Masyarakat
untuk pembangunan jaringan kereta 5 Berpendapatan Rendah (MBR)
3 7
api dan bus berkapasitas tinggi.” 4 Perumahan Masyarakat
Berpendapatan Menengah
6
Model pembangunan zona konsentris (meling- 5 Perumahan Masyarakat
kar) adalah hasil penyederhanaan; pada ke- Berpendapatan Tinggi
8
nyataannya didapati segmen-segmen melingkar 9 6 Industri berat
dari guna lahan tertentu, begitupula dengan 7 Kawasan Niaga di lokasi lain
BERPUSAT JAMAK
segmentasi sosial-ekonomi penduduk: Kelas 8 Perumahan kota satelit
atas menghuni wilayah kota yang nyaman dan 9 Kawasan Industri Mandiri
tertata baik dan masyarakat berpendapatan 10 Zona Penglaju/Komuter
rendah di wilayah yang kurang nyaman dan
terkena dampak aktifitas perindustrian. Di
memberi kesempatan untuk pergerakan jarak Gambar 7
beberapa kota, beberapa sektor terkonsentrasi
pendek antara perumahan dan fungsi lahan Pola pembangunan
dalam lokasi-lokasi tertentu. Hal ini terutama ruang kota.
lainnya; kendaraan tidak bermotor dapat ber-
ditemui pada wilayah-wilayah kota yang me- The University of North Carolina
peran penting. Kota dengan struktur berpusat at Charlotte, 2002. http://
mulai industrialisasi. Elemen struktural lainnya www.uncc.edu/~hscampbe/
(inti)-jamak membuat penyediaan angkutan
adalah fenomena menyatunya beberapa kota landuse/b-models/B-3mods.html
umum yang efisien semakin sulit, dan jarak
akibat pertumbuhan yang semakin meluas
tempuh mungkin terlalu panjang untuk kenda-
sehingga kota-kota yang dulunya berdiri sendiri
raan tidak bermotor. Disini, mobil pribadi akan
sekarang menjadi pusat layanan sekunder.
banyak digunakan, terlebih ketika pendapatan
Perbedaan antara pembangunan struktur kota rata-rata meningkat.
berdampak pada kebutuhan dan penyediaan
layanan transportasi. Kota yang berorientasi
terpusat (struktur melingkar/radial) memiliki 4.2 Dampak Transportasi pada
jaringan arteri yang menuju jantung kota, pertumbuhan kota
dimana dimungkinkan sistem jaringan rel Sebagaimana telah diketahui bersama, kondisi
dan bus kota berkapasitas tinggi. Kota dengan tata ruang kota perlu diperhatikan dalam peru-
struktur pembangunan sektoral tidak mem- musan kebijakan transportasi. Dengan kondisi
bangkitkan kebutuhan transportasi yang ter- tata ruang kota dan pola persebaran aktifitas di
struktur dengan baik, dan tidak menunjang dalam batas kota adalah hasil dari pembangun-
angkutan umum berkapasitas tinggi namun an yang telah berlangsung sejak lama. Sistem

15
Transportasi Berkelanjutan: Panduan Bagi Pembuat Kebijakan di Kota-kota Berkembang

transportasi saat ini perlu melayani berbagai menciptakan situasi dimana para pekerja masih
macam struktur kota, dimana sebagian telah tinggal di dekat tempat kerja, namun dengan
berevolusi dari moda transportasi sebelumnya, pembangunan sosial-ekonomi yang lebih pesat
dan menjadi hambatan bagi kondisi lalu-lintas di luar batas kota. Perlu disadari pula bahwa
saat ini. Secara umum dapat disimpulkan pergerakan berbelanja semakin penting ketika
bahwa kondisi rancangan kota seringkali tidak pusat perbelanjaan dan layanan lainnya berpin-
cocok dengan transportasi modern. dah menuju pinggiran. Hal ini terjadi di negara
Sampai dengan abad ke-18, diameter kota- berkembang dengan pendapatan menengah di
kota tidak melebihi jarak yang dapat ditempuh Asia dan Amerika Latin, mengikuti jejak Eropa
dengan berjalan kaki; pola jaringan jalan lokal dan Amerika Serikat. Penduduk berbondong-
dan dimensi jalan dirancang untuk kebutuh- bondong meninggalkan pusat kota lama dan
an kereta kuda. Pertumbuhan kota selama wilayah sekitar kehilangan lahan pertanian
proses industrialisasi menimbulkan kebutuhan yang digunakan untuk perumahan. Sebagian
mendesak akan angkutan umum massal; trem besar pertumbuhan kota-kota besar melewati
dan bus melayani jaringan arteri, menyebabkan batas administratif kota dan menjelma menjadi
berbagai macam bentuk dekonsentrasi. Ma- wilayah metropolitan dengan luas ratusan kilo-
syarakat kota dapat berjalan kaki dari rumah meter persegi, sehingga kota-kota kecil lainnya
menuju halte/stasiun angkutan umum. Pemba- melebur dalam wilayah metropolitan tersebut.
ngunan kota pada umumnya terjadi dalam
jarak berjalan kaki atau bersepeda dari halte
angkutan umum ini.
Berkembangnya mobil pribadi sejak tahun
1950an dan 1960an mulai menunjang pengem-
bangan kota dengan pola kepadatan rendah dan
menyebar. Di daerah-daerah yang pertumbuh-
an kepemilikan mobil pribadi sangat tinggi,
pola pembangunan seperti ini masih terus ter-
jadi. Di negara berkembang, proses ini semakin
meningkat. Akibat revolusi di bidang teknologi
transportasi, dan juga sebagai konsekuensi dari
perubahan sosial didalam masyarakat, zona
perkotaan sekitar pusat niaga (CBD) menjadi
kurang menarik dan keamanan lingkungan
menurun tajam. Terutama di Amerika Serikat,
stabilitas sosial menggerus beberapa bagian kota,
dan golongan mampu akan pindah ke pinggir
kota. Meskipun beberapa tahun belakangan
ini mulai diinisiasi program-program untuk
merevitalisasi kota-kota di Amerika, distribusi
golongan mampu masih menunjukkan pola kue
donat (berlubang di tengah): golongan mene-
ngah-atas terkonsentrasi di lingkar pinggir kota
lama, dimana di tengah kota kehilangan mo-
mentum atau geliat ekonomi.
Pembangunan dengan model konsentris dan
kondisi lokal yang unik telah mengakibatkan
berbagai variasi pola pembangunan kota, seba-
gaimana disampaikan dalam bagan di Gambar
7. Segregasi sosial di bidang perumahan dan
sektor industri ringan di dalam kota dapat

16
Modul 2a: Perencanaan Tata Ruang Kota dan Transportasi Perkotaan

di dalam kota lama. Kota lama juga masih


5. Pertumbuhan di luar batas kota merupakan pusat kebudayan dan aktifitas sosial
Akibat pertumbuhan penduduk, dan juga (contoh: lokasi museum, gedung kesenian masih
akibat perubahan preferensi masyarakat dan in- berada di pusat kota). Sebagai akibat, kebutuh-
vestor komersil, fungsi perkotaan menyebar me- an perjalanan banyak yang terpaksa dipenuhi
lampaui batas kota lama. Proses-proses subur- oleh kendaraan pribadi, namun banyak kota-ko-
banisasi ini terjadi di berbagai belahan dunia ta di Eropa tetap menjaga perkotaan yang semi-
dan terjadi dengan kondisi politik, sosial dan sentralistis sehingga masih dapat dilayani oleh
ekonomi yang berbeda-beda. Untuk golongan jalur rel regional, menghubungkan pusat sekun-
menengah-atas, alasan utama berpindahnya der dengan pusat primer. Di Amerika Serikat,
rumah tangga ke lokasi di pinggir kota, men- kota-kota telah kehilangan strukturnya, akibat
jauhi wilayah kota yang padat menuju lokasi berbagai macam gelombang desentralisasi yang
yang masih asri seperti di pedesaan, adalah dimungkinkan oleh kepemilikan kendaraan
rendahnya harga rumah tinggal berpekarangan pribadi, lemahnya peraturan tata ruang, harga
dan kualitas lingkungan yang lebih baik. Di bahan bakar minyak yang rendah, dan selera
negara berpendapatan rendah dengan pertum- konsumen akan rumah yang luas.
buhan penduduk yang tinggi, permukiman Bagaimana trend atau kecenderungan pertum-
informal (semi-legal) dan pembangunan ru- buhan wilayah perkotaan dan suburbanisasi
mah-rumah mewah (real-estate) (lihat Gambar yang terjadi di negara-negara berkembang?
20) mendorong pertumbuhan kota keluar batas Banyak sekali pola-pola pertumbuhan yang
administratif. Suburbanisasi dan rumah pribadi diamati dari seluruh dunia. Batas pertumbuh-
bernuansa desa sering kali menyebabkan pola an kota semakin membesar dan menyebar ke
aktifitas harian yang masih berorientasi ke luar; suatu fenomena yang dapat diamati dari
kota, dan membangkitkan lalu-lintas dengan angkasa. Citra satelit dapat memberikan foto
jarak tempuh yang besar. Sementara golongan rupa bumi dari berbagai belahan dunia (sebagai
menengah-atas menggunakan mobil pribadi contoh http://www.geog.uu.nl/fg/UrbanGrowth,
untuk bekerja dan berbelanja, kondisi trans- menampilkan wilayah Ouagadougou (Burkina
portasi bagi golongan ekonomi lemah sangat Faso) di Afrika Barat, dan beberapa contoh lain-
tergantung pada angkutan umum yang sema- nya). Karena teknologi ini relatif baru, hanya
kin sulit dan memburuk di banyak kota negara perubahan sejak pertengahan 1980an yang bisa
berkembang. diteliti dengah baik. Pola yang pada umum-
Pengalaman-pengalaman pertumbuhan wilayah nya ditemui adalah pembangunan menjari
perkotaan di negara industri yang sudah maju sepanjang arteri dan jalan-lingkar yang baru
sangat baik untukd dikaji dan bermanfaat dibangun (lihat pula Bab 7), diikuti dengan
dalam menyusun arahan pengembangan bagi pembangunan yang mengisi segmen-segmen
negara berkembang. Seiring dengan pemba- yang kosong. Tidak mudah mendapatkan peta-
ngunan ekonomi dan sosial, dan peningkatan peta yang menjelaskan pertumbuhan kota-kota
pendapatan rata-rata, kecenderungan yang di negara berkembang dari waktu ke waktu.
sama terjadi dalam pembangunan wilayah kota Gambar 8 mengilustrasikan pembangunan kota
di negara berkembang, dan dapat dipastikan Dar Es Salaam (Tanzania) dari 1945 hingga
akan semakin menguat. Di Eropa, kota-kota 1998. Gambar 9 menunjukkan pengembangan
yang relatif lebih padat masih mendominasi kota Kairo (Mesir) dari 1968 hingga 2000. Di
dalam aspek kepadatan penduduk dan sentrali- kedua contoh tersebut, dapat kita lihat pola
tas fungsi perkotaan, namun suburbanisasi telah umum berupa pembangunan sepanjang jalan
merubah pola dan tatanan distribusi fungsional. raya arteri pada tahun-tahun awal, dan kemu-
Interaksi antara pembangunan kota dan infra- dian menyebar diantara jalan-jalan tersebut
struktur transportasi, sebagai mana dijelaskan di tahun-tahun berikutnya, sehingga semakin
dalam Gambar 1 (”Lingkaran Setan”) telah mendorong penggunaan mobil pribadi.
memungkinkan penduduk untuk tinggal di Penjelasan yang paling sederhana atas pemba-
luar kota, namun tetap bekerja dan berbelanja ngunan wilayah ini adalah pertumbuhan

17
Transportasi Berkelanjutan: Panduan Bagi Pembuat Kebijakan di Kota-kota Berkembang

Permasalahan akibat
pembangunan yang DAR ES SALAAM
menyebar (sprawl) Urban Growth 1945 – 1998
Permasalahan utama dari Built-up areas – 1945
pembangunan menyebar
Built-up areas – 1957
adalah:
Built-up areas – 1978
• Tingginya jarak tempuh
rata-rata bagi pekerja, Built-up areas – 1992
• Tingginya ketergantungan Built-up areas – 1998
terhadap mobil pribadi,
• Polusi kebisingan, kecela-
kaan lalu-lintas,
• Tingginya polusi udara dari
emisi kendaraan,
• Kemacetan terutama di
koridor arteri primer,
• Tingginya konsumsi energi
dan bahan bakar minyak
untuk transportasi,
• Pangsa angkutan umum
yang rendah karena biaya
operasional yang tidak
ekonomis akibat pola per-
mukiman yang menyebar,
• Kondisi yang membahaya-
kan keselamatan pesepeda
dan pejalan kaki,
• Jarak tempuh yang tinggi
bagi pejalan kaki karena
banyaknya pembatas (tidak
ada jalan pintas).

Gambar 8
Pertumbuhan kota merambat keluar batas
administrasi kota (Dar Es Salaam).
Data riset diberikan oleh John Briggs, University of Glasgow dan Davis
Mwamfupe, University of Dar es Salaam. Pemetaan oleh Mike Shand,
University of Glasgow

penduduk yang terjadi secara alami dan ditam- terkait transportasi dan pengembangan wilayah
bah oleh migrasi – namun ini hanya menjelas- kota akan diteliti secara mendalam.
kan sebagian, karena banyak kasus menunjuk- Pembangunan sepanjang jalan utama dapat
kan bahwa wilayah perkotaan berkembang lebih dilayani secara efektif dengan angkutan bus
pesar dibanding pertumbuhan penduduk. Hal besar, pola perumahan menyebar tergangtung
ini disebabkan oleh kebutuhan gaya-hidup dan pada bus-kecil (angkot) dan juga dengan berja-
ekonomi. Hal-hal ini tidak dapat dibahas secara lan kaki dan bersepeda. Meningkatnya waktu
mendetail disini, namun aspek-aspek yang tempuh untuk pekerja di pusat kota lama

18
Modul 2a: Perencanaan Tata Ruang Kota dan Transportasi Perkotaan

Gambar 9
Pertumbuhan kota
merambat keluar batas
administrasi kota
(Kairo).
Metge, 2000, http://wbln0018.
worldbank.org/transport/utsr.nsf

19
Transportasi Berkelanjutan: Panduan Bagi Pembuat Kebijakan di Kota-kota Berkembang

– sebagai contoh pekerja sektor informal seperti dalam dinamika pertumbuhan, dan untuk
warung dan pedagang – menimbulkan beban mencegah pengembangan menyebar di ke-
yang besar, terutama untuk golongan kurang mudian hari. Selain masalah transportasi dan
mampu. Pembangunan menyebar dalam jangka lingkungan, biaya publik akibat pembangunan
panjang membangkitkan kebutuhan akan kepe- menyebar secara umum membebani kota-kota
milikan dan penggunaan mobil pribadi, sehing- berkembang. Hal ini meliputi biaya infra-
ga memulai lingkaran setan kemacetan lalu- struktur seperti jaringan air bersih, pengolahan
lintas dimana peningkatan penggunaan mobil limbah, dan jaringan listrik, dan juga pelayanan
menyebabkan kemacetan baru yang kemudian kesehatan, pendidikan dan lainnya.
ditanggapi dengan pengembagan jaringan jalan, Struktur administrasi sering kali tidak mampu
dan degradasi lingkungan. Memperbandingkan mengantisipasi perluasan wilayah kota. Ada
sejarah pembangunan kota antara kota-kota beberapa cara mengatasi hal ini: satu cara
Eropa dan Amerika Utara dengan kota-kota di adalah perluasan batas administratif kota se-
wilayah Asia, Amerika Latin dan Afrika yang hingga mencakup wilayah-wilayah yang mulai
berkembang pesat sangatlah bermanfaat dalam terbangun dimana merupakan suatu kesatuan
penyusunan kebijakan di negara berkembang. fungsional. Contohnya adalah kota Shanghai
di Cina dimana Rencana Induk pembangunan
”Pembangunan menyebar dalam (Master Plan) tahun 1953 memperluas wilayah
jangka panjang membangkitkan kota dari 140 km² menjadi 600 km², dan se-
lanjutnya telah berkembang menjadi 6.340 km²
kebutuhan akan kepemilikan dan (Daerah administratif di Cina juga meliputi
penggunaan mobil pribadi, sehingga pedesaan).
memulai lingkaran setan kemacetan Strategi formal lainnya adalah pembentukan
pemerintahan atau badan pengelola regional
lalu-lintas dimana peningkatan
diatas Pemerintah Kota yang berwenang atas
penggunaan mobil menyebabkan ke- koordinasi kebijakan dan perencanaan tata
macetan baru yang kemudian ditang- ruang dan transportasi. Keseimbangan antara
tanggung jawab, tugas pokok dan fungsi antara
gapi dengan pengembagan jaringan masing-masing lembaga atau badan tersebut
jalan, dan degradasi lingkungan.” dengan pemerintah kota sangat penting agar
dapat mengatasi permasalahan secara efisien.
Pertumbuhan kota yang pesat dan juga pening-
Alternatif lain adalah menjaga agar pembangun-
katan kepemilikan mobil pribadi di negara-
an kota tetap berkelanjutan – baik didalam kota
negara berkembang adalah tantangan bagi pe­
maupun diluar batas administratif kota – selan-
rencana dan pembuat kebijakan sebagaimana
jutnya akan dibahas di Bab 9.
yang dihadapi di negara maju dengan tingkat
kepemilikan mobil pribadi yang tinggi. Mes-
kipun proses perluasan wilayah fungsional
perkotaan yang melampaui batas adiministratif
lama sama-sama terjadi di negara maju dan
negara berkembang, laju pertumbuhan dan
struktur tata-ruangnya berbeda. Pembangun-
an menyebar (sprawl) belum terlalu parah di
negara berkembang, karena meskipun tekanan
ledakan penduduk dan kondisi perekonomian
yang meningkat, pengembangan kota baru dan
kota satelit yang padat masih menunjang trans-
portasi massal yang efisien.
Menjaga struktur kota yang padat sangatlah
penting bagi anggaran pembangunan publik

20
Modul 2a: Perencanaan Tata Ruang Kota dan Transportasi Perkotaan

Semakin pendek jarak antar lokasi, semakin Bangkitan perjalanan


6. Bangkitan pergerakan & pilihan besar kebutuhan transportasi antar kedua lokasi berdasarkan model
moda yang terkait tata ruang tersebut, apabila kecepatan perjalanan tetap. grafitasi
Namun perlu diingat bahwa peningkatan ke- Menurut model grafitasi
6.1 Prinsip dasar cepatan perjalanan juga menambah bangkitan seperti pada Gambar 10 ber-
perjalanan baru (antara sepasang asal-tujuan). ikut ini, volume transportasi
Luas wilayah, kepadatan dan sebaran lokasi
akan meningkat apabila:
asal-tujuan, dan intensitas kegiatan/aktifitas Penambahan kecepatan pada salah satu moda • Meningkatnya manfaat
menentukan bangkitan pergerakan. Pilihan berpengaruh pada preferensi terhadap moda dari berpindah tempat,
moda transportasi sangat bergantung pada tersebut. Dengan kata lain: Semakin banyak baik dalam pengertian
infrastruktur dan aksesibilitas terkait mobil ruang jalan untuk mobil, semakin besar volume mencapai tempat baru atau
lalu-lintas mobil, karena hal tersebut memberi- meninggalkan tempat asal;
pribadi, angkutan umum dan kendaraan tidak
• Menurunnya total hambat-
bermotor. Dalam pemodelan secara matematis kan keunggulan komparatif bagi mobil pribadi. an dalam mengatasi jarak
menghitung kebutuhan transportasi berda- Karena di negara-negara berkembang, ongkos perjalanan (biaya, waktu,
sarkan bangkitan perjalanan, jarak geografis sosial dari mobil pribadi dibebankan kepada ketidak-nyamanan, pe-
antara lokasi-lokasi asal-tujuan dimodelkan masyarakat secara umum, pilihan untuk meng- nyusutan operasional
gunakan mobil ketimbang angkutan umum kendaraan).
dalam fungsi hambatan, komponen umum-
nya adalah harga dan waktu tempuh. Semakin dapat diinterpretasikan sebagai alokasi sumber-
besar jumlah penduduk yang bertempat-ting- daya yang salah sasaran.
gal, bekerja dan berbelanja di satu lokasi (atau Kebutuhan pergerakan dengan mobil pribadi
zona), arus pergerakan antara lokasi ini semakin tidak hanya menyebabkan polusi udara, namum
terkonsentrasi. Di sis lain, lokasi-lokasi yang juga memberikan dampak umpan balik ke
kecil dan menyebar, menyebabkan kebutuhan struktur ruang kota.
pergerakan antar zona yang kecil dan tersebar.
Perubahan pada sistem transportasi menye-
Rumus berikut ini (Gambar 10) didapatkan
babkan perubahan struktur ruang kota dalam
dari pengalaman yang menunjukkan bahwa
beberapa aspek: Pertama-tama, kebutuhan akan
besarnya pergerakan berkorelasi linier terhadap
ruang untuk satu moda mengurangi ketersedia-
besarnya lokasi dan berkorelasi terbalik dengan
an ruang untuk moda lainnya. Semakin jalan
hambatan perjalanan kuadrat (model grafitasi).
diperlebar, semakin terhimpit ruang untuk peja-
lan kaki dan pesepeda. Di sisi lain, jalus khusus
Model Grafitasi bus mengurangi ruang untuk mobil pribadi, se-
hingga menghambat penggunaan mobil pribadi.
Kedua, kondisi yang lebih baik bagi moda yang
V lebih cepat mengubah orientasi ruang bagi pen-
E1 E2
D duduk dan dunia usaha, mengakibatkan jarak
tempuh yang semakin panjang. Fasilitas per-
E1·E2 belanjaan lainnya dapat dicapai dalam waktu
V = c· yang tersedia, dan di sisi lain, pengembang dan

investor akan memilih lokasi sesuai perubahan
struktur aksesibilitas. Pembangunan kota yang
beriorientasi angkutan umum akan mengubah
karakteristik pertumbuhan kota menjadi lebih
ramping, yang berorientasi pada mobil pribadi
V
P1 P2 sebaliknya. Efek-efek ini akan dibahas lebih
ΣW lanjut.

P1·P2
V = c·
ΣWα Gambar 10
Bangkitan perjalanan
P = “Gaya Potensial”/Total Utilitas berdasarkan model
ΣW = Total jumlah hambatan grafitasi.
Braendli, 2001

21
Transportasi Berkelanjutan: Panduan Bagi Pembuat Kebijakan di Kota-kota Berkembang

6.2 Tata ruang dan kebutuhan Survey rumah tangga di kota-kota besar di
pergerakan di wilayah kota negara berkembang telah menghasilkan banyak
data mengenai perilaku pergerakan yang ter-
Di Kota-kota seluruh dunia, hubungan fung-
kait tingkat pendapatan, struktur permukim-
sional antar lokasi (zona) bisa sangat spesifik,
an, frekuensi perjalanan, pilihan moda, dan
karena melayani fungsi-fungsi kota yang ber-
panjang perjalanan. Di negara berkembang,
beda. Evaluasi antara fungsi-fungsi ini adalah
dimana struktur tata ruang dan status sosial
langkah awal untuk mengidentifikasi kebu-
pada umumnya saling terkait, data mobilitas
tuhan pergerakan dan untuk mengoptimisasi
menunjukkan kedua parameter tersebut. Hal
pilihan lokasi dan kebutuhan pergerakan secara
ini menyulitkan identifikasi variabel yang akan
bersamaan. Gambar 11 mengilustrasikan hu-
digunakan sebagai dasar penyusunan tujuan
bungan fungsional antara beberapa zona kota,
perencanaan dan kebijakan yang terukur.
penyebab kebutuhan pergerakan.
Karena permasalahan yang begitu luas, pe­
Pola bangkitan pergerakan dan pilihan moda rencana transportasi pada umumnya cenderung
di kota-kota negara berkembang sangat berbeda untuk memilah-milah dan menyederhanakan
dengan kondisi di Amerika Utara dan Eropa permasalahan, memisahkan kedua sistem terse-
karena perbedaan dalam tingkat pendapatan, but. Hal ini sudah biasa terjadi dimana masalah
maksud perjalanan, kepemilikan kendaraan kemacetan mobil pribadi dipisahkan dari aspek
dan juga kualitas layanan dari berbagai moda angkutan umum. Hasil survey menunjukkan
yang ada. Segregasi sosial dapat dilihat dari ke- perjalanan mobil pribadi dimasukkan dalam
senjangan pendapatan antara beberapa bagian model lalu-lintas; yang menunjang identifikasi
kota, dan persepsi terhadap permasalahan dipe- titik-titik sumbatan dan kemacetan, yang akhir-
ngaruhi oleh lokasi. Keluhan warga di daerah nya menelurkan proyek-proyek konstruksi infra-
hunian golongan berfokus pada kemacetan, struktur. Di sisi lain, perjalanan tanpa-mobil,
sedangkan bagi warga yang kurang mampu ke- dialokasikan pada jaringan transportasi publik
luhan yang didengar adalah mahalnya ongkos saja. Sering kali tidak ada pemodelan ter-
angkutan umum, dan juga kekurangan infra- integrasi, dan perpindahan moda tidak menjadi
struktur transportasi dan layanan bagi hunian fokus dari perencana transportasi. Kelemahan
informal di pinggir kota. Hunian kumuh, se- lain adalah kecenderungan meremehkan perja-
bagai contoh, menyediakan tempat tinggal bagi lanan pendek dengan kendaraan tidak bermotor,
tidak kurang dari 60 persen warga kota di Cara- yang seringkali tidak muncul dalam analisis
cas (Venezuela) dan Dar Es Salaam (Tanzania), permasalahan maupun di formulasi strategi.
dan 50 persen di Karachi (Pakistan) (http://
Kelemahan-kelemahan dalam analisis struktur
www.wri.org/wri/wr-96-97/up_f3.gif).
mobilitas sangat penting bagi rumah tangga
miskin di kota yang padat, baik di dalam batas
kota maupun di permukiman informal. Bias
persepsi ini menghasilkan bias dalam kebijakan
dan prioritas pembangunan: Mobil dianggap
lebih penting dan lebih relevan dalam meng-
gambarkan kebutuhan nyata dari mayoritas
penduduk, dan kendaraan tidak bermotor di-
lupakan. Dalam perencanaan angkutan umum,
terdapat bias terhadap perjalanan panjang
sepanjang koridor utama (arteri primer), mere-
mehkan pentingnya perjalanan antar lingkung-
an, dan mini-bus.

Gambar 11
Hubungan fungsional
antar lokasi.
Wuppertal Institute

22
Modul 2a: Perencanaan Tata Ruang Kota dan Transportasi Perkotaan

utama dari angkutan umum dapat dimak-


”Kaidah utama perencanaan tata simalkan apabila kebutuhan transportasi
ruang untuk transportasi berke- tidak hanya terdistribusi satu arah saja: Hal
lanjutan—mengurangi kebutuhan ini meningkatkan tingkat okupansi (load-
factor) dua-arah sepanjang hari. Apabila
perjalanan dan jarak tempuh, strategi tata ruang yang diambil bertolak-
memudahkan pejalan kaki, pesepeda, belakang dengan tata guna lahan campuran,
sebagai contoh; perumahan hanya dibangun
angkutan umum, membatasi peng-
pada satu sektor kota, dan fungsi perkotaan
gunaan kendaraan pribadi—harus lainnya seperti perkantoran, pasar, pusat
diadaptasi sesuai konteks lokal.” perbelanjaan, dan pusat hiburan dipusatkan
jauh dari perumahan, maka rata-rata tingkat
Kesimpulan umum mengenai perencanaan okupansi angkutan umum akan bervariasi
transportasi kota sulit sekali didapatkan karena dan berfluktuasi tergantung waktu dan arah,
adanya perbedaan sosial dan aspek keruangan sehingga angkutan umum beroperasi secara
(spatial), dan pemodelan yang kurang kompre- kurang efisien, tidak nyaman (terlalu penuh
hensif. Lebih sulit lagi untuk menarik kesimpul- pada jam-jam tertentu) dan pemborosan
an umum mengenai interaksi tata guna lahan armada (angkutan sepi penumpang pada
dengan transportasi, karena hubungan yang jam-jam lainnya).
kuat antara status sosial, struktur tata ruang
dan mobilitas. Kaidah utama perencanaan
tata ruang untuk transportasi berkelanjutan—
mengurangi kebutuhan perjalanan dan jarak
tempuh, memudahkan pejalan kaki, pesepeda,
angkutan umum, membatasi penggunaan ken-
daraan pribadi—harus diadaptasi sesuai kon-
teks lokal. Hal ini mencakup konteks politik
dari berbagai macam kebijakan.
Tidaklah mungkin untuk menempatkan selu-
ruh fungsi kota besar agar saling berdekatan—
yang akan mengurangi jarak tempuh. Namun
lokasi-lokasi tersebut harus terstruktur sedemi-
kian rupa supaya sebagian besar dari kebutuhan
perjalanan dapat dilayani oleh angkutan umum,
yang membutuhkan tata guna lahan berkepa-
datan tinggi dan—apabila dimungkinkan—
tata guna lahan campuran. Hal ini disebabkan
oleh dua alasan utama:
1. Layanan angkutan umum berkualitas tinggi
terdiri dari jaringan trayek yang padat dan
kompleks, dan frekuensi tinggi hanya dapat
beroperasi secara efisien dan ekonomis apa-
bila rasio antara penumpang-km dan bus-km
tinggi: dengan kata lain tingkat okupansi bus
(load-factor) yang sangat tinggi.
2. Tata guna lahan campuran (fungsi fleksibel),
mendekatkan perumahan, perkantoran,
pusat perbelanjaan, pasar, dan pusat hibur-
an sehingga memungkinkan sebagian warga
mengurangi jarak tempuh, namun manfaat

23
Transportasi Berkelanjutan: Panduan Bagi Pembuat Kebijakan di Kota-kota Berkembang

pusat perbelanjaan. Area perumahan cenderung


7. Pengaruh transportasi pada diminati oleh rumah tangga yang mencari
pembangunan tata ruang rumah, yang memberikan akses baik ke lokasi
kerja, belanja, hiburan dan aktifitas lainnya;
Dampak atau pengaruh struktur tata ruang dengan mempertimbangkan kualitas lingkung-
terhadap kebutuhan transportasi pada umum- an yang ada.
nya telah diantisipasi oleh elemen Trans-
portasi dalam Rencana Induk atau Rencana Pembangunan infrasrtuktur transportasi dan la-
Tata Ruang Wilayah/Kota, namun efek atau yanan angkutan umum merubah pola aksesibi-
dampak infrastruktur transportasi terhadap litas dan mempengaruhi keputusan lokasi bagi
pembangunan tata ruang belum mendapat per- rumah tangga dan perusahaan swasta. Keputus-
hatian memadai dari perencanaan. Model-mo- an-keputusan ini mempengaruhi struktur kota
del perangkat lunak untuk rencana induk trans- dan lingkungan sekitarnya, dan menimbulkan
portasi dimulai dengan analisis asal-tujuan di bangkitan perjalanan dengan pola yang baru.
ruang kota, dan menghitung bangkitan perge- Perubahan terhadap tata guna lahan ini pada
rakan (lihat Bab 6 diatas). Namun bagaimana umumnya luput dari perhatian perencanaan
seorang individu atau rumah tangga memilih transportasi yang lama. Ketika infrastruktur
lokasi rumah tempat tinggal, atau perusahaan jalan baru atau perluasan jalan dilakukan untuk
Gambar 12 mengatasi kemacetan di koridor tertentu, pe-
memilih lokasi kantor dan fungsi-fungsi lain-
Jalan lingkar dan nya dipengaruhi oleh parameter transportasi? rubahan preferensi lokasi dari investor swasta
perpindahan lokasi dan rumah tangga dapat menimbulkan/meng-
dalam kota. Investor cenderung mempertimbangkan akse-
Wuppertal Institute VE-265e/96 sibilitas dari konsumen dalam memilih lokasi induksi kebutuhan perjalanan baru dan bertam-
bahnya jarak tempuh, dan bahkan dapat meng-
akibatkan kemacetan lalu-lintas pada koridor-
Kota ukuran sedang koridor tersebut.
Dampak atau efek induksi dari peningkatan
infrastruktur dapat diinterpretasikan sebagai
sistem umpan-balik (feedback) positif. Lang-
kah-langkah awal dicontohkan pada Gambar
12, yang menunjukkan contoh sederhana me-
ngenai zona hunian kecil di persimpangan jalan,
dimana jalan lingkar telah dibangun. Dalam
contoh ini, jalan lingkar membangkitkan pusat-
Relokasi/perpindahan usaha dan perumahan pusat pembangunan baru, merubah prioritas
investasi dan menginduksi hubungan perjalan-
an asal-tujuan baru. Meskipun pembangunan
jalan lingkar biasanya dimulai dengan keluhan
Jalan lingkar luar pertama
terhadap lalu-lintas menerus (through-traffic)
yang besar akibat perluasan jaringan jalan dan
perjalanan dari pusat kota ke perumahan baru
di pinggir kota. Sebagai dampak dari bertam-
bahnya jarak tempuh dan volume lalu lintas
yang mengikuti pertumbuhan kota, pemba-
ngunan jalan baru dianggap perlu.
Beberapa analisis di AS telah menunjukkan
bahwa jalan lingkar menarik investor yang
Jalan lingkar luar kedua dalam keadaan lain akan memilih lokasi yang
jauh di pedesaan. Temuan ini didukung oleh
bukti-bukti faktual dari kota Houston (Bolan
et al., 1997). Bahkan bila kondisi lokal disana
– dengan jaringan jalan yang padat dan tanpa

24
Modul 2a: Perencanaan Tata Ruang Kota dan Transportasi Perkotaan

peraturan tata ruang kota – tidak sebanding Gambar 13


Sentrifugal Sentripetal
dengan Eropa maupun negara berkembang – (cenderung menjauhi pusat) (cenderung mendekati pusat) Efek spasial dari
masih saja terdapat efek positif terhadap bang- masing-masing bentuk
kitan perjalanan baru dari pembangunan jalan jaringan jalan.
Rodrigue, 2002
raya secara serempak (lihat juga kasus ”kota
pinggiran”, Subbab 9.3). Tipe jaringan jalan
sentrifugal (menjari, menyebar dari pusat) me-
nunjang pembangunan menyebar (Gambar 13),
namun lain halnya dengan jalan lingkar yang
dapat menimbulkan pembangunan yang lebih dari peningkatan akses (dalam hal ongkos
padat. transportasi, baik biaya langsung maupun
tidak langsung seperti kenyamanan dlsb.) pada
Interaksi antara infrastruktur transportasi dan
lokasi-lokasi tertentu seiring dengan perbaikan
pembangunan kota dapat dipelajari melalui
sistem transportasi. Perbaikan sistemt terdiri
beberapa kasus yang terjadi di negara-negara
dari penambahan infrastruktur dan pengadaan
dengan tingkat kepemilikan mobil pribadi yang layanan baru, dan juga oleh teknologi kenda-
tinggi. Ketika jalan bebas hambatan dibangun raan yang semakin canggih (baik mobil, bus,
dan menstimulasi agglomerasi hinga wilayah maupun kereta-api).
pedesaan (dan menerus hingga menjangkau ag-
glomerasi perkotaan lainnya), beberapa rumah Hubungan antara transportasi dan tata ruang
tangga dan perusahaan komersial akan memilih tidak sepenuhnya difasilitasi oleh pemodelan
keluar dari agglomerasi tersebut dan pindah transportasi yang lama, yaitu yang tujuan po-
ke lokasi baru sepanjang jalan baru tersebut koknya adalah memperbaiki kondisi lalu-lintas
dimana lahan lebih murah dan mendapat akses dengan konfigurasi tata ruang yang statis, tidak
yang cukup baik. Sesuai dengan prinsip ken- mengantisipasi perubahan keputusan lokasi
akibat mekanisme pasar. Pengamatan dan pe-
dala waktu tempuh (lihat Gambar 2), proses
modelan komputer telah memberikan gambar-
optimisasi ekonomis menimbulkan hubung-
an mengenai mekanisme-mekanisme ini. Pola
an asal-tujuan yang lebih jauh apabila waktu
tata ruang berevolusi dari strategi-strategi trans-
tempuh dipangkas dengan infrastruktur trans-
portasi menunjukkan variabel yang signifikan
portasi berkecepatan tinggi. Pola permukiman
terkait dengan tingkat pendapatan, pertumbuh-
yang tumbuh berkembang sekarang bergantung
an penduduk, pertumbuhan ekonomi, dina-
pada layanan transportasi dan tipe infrastruktur
mika sektoral, dan juga pola perencanaan tata
yang dibangun. Dalam waktu tempuh (dan
ruang. Pengendalian migrasi desa-kota seperti,
biaya) tertentu mobil pribadi dan truk membuat
sebagai contoh, di Cina, dan peraturan kepemi-
beberapa lokasi lebih mudah diakses dibanding
likan lahan akan mengarah pada pola pemba- Gambar 14
dengan angkutan umum. Jaringan jalan yang
ngunan yang lebih ringkas dibanding kondisi
padat dan tingkat kepemilikan mobil pribadi Pembangunan lahan
liberalisme pasar. sepanjang infrastruktur
yang tinggi menunjang pembangunan dengan
Dari sudut pandang lingkungan hidup, pemba- transportasi.
pola menyebar, sedangkan jaringan kereta Book & Eskilsson, 1996, dikutip oleh
api menunjang pembangunan dengan pola ngunan yang berorientasi pada koridor atau Ranhagen & Trobeck, 1998

berkelompok (cluster) terkonsentrasi di sekitar


stasiun. Apabila tingkat kepemilikan mobil
pribadi rendah, dan angkutan umum berbasing
bus, pembangunan akan terjadi sepanjang
koridor utama/arteri yang terlayani dengan
baik (lihat Gambar 14). Pada lokasi yang lebih
jauh dari pusat kota, pembangunan terkonsen-
trasi nampak seperti ”untaian mutiara” dari
kejauhan.
Bagaimanapun juga, rumah tangga dan perusa-
Struktur Menjari Struktur Untaian mutiara
haan swasta akan mengambil manfaat pribadi

25
Transportasi Berkelanjutan: Panduan Bagi Pembuat Kebijakan di Kota-kota Berkembang

Tanpa intervensi memantapkan pembangunan berbasis koridor


(kota dengan pola menyebar) rel kereta-api pada fase-fase awal pertumbuhan
kota di akhir abad ke 19. Dimana ditemukan
tipe infrastruktur rel kereta-api seperti ini, sta-
siun-stasiun menjadi pusat pertumbuhan yang
Kota satelit Kota ultra padat, membentuk pola ”de-sentralisasi terpu-
luar
tengah
dalam
pusat kota

sat”. Dewasa ini, dengan angkutan bus yang


mendominasi dan mobil pribadi yang semakin
terjangkau oleh penduduk negara berkembang,
Kota ringkas Kota koridor Kota pinggiran koridor-koridor ini akan lebih menyerupai pita
daripada untaian mutiara, namun efek positif
yang mendasari, sebagaimana ditunjukkan
oleh pemodelan di Melbourne, Australia, selalu
ditemukan. Keunggulan dari tipe infrastruktur
koridor atau untaian mutiara sama-sama meng-
Gambar 15 seperti ‘untaian mutiara’ lebih baik, berbasis hasilkan penghematan berupa pemangkasan ke-
Bentuk-bentuk struktur sistem angkutan umum regional, sebagaimana butuhan perjalanan dan pangsa pasar angkutan
pertumbuhan kota. telah didemonstrasikan oleh model komputasi umum yang tinggi.
Newton, 1999
dengan perangkat lunak dalam studi kasus di
Dalam rangka mengarahkan pembangunan
kota Melbourne, Australia (Newton, 1999).
ruang seperti itu, penyusunan rencana transpor-
Beberapa bentuk/pola dasar pembangunan
tasi dan prinsip-prinsip penataan ruang harus
perkotaan dibandingkan sebagai berikut (lihat
dikoordinasikan dan disinergikan. Pembangun-
Gambar 15):
an kota dan wilayah yang berpola menyebar
nn Kota tanpa intervensi – hanya meneruskan
adalah akibat dari prioritas investasi pada jalan
praktek-praktek pembangunan yang ada.
yang berlebihan dan lemahnya penataan dan
nn Kota ringkas – peningkatan penduduk di pengendalian ruang. Peraturan tata ruang yang
dalam kota. relatif kuat di Eropa dan Jepang telah berhasil
nnota Satelit – pertumbuhan penduduk,
K mencegah kota-kota dan wilayah dari pola pem-
kepadatan perumahan dan lapangan kerja bangunan menyebar sebagaimana yang terjadi
pada noda-noda terpilih, dan peningkatan di AS, dimana peraturan tata ruang dan zonasi
investasi untuk jalan bebas hambatan antara tidak diimplementasikan secara efektif. Baru-
pusat-pusat tersebut. baru ini saja muncul upaya-upaya di AS untuk
nnota Koridor – pertumbuhan sepanjang ko-
K mengkomunikasikan pola-pola perenacaan
ridor arteri dari pusat niaga, koneksi menjari sebagai kebijakan yang sah untuk mengatur hak
melalui angkutan umum yang baik. kepemilikan lahan.
nn Kota Pinggiran – pertumbuhan yang besar Pembangunan ruang tidak saja diarahkan oleh
terjadi di luar/pinggir kota. pola-pola perencanaan dan investasi infrastruk-
nn Kota Ultra – pertumbuhan pusat-pusat re- tur, namun juga merupakan konsekuensi dari
gional dalam jarak 100 kilometer dari CBD. kebijakan fiskal yang berpengaruh pada harga
Dihubungkan dengan kereta-api berkecepat- dan tarif moda transportasi yang ada. Bab 9
an tinggi yang menghubungkan pusat-pusat membahas konsep perencanaan dan investasi
regional dengan jantung kota utama. transportasi dari Eropa dan Jepang, dimana
Dengan asumsi laju pertumbuhan penduduk mereka telah berhasil mencapai pertumbuhan
kota tertentu, pembangunan kota tipe koridor struktur kota yang ramah lingkungan. Negara-
memberikan hasil yang paling baik dalam hal negara tersebut mengenakan pajak tinggi pada
jarak tempuh total kendaraan (mobil-km), kon- bahan bakar dan kendaraan pribadi.
sumsi energi dan minimalisasi dampak polusi
udara.
Temuan-temuan ini sesuai dengan penga-
laman dari kota-kota di Eropa yang telah

26
Modul 2a: Perencanaan Tata Ruang Kota dan Transportasi Perkotaan

Model tata guna lahan 8. Kelembagaan perencanaan tata


Proses mengkoordinasikan model-model ruang
komputasi untuk perencanaan tata ruang dan
transportasi (seringkali dengan model polusi
Dalam bab-bab sebelumnya telah ditunjukkan
udara) pada beberapa tingkat dan skala se- bahwa perencanaan tata ruang dan transportasi
ringkali disebut dengan ”nesting”. harus terkoordinasi dan bersinergi, karena
terdapat interaksi dan ketergantungan antara
Beberapa sistem analisis kebijakan dan pe-
modelan dengan aplikasi komputer tersedia keduanya. Lebih dari hanya koordinasi antara
untuk membantu perencana dalam mem- keduanya (lintas sektoral), koordinasi dan sin-
prediksi dampak kebijakan transportasi dan kronisasi vertikal antara beberapa tingkat pe-
untuk menyusun rekomendasi berdasarkan merintahan yang berwenang akan perencanaan
prediksi-prediksi tersebut. juga perlu dicapai.
Pemodelan tata guna lahan yang lebih kom- Bab berikut ini membahas aspek hukum dan
pleks telah dikembangkan untuk mempelajari kelembagaan dari beberapa jenis koordinasi.
faktor-faktor dan hubungan keterkaitan yang Beberapa contoh mengenai bagaimana mema-
mempengaruhi pengembangan lahan. Model-
sukkan aspek transportasi dalam rencana tata
model ini memiliki komponen transportasi
ruang akan disampaikan berikut ini.
dan tata ruang yang saling berinteraksi
dengan model kebutuhan transportasi
regional. Pada umumnya model tersebut 8.1 Pembentukan kerangka hukum dan
meliputi seluruh kawasan metropolitan yang
kelembagaan
terbagi dalam beberapa struktur zonasi,
mirip dengan model transportasi. Sesuai Tata ruang berkelanjutan pada umumnya
dengan proyeksi pertumbuhan penduduk dan adalah isu pembangunan lokal namun perlu
lapangan kerja regional, model akan meng- diperhatikan dan dibina oleh kebijakan-kebijak-
alokasikan pembangunan ke masing-masing an dan sumber daya dari tingkat nasional dan
zona berdasarkan aksesibilitas transportasi, daerah provinsi. Tujuan utamanya adalah untuk
harga lahan, ketersediaan lahan berdasarkan memastikan bahwa pembangunan berlangsung
tipe pembangunan, dan/atau parameter- dalam kerangka tata ruang.
parameter lainnya. Model-model ini pada
umumnya dikalibrasi dengan data historis Keputusan mengenai tata ruang harus tersin-
yang ada mengenai pengembangan lahan, kronisasi baik di tingkat daerah, dan kabupaten/
harga lahan, aksesibilitas transportasi dan kota sesuai dengan ketentuan dan perundang-
faktor-faktor lainnya. an yang berlaku. Sesuai dengan azas otonomi
Contoh dari model-model yang dimaksud daerah, perencanaan tata ruang yang rinci
antara lain DRAM/EMPAL (paling banyak sebaiknya dilakukan oleh tingkat pemerintahan
digunakan di AS); UrbanSim (http://www. yang paling dekat dan paling paham mengenai
urbansim.org); TRANUS (http://www.modelis- masalah yang timbul. Disisi lain, keputusan-
tica.com/modelistica.html); MEPLAN (http:// keputusan dan rencana yang dibuat tetap harus
www.meap.co.uk/meap/ME&P.htm); dan sesuai dan selaras dengan pedoman dan kerang-
Smart Places (http://www.smartplaces.com). ka perencanaan tata ruang di tingkat provinsi
Diadaptasi dari Badan Lingkungan Hidup Amerika Serikat (US
EPA), Metodologi Modeling dan Peramalan
dan nasional/pusat. Gambar 16 menunjukkan
http://www.epa.gov/otaq/transp/modlmeth.pdf piramida struktur kewenangan dan tanggung
jawab secara vertikal. Dari sudut pandang
kelembagaan, piramida tersebut juga mengilus-
trasikan arus informasi dari atas-ke-bawah (top-
down) dan bawah-ke-atas (bottom-up), terma-
suk hubungan-hubungan praktis antar tingkat-
an dalam pemetaan prosedur hinga perencanaan
yang paling detail/rinci. Rencana yang lebih
rinci dibuat berdasarkan kerangka yang dibuat
di tingkat atas, dan begitupula sebalikya.

27
Transportasi Berkelanjutan: Panduan Bagi Pembuat Kebijakan di Kota-kota Berkembang

instansi, sampai pembentukan tingkatan admi-


nistrasi dengan mandat serta kewenangan yang
jelas dalam perumusan kebijakan.
Pemerintah pusat
Pedoman dan petunjuk teknis Kerjamasa antar instansi di semua tingkatan
untuk tingkatan dibawahnya pemerintahan harus dijaga sedemikian rupa
supaya selalu ditemukan titik-temu baik dari
atas maupun dari bawah. Produk-produk peren-
Pemerintah Provinsi atau Negara Bagian
Perencanaan pembangunan provinsi
canaan untuk wilayah bagian kota (kecamat-
Rencana dan program pembangunan provinsi an misalnya) harus disetujui oleh tingkat atas
Pengesahan-pemeriksaan- (misalnya pemerintah kota) sebelum diimple-
Potensi pembangunan/ petunjuk teknis mentasikan; perizinan harus diberikan dari atas
tujuan pembangunan/
konflik-konflik ketika seluruh persyaratan telah dipenuhi. Begi-
tupula perencanaan tata ruang kota harus sesuai
Perencanaan wilayah/regional, wilayah metropolitan
Tujuan pembangunan regional dan proyek pembangunan sesuai rencana
dengan perencanaan yang lebih tinggi. Ketika
pemeriksaan-petunjuk teknis pembangunan kota sesuai dengan pola-pola
Potensi pembangunan/tujuan pembangunan daerah, pengesahan dapat dibe-
pembangunan/konflik-konflik rikan oleh tingkat yang lebih tinggi. Begitupula
Pemerintah Kota seterusnya hingga ke tingkat provinsi ke atas.
Perencanaan pembangunan kota (rencana tata guna lahan, rencana pembangunan perkotaan)
Perencanaan pada tingkat provinsi akan dikon-
kretkan sebagai ”Rencana Pembangunan Pro-
Gambar 16 Karena tingkatan administratif dan susunan vinsi”, mengatur fungsi-fungsi dari kota-kota
Integrasi vertical antar kewenangan dan tanggung jawab berbeda-beda dan wilayah pedesaan untuk pertanian, kawas-
tingkatan perencanaan. antar negara, terutama di negara berkembang, an lindung untuk habitat alami, infrastruktur
Wuppertal Institute
pola-pola yang disampaikan disini harus di- transportasi antar kota dan isu-isu sektoral
adaptasi untuk kondisi lokal. Kerjasama yang lainnya. Produk perencanaan untuk tingkat ini
baik antar instansi juga sangat penting dalam dapat dibuat dalam peta dengan skala 1 ban-
perencanaan tata ruang dan transportasi. Per- ding 50.000 atau lebih.
tumbuhan wilayah kota yang melampaui batas
Perencanaan Wilayah dapat dituangkan dalam
adiministratif mungkin membutuhkan pem-
”Rencana Pembangunan Wilayah” dengan ren-
bentukan lembaga otoritas metropolitan antara
cana tata ruang yang lebih detail dalam skala 1
pemerintah tingkat kota dan provinsi. Lembaga
Gambar 17 banding 25.000. Kota-kota besar dan wilayah
seperti ini terbentuk dari berbagai macam
Konsep sistem bentuk perundangan dan produk hukum, sekitarnya yang membentuk wilayah metropo-
perencanaan tata mulai dari status informal sebagai wadah ko- litan yang perlu ditangani secara komprehensif,
ruang: lapisan (overlay) munikasi atau forum kerjasama yang memfasi- memerlukan aktifitas perencanaan terpadu oleh
tata guna lahan. pemerintah kota inti dan juga instansi-instansi
Mori, 2000 litasi pertukaran informasi dan pendapat lintas
yang menaungi wilayah di pinggiran batas kota.
Di tingkat kota, perencaan pembangunan kota
Rencana Bagian wilayah
dapat dituangkan dalam peta dengan skala 1
kota (kecamatan) banding 10.000, yang sudah menetapkan wi-
layah yang akan dibangun untuk perumahan,
perkantoran dan fasilitas produksi. Pada tingkat
Peraturan zoning lainnya ini, rencana tata ruang tidak perlu dibuat secara
detail untuk masing-masing persil atau petak
lahan, kecuali untuk pembangunan skala besar.
Tata guna lahan
Wilayah Pengendalian dan
Peraturan tata ruang di tingkat pemerintahan
Pembatasan Pembangunan kota berisi penetapan fungsi-fungsi utama dari
Wilayah Prioritas Pembangunan masing-masing zona – perumahan (baik sebagai
Lingkup Wilayah Perencanaan Kota fungsi tunggal maupun bercampur dengan
fungsi perbelanjaan dan pelayanan), fasilitas

28
Modul 2a: Perencanaan Tata Ruang Kota dan Transportasi Perkotaan

produksi (diklasifikasi berdasarkan dampak- Turun ke tingkat perencanaan yang lebih


nya terhadap lingkungan perumahan maupun rendah, fungsi-fungsi pembangunan secara ter-
lingkungan), ruang terbuka hijau (taman kota, perinci akan dituangkan pada tingkat kecamat-
sempadan sungai), dan infrastruktur transpor- an atau wilayah pembangunan kota, disusun
tasi. Perencanaan kepadatan penduduk di zona dalam skala 1 banding 1.000 atau 1 banding
perumahan dapat ditetapkan dalam peraturan 500. Fungsi-fungsi lahan untuk masing-masing
ini pula, dan juga besarnya lahan yang akan tapak atau persil akan ditentukan secara jelas
dibangun. Parameter kepadatan seperti Koef- berikut dengan intensitas bangunan, jumlah
fisien Dasar Bangunan (KDB) atau Koeffisien lantai bangunan, luas lantai dasar, tinggi ba-
Lantai Bangunan (KLB) akan ditetapkan pada ngunan, dan posisi bangunan di dalam tapak.
tingkatan ini, atau pada tingkat persil (lihat Tentunya hal tersebut akan bergantung pada
berikut ini). kepemilikan dan status dari badan pengembang
Gambar 17 menunjukkan prinsip-prinsip dasar apabila keputusan-keputusan tersebut akan
teknik overlay tata guna lahan dalam perenca- dibuat oleh investor swasta atau oleh badan
naan kota. Sesuai dengan fungsi yang dialokasi- pemerintahan. Juga akan ada ruang untuk
kan pada masing-masing zona, transportasi dan perubahan dalam perencanaan tata ruang
infrastruktur lain telah ditentukan sebelumnya, sesuai dengan proses politik dan pertimbangan
untuk menghindari friksi/gesekan, sumbatan ekonomi.
(bottleneck) dan kerugian-kerugian ekonomis Diantara negara-negara berkembang, ke-
lain yang ditimbulkan. tentuan yang mengatur hak milik dan hak

Tabel 6: Kerangka kelembagaan perencanaan pembangunan di India: Kewenangan dan tanggung


jawab perencanaan

TINGKAT PEMERINTAHAN KEWENANGAN


Kebijakan Nasional: Pembiayaan pembangunan, program bantuan ter-
Pemerintah Pusat
arah bilateral dan multilateral, koordinasi, dll.
Kebijakan Provinsi: Kebijakan industri, distribusi atau sebaran pendu-
Pemerintah Provinsi duk, kebijakan lahan kota, jaringan infrastruktur regional, pelayanan
sosial, pelestarian lingkungan, dll.
Rencana Struktur Wilayah: Jaringan infrastruktur regional, pelayanan
Komisi Perencanaan Wilayah sosial regional, pelestarian lingkungan regional, penganggaran pem-
(Regional) bangunan, identifikasi proyek-proyek regional, koordinasi antar dan
dalam wilayah, dll.
Rencana Struktur Metropolitan: jaringan and rencana infrastruktur
sosial metropolitan, koordinasi perencanaan di pinggir metropolitan,
Komisi Perencanaan
rencana pembangunan ekonomi dengan perspektif lokal, identifikasi
Metropolitan
proyek-proyek metropolitan, penyusunan kebijakan kerjasama swasta-
pemerintah, dll.
Rencana Pembangunan Rinci: formulasi proyek (misal: melalui Musren-
bang Desa), implementasi dan pengawasan, koordinasi antar bagian
Pemerintah Kota/Lokal
kota (Kecamatan) (Rekomendasi untuk pembentukan Satgas Koordi-
nasi Tingkat Kecamatan)
Untuk pemerintah kota dengan jumlah penduduk sekitar 300.000
keatas, konsolidasi pada tingkat kecamatan dan untuk perencanaan
Kampung Kota/Kelurahan proyek-proyek lainnya, penentuan prioritas proyek, rencana investasi
proyek, pengawasan pengeluaran proyek, implementasi dan peng-
awasan proyek, dll.
Rencana Aksi/Rencana Tindak Spesifik tingkat Lokal: Formulasi
Satgas tingkat Kecamat-
proyek (Misal: Musrenbang Kecamatan), implementasi dan peng-
an dan Satgas tingkat lokal
awasan; koordinasi dengan pemerintah lokal; masukan untuk rencana
lainnya
pembangunan.
ISOCARP, dimodifikasi oleh Wuppertal Institute, http://www.unchs.org/unchs/english/urbanpl/asian/asian.htm#4

29
Transportasi Berkelanjutan: Panduan Bagi Pembuat Kebijakan di Kota-kota Berkembang

Gambar 18
Rencana tata ruang
kota Qingdao (China).
Qingdao Urban Planning Bureau, 1999

Rencana Tata Ruang Kota


Qingdao
pengembangan lahan pribadi sangat bervariasi 8.2 Praktek-praktek perencanaan tata
Pola umum struktur ruang
kota menurut dokumen
sesuai dengan undang-undang dasar/konstitusi ruang
rencana adalah: yang berlaku di masing-masing negara. Hal ini
Di dalam perjanjian Agenda 21 yang dihasilkan
• mengalokasikan ruang kota juga ditemui di negara-negara industri maju.
dari Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) PBB
utama pada pantai timur Di beberapa negara bagian AS pemilik lahan
Teluk Jiaozhou, tentang Lingkungan dan Pembangunan atau
masih diberi kebabasan untuk menentukan
• mengalokasikan ruang kota KTT Bumi di Rio de Janeiro, Brazil 1992,
pendamping sepanjang
tipe rumah yang ingin dibangunnya, apakah
ditekankan pentingnya peran komunitas lokal
pantai barat teluk Tiaoz- rumah tinggal biasa, rumah susun atau fasilitas
dalam pembangunan. Dalam kerangka politik
hou, dan komersial, sedangkan di Eropa terdapat tradisi
dan tanggung jawab administratif yang di-
• mempromosikan pemba- yang kuat dalam membatasi dan mengarahkan
ngunan sepanjang Pantai ilustrasikan dalam piramida pada Gambar 16,
penggunaan lahan milik pribadi. Dalam rangka
Jiaozhou agar terbentuk komunitas lokal dan fasilitator konsultatif yang
struktur pembangun-
mendukung pembangunan kota yang baik dan
terstruktur baik, pemilik lahan harus meng- terdiri dari masyarakat madani dan komunitas
an ”dua titik dan satu
lingkaran”. ikuti peraturan tata ruang yang telah ditetapkan pengusaha dapat dibentuk untuk merumuskan
Ruang kota utama dan melalui proses-proses yang melibatkan publik dan mengimplementasi rencana pembangunan.
pendamping direncanakan secara luas. Pada prakteknya, investor swasta Komisi Perencanaan pada Pemerintah India
sebagai pemusatan/konsen- (berfungsi seperti Bapenas), telah mengeluarkan
dapat mengajukan permohonan untuk merevisi
trasi pembangunan dan
pembaungan lain sepanjang
sebagian dari rencana pembangunan dalam hal peraturan seperti di Tabel 6 dalam perumusan
Teluk Jiaozhou direncana- jumlah lantai bangunan atau prosentase ruang Rencana Pembangunan Lima Tahun yang ke-
kan sebagai penyebaran perkantoran atau perumahan, namun secara Sembilan untuk periode 1998 hingga 2003. Hal
atau dekonsentrasi. Pola umum pemerintah berwenang atas pembagun- ini didasari oleh hasil dari International Society
”konsentrasi relatif dan
an kota. of City and Regional Planners (ISOCARP).
dekonsentrasi yang sesuai”
akan menjadi ciri utama dari
Sumberdaya manusia dan sumberdaya keuang-
pembangunan struktur tata an, serta sistem yang menyeimbangkan kewe-
ruang secara umum. nangan dan tanggung jawab dituangkan dalam

30
Modul 2a: Perencanaan Tata Ruang Kota dan Transportasi Perkotaan

Tabel 6, rekomendasi tentang ”Paradigma Baru mendasar. Versi awal perkotaan yang dianggap
Perencanaan”. Tabel 6 menjelaskan hal-hal modern telah memberikan ruang yang sangat
detail dan teknis mengenai perencanaan tata luas bagi mobil pribadi sehingga perannya
ruang di India. sangat dominan, berdampak pada jaringan
Contoh perencanaan tata ruang yang baik, dan jalan yang ekstensif, membentang diatas kota
juga manfaat dari perencaan yang baik, adalah yang sebagian besar melayani lingkungan-
kota Qindao, kota pelabuhan di timur laut lingkungan kota yang bersifat mono-fungsional
Cina (lihat Gambar 18). Qindao memiliki seja- (tata ruang yang homogen), re-orientasi peren-
rah panjang dalam perencanaan tata ruang sejak canaan kota meletakkan fokus pada angkutan
tahun 1900, dengan perluasan dan perbaikan umum dan pejalan kaki (informasi lebih lanjut
yang menerus sejak pertama kali dilakukan. lihat Modul 1a: Peran Transportasi dalam Kebi-
Hal ini telah menghasilkan kualitas perkotaan jakan Pembangunan Perkotaan). Terutama pada
yang sangat baik. Badan perencanaan telah lingkungan binaan yang pada, moda-moda
berhasil mengkoordinasi zona perumahan dan yang hemat ruang dan ramah lingkungan ini
zona-zona yang berfungsi sebagai motor pemba- perlu mendapat perlakuan khusus dalam alokasi
ngunan ekonomi dengan perbaikan infrastruk- ruang jalan.
tur transportasi secara sangat baik. Perhatian
secara khusus diberikan pada pembangunan ja- Pejalan kaki
ringan rel meminimalisasi dampak negatif dari Persyaratan lebar trotoar minimum untuk peja-
angkutan barang pada lingkungan kota. Selain lan kaki dikembangkan sesuai dengan volume
itu, perhatian yang besar pada pelestarian ge- pejalan kaki yang menggunakannya. Disepakati
dung-gedung yang bernilai sejarah atau pusaka, bahwa lebar minimum sebesar dua meter di-
dan menjaga kualitas ruang terbuka hijau dan perlukan untuk pejalan kaki. Besarnya fasilitas
penghijauan lainnya. pejalan kaki dapat dihitung berdasarakan ba-
nyaknya pejalan kaki, kecepatan rata-rata, dan
8.3 Infrastruktur transportasi dalam kepadatan pejalan kaki per satuan luas (meter
rencana tata ruang persegi) yang wajar. Sebagai contoh: apabila
terdapat 5.000 pejalan kaki per jam, dan kepa-
Pembangunan ruang yang terencana menimbul-
datan yang dianggap wajar adalah 0,3 orang per
kan kebutuhan yang spesifik dan juga peluang
untuk sistem transportasi. Akses pergerakan meter persegi, maka lebar trotoar yang diperlu-
orang dan barang harus dapat dilayani dengan kan adalah minimal 3,5 meter. Tingkat kepa-
baik oleh infrastruktur dan layanan transportasi datan diatas 0,3 membuat kondisi berjalan kaki
yang ada. Akses pada lahan pada umunya dapat tidak nyaman. Kepadatan lebih dari 1,0 orang
disediakan oleh jalan mobil, namun hal ini per m² sangat membatasi pergerakan.
tidak dapat dilakukan sepenuhnya pada daerah Seluruh fasilitas pejalan kaki haruslah saling
yang padat penduduk. Akibat kebutuhan ruang terkoneksi ke dalam suatu jaringan fasilitas pe-
untuk mobil pribadi, angkutan umum sangat jalan kaki. Perencanaan pada tingkat kecamat-
diperlukan. Di dalam rencana umum tata an atau zona kota harus diarahkan untuk me-
ruang kota dicantumkan struktur hirarki sistem ngembangkan kondisi yang aman dan nyaman
transportasi dengan jaringan jalan yang terdiri bagi pejalan kaki, karena hal ini akan membuat
dari beberapa kelas jalan dan kapasitas, begi- kota menjadi menarik dan menghasilkan
tupula halnya dengan angkutan umum massal alokasi yang efisien atas lahan perkotaan yang
yang akan terintegrasi. Di dalam rencana sangat terbatas. Penegakan hukum oleh kepo-
pembangunan pada tingkat kecamatan, detail lisian atau aparat yang berwajib sangat penting
lebih rinci mengenai lebar jalan, perencanaan untuk memastikan bahwa jalur pejalan kaki
persimpangan, hubungan antara jalan dan rel tidak dipakai untuk parkir mobil (Foto 8).
kereta api, dan juga ruang yang memadai untuk
pejalan kaki dan pesepeda akan disediakan. Pesepeda
Sejak awal tahun 1960an, paradigma perenca- Bersepda adalah moda transportasi yang sangat
naan kota dan tata ruang telah berubah secara bermanfaat, namun para rekayasawan (insinyur)

31
Transportasi Berkelanjutan: Panduan Bagi Pembuat Kebijakan di Kota-kota Berkembang

Foto 8 lalu-lintas sering kali mengeluh karena meng-


Mobil menghalangi anggap pesepeda menggangu kelancaran lalu-
pejalan kaki (Beijing). lintas. Hal ini mengarah pada sikap negatif
yang anti terhadap pesepeda di beberapa kota di
Cina, sebagai contoh di Shanghai (lihat Foto 9).
Bersepeda di jalan kota seringkali perlu ditun-
jang oleh jalur atau rute khusus. (lihat Modul
3d: Pelestarian dan Perluasan Peranan Trans-
portasi Kendaraan Tak-bermotor, untuk deskrip-
si mengenai kondisi yang cocok untuk jalur
khusus sepeda). Hal ini juga memungkinkan
bersepeda melawan arah lalu-lintas mobil di
jalan satu arah (lihat contoh di Beijing, Foto 10).

Akses angkutan umum


Kualitas akses angkutan umum dapat dinilai
dengan waktu tempuh berjalan kaki rata-rata
menuju halte bus maupun stasiun kereta api
terdekat. Dengan memperhatikan kenyamanan
dan ketersediaan, jarak tempuh berjalan kaki
antara 200 hingga 350 meter menuju halte bus
atau stasiun kereta api berikutnya dianggap
cukup baik, yaitu sekitar lima menit berjalan
kaki. Lapisan melingkar di sekitar halte angkut­
an umum di atas peta kota akan menunjukkan
kualitas akses di dalam suatu wilayah, dan juga
akan mengidentifikasi kekurangan yang ada.
Jalan tembus diantara bangunan-bangunan
dengan cara menyediakan akses jalan pintas
melalui dalam gedung dapat mengurangi jarak
Foto 9
tempuh berjalan kaki, dan akan memperluas
Pesepeda dilarang pada daerah layanan angkutan umum.
siang hari (Shanghai).
Kualitas angkutan umum
Kualitas layanan angkutan umum dapat di-
nilai dari jumlah layanan keberangkatan bus
atau kereta api per hektar, sebagai produk dari
jumlah rute dan frekuensi layanan. Tergantung
dari kepadatan perumahan dan intensitas guna
lahan lainnya, kebutuhan kapasitas angkutan
umum dapat dihitung dari hasil survey rumah
tangga dan pola mobilitas. Apabila diasumsikan
bahwa bangkitan perjalanan adalah sekitar 3
Foto 10 hingga 5 perjalanan per orang dan dengan
Memperpendek jarak kepadatan 1.000 penduduk per hektar di peru-
bersepeda dengan mahan yang padat, dan pangsa moda angkutan
mengizinkan sepeda
umum adalah seperempat dari perjalanan, dapat
untuk melintas
melawan arah (contra dihitung bahwa kebutuhan angkutan umum
flow) untuk jalan adalah 1.000 per hektar, atau – dengan satu
satu-arah (Beijing). halte bus melayani sekitar 4 hektar – diperlukan

32
Modul 2a: Perencanaan Tata Ruang Kota dan Transportasi Perkotaan

layanan untuk 4.000 penumpang bus pada tiap dipertimbangkan antara lain pengenaan tarif
halte. Apabila permintaan pada jam puncak untuk lalu-lintas mobil – misalnya dengan tarif
adalah 10% dari total permintaan harian, 100 kemacetan (congestion pricing) baik untuk ruas
penumpang per jam akan menunggu di halte jalan maupun wilayah/zona tertentu – dan per-
bus atau trem. baikan sistem angkutan umum, meningkatkan
Selanjutnya apabila diasumsikan jarak tempuh fasilitas pejalan kaki dan pesepeda. Akses mobil
rata-rata adalah 10 halte, dan kapasitas 80 pribadi untuk zona-zona tertentu bisa saja dila-
penumpang duduk untuk bus besar, maka rang sepenuhnya, sehingga pejalan kaki dapat
dibutuhkan lebih dari 12 bus per jam untuk berjalan dengan aman dan nyaman sepanjang
melayani kebutuhan ini. Dengan demikian pertokoan maupun pusat-pusat jajanan. Tergan-
frekuensi layanan (headway) yang dibutuhkan tung situasi lokal dan juga lebarnya fasilitas pe-
adalah 5 menit. jalan kaki yang ada, angkutan bus dapat diberi
izin untuk masuk.
Perhitungan kasar angkutan umum di daerah
perumahan ini belum memperhitungkan bobot
dari fasilitas istimewa yang menarik pengun- ”Pembatasan parkir akan dapat
jung. Hal ini disampaikan hanya sebagai gam- diterima oleh masyarakat pada
baran mengenai keunggulan angkutan umum zona yang direncanakan sedemikian
dibandingkan mobil pribadi untuk perumahan.
Apabila kita menuju Pusat Kota (CBD) yang rupa sehingga kebutuhan mobil
penuh dengan gedung tinggi dimana menarik pribadi rendah, dan dilayani
tidak kurang dari 10.000 penglaju atau pengun-
angkutan umum yang efisien.”
jung per hektar, maka jelaslah bahwa diperlu-
kan angkutan bus berkapasitas tinggi yang efi-
sien, dengan jalur khusus atau sistem angkutan Kebijakan Parkir
kereta api dalam kota. (Selanjutnya lihat Modul Manajemen perparkiran adalah elemen yang
3a: Opsi Angkutan Massal). sangat penting dalam manajemen kebutuh-
an transportasi. Jumlah ruang parkir di zona
Kendaraan pribadi tujuan pergerakan menentukan jumlah mobil
Tergantung dari distribusi aktifitas didalam yang akan digunakan. Di wilayah lingkungan
ruang kota, masing-masing lokasi berevolusi binaan yang sudah terbangun, analisis dampak
sebagai zona asal dan tujuan pergerakan. Ketika lalu-lintas perlu dilakukan dengan menentukan
tingkat pendapatan cukup tinggi untuk mem- besarnya lalu-lintas yang dianggap sesuai, dari
beli kendaraan pribadi, kebutuhan lalu-lintas angka tersebut dapat dihitung jumlah satuan
untuk kendaraan pribadi akan muncul. Model ruang parkir maksimum yang dapat dibangun
ramalan lalu-lintas akan menghitung besarnya di zona tersebut. Juga perlu dipastikan bahwa
volume kendaraan pribadi, baik mobil mapun penetuan tarif parkir harus memperhatikan
roda dua. nilai atau harga lahan. Di dalam pusat kota,
Sebagaimana telah disampaikan sebelumnya, sebagaimana direncanakan oleh satuan tugas
mobil pribadi membutuhkan ruang yang lebih pe­ rencana kota dan perencana transportasi,
luas daripada moda-moda lainnya. Untuk gedung parkir dapat dioperasikan secara komer-
meningkatkan aksesibilitas bagi warga/ma- sial. Pusat-pusat perbelanjaan dan pembangkit
nusia, akses untuk mobil harus dibatasi. Pada tarikan perjalanan mobil lainnya harus dike-
pembahasan diatas telah disampaikan bahwa nakan tarif yang sebanding dengan kebutuhan
kapasitas jaringan jalan kota terbatas karena parkir pula.
persimpangan, bukan karena lebar jalan. Untuk Untuk wilayah yang baru terbangun, rasio
menghindari kemacetan yang parah bahkan antara luas lantai dan luas parkir dapat diatur
sampai terjadinya macet total karena pembe- oleh rencana pembangunan. Pertanyaan yang
banan berlebih, maka dibutuhkan manajemen sangat penting adalah kebutuhan transportasi
kebutuhan lalu lintas (lihat Modul 2b: Mana- untuk masing-masing moda angkutan: di lokasi
jemen Mobilitas). Strategi-strategi yang perlu tertentu pangsa moda mobil pribadi dapat lebih

33
Transportasi Berkelanjutan: Panduan Bagi Pembuat Kebijakan di Kota-kota Berkembang

dari 5 hingga 10 persen, bahkan lebih. Hal ini


akan tergantung dari situasi lokal, kepadatan, 9. Perencanaan tata ruang
dan fungsi ruang, dan juga ketersediaan moda untuk mengurangi kebutuhan
angkutan alternatif. Hasil perencanaan terbaik transportasi
dan pembatasan parkir akan dapat diterima
oleh masyarakat pada zona yang direncanakan Mengurangi kebutuhan transportasi dan
sedemikian rupa sehingga kebutuhan mobil perpindahan ke moda transportasi yang lebih
pribadi rendah, dan dilayani angkutan umum ramah lingkungan dapat didukung oleh ber-
yang efisien. bagai macam kebijakan dari semua tingkat
perencanaan ruang. Prinsip-prinsip perumus-
an kebijakan dan perencanaan yang bertujuan
untuk mendukung moda transportasi yang ber-
kelanjutan pada tingkat perkotaan akan dibahas,
berikut dengan konsep-konsep pengembangan
wilayah. Transportasi berkelanjutan dan peren-
canaan tata ruang memerlukan gagasan-gagas-
an yang jelas mengenai tujuan pembangunan di
kawasan wilayah dan kota.

9.1 Prinsip-prinsip dasar


Perencanaan tata ruang dan transportasi yang
terintegrasi sangat penting dalam pembangun-
an kota yang berkelanjutan baik dari sudut
pandang lingkungan, sosial dan ekonomi. Pe-
rencanaan kota dan pilihan lokasi hendaknya
bertujuan untuk:
nn Mengurangi tingkat pertumbuhan perjalan-
an dengan mobil pribadi,
nn Mendukung angkutan umum (untuk orang
dan barang), berjalan kaki dan bersepeda,
nn Meningkatkan kondisi kesehatan jasmani.
Dalam rangka merealisasikan pembangunan
kota berkelanjutan dan sistem transportasi yang
tidak merusak lingkungan dan junga melayani
pembangunan sosial dan ekonomi secara efektif,
prinsip-prinsip berikut ini harus diikuti:
nn Pembagunan berskala besar harus berada
pada lokasi yang terlayani oleh angkutan
umum secara memadai, atau penyediaan
angkutan umum adalah bagian dari rencana
pembangunan. Instansi atau badan usaha
yang melaksanakan pembangunan harus
menyiapkan analisis dampak lalu-lintas dan
rencana peningkatan kondisi transportasi.
nn Sebagai bagian dari rencana pembangunan,
kebijakan manajemen lalu-lintas harus di-
implementasi, termasuk kebijakan parkir dan
pembatasan lalu-lintas pada kawasan-kawas-
an yang rawan kemacetan.

34
Modul 2a: Perencanaan Tata Ruang Kota dan Transportasi Perkotaan

nn Badan atau instansi yang berwenang atas


perencanaan dan pengembang harus memas-
tikan kondisi yang aman bagi pejalan kaki Konsep Manajemen
dan pesepeda, dan menekankan pentingnya Lalu-lintas Transportasi
rute yang aman untuk anak-anak dan pelajar
yang berjalan kaki atau bersepeda ke sekolah.
Jalan utama
nn Strategi angkutan umum harus direncanakan
dan diimplementasi, sehingga membuat Lajur khusus sepeda, pejalan
kaki, gerobak barang
halte angkutan umum mudah diakses (lihat
Modul 3c: Regulasi dan Perencanaan Bus).
nn Agar angkutan umum dapat melayani kawas-
Fasilitas Parkir
an pembangunan skala besar secara baik,
instansi pemerintah kota yang bertanggung
jawab atas perencanaan transportasi dan ma- Parkir Sepeda
najemen lalu-lintas perlu membuat koridor
Parkir mobil (Otomatis)
khusus untuk angkutan umum, teruma jalur
khusus bus.
nn Pembangunan baru akan diletakkan dekat
dengan rute angkutan umum berkapasitas
tinggi, terminal akhir, dan halte transfer. Angkutan umum

nn Pembangunan baru yang membangkitkan


tarikan angkutan barang yang signifikan
sebaiknya diletakkan di dekat jaringan jalan Jalur Bus
raya yang sudah ada. Perencanaan jaringan Jalur Angkutan umum massal
dan manajemen lalu-lintas yang baik akan
Halte Bus
memastikan bahwa lalu-lintas menerus tidak
Stasiun angkungan umum massal
mengganggu perumahan, dan tidak meng-
ganggu kenyamanan pengguna kendaraan
tidak bermotor.
Lingkaran pada gambar menunjukkan jarak Gambar 19
Pada tingkat kawasan perumahan, prinsip-prin- berjalan kaki sejauh 300 meter dan 600 meter Zona perumahan
sip ini akan direalisasikan dengan penyedia- dari stasiun angkutan umum massal (Metro). yang dirancang untuk
an fasilitas berjalan kaki dan bersepeda yang Pembangunan yang dilakukan menghormati mendukung moda
baik tanpa hambatan dari kendaraan bermotor, transportasi yang
kaidah-kaidah pelestarian bangunan dan ka-
akses yang baik menuju angkutan umum, dan berkelanjutan.
wasan bersejarah tanpa mengorbankan lahan Speer/Kornmann, 2001
kawasan bebas mobil pada area tertentu. Ide ini kota untuk jalan raya yang terlampau besar.
dikenal dengan konsep ”kawasan lingkungan
lestari”. Konsep umum tata letak dasar pada Namun demikian, masih perlu dipertanyakan
jaringan dan kawasan bebas mobil ditunjukkan apakah rencana ini akan terealisasi sepenuhnya,
pada Gambar 19. dan penghargaan World Expo 2010 (lihat kotak
terkait) juga mengundang pertanyaan mengenai
Prinsip-prinsip dasar ini telah digunakan oleh masa depan perencanaan transportasi dan tata
Pembangunan Kota Baru di Shanghai yaitu ruang.
Yangpu/Dinghai. Kawasan kota pada Gambar
20 sedang dalam tahap revitalisasi; sebelumnya
adalah kawasan yang mengalami penuaan dan 9.2 Membentuk tata guna lahan kota
penurunan vitalitas namun memiliki lokasi untuk transportasi berkelanjutan
yang sangat indah di tepi sungai Yangtse, tidak Langkah awal yang sangat penting dalam
jauh dari pusat kota. Sesuai rencana, akan diba- perencanaan tata ruang adalah menghitung
ngun sabuk hijau dan optimisasi infrastruktur kebutuhan transportasi yang disebabkan oleh
transportasi, dan mengkonsentrasi tata guna berbagai jenis fungsi ruang dan memastikan
lahan yang intensif sepanjang jalan utama. terintegrasinya perencanaan transportasi sejak

35
Transportasi Berkelanjutan: Panduan Bagi Pembuat Kebijakan di Kota-kota Berkembang

World Expo 2010 di Shanghai


Pada bulan Desember 2002, Bureau of
International Exhibitions mengumumkan
bahwa Shanghai akan menjadi tuan rumah
World Expo pada tahun 2010. Ini merupakan
pertama kalinya pameran kelas dunia itu
diselenggarakan di negara berkembang dan
dengan motto ”Kota yang lebih baik, Hidup
yang lebih baik”.
Dalam rencana induk pembangunan kota
yang ambisius, renovasi besar-besaran
akan dilakukan sepanjang bantaran sungai
Huangpu, dimana lahan seluas 5,4 kilome-
ter-persegi akan digunakan untuk proyek
World Expo 2010. Pemerintah Kota Shanghai
akan menginvestasikan US$ 3 Milyar
untuk proyek ini dan sebanyak lima hingga
Model Kota Shanghai – sepuluh kali lipat biaya diperlukan untuk
Yangpu/Dinghai pembangunan infrastruktur transportasi dan
modernisasi kota. Hajatan ini akan berdam-
Perumahan
pak besar bagi kota dan struktur ruangnya.
Pendidikan tinggi/fasilitas kesehatan
Hingga saat ini masih menjadi perdebatan
Jasa, komersial Ruang Terbuka / Taman Kota apakah dampak dari pembangunan tersebut
Jasa, komersial Jalur hijau akan positif atau negatif dan apakah Expo
2010 di Shanghai hanya sekedar hajatan
Industri ringan Wilayah layanan angkutan umum massal
unjuk gengsi atau memang merupakan ke-
sempatan untuk memodernisasi kota demi
kebutuhan warganya.
Gambar 20 awal proses. Hal ini terdengar mudah, namun Sayembara konsep pembangunan dimenang-
Rancang bangun kota sayangnya tidak sering dijumpai di negara-ne- kan oleh seorang perencana dari Prancis.
untuk mendukung gara berkembang. Minimal diperlukan terben- Elemen utama dari pembangunan ini adalah
moda transportasi yang tuknya satuan tugas, atau kelompok kerja lintas jembatan bermotif bunga yang menghu-
berkelanjutan.
Speer/Kornmann, 2001
sektor pada pemerintah kota, yang terdiri dari bungkan pulau buatan di kedua sisi sungai
(disederhanakan agar mudah dibaca) perencana kota dari instansi terkait, perencana Huangpu. Rencana pembangunan selanjut-
transportasi, dan unit tugas manajemen angku- nya akan dipoles dan dimodifikasi (informasi
tan umum dan lalu-lintas. selanjutnya lihat: http://www.expo2010china.
com).
Merujuk pada artikel terkini, lokasi Expo akan
”Minimal diperlukan terbentuknya menjadi percontohan renovasi kota. Pabrik
satuan tugas, atau kelompok kerja baja yang berpolusi tinggi, galangan kapal,
pabrik kimia, pabrik peralatan pelabuhan,
lintas sektor pada pemerintah kota.” gudang barang bekas, gubug-gubug dan
rumah susun kumuh akan digantikan dengan
gedung kesenian, gedung pertemuan dan
Model perencanaan ABC di Belanda
taman kota, mengembalikan status sungai
Aplikasi perencanaan tata ruang untuk mengu- sebagai daya tarik utama. Kegiatan industri
rangi kebutuhan transportasi, dan perpindahan

36
Modul 2a: Perencanaan Tata Ruang Kota dan Transportasi Perkotaan

berpolusi tinggi direncanakan untuk ditutup


atau pindah ke luar kota. Diperkirakan 25.000
penduduk dari 8.500 keluarga akan ditempat-
kan ke perumahan baru.
Pada masa lalu Shanghai mengalami kepa-
datan penduduk yang tinggi dengan ruang Centro de
hijau yang sangat terbatas. Menurut asisten la Ciudad
direktur perencanaan proyek, Shanghai ber-
niat untuk mengkonversi sepertiga lahannya
Bagian
untuk menjadi Ruang Terbuka Hijau. wilayah kota
Selain sistem angkutan umum yang saat
ini dalam tahap konstruksi, infrastruktur
transportasi lainnya akan dibangun untuk
menghubungkan lokasi Expo dengan jaringan
angkutan umum massal.
Kota Shanghai memperkirakan jumlah pe-
ngunjung total baik dari dalam Negri Cina
sendiri maupund dari luar negeri akan men-
capai 140 juta dan hal ini akan membebani
sistem transportasi kota secara keseluruhan.
Untuk mengantisipasi hal tersebut angkutan
Lokasi – A Stasiun Kereta Api
kereta api seputar lokasi World Expo sedang
dibangun, agar pergerakan 400.000 pengun- Lokasi – B Halte trem/metro
jung setiap harinya dapat dilayani dengan baik.
Lokasi – C akses jalan utama/jalan bebas hambatan

moda ke moda transportasi berkelanjutan me- ini pada umumnya cock untuk perkantor- Gambar 21
merlukan kriteria lokasi berdasarkan aksesibili- an dengan jumlah pegawai yang banyak dan Kategori lokasi ABC
tas yang terkait dengan moda-moda tranportasi pengunjung yang ramai. Kawasan-kawasan ini untuk wilayah kota.
Wuppertal Institute
yang ada. Pendekatan pragmatis telah dikem- sebaiknya berada dalam jarak 600 meter dari
bangkan di Belanda dengan 15 juta penduduk stasiun transfer kereta api nasional atau regional
dengan kepadatan penduduk tertinggi di Eropa atau dalam jarak 400 meter dari stasiun trem
(410 jiwa per kilometer persegi). Badan peren- atau bus yang berkualitas tinggi; tidak lebih
canaan nasional setempat mengembangkan dari 10 menit menggunakan angkutan umum
strategi perencanaan tata ruang sebagai pandu- dari stasiun kereta api nasional dan koneksi
an untuk pemerintah lokal. Kota-kota dengan yang baik ke fasilitas park & ride di pinggir
penduduk lebih dari 100.000 diwajibkan me- kota harus tersedia. Di dalam kategori ini
nyusun rencana tata ruang dengan mengaloka- terdapat subkategori yang membedakan antara
sikan lahan menurut tiga kategori A, B, dan C kawasan AI dan AII. Kawasan AI harus terletak
(Gambar 21). persis berbatasan dengan stasiun kereta api se-
A: Kawasan yang dapat dengan mudah diakses dangkan kawasan AII tidak diharuskan.
oleh angkutan umum lokal, regional dan nasio- B: Lokasi yang dapat dengan mudah diakses
nal (kawasan sekitar persimpangan jalur angku- baik oleh angkutan umum lokal maupun
tan umum); penggunaan mobil harus dibawah regional dan juga dapat diakses dengan mobil
10 hingga 20%. Di Belanda, kawasan-kawasan (dimana koridor angkutan umum yang baik

37
Transportasi Berkelanjutan: Panduan Bagi Pembuat Kebijakan di Kota-kota Berkembang

berpotongan dengan jalan-lingkar); pangsa Tabel 7: Konsep tata ruang ABC: rasio ruang
penggunaan mobil harus dibawah 35%. Kawas- parkir terhadap luas lantai menurut
an-kawasan ini pada umumnya dipilih untuk fungsi dan kategori
perkantoran atau lembaga-lembaga dengan
jumlah pegawai yang besar, yang sebagian ber- Rasio Rasio
Kategori
Minimum Maksimum
gantung pada perjalanan dengan mobil karena
tuntutan profesi. Kawasan seperti ini berada AI (perkantoran) 1: 250 1: 250
dalam jarak 400 meter dari layanan trem atau AII (perkantoran) 1: 175 1: 250
bus yang berkualitas tinggi dan tidak lebih B (perkantoran, bisnis) 1: 125 1: 90
dari 5 menit perjalanan angkutan umum dari C (bisnis) 1: 90 1: 60
stasiun kereta api regional. Selanjutnya, harus AI/AII (pendidikan tinggi) 1: 250 1: 250
dalam jarak 400 meter dari jalan yang terhu- B/C (pendidikan tinggi) 1: 145 1: 145
bung dengan jaringan jalan nasional. Kawasan AI/AII (pusat belanja) 1: 90 1: 40
BI, BII, dan BIII harus dedefinisikan sesuai
B/C (pusat belanja) 1: 65 1: 30
kebutuhan struktur didalam kawasan (misal:
http://www.eaue.de/winiwd/131.htm
fasilitas parkir harus dirancang untuk menekan
penggunaan mobil). terletak di pinggiran wilayah metropolitan.
C: Kawasan yang mudah diakses oleh mobil (http://www.epe.be/workbooks/tcui/example12.
(sepanjang akses jalan raya bebas hambatan) html)
namun dengan angkutan umum yang kurang Dalam bahasa yang lebih sederhana, ketiga ka-
baik. Kawasan ini cocok untuk lokasi perusaha- tegori lokasi ini dapat dijelaskan sebagai kawas-
an yang sangat bergantung pada kendaraan atau an yang cocok untuk:
kegiatan logistik seperti perusahaan ekspedisi, A: aktifitas berbasis masyarakat/orang
kurir dan industri lainnya. Pada umumnya B: aktifitas campuran
kawasan ini berada dalam 1.000 meter dengan C: aktifitas berbasis angkutan barang
koneksi langsung ke jalan raya nasional (atau
bebas hambatan). Kawasan C pada umumnya

Key
High Density Employment with some Mixed Use
Mixed Use with some Residential
Residential with some offices and shops
Bus Stops
Gambar 22
400 m Interchange
Konsep rencana tapak, High Frequency Bus Corridor

kebijakan ABC. (5 mins walk) Rail

Buchanan, 2001

38
Modul 2a: Perencanaan Tata Ruang Kota dan Transportasi Perkotaan

Karena ketersediaan ruang parkir adalah aspek


Present Structure Struktur
vital dalam pengurangan penggunaan mobil di Konsep rencana pembangunan
saat ini (eksisting)
kawasan-kawasan tertentu, kategori ABC juga
terkait dengan jumlah ruang parkir maksimal
disesuaikan dengan klasifikasi masing-masing.
Rasio-rasio dalam Tabel 7 berlaku di Belanda.
Kawasan-kawasan ini disesuaikan dengan
kebutuhan berbagai macam jenis usaha dan
layanan. Profil mobilitas atau kebutuhan trans-
portasi dibuat untuk masing-masing jenis usaha
(bisnis), jumlah pegawai dan pengunjung, dan
ketergantungan terhadap mobil maupun truk
barang. Pertokoan sebaiknya berada di kawasan
tipe A, tidak di tipe C. Perkantoran diletakkan Peraturan klasifikasi ABC dan konsep utama Gambar 23
di tipe A dan B, sedangkan tipe C hanya untuk dari pengembangan kawasan tidak berten- Pengembangan kota
fasilitas-fasilitas angkutan barang atau kegiat- tangan dengan paradigma pembangunan inti: Desentraliasi kota
an yang memerlukan lahan yang luas. Sistem kota secara umum. Konsep-konsep ini tidak membentuk sub-pusat
ABC mengintegrasikan standard-standard yang (dekonsentrasi
dimaksudkan untuk mendukung pembangun-
mengatur kepadatan lapangan kerja per meter planologis).
an sentralistis. Didalam wilayah perkotaan Mori, 2000
persegi, dan parkir untuk pegawai. Sebagai banyak masalah lalu-lintas yang disebabkan
contoh, mengenai standard parkir: di kawas- oleh pembangunan yang terlalu terkonsentrasi
an tipe A di kota besar, jumlah ruang parkir di pusat. Terutama ketika perumahan tersebar
maksimum adalah 10 satuan ruang parkir per di pinggiran kota-kota, dan lapangan kerja,
seratus pegawai, dan di kawasan tipe B adalah perkantoran serta pusat perbelanjaan diletakkan
dua puluh untuk seratus pegawai. di pusat membangkitkan tarikan perjalan-
Sistem ABC adalah strategi tata ruang yang an, mengakibatkan titik-titik kemacetan dan
baik untuk mengalokasikan beberapa aktifitas polusi udara. Rumah tangga dan investor bisnis
yang berbeda, berdasarkan analisis komprehen- cenderung untuk berpindah ke luar, sehingga Gambar 24
sif mengenai hubungan antara kualitas lokasi memulai ”lingkaran setan” dari pembangun- Batas pertumbuhan
dan kebutuhan transportasi. Dalam konsep an menyebar dan meningkatnya bangkitan kota dan sabuk hijau di
ABC milik Belanda ini, kawasan dengan klasi- lalu-lintas sebagaimana dijelaskan pada bagian London.
City of London: Towards the London
fikasi ”A” akan menjadi wilayah pembangunan 1,2 (lihat Gambar 1 ”Lingkaran Setan Lalu- Plan, Initial Proposals for the Mayors
utama didalam kota. Namun, didalam pusat Lintas”). Cara mengatasi situasi ini secara lebih Spatial Development Strategy,
May 2001
kota dan sub-pusat juga terdapat perbedaan
aksesibilitas. Gambar 22 mengilustrasikan
hal ini dengan menunjukkan gedung-gedung
yang mendapat akses angkutan umum terbaik
dengan warna hijau. Lokasi-lokasi terbaik
untuk fasilitas yang menarik pengunjung dalam
jumlah besar sebaiknya dalam jarak pejalan
kaki sekitar stasiun kereta api yang juga dila-
yani oleh koridor bus utama. Semakin jauh dari
titik tersebut, daya tarik semakin menurun dan
pengunjung akan cenderung menggunakan
mobil pribadi maupun taxi.
Ruang Terbuka Hijau
Klasifikasi tata guna lahan seperti ini dapat tingkat Metropolitan

menjadi dasar perumusan kebijakan, termasuk Sabuk hijau

insentif pajak bagi investor swasta dan prioritas Jaringan Transportasi Air

investasi publik.

39
Transportasi Berkelanjutan: Panduan Bagi Pembuat Kebijakan di Kota-kota Berkembang

Kepadatan
1971

Sabuk hijau

Pusat kota 15 20 30 Jarak (KM)

Kepadatan
1980

Sabuk hijau

Pusat kota 15 20 30 Jarak (KM)

Kepadatan
1990

Sabuk hijau

Pusat kota 15 20 30 Jarak (KM)

2000
Kepadatan

Gambar 25
Pembangunan
melompat, melampaui
batas pertumbuhan
kota: Kepadatan
penduduk dalam jarak Sabuk
dari pusat kota. hijau
Reform for Urban-Rural Continuum in
Planning Controls, Sang-Chuel Choe
(Seoul National University) http:// Pusat kota 15 16 19 20 30 Jarak (KM)
up.t.u-tokyo.ac.jp/SUR/papers/Choe.
pdf accessed July 10, 2002

40
Modul 2a: Perencanaan Tata Ruang Kota dan Transportasi Perkotaan

sehat adalah dengan membentuk sub-pusat yang berfungsi sebagai pengamanan terhadap
atau pusat sekunder didalam kota sebagaimana pembangunan yang menyebar tak terkendali.
digambarkan dalam Gambar 23. Instrumen perencaan untuk menghindari pem-
Tujuan dari pembangunan kota seperti itu bangunan kota menyebar dan konversi wilayah
adalah untuk mengurangi beban lalu-lintas pedesaan adalah bagian dari konsep ”batas
pada jalan-jalan yang menuju pusat, dan untuk perkotaan”. Dengan melarang pembangunan
menjaga agar rumah tangga dan investor tetap pada batas tertentu sekeliling kota, dan meles-
berlokasi didalam batas kota. Sub-pusat dapat tarikan fungsi pertanian atau lingkungan alami,
dilayani angkutan umum dengan baik; dan pembangunan kota akan diarahkan kedalam
dapat pula direncanakan di dekat stasiun wilayah kota – atau akan diarahkan pada wila-
angkutan umum massal. Rencana tata ruang yah yang cukup jauh dari batas tersebut, yang
dan investasi pemerintah dapat menstimulasi direncanakan pada jarak tertentu dari pusat
pembangunan, dengan modernisasi jaringan kota, sehingga membentuk kota satelit. Dengan
angkutan umum secara terpadu dan terintegrasi. pertumbuhan populasi di wilayah kota, kepa-
Aktifitas pembangan di sub-pusat akan meng- datan penduduk di dalam kota dan disekitarnya
akibatkan distribusi aktifitas yang lebih ho- akan meningkat.
mogen, sehingga mengurangi jarak perjalanan Gambar 25 menjelaskan pembangunan pada
rata-rata dan memitigasi bangkitan lalu-lintas jarak tertentu dari pusat kota setelah pembatas-
berlebih. Pembangunan seperti ini adalah lang- an pembangunan kota diimplementasikan. Ini
kah yang sangat diperlukan untuk mewujudkan adalah contoh kota Seoul (Korea Selatan), yang
dan menjaga kota yang ramping. telah menetapkan dibentuknya sabuk hijau
sejak akhir tahun 1960an untuk mengantisipasi
”Menghubungkan taman kota dan mengendalikan pola pembangunan kota
dan ruang hijau lainnya … yang menyebar.

membentuk rantai hijau.”


9.3 Pembangunan regional untuk
Pembangunan kota dengan model desentra- transportasi berkelanjutan
lisasi terpusat (atau dekonsentrasi planologis) Pertumbuhan penduduk di kota-kota besar
dapat terhambat oleh pembangunan industrial telah merubah struktur guna lahan secara regio-
sebelumnya (brown-fields), yang seringkali nal: lingkungan binaan dan kawasan terbangun
bermasalah dengan pencemaran tanah. Instansi semakin luas melampaui batas kota lama; wila-
yang berwenang atas manajemen lahan kota yah metropolitan semakin lama menggabung-
diperlukan untuk membeli dan membersihkan kan kota-kota yang dahulu terpisah menjadi
lahan-lahan semacam ini, sebelum dapat dijual satu wilayah perkotaan yang besar. Berbagai
kembali untuk pembangunan perumahan strategi dapat digunakan untuk mengatasi
dan perkantoran dan untuk kegiatan industri masalah administratif terkait dengan wilayah
manufaktur yang bersih dan sesuai dengan metropolitan. Sebagaimana telah dibahas diatas,
kawasan tata guna lahan campuran. Pemba- salah satu pendekatan adalah untuk membuat
ngunan ulang di atas lahan bekas industri batas kota baru sehingga secara administratif
(brown-fields) juga memberikan kesempatan menjadi lembaga pemerintahan baru yang ber-
untuk menambah penghijauan kota dengan diri sendiri. Pendekatan lain adalah pembentuk-
membangun ruang terbuka hijau, taman kota an badan administrasi atau badan koordinasi
dan sabuk hijau. Gambar 24 menunjukkan pembangunan maupun forum kerjasama antar
distribusi ruang terbuka hijau didalam kota daerah tingkat regional, seperti administrasi
besar (dalam hal ini: London). Fungsi ekologis metropolitan dimana pemerintah kota yang
didukung dengan menghubungkan taman kota terkait bekerjasama. Pembagian tanggung jawab
dan ruang hijau lainnya sehingga membentuk antar masing-masing pemerintah kota dan ke-
rantai hijau. Peta penghijauan London juga me- wenangan di tingkat metropolitan perlu disepa-
nunjukkan adanya sabuk hijau sekeliling kota kati bersama. Tanggung jawab perencanaan dan

41
Transportasi Berkelanjutan: Panduan Bagi Pembuat Kebijakan di Kota-kota Berkembang

pengendalian tata ruang akan diberikan pada Brief Introduction to the Beijing Master Plan
tingkat yang lebih tinggi. 1991–2010).
Secara alami akan terjadi kompetisi antar pe- Prinsip-prinsip sabuk hijau atau batas pemba-
merintah kota, atau bagian wilayah kota dalam ngunan kota dijelaskan pada bab 9,2 diatas
menarik investasi swasta dan pemerintah. Para membatasi pertumbuhan geografis kota, namun
politikus dan perencana yang bertanggung- sebagaimana dapat dilihat dalam Gambar 19,
jawab atas lokasi-lokasi yang kekurangan tidak membatasi pertumbuhan diluar sabuk
momentum pembangunan akan berargumen hijau tersebut. Tekanan pertumbuhan pendu-
bahwa lebih banyak pembangunan diperlukan, duk dan mekanisme pasar akan merangsang
dengan mempromosikan harga lahan dan pembangunan dan pertumbuhan permukiman
tingkat upah yang lebih murah. Karena trans- diluar yang pada hakikatnya dapat disalurkan
portasi berkelanjutan memerlukan pemba- ke pusat kota, atau mengakibatkan pemba-
ngunan yang terkonsentrasi dan guna lahan ngunan menyebar apabila tidak ada peraturan
campuran, perencanaan tata ruang akan meng- tata ruang yang mengendalikan pembangunan
hadapi kontroversi atau silang pendapat antara regional. Memindahkan kawasan perkotaan
kepentingan lokal di pusat dan di pinggiran. utama ke sekitarnya membutuhkan pertumbuh-
Oleh karena itu disadari pentingnya konsep- an dengan pola melompat. Dari sudut pandang
konsep implementasi pembangunan wilayah pelestarian lingkungan hidup, konsentrasi pem-
tertinggal tanpa mengorbankan prinsip-prinsip bangunan dianggap baik; baik dibangun pada
pembangunan berkelanjutan. Dalam lingkup permukiman yang sudah ada atau dari lahan
pembangunan regional, prinsip-prinsip desen- kosong. Di AS, kecenderungan pembangunan
tralisasi terpusat (atau dekonsentrasi planologis) kota akhir-akhir ini adalah pertumbuhan kota
dapat diaplikasikan sejalan dengan konsep yang pada persimpangan jalan raya besar, yang oleh
telah dijelaskan diatas. Tujuan utamanya adalah para peneliti pembangunan kota dinamai ”kota
mengkonsentrasikan pembangunan perkotaaan pinggiran”.
dan perumahan di lokasi yang paling sesuai,
yang dipilih dengan mempertimbangkan as-
pek-aspek perencanaan wilayah dan angkutan
umum yang baik. Wilayah pembangunan baru Model Pertumbuhan Yokohama
sebaiknya dialokasikan sekitar pusat kegiatan Kota Yokohama (Jepang) telah menggunakan
yang berkembang seputar stasiun angkutan jaringan rel kereta api yang melingkar seba-
umum massal, dan harus dijaga agar tetap ring- gai sumbu pertumbuhan kota sejak tahun
kas sehingga mempermudah aksesibilitas bagi 1960an, dengan mengarahkan pembangunan
penumpang dan barang, baik dengan kereta dekat stasiun (lihat Gambar 26). Para per-
api maupun bus, dan juga mengurangi jarak encana dari pemerintah kota mengarahkan
optimalisasi penggunaan angkutan umum
tempuh internal. Desentralisasi terpusat, yang
dengan cara sebagai berikut (Pemerintah
didukung oleh kombinasi fungsi-fungsi ruang Kota Yokohama 2000):
yang cocok, dengan lapangan kerja dan fasilitas
nn
Tidak labih dari 15 menit (berjalan kaki,
lainnya yang mendudkung, akan memicu pem- atau dengan bus) menuju stasiun terdekat
bangunan regional dengan pola untaian muti- nn
Tidak lebih dari 30 menit menuju pusat
ara sepanjang koridor angkutan umum. Dalam kota Yokohama.
skala yang lebih luas, prinsip-prinsip ini akan Desetralisasi terpusat (dekonsentrasi planolo-
mengarah pada kota-kota satelit sekitar wila- gis) berbasis angkutan umum massal seperti
yah metropolitan, dengan populasi minimum ini dapat dijadikan model pembangunan kota
sekitar seratus ribu penduduk. Besarnya kota yang berkelanjutan. Strategi yang berbeda
satelit dipengaruhi oleh kondisi lokal. Rencana namun juga sangat sukses dicapai oleh Kota
Curitiba (Brazil), yang mengkoordinasikan
Induk pembangunan Beijing menyebutkan
pembangunan Busway (Bus Rapid Transit)
bahwa kota satelit adalah kota dengan jumlah yang sangat efisien dan perencanaan tata
penduduk sebesar 150.000 hingga 400.000 ruang.
(”Sixth Major Cities Summit, Beijing, 2000; A

42
Modul 2a: Perencanaan Tata Ruang Kota dan Transportasi Perkotaan

Gambar 26
Kota-kota satelit di
Jakarta: Kota-kota baru
dan kawasan industri
yang telah mendapat
izin dan dalam
pembangunan.
Dick & Rimmer, 1998. Catatan: Jakarta
Waterfront City, Teluk Naga, Bukit
Indah City dan Bukit Jonggol Asri tidak
terlihat

CIUDADES NUEVAS
Hectáreas

Foto 11
Grandes poligonos industriales
Visi Pembangunan
Camino con peaje Kilometros Shanghai/Pudong.
Pemerintah Kota Shanghai

Di negara-negara Asia yang berkembang pesat


seperti Cina, munculnya kota-kota satelit tidak
didorong oleh mekanisme pasar, sebagaimana
ditemui di AS, namun merupakan hasil peren-
canaan dan investasi pemerintah. Kota-kota
tersebut pada awalnya merupakan realisasi
dari konsep ”kota penunjang” yang berlokasi
cukup jauh dari kota besar yang sudah ada
sebelumnya, dimana fungsi utamanya adalah
mengatasi tekanan pertumbuhan penduduk
dari kota besar tersebut. Dasar pemikiran yang
melatar-belakangi hal ini adalah untuk memba-
ngun kota mandiri yang tentunya cukup dekat
dengan kota besar, namun cukup jauh sehingga
perjalanan sehari-hari dapat ditekan. Masing-
masing kota penunjang ini memiliki 100.000
penduduk, lengkap dengan fungsi-fungsi yang
melayani keperluan rumah tangga dan dunia
usaha.
Kota satelit dapat didefinisikan sebagai per-
mukiman fungsional yang relatif dekat dengan
unit perkotaan yang besar, sedangkang kota
penunjang atau kota mandiri ini berpotensi
menjadi wilayah pembangunan yang berdiri
sendiri, tidak tergantung pada kota besar (me-
gacity). Kota-kota satelit sampai dengan batas
tertentu masih terkait dengan kota utama secara
fungsional, namun hal ini bukan berarti tidak
mengacu pada mobilitas penduduk sehari-hari.

43
Transportasi Berkelanjutan: Panduan Bagi Pembuat Kebijakan di Kota-kota Berkembang

Sektor swasta pada umumnya mengambil bertaraf internasional dengan kapasitas 328
manfaat dari agglomerasi terdekat namun me- pasien, sekolah swasta dan lapangan golf serta
nikmati harga lahan yang lebih rendah, kualitas pusat kebugaran eksklusif (country club) dan
lingkungan yang lebih baik dan kemacetan hotel bintang lima.
yang lebih rendah pula. Di Cina, penambahan Konsep perencanaan tata ruang terbaru di
kota-kota kecil (dibawah 200.000 penduduk) Jakarta adalah mengkombinasikan kota-kota
sangat pesat (Huapu 2002) dan berfungsi seba- satelit dan permukiman di pinggiran Jakarta
gai penunjang kota-kota besar. Dasar pemikiran dengan intensifikasi pembangunan didalam
dan tujuan kota satelit adalah untuk membatasi Jakarta. Hal ini juga melibatkan reklamasi
perambatan spatial dari kota utama, mencegah pantai dan mengizinkan pembangunan dengan
pembangun kota menyebar sehingga menjaga kepadatan tinggi didalam kota Jakartam, se-
berfungsinya wilayah metropolitan. bagai contoh pengembang dapat membangun
Pembangunan sistem kota-kota satelit di lebih dari 32 lantai yang dahulu merupakan
Daerah Khusus Ibukota Jakarta pada umumnya batas maksimum. Intensifikasi pembangun-
adalah hasil dari mekanisme-pasar, yang dipro- an didalam batas kota sejalan dengan rencana
mosikan oleh pengembang dan investor swasta transportasi apabila juga diikuti dengan pening-
besar dan juga akibat kebijakan yang kondusif katan kualitas angkutan umum. Tanpa sistem
terhadap hal tersebut (Dick & Rimmer, 1998). angkutan umum yang memadai dan kebijakan
Polusi udara dan kemacetan Jakarta menjadi pembatasan lalu-lintas, kecenderungan kuat
sangat parah, dan pertumbuhan kota telah mengarah pada terjadinya dispersi (penyebaran)
merambat hingga kota-kota disekelilingnya aktifitas, merongrong kapasitas infrastruktur
sehingga menjelma menjadi wilayah metropo- terpasang dan menimbulkan pembangungan
litan Jabodetabek. Pembangunan Jakarta yang menyebar.
tak terkendali ini menimbulkan kekhawatiran Contoh yang paling menonjol dalam hal
banyak pihak dalam hal peningkatan bangkitan pembangunan kota baru yang merupakan per-
perjalanan akibat perubahan tata ruang, karena ambatan pembangunan kota namun dengan
pembangunan baru (lihat Gambar 26) diran- dampak buruk terhadap transportasi adalah
cang mengikuti pola Amerika Utara (AS dan Pudong, dekat Shanghai. Rencana pembanguna
Kanda), yang sangat berorientasi pada mobil kota dibuat dengan jalan yang lebar dan jalan
pribadi. raya berkapasitas tinggi, sebagaimana dapat
Semua proyek pembangunan kota baru dan dilihat pada Foto 11. Foto tersebut diambil dari
kawasan industri dibangun sepanjang jalan tol brosur resmi dari pengembang, menunjukkan
yang bermuara pada jalan lingkar luar (lihat gaya pembangunan kota seperti di AS, dimana
Gambar 26). Pada tahun 1989, proyek kota pembangunan tidak berbasis angkutan umum
baru Bumi Serpong Damai, yang meliputi dan contoh-contoh perencanaan tata ruang dan
wilayah seluas 6.000 hektar di barat Jakarta transportasi yang baik.
mulai dibangun. Pada awalnya lapangan golf
dan perumahan mewah dibangun, dan ketika
kepadatan bertambah tinggi, fasilitas lainnya
dibangun seperti sekolah, perkantoran dan
pusat perbelanjaan. Pada akhirnya dibangun
kawasan pusat niaga (CBD) sebesar 300 hektar
dan pusat jasa dan bisnis seluas 200 hektar
dengan proyeksi lapangan kerja untuk 140.000
orang. Contoh lainnya adalah pembangunan
kota satelit Lippo Karawaci (2.360 hektar) di
Jakarta Barat. Pada tahun 1997, Lippo Kara-
waci memiliki CBD dengan beberapa gedung
perkantoran, pusat perbelanjaan seluas 100.000
m², dua gedung kondominium, rumah sakit

44
Modul 2a: Perencanaan Tata Ruang Kota dan Transportasi Perkotaan

10. Daftar Centang (checklist) Tugas 2.1 Meningkatkan penggunaan ang-


kutan umum
untuk rencana tata ruang dan Pemindahan halte
transportasi Penambahan halte pada trayek yang sudah ada
Menambah atau memperpanjang trayek
10.1  Pembangunan kota baru Apakah kawasan-kawasan tujuan perjalanan
Tugas 1.1 Desentralisasi Terpusat yang penting bagi kehidupan sehari-hari dapat
(Dekonsentrasi Planologis) dicapai dengan angkutan umum dalam jarak
dekat baik pada jam sibuk maupun tidak sibuk?
Apakah lokasi pembangunan kota baru terletak
Apakah prioritas utama adalah peningkatan
sepanjang koridor angkutan umum yang baik?
operasional angkutan umum massal dengan
Apakah lokasi pembangunan kota baru terletak dengan menyisakan lahan untuk pelebaran
pada tempat yang telah memiliki fasilitas, misal- jalur?
nya; pusat perbelanjaan dan jasa, dan apakah
terdapat lapangan kerja?
Tugas 2.2  Akses menuju halte
Apakah perencanaan sudah menjamin keseim-
bangan penggunaan angkutan umum (dua Apakah tersedia akses yang aman dan nyaman
arah)? menuju halte?
Apakah diperlukan jalan memutar menuju halte
Tugas 1.2  Desentralisasi fasilitas umum karena adanya hambatan? Apabila demikian,
apakah hambatan dapat dikurangi?
Apakah aktifitas belanja sehari-hari, fasilitas
Apakah ada jembatan atau terowongan penye-
olah raga, taman kanak-kanak, sekolah, layanan
brangan? Apabila demikian, apakah dapat di-
kesehatan (praktek dokter), layanan administrasi
gantikan dengan penyebrangan sebidang?
dan fasilitas hiburan telah direncanakan secara
terdesentralisasi? Apakah aman dari lalu-lintas kendaraan?
Apakah fasilitas-fasilitas tersebut dapat di- Apakah keamanan sosial dijamin pada siang
akses dengan berjalan kaki atau sepeda (dari dan malam hari?
perumahan)? Berapakah jarak berjalan kaki (minimum dan
Apakah fasilitas-fasilitas tersebut berlokasi di maksimum) menuju halte?
tengah/pusat lingkungan kota?
Apakah penumpukan fasilitas, pusat hiburan Tugas 2.3  Angkutan umum dan lalu-lintas
dan perkantoran telah berhasil dihindari?
Apakah hambatan terhadap angkutan umum
akibat kendaraan yang parkir maupun kemacet-
10.2  Angkutan umum dan tata ruang an dapat dikurangi?
Apakah ada kebijakan untuk memisahkan ang-
Tugas 2.1 Meningkatkan penggunaan ang- kutan umum dari lalu-lintas lainnya, misalnya
kutan umum dengan jalus khusus bus atau lampu lalu-lintas
Apakah peruntukan lahan di kota baru atau prioritas bus?
densifikasi kota lama sesuai dengan kapasitas Apakah gangguan terhadap angkutan umum
angkutan umum yang sudah terbangun maupun dapat diminimalisir dengan pemasangan marka
yang direncanakan? maupun pembatas jalur?
Apakah pusat-pusat perkotaan yang baru Apakah ada solusi khusus untuk mencegah
berada dalam zona yang dilayani oleh stasiun pelanggaran jalur bus sehingga steril dari
angkutan umum lokal dan regional? kendaraan lainnya (misal, palang khusus untuk
Apakah fasilitas-fasilitas pusat dapat diakses menghalau kendaraan bermotor)?
dengan mudah oleh angkutan umum, berja-
lan kaki atau bersepeda bagi sebagian besar
masyarakat? Apakah fasilitas-fasilitas yang
ada berada dalam lokasi berdekatan sehingga
memperpendek jarak tempuh dan mendukung
penggunaan transportasi ramah lingkungan?
Apakah pembangunan infrastruktur angkutan
umum yang hemat-biaya dimungkinkan?
Menggunakan trayek atau halte yang sudah ada

45
Transportasi Berkelanjutan: Panduan Bagi Pembuat Kebijakan di Kota-kota Berkembang

10.3  Pembangunan kota 10.4  Lalu-lintas kendaraan bermotor


Tugas 3.1  Lokasi pembangunan kota baru Tugas 4.1 Hambatan akibat parkir
kendaraan
Apakah lokasi pembangunan baru/intensifikasi
berada pada pusat permukiman, di dalam batas Apakah hambatan lalu-lintas, terutama bagi
lingkungan terbangun, atau di pinggiran atau pejalan kaki dan pesepeda dan juga angkutan
diluar kota? umum telah diminimalisir?
Apakah fasilitas-fasilitas (perkantoran, pasar, Apakah hambatan terhadap aktifitas/fungsi
taman kanak-kanak, sekolah, fasilitas olah raga) selain lalu-lintas (hunian, bermain, rekreasi,
termasuk dalam pembangunan atau berada di fungsi hijau) dan juga terhadap lingkungan
lingkungan sekitar yang dapat dijangkau dengan bersebelahan telah diminimalisir baik pada pagi/
berjalan kaki atau bersepeda? siang hari maupun malam hari?
Apakah fasilitas-fasilitas berlopkasi di bagian
utama dari pembangunan? Tugas 4.2  Pembangunan fasilitas parkir
Apakah pembangunan menyebar telah berhasil Apakah halte angkutam umum ditempatkan
dicegah? pada lokasi yang baik terhadap perumahan,
setara dengan fasilitas parkir?
Tugas 3.2 Meminimalisir konsumsi lahan Apakah konflik antara pejalan kaki dan pesepe-
untuk kota baru da dengan lalu-lintas keluar-masuk parkir mobil
Apakah pembangunan telah memproritaskan sudah diminimalisir?
lahan tidur di dalam batas kota seperti lahan Apakah lokasi gerbang fasilitas parkir tidak me-
yang kosong antara gedung-gedung, lahan yang nyebabkan antrian yang menghalangi persim-
belum ditetapkan peruntukannya (misal lahan pangan jalan?
bekas industri tua, zona konversi) atau gedung Apakah konflik antara arus lalu-lintas dan parkir
kosong/tua? telah diminimalisir?
Apakah ada batas/standar kebutuhan ruang (pe-
rumahan atau fungsi komersial per kepala)?
10.5  Angkutan barang
Apakah ada densifikasi untuk perumahan/indus-
tri atau guna lahan campuran yang sesuai? Tugas 5.1  Infrastruktur ramah lingkungan
Apakah densifikasi dalam wilayah layanan halte
Apakah kawasan yang intensif-transportasi
telah dilayani oleh angkutan umum yang berkua-
(misal: komersial skala besar atau kawasan in-
litas tinggi?
dustri) dan angkutan barang yang dapat dilayani
dengan kereta-api sudah ditempatkan dekat
Tugas 3.3  Tata guna lahan yang berimbang atau bersebelahan dengan jaringan rel?
Apakah tata guna lahan sudah berimang (antara Apakah pusat logistik untuk kereta-api/pelabuh-
permukiman dan perkantoran) atau ada kelebih- an/jalan terhubung dengan baik?
an maupun kekurangan (gedung perkantoran
atau perbelanjaan)? Tugas 5.2  Penempatan zona-zona komersial
Apakah keseimbangan tata guna lahan ditemui
Apakah infrastruktur angkutan umum telah
pada skala yang proporsional (lantai, gedung,
dikembangkan dengan cara yang efektif dan
blok, kawasan, kota)?
hemat-biaya?
Apakah area fasilitas, layanan dan perdagangan
Apakah lahan yang sesuai sudah dialokasikan
telah direncanakan pada sebagian dari lantai
untuk fasilitas logistik(misal: pusat logistik skala
dasar rumah susun?
kota/regional)?
Apakah komposisi penduduk yang berimbang
secara sosial diharpakan dalam pembangunan
baru/densifikasi?

46
Modul 2a: Perencanaan Tata Ruang Kota dan Transportasi Perkotaan

Urban Transport Strategy Review Consul-


nn
11.  Daftar Rujukan tations (), South Asia and East Asia, Yoko-
hama, Japan, December 11–13, 2000, http://
11.1  Rujukan Internet www.worldbank.org/transport/utsr/yokoha-
Asian Development Bank (ADB), Trans-
nn ma/agendayo.htm
port Planning, Demand Management, and Victoria Transport Policy Institute (VTPI),
nn
Air Quality, 26–27 Feb. 2001, Manila, Phil- On-Line Encyclopedia Transport Demand
ippines, http://www.adb.org/Documents/ Management, http://www.vtpi.org/tdm/
Events/2002/RETA5937/Manila/transport_ tdm12.htm
downloads.asp Victoria
nn Transport Policy Institute (VTPI):
COST-Transport
nn 332(): Transport and Land- Transportation Cost and Benefit Analysis – Land
use Policies, Final Report of the Action Manu- Use Impacts, http://vtpi.org/tca/tca0514.pdf
script completed in December 2000, ftp://ftp. World Bank Group (), Urban Development,
nn
cordis.lu/pub/cost-transport/docs/332-en.pdf Cities in Transition, Urban and Local Gov-
Institute
nn for Transportation and Develop- ernment Strategy, http://wbln0018.world-
ment Policy (ITDP), e-Bulletin “Sustain- bank.org/External/Urban/UrbanDev.nsf
able Transport”, http://itdp.org/Ste/index. World Resource Institute (): Squatter Hous-
nn
html#asia ing as a Percent of Total Housing Stock, Select-
Jonkhof, J. (): The Netherlands: The ABC Lo-
nn ed Cities, http://www.wri.org/wri/wr-96-97/
cation Policy, http://www.epe.be/workbooks/ up_f3.gif
tcui/example12.html
SUSTRAN Network (), Sustainable Trans-
nn 11.2  Daftar Pustaka
port Action Network for Asia and the Pa-
cific, http://www.geocities.com/RainForest/ nn Barter, A. Rahman Paul; Raad, Tamim
Canopy/2853 (2000): Taking Steps: A Community Action
Guide to People-Centred, Equitable and Sus-
Transland Website, (Integration of Trans-
nn tainable Urban Transport; Sustainable Trans-
port and Land Use Planning) of the 4th port Action Network for Asia and the Pacific
RTD Framework Programme of the Euro- (SUSTRAN Network), http://www.geocities.
pean Commission, http://www.inro.tno.nl/ com/RainForest/Canopy/2853/actionguide/
transland Outline.htm
U.S. Federal Highway Administration/
nn nn Braendli, Heinrich (2001): Integrating Road
Office of Planning and Environment (), and Rail Networks, lecture at workshop
Selected References Evaluating the Relation- on Integrated Transportation and Environ-
ships Between Travel and Land Use (Status of ment Protection, Paper Collection, Transport
1999), http://www.fhwa.dot.gov/tcsp/selrefev. Working Group, China Council for Inter-
html national Cooperation on Environment and
UN-Economic and Social Commission for
nn Development
Asia and the Pacific (UNESCAP), Munici- nn Buchanan, Colin et al., (2001): Key Site Ap-
pal Land Management in Asia: A Comparative praisal Methodology for Development Plan-
Study, http://www.unescap.org/huset/m_land ning; Final Report, Scottish Executive, avail-
UN-Habitat (), United Nations Human Set-
nn able via http://195.92.250.59/library3/plan-
tlement Programme, http://www.unchs.org ning/ksap-00.asp
University of North Carolina at Charlotte
nn nn CCICED/TWG (1999): Urban Transport
(), http://www.uncc.edu/hscampbe/landuse/ and Environment Workshop, Beijing
b-models/B-3mods.html nn Cervero, Robert (2000): Transport and
University of Utrecht (): Monitoring Trends
nn Land Use: Key Issues in Metropolitan Plan-
in Urban Growth using SPOT Imagery. The ning and Smart Growth; University of Cali-
Case of Ouagadougou, Burkina Faso, http:// fornia Berkeley Transportation Center, http://
www.geog.uu.nl/fg/UrbanGrowth www.uctc.net/papers/436.pdf

47
Transportasi Berkelanjutan: Panduan Bagi Pembuat Kebijakan di Kota-kota Berkembang

Cervero, Robert (2001): Road Expansion,


nn Prospects for the Next 2 or 3 Decades, Insti-
Urban Growth, and Induced Travel: A Path tute of Transportation Engineering, Tsinghua
Analysis, University of California, Berkeley University 2002-1-16
http://www.uctc.net/papers/520.pdf nnKenworthy, Jeff; Laube, Felix et al., (1999):
Chin,
nn Nancy (2002): Unearthing the Roots An International Sourcebook of Automobile
of Urban Sprawl: A Critical Analysis of Dependence in Cities 1960–1990; updated
Form, Function and Methodology, Center edition, Boulder
for Advanced Spatial Analysis Working series, Kenworthy, Jeff; Laube, Felix (2002):
nn
Centre for Advanced Spatial Analysis; Uni- Urban Transport Patterns in a Global Sample
versity College London, http://www.casa.ucl. of Cities and their Linkages to Transport In-
ac.uk/working_papers/paper47.pdf, Date:
frastructure, Land Use, Economics and En-
March 2002 Paper 47
vironment; Insti-tute for Sustainability and
City of London (2001): Towards the London
nn Technology Policy, Perth, http://www.wmrc.
Plan, Initial Proposal for the Mayors Spatial com/businessbriefing/pdf/infrastructure2001/
Development Strategy reference/29.pdf accessed July 17, 2002
Choe,
nn Sang-Chuel (): Reform for Urban-Ru-
nnMartens, M. J.; v. Griethuysen, S. (1999):
ral Continuum in Planning Controls (http://
The ABC Location Policy in the Nether-
up.t.u-tokyo.ac.ip/SUR/papers/Choe.pdf)
lands, The Right Business at the Right Place,
nnDick, H. W./Rimmer, P. J. (1998): Beyond TNO Inro, http://www.inro.tno.nl/transland/
the Third World City: The New Urban Ge- cases_prio/01-ABCpolicy.PDF accessed July
ography of South-east Asia, Urban Studies,
22, 2002
Vol. 35, No. 12, 2303± 2321, 1998
nnMcNulty, Kelvin (2002): The Impact of the
nnEbels, Enno (): Utrecht: “ABC” Planning
Mass Use of Motor Cars on Lifestyle and
as a planning instrument in urban transport
Land Use; http://www.gcircle.co.uk/glaston-
policy (http://www.eaue.de/winuwd/131.htm)
bury/philosophy/lut.html accessed 07. 03.
Gilbert, Alan (ed.) (1996): The Mega-City
nn 2002
in Latin America; UN University Press,
Tokyo; accessible via http://www.unu.edu/un- nnMetge, Hubert (2000): Relationship be-
upress/unupbooks/uu23me/uu23me00.htm tween Urban Land Use Planning, Land Mar-
kets, Transport Provisions and the Welfare of
Gorham,
nn Roger (1998): Land-Use Planning
the Poor – Case Study of Cairo (Final Report
and Sustainable Urban Travel – Overcoming
Barriers to Effective Co-ordination, OECD- – CATRAM, France) World Bank Urban
ECMT Workshop on land-use for Sustain- Transport Strategy Review
able Urban Transport: Implementing Change, nnMeurs; Haaijer (2001): Spatial Structure
Linz, Austria and Mobility, Transportation Research, Part
Gorham, Roger (2002): Traffic Flow Im-
nn D, Transport and Environment, Vol. 6 (6):
provements: Taking Induced Travel Into Ac- 429–446
count, ADB Regional Workshop on Trans- nnMori, Hideki (2000): Japanese Experiences
port Planning, Demand Management and on Transport/Land use Integration; Pow-
Air Quality February 27, 2002 (PowerPoint erPoint presentation prepared for ASIAN
Presentation available via http://www.adb. Consultation Workshop of Urban Transport
org/Documents/Events/2002/RETA5937/ Sectors Strategy Review, accessible via http://
Manila/transport_downloads.asp) www.worldbank.org/transport/utsr/yokoha-
GTZ (ed.) (2001):Efforts toward sustain-
nn ma/agendayo.htm
able urban transport in Surabaya, Indonesia nnNewton, P. (1999): Transport, Clean Air
– An Integrated Approach, GTZ Sustainable and Design Options for Cities of the Future;
Urban Transport Project, http://www.sutp. Building Innovation and Construction Tech-
org, http://www.sutp.org/docs/policye.pdf nology Number 8, August 1999; http://www.
nnHuapu, Lu (2002): Review of the Urban dbce.csiro.au/innovation/1999-08/pdf/inno-
Growth over the Past Twenty Years & vation_cities.pdf accessed July 17, 2002).

48
Modul 2a: Perencanaan Tata Ruang Kota dan Transportasi Perkotaan

Qingdao Urban Planning Bureau (1999):


nn Plan (1991–2010) http://202.84.11.103/docs/
Qingdao develops with new era. Urban over- bjfc/2000-08-30/30975.shtml
all plan of Qingdao Southworth, Frank (1995): A Technical
nn
Ranhagen, Ulf; Trobeck, Sara (1998):
nn Review of Urban Land Use—transportation
Physical Planning and Sustainable Urban Models as Tools for Evaluating Vehicle Travel
Transport. A Comparative Analysis of Four Reduction Strategies; for US-DOE, National
International Cities. FFNS Arkitekter Sida, Transport Library, US Bureau of Transporta-
December 1998 tion Statistics ORNL-6881 http://ntl.bts.gov/
Rat, Hans (2001): Urban Growth versus Sus-
nn DOCS/ornl.html
tainable Mobility; UITP Statement, FIDC Speer, Albert; Kornmann, Stefan (2001):
nn
2001 Annual Conference, http://www.fidic. Planen und Bauen über Grenzen, Informa-
org/conference/2001/talks/monday/rat/rat.pdf tionen zur Raumentwicklung, Heft 4/5.2001
Replogle, Michael (1992/1994): Non-Motor-
nn UNCHS (ed.) (2002), Reassessment of
nn
ized vehicles in Asia: Strategies for Manage- Urban Planning and Development Regula-
ment; Center for Renewable Energy and Sus- tions in Asian Cities, http://unchs.org/unchs/
tainable Technology (CREST), http://solstice. englsih/urban/asian/asian.htm#4 accessed
crest.org/planning/nmv-mgmt-asia 06. 05. 2002
Rodrigue, J-P et al., (2002) Transport Ge-
nn Wegener, Michael, Fürst, Franz (1999):
nn
ography on the Web, Hofstra University, De- Land-Use Transport Interaction: State of the
partment of Economics & Geography, http:// Art, Deliverable 2a of the Project TRANS-
people.hofstra.edu/geotrans LAND (Integration of Transport and Land
Schafer, A.; Victor, D. (2000): The Future
nn Use Planning) of the 4th RTD Framework
Mobility of the World Population, Transpor- Programme of the European Commission,
tation Research A, 34 (3): 171–205 Dortmund.
Sheehan, Molly O´Meara (2001): City
nn
Limits: Putting the Brakes on Sprawl; World-
Watch Paper 156, Washington
Sixth Major Cities Summit Beijing (2000):
nn
A brief introduction to the Beijing Master

49
Deutsche Gesellschaft für
Internationale Zusammenarbeit (GIZ) GmbH

– Kerjasama Teknis Jerman –

P. O. Box 5180
65726 ESCHBORN / GERMANY
T +49-6196-79-1357
F +49-6196-79-801357
E transport@giz.de
I http://www.giz.de

Anda mungkin juga menyukai