Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Perkembangan teori ekonomi Islam telah dimulai


sejak diturunkannya ayat-ayat Al-Qur’an tentang ekonomi, seperti: QS. Al-
Baqarah ayat 275 dan 279 tetang jual-beli dan riba; QS. Al-Baqarah ayat
282 tentang pembukuan transaksi; QS. Al-Maidah ayat 1 tentang akad;
QS. Al-A’raf ayat 31, An-Nisa’ ayat 5 dan 10 tentang pengaturan
pencarian, penitipan dan membelanjakan harta. Ayat-ayat ini, menurut At-
Tariqi[3] menunjukkan bahwa Islam telah menetapkan pokok ekonomi
sejak pensyariatan Islam (Masa Rasulullah SAW) dan dilanjutkan secara
metodis oleh para penggantinya (Khulafaur Rosyidin). Pada masa ini
bentuk permasalaan perokonomian belum sangat variatif, sehingga teori-
teori yang muncul pun belum beragam. Hanya saja yang sangat
subtansial dari perkembangan pemikiran ini adalah adanya wujud
komitmen terhadap realisasi visi Islam rahmatan lil ‘alamin.
Perkembangan Pemikiran Ekonomi Islam dari sejak masa nabi sampai
sekarang dapat dibagi menjadi 6 tahapan, dalam makalah ini saya akan
membahas tentang sejarah kebangkitan ekonomi islam.

B. Rumusan Masalah
1) Bagaimanakah Sejarah Kebangkitan Ekonomi Islam ?
2) Bagaimanakah Pengertian dan Prinsip Dasar Ekonomi Islam ?
3) Apakah Tujuan dari Ekonomi Islam ?
4) Bagaimanakah Kebangkitan Ekonomi Islam ?

C. Manfaat
1) Untuk Mempelajari Sejarah Kebangkitan Ekonomi Islam.
2) Untuk Mengetahui Bagaimanakah Pengertian dan Prinsip Dasar
Ekonomi Islam.
3) Untuk Mengetahui Tujuan Ekonomi Islam.
4) Untuk Memahami Kebangkitan Ekonomi Islam.

1
BAB II
LANDASAN TEORI

Perkembangan teori ekonomi Islam telah dimulai


sejak diturunkannya ayat-ayat Al-Qur’an tentang ekonomi, seperti: QS. Al-
Baqarah ayat 275 dan 279 tetang jual-beli dan riba; QS. Al-Baqarah ayat
282 tentang pembukuan transaksi; QS. Al-Maidah ayat 1 tentang akad;
QS. Al-A’raf ayat 31, An-Nisa’ ayat 5 dan 10 tentang pengaturan
pencarian, penitipan dan membelanjakan harta. Ayat-ayat ini, menurut At-
Tariqi[3] menunjukkan bahwa Islam telah menetapkan pokok ekonomi
sejak pensyariatan Islam (Masa Rasulullah SAW) dan dilanjutkan secara
metodis oleh para penggantinya (Khulafaur Rosyidin). Pada masa ini
bentuk permasalaan perokonomian belum sangat variatif, sehingga teori-
teori yang muncul pun belum beragam. Hanya saja yang sangat
subtansial dari perkembangan pemikiran ini adalah adanya wujud
komitmen terhadap realisasi visi Islam rahmatan lil ‘alamin.
Perkembangan Pemikiran Ekonomi Islam dari sejak masa nabi sampai
sekarang dapat dibagi menjadi 6 tahapan.[4]
1) Tahap Pertama (632-656M), Masa Rasulullah SAW antara lain;
a. Penghapusan riba.
b. Pengenalan etika bisnis dan transaksi syariah.
c. Pendirian baitul mal.
2) Tahap Kedua (656-661M), pemikiran ekonomi Islam di Masa Khulafaur
Rosyidin antara lain:
a. Melanjutkan fungsi baitul mal dalam mengatur sirkulasi keuangan.
b. Muncul para banker individual (jihbiz/jahabiz) berfungsi sbg
pemungut pajak, melayani kebutuhan uang masyarakat.
3) Tahap Ketiga atau Periode Awal (738-1037), Pemikir Ekonomi Islam
periode ini diwakili Zayd bin Ali (738M), Abu Hanifa (787 M), Awzai
(774), Malik (798), Abu Yusuf (798 M), Muhammad bin Hasan Al
Syaibani (804), Yahya bin Dam (818 M), Syafi’I (820 M), Abu Ubayd
(838 M), Amad bin Hambal (855 M), Yahya bin Hambal (855 M), Yahya
2
bin Umar (902 M), Qudama bin Jafar (948 M), Abu Jafar al Dawudi
(1012 M), Mawardi (1058 M), Hasan Al Basri (728 M), Ibrahim bin Dam
(874 M) Fudayl bin Ayad (802 M), Makruf Karkhi (815 M), Dzun Nun Al
Misri (859), Ibn Maskawih (1030 M), Al Kindi (1873 M), Al Farabi (950
M), Ibnu Sina (1037).

4) Tahap Keempat atau Periode Kedua (1058-1448 M). Pemikir Ekonomi


Islam Periode ini Al Gazali (1111 M), Ibnu Taymiyah (1328 M), Ibnu
Khaldun (1040 M), Syamsuddin Al Sarakhsi (1090 M), Nizamu Mulk
Tusi (1093 M), Ibnu Masud Al kasani (1182 M), Al-Saizari (1993),
fakhruddin Al Razi (1210 M), Najnudin Al Razi (1256 M), Ibnul Ukhuwa
(1329 M), Ibnul Qoyyim (1350 M), Muhammad bin Abdul rahman Al
Habshi (1300 M), Abu Ishaq Al Shatibi (1388 M), Al Maqrizi (1441 M),
Al Qusyairi (857), Al Hujwary (1096), Abdul Qadir Al Jailani (1169 M),
Al Attar (1252 M), Ibnu Arabi (1240), Jalaluddin Rumi (1274 M), Ibnu
Baja (1138 M), Ibnulk Tufayl (1185 M), Ibnu Rusyd (1198 M).
5) Tahap Kelima atau Periode Ketiga (1446-1931 M). Shah Walilullah Al
Delhi (1762 M), Muhammad bin Abdul Wahab (1787 M), Jamaluddin Al
Afghani (1897 M), Mufti Muhammad Abduh (1905 M), Muhammad
Iqbal (1938 M), Ibnu Nujaym (1562 M), Ibnu Abidin (1836), Syeh
Ahmad Sirhindi (1524M).
6) Tahap Keenam atau Periode Lanjut (1931 M – Sekarang). Muhammad
Abdul Mannan (1938), Muhammad Najatullah Siddiqi (1931 M), Syed
Nawad Haider Naqvi (1935), Monzer Kahf, Sayyid Mahmud Taleghani,
Muhammad Baqir as Sadr, Umer Chapra.
Banyak sekali keterangan dari Al-Qur’an yang menyinggung
masalah ekonomi, baik secara eksplisit maupun implisit. Bagaimana jual-
beli yang baik dan sah menurut Islam, pinjam meminjam dengan akad
yang sah sampai dengan pelarangan riba dalam perekonomian.
Walaupun pada kitab suci sebelumnya juga pernah disebutkan, dimana
perbuatan riba itu dibenci Tuhan. Sedangkan pada tatanan teknisnya
diperjelas dengan hadist serta teladan dari Rasulullah dan para alim
ulama.

3
Dari namanya sudah dapat dipastikan bahwa secara ideologi
sistem ekonomi Islam kental dengan nuansa keislaman. Sistem ekonomi
Islam memberikan tuntunan pada manusia dalam perilakunya untuk
memenuhi segala kebutuhannya dengan keterbatasan alat pemuas
dengan jalan yang baik dan alat pemuas yang tentunya halal, secara
dzatnya maupun secara perolehannya.

4
BAB III
PEMBAHASAN

A. Sejarah Kebangkitan Ekonomi Islam


Sesungguhnya telah sepuluh abad sebelum orang-orang Eropa
menyusun teori-teori tentang ekonomi, telah diturunkan oleh Allah Swt
sebuah analisa tentang ekonomi yang khas di daerah Arab. Hal yang lebih
menarik adalah bahwa analisa ekonomi tersebut tidak mencerminkan
keadaan bangsa Arab pada waktu itu, tetapi adalah untuk seluruh dunia.
Jadi sesungguhnya hal tersebut merupakan hidayah dari Allah Swt, Tuhan
yang mengetahui sedalam-dalamnya akan isi dan hakikat dari segala
sesuatu. Kemudian struktur ekonomi yang ada dalam firman Allah dan
sudah sangat jelas aturan-aturannya tersebut, pernah dan telah
dilaksanakan dengan baik oleh umat pada waktu itu. Sistem ekonomi
tersebut adalah susatu susunan baru yang bersifat universal, bukan
merupakan ekonomi nasional bangsa Arab. Sistem ekonomi tersebut
dinamakan ekonomi Islam.
Berbagai pemikiran dari para sarjana ataupun filosof-filosof zaman
dahulu mengenai ekonomi tersebut juga sudah ada. Diantaranya adalah
pemikiran Abu Yusuf (731-798 M), Yahya Ibnu adam (wafat 818 M), Al-
Farabi (870-950 M), Ibnu Sina (980-1037 M), el-Hariri (1054-1122 M),
Imam al-Ghozali (1058-1111 M), Tusi (1201-1274 M), Ibnu Taimiyah
(1262-1328 M), Ibnu Khaldun (1332-1406 M) dan lain-lain . Barangkali
tidaklah pada tempatnya untuk menyebut secara singkat sumbangan dari
beberapa diantara mereka itu. Sumbangan Abu Yusuf terhadap keuangan
umum adalah tekanannya terhadap peranan negara, pekerjaan umum dan
perkembangan pertanian yang bahkan masih berlaku sampai sekarang
ini.
Gagasan Ibnu Taimiyah tentang harga ekuivalen, pengertiannya
terhadap ketidaksempurnaan pasar dan pengendalian harga, tekanan
terhadap peranan negara untuk menjamin dipenuhinya kebutuhan-
kebutuhan pokok rakyat dan gagasannya terhadap hak milik. Memberikan
sejumlah petunjuk penting bagi perkembangan ekonomi dunia sekarang

5
ini. Ibnu Khaldun telah memberikan definisi ekonomi yang lebih luas dari
Tusi. Dia menganggap bahwa ilmu ekonomi merupakan ilmu pengetahuan
yang positif maupun normatif. Maksudnya mempelajari ekonomi adalah
untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat, dan bukan kesejahteraan
individu. Ibnu Khaldun yang telah melihat adanya hubungan timbale balik
antara factor-faktor ekonomi, politik, sosial, etika dan pendidikan. Dia
memperkenalkan sejumlah gagasan ekonomi yang mendasar seperti
pentingnya pembagian kerja, pengakuan terhadap sumbangan kerja
dalam teori nilai, teori mengenai pertumbuhan penduduk, pembentukan
modal, lintas perdagangan, sistem harga dan sebagainya.
Secara keseluruhan para cendekiawan tersebut pada umumnya
dan Ibnu Khaldun pada khususnya dapat dianggap sebagai pelopor
perdagangan fisiokrat dan klasik (misalnya Adam Smith, Ricardo dan
Malthus) dan neo klasik (misalnya Keynes).
Sebutan ekonomi Islam melahirkan kesan beragam. Bagi sebagian
kalangan, kata “Islam” memposisikan Ekonomi Islam pada tempat yang
sangat ekslusif, sehingga menghilangkan nilai kefitrahannya sebagai
tatanan bagi semua manusia. Bagi lainnya, ekonomi Islam digambarkan
sebagai ekonomi hasil racikan antara aliran kapitalis dan sosialis,
sehingga ciri hal khusus yang dimiliki oleh ekonomi Islam itu sendiri
hilang.
Sebenarnya ekonomi Islam adalah satu sistem yang mencerminkan
fitrah dan ciri khasnya sekaligus. Dengan fitrahnya ekonomi Islam
merupakan satu sistem yang dapat mewujudkan keadilan ekonomi bagi
seluruh umat. Sedangkan dengan cirri khasnya, ekonomi Islam dapat
menunjukan jati dirinya-dengan segala kelebihannya pada setiap sistem
yang dimilikinya.
Ekonomi Rabbani menjadi ciri khas utama dari model Ekonomi
Islam. Chapra menyebutnya dengan Ekonomi Tauhid. Tapi secara umum
dapat dikatakan sebagai divine economics. Cerminan watak “ketuhanan”
ekonomi Islam bukan aspek pelaku ekonominya - sebab pelakunya pasti
manusia – tetapi pada aspek aturan atau sistem yang harus dipedomani
oleh pelaku ekonomi. Ini didasarkan pada keyakinan bahwa semua factor

6
ekonomi termasuk diri manusia pada dasarnya adalah milik Allah, dan
kepadaNya (kepada aturanNya) dikembalikan segala urusan (QS 3:109).
Melalui aktivitas ekonomi, manusia dapat mengumpulkan nafkah
sebanyak mungkin, tetapi tetap dalam batas koridor aturan main. “Dialah
yang memberi kelapangan atau membatasi rezeki orang yang Dia
kehendaki” (QS. 42:12,13, 26). Atas hikmah Ilahiah, untuk setiap makhluk
hidup telah Dia sediakan rezekinya selama ia tidak menolak untuk
mendapatkannya (QS 11:6) Namun Allah tak pernah menjamin
kesejahteraan ekonomi tanpa manusia tadi melakukan usaha.
Sebagai ekonomi yang ber-Tuhan maka ekonomi Islam –
meminjam istilah dari Ismail al-faruqi – mempunyai sumber “nilai-nilai
normative-imperatif”, sebagaim acuan yang mengikat. Dengan mengakses
kepada aturan Ilahiah, setiap perbuatan manusia mempunyai nilai moral
dan ibadah. Setiap tindakan manusia tidak boleh lepas dari nilai yang
secara vertical merefleksikan moral yang baik, dan secara horizontal
memberi manfaat bagi manusia dan makhluk lainnya.
Sistem ekonomi Islam mengalami perkembangan sejarah baru
pada era modern. Menurut Khurshid Ahmad, yang dikenal sebagai bapak
ekonomi Islam, ada tiga tahapan perkembangan dalam wacana pemikiran
ekonomi Islam, yaitu :
1) Tahapan Pertama, dimulai ketika sebagian ulama, yang tidak memiliki
pendidikan formal dalam bidang ilmu ekonomi namun memiliki
pemahaman terhadap persoalan-persoalan sosio-ekonomi pada masa
itu, mencoba untuk menuntaskan persoalan bunga. Mereka
berpendapat bahwa bunga bank itu haram dan kaum muslimin harus
meninggalkan hubungan apapun dengan perbankan konvensional.
Mereka mengundang para ekonom dan banker untuk saling bahu
membahu mendirikan lembaga keuangan yang didasarkan pada
prinsip-prinsip syariah dan bukan pada bunga. Masa ini dimulai kira-
kira pada pertengahan decade 1930-an dan mengalami puncak
kemajuannya pada akhir decade 1950-an dan awal decade 1960-an.
Pada masa itu di Pakistan didirikan Bank Islam local yang beroperasi

7
bukan pada bunga, lembaga keuangan ini diberi nama Mit Ghomr
Local Saving Bank yang berlokasi di delta sungai Nil, Mesir.
2) Tahapan Kedua, dimulai pada akhir dasa warsa 1960-an. Pada
tahapan ini para ekonom muslim yang pada umumnya dididik dan
dilatih di perguruan tinggi terkemuka di Amerika Serikat dan Eropa
mulai mencoba mengembangkan aspek-aspek tertentu dari sistem
moneter Islam. Mereka melakukan analisis ekonomi terhadap larangan
riba (bunga) dan mengajukan alternatif perbankan yang tidak berbasis
bunga. Serangkaian konferensi dan seminar tentang ekonomi Islam
digelar dengan mengundang para pakar, ulama, ekonom baik muslim
dan nonmuslim. Konfrensi internasional pertama tentang ekonomi
Islam pertama diadakan di Makkah al-Mukaromah pada tahun 1976
yang disusul kemudian dengan konferensi internasional tentang Islam
dan Tata Ekonomi internasional yang baru di London pada tahun 1977.
Pada tahapan ini muncul nama-nama ekonom muslim terkenal
diseluruh dunia Islam antara lain : Prof. Dr. Khurshid Ahmad yang
dinobatkan sebagai bapak ekonomi Islam, Dr. M. Umer Chapra, Dr.
MA. Mannan, Dr. Omar Zubair, Dr. Ahmad An-Najjar, Dr. M. Nezatullha
Siddiqi, Dr. Fahim Khan, Dr. Munawwar Iqbal, Dr. Muhammad Ariff, Dr.
Anas Zarqa dan lain-lain. Mereka adalah ekonom-ekonom yang didik
di barat tetapi memahami sekali bahwa Islam sebagai way of live yang
integral dan komprehenshif memiliki sistem ekonomi tersendiri dan jika
diterapkan dengan baik akan mampu membawa umat Islam kepada
kedudukan yang berwibawa dimata dunia.
3) Tahapan ketiga ditandai dengan upaya-upaya konkrit untuk
mengembangkan perbankan dan lembaga-lembaga non-riba baik
dalam sektor swasta maupun dalam sektor pemerintah. Tahapan ini
merupakan sinergi konkrit antara usaha intelektual dan material para
ekonom, pakar, banker, para pengusaha dan para hartawan muslim
yang memiliki kepedulian kepada perkembangan ekonomi Islam. Pada
tahapan ini sudah mulai didirikan bank-bank Islam dan lembaga
investasi berbasis non-riba dengan konsep yang lebih jelas dan
pemahaman ekonomi yang lebih mapan. Bank Islam pertama yang

8
didirikan adalah Islamic Development Bank (IDB) pada tahun 1975 di
Jeddah, Saudi Arabia. Bank Islam ini merupakan kerjasama antara
negara-negara Islam yang tergabung dalam Organisasi Konferensi
Islam (OKI). Selanjutnya bermunculan bank-bank syariah di mayoritas
negara-negara Islam termasuk di Indonesia.
B. Pengertian & Prinsip Dasar Ekonomi Islam
Ekonomi Islam merupakan ilmu yang mempelajari perilaku ekonomi
manusia yang perilakunya diatur berdasarkan aturan agama Islam dan
didasari dengan tauhid sebagaimana dirangkum dalam rukun iman dan
rukun Islam. Bekerja merupakan suatu kewajiban karena Allah SWT
memerintahkannya, sebagaimana firman-Nya dalam surat At Taubah ayat
105: “Dan katakanlah, bekerjalah kamu, karena Allah dan Rasul-Nya serta
orang-orang yang beriman akan melihat pekerjaan itu.Karena kerja
membawa pada keampunan”, sebagaimana sabda Rasulullah Muhammad
SAW : “Barang siapa diwaktu sorenya kelelahan karena kerja tangannya,
maka di waktu sore itu ia mendapat ampunan.” (HR.Thabrani dan
Baihaqi).
Definisi Ekonomi Islam menurut para pakar antara lain;
Ekonomi Islam adalah cabang ilmu yang membantu merealisasikan
kesejahteraan manusia melalui alokasi dan distribusi sumber daya yang
langka, sejalan dengan ajaran islam tanpa membatasi kebebasan individu
ataupun menciptakan ketidakseimbangan makro dan ekologis ( Chapra,
1996: 33).
Ekonomi Islam adalah suatu aplikasi petunjuk dan aturan syariah
yang mencegah ketidakadilan dalam memperoleh dan menggunakan
sumber potensial agar memenuhi kebutuhan manusia dan agra dapat
menjalankan kepada Allah dan Masyarakat. ( Hasanuzzaman, 1984: 18).
Ekonomi Islam adalah suatu kajian studi bersifat universal a
rtinyatidak terkait dengan sebuah ideologi tertentu. Ia dapat
dikembangkan dan diadopsi dari manapun selama tidak kontraduktif
dengan sistem ekonomi yang diatur islam (An Nabhani, 1990)
Para pakar ekonomi Islam memberikan definisi ekonomi Islam yang
berbeda-beda akan tetapi semuanya bermuara pada pengertian yang

9
relatif sama yaitu; suatu ilmu pengetahuan yang berupaya untuk
memandang, meninjau, meneliti dan akhirnya menyelesaikan
permasalahan-permasalahan ekonomisecara Islami (berdasarkan ajaran-
ajaran Islam).

Sedangkan prinsip-prinsip dasar ekonomi Islam menurut Umer Chapra


adalah sebagai berikut :
a) Prinsip Tauhid, ini bermakna bahwa segala apa yang di alam
semesta ini didesain dan dicipta dengan sengaja oleh Allah SWT.
Bukan kebetulan, dan semuanya pasti memiliki tujuan. Tujuan inilah
yang memberikan signifikansi dan makna pada eksistensi jagat raya,
termasuk manusia yang menjadi salah satu penghuni di dalamnya.
b) Prinsip Khilafah, Manusia adalah khilafah Allah SWT. Di muka bumi. Ia
dibekali dengan perangkat baik jasmaniah maupun rohaniah untuk
dapat berperan secara efektif sebagai khilafah-Nya.
c) Prinsip Keadilan, Keadilan adalah salah satu misi utama ajaran Islam.

C. Tujuan Ekonomi Islam


Segala aturan yang diturunkan Allah SWT dalam sistem Islam
mengarah pada tercapainya kebaikan, kesejahteraan, keutamaan, serta
menghapuskan kejahatan, kesengsaraan, dan kerugian pada seluruh
ciptaan-Nya. Demikian pula dalam hal ekonomi, tujuannya adalah
membantu manusia mencapai kemenangan di dunia dan di akhirat.
Seorang Fuqaha asal Mesir bernama Prof.Muhammad Abu Zahrah
mengatakan ada tiga sasaran hukum Islam yang menunjukan bahwa
Islam diturunkan sebagai rahmat bagi seluruh umat manusia, yaitu:
a) Penyucian jiwa, agar setiap muslim bisa menjadi sumber kebaikan
bagi masyarakat dan lingkungannya.
b) Tegaknya keadilan dalam masyarakat, Keadilan yang dimaksud
mencakup aspek kehidupan di bidang hukum dan muamalah.
c) Tercapainya Maslahah (Inti), Para ulama menyepakati bahwa
maslahah yang menjadi puncak sasaran di atas mencakup lima
jaminan dasar :

10
- keselamatan keyakinan agama ( ad din)
- keselamatan jiwa (an nafs)
- keselamatan akal (al aql)
- keselamatan keluarga dan keturunan (an nasl)
- keselamatan harta benda (al mal)

D. Kebangkitan Ekonomi Islam di Indonesia


Kebangkitan ekonomi umat Islam di Indonesia bersamaan dengan
kebangkitan umat Islam secara global. Ada sedikit perbedaan wacana
antara perkembangan pemikiran ekonomi Islam di Indonesia dengan yang
terjadi di berbagai belahan dunia Islam lainnya terutama di Timur Tengah.
Lebih dari separuh pertama abad dua puluh ini para ulama dan tokoh
masyarakat Islam di Indonesia lebih memikirkan bagaimana nasib
ekonomi umat Islam yang dari dulu tidak pernah dibenahi dan selalu
dipinggirkan oleh penjajah Belanda.
Karena itu mereka agaknya kurang waktu untuk memikirkan dan
menggali sistem ekonomi Islam tersendiri yang rohnya diambil dari Al-
Qur’an dan As-Sunnah. Rasanya kita belum menemukan tulisan-tulisan
dari para tokoh Islam sendiri yang mencoba menjelaskan Islam secara
komplit dan integratif dibarengi dengan pengajuan Islam sebagai sistem
kehidupan bukan saja dalam bidang keagamaan melainkan juga dalam
bidang sosial, ekonomi, pendidikan, ilmu pengetahuan dan lain-lain.
Sebagai negara yang mayoritas penduduknya umat Islam, sistem
ekonomi syariah harus dilaksanakan sebagai sistem ekonomi yang
universal, yang mengedepankan transparansi, keadilan dan (Good
governance) dalam pengelolaan usaha dan aset-aset negara. Di mana
praktik ekonomi yang dijalankan berpihak pada rakyat kebanyakan dan
berpihak pada kebenaran.
Perjalanan waktu menunjukkan, bahwa ekonomi syariah bisa
menjadi pilihan untuk mengatasi masalah umat yang saat ini masih
mengalami krisis ekonomi. Adalah menjadi tantangan bagi para pelaku
ekonomi syariah untuk lebih meningkatkan pemahaman umat soal prinsip
ekonomi syariah, karena mereka akan menjadi pasar potensial bagi

11
penerapan ekonomi syariah yang bukan tidak mungkin akan menjadi batu
loncatan bagi penerapan hukum syariah di semua aspek kehidupan yang
menjadi impian banyak umat Islam di negeri ini.
Di Indonesia, praktek ekonomi Islam, khususnya perbankan syariah
sudah ada sejak 1992. Diawali dengan berdirinya Bank Muamalat
Indonesia (BMI) dan Bank-bank Perkreditan Rakyat Syariah (BPRS).
Namun, pada decade hingga tahun 1998, perkembangan bank syariah
boleh dibilang agak lambat. Pasalnya, sebelum terbitnya UU No. 10
Tahun 1998 tentang Perbankan, tidak ada perangkat hokum yang
mendukung sistem operasional bank syariah kecuali UU No. 7 Tahun
1992 dan PP No. 72 Tahun 1992.
Berdasarkan UU No. 7 Tahun 1992 itu bank syariah dipahami
sebagai bank bagi hasil. Selebihnya bank syariah harus tunduk kepada
peraturan perbankan umum yang berbasis konvensional. Karenanya
manajemen bank-bank syariah cenderung mengadopsi produk-produk
perbankan konvensional yang “disyariatkan”. Dengan variasi produk yang
terbatas. Akibatnya tidak semua keperluan masyarakat terakomodasi dan
produk yang ada tidak kompetitif terhadap semua produk bank
konvensional.Peraturan itu menjadi penghalang bagi berkembangnya
bank syariah, karena jalur pertumbuhan jaringan kantor bank syariah yang
telah ada.

12
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Pengertian Ekonomi Islam sendiri yaitu; suatu ilmu pengetahuan
yang berupaya untuk memandang, meninjau, meneliti dan menyelesaikan
permasalahan-permasalahan ekonomi secara Islami (berdasarkan ajaran-
ajaran Islam), dengan tujuan membantu manusia mencapai kemenangan
di dunia dan di akhirat.
Sedangkan prinsip-prinsip dasar ekonomi Islam menurut Umer Chapra
adalah sebagai berikut :
1) Prinsip Tauhid, ini bermakna bahwa segala apa yang di alam
semesta ini didesain dan dicipta dengan sengaja oleh Allah SWT.
2) Prinsip Khilafah, Manusia adalah khilafah Allah SWT. Di muka bumi.
3) Prinsip Keadilan, Keadilan adalah salah satu misi utama ajaran Islam.
Untuk kebangkitan Ekonomi Islam di Indonesia sendiri dimulai
sejak praktek ekonomi Islam, khususnya perbankan syariah sudah ada
sejak 1992. Diawali dengan berdirinya Bank Muamalat Indonesia (BMI)
dan Bank-bank Perkreditan Rakyat Syariah (BPRS). Namun, pada decade
hingga tahun 1998, perkembangan bank syariah boleh dibilang agak
lambat. Pasalnya, sebelum terbitnya UU No. 10 Tahun 1998 tentang
Perbankan, tidak ada perangkat hokum yang mendukung sistem
operasional bank syariah kecuali UU No. 7 Tahun 1992 dan PP No. 72
Tahun 1992.

B. Saran
1) Pemerintah Indonesia harus segera merambah pada upaya
menguatkan peran ekonomi Islam dalam perekonomian nasional
melalui strategi jangka panjang yang mencakup lebih banyak aspek
kehidupan bersama.
2) Para pakar ekonomi islam (para ulama, cendekiawan muslim) perlu
menggali kembali kaidah-kaidah hukum ekonomi islam secara
mendalam karena akan menjadi rujukan dari pelaku bisnis syariah.

13
3) Pentingnya pendidikan tentang Ekonomi Islam, untuk
mengetahui bagaimana mengembangkan, serta
manjalankan Ekonomi Islam dengan baik dan benar sesuai dengan
Ajaran agama Islam, untuk diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
4) Masyarakat seyogyanya sudah mulai beralih menggunakan jasa dari
bank/lembaga keuangan yang berbasis syariah karena lebih berpihak
kepada nasabah.
5) Praktik dalam lembaga ekonomi islam sudah saatnya meninggalkan
paradigma lama yaitu dengan menyatukan barisan dalam paradigma
baru yang membangun ekonomi berdasarkan prinsip-prinsip syariah
yang nyata dalam implementasi dan bukan hanya sekedar pada
tataran simbol-simbol dan MoU semata.

14
DAFTAR PUSTAKA

http://master.islamic.uii.ac.id/index.php?option=com_content&task=view&i
d=94&Itemid=57, Sejarah Ekonomi Islam: Perkembangan Panjang
Realitas Ekonomi Islam
http://islampeace.clubdiscussion.net/t13-pengertian-tujuan-prinsip-prinsip-
ekonomi-islam, Pengertian,Tujuan,dan Prinsip-prinsip Ekonomi Islam.
http://vhara.wordpress.com/perkembangan-ekonomi-islam-di-
indonesia/,Perkembangan Ekonomi Islam di Indonesia.
http://research.mercubuana.ac.id/proceeding/EKONOMI-ISLAM-SEBUAH-
ALTERNATIF.doc, Ekonomi Islam Sebuah Alternatif.

15

Anda mungkin juga menyukai