Anda di halaman 1dari 13

waspadaan Isolasi

February 22, 2014

Proses terjadinya infeksi bergantung kepada interaksi antara suseptibilitas pejamu, agen infeksi
(pathogenesis, virulensi dan dosis) serta cara penularan. Identifikasi faktor resiko pada pejamu dan
pengendalian terhadap infeksi tertentu dapat mengurangi insiden terjadinya infeksi (HAIs), baik
pada pasien ataupun pada petugas kesehatan.

Strategi pencegahan dan pengendalian infeksi terdiri dari:

Peningkatan daya tahan pejamu, dapat pemberian imunisasi aktif (contoh vaksinasi hepatitis B),
atau pemberian imunisasi pasif (imunoglobulin). Promosi kesehatan secara umum termasuk nutrisi
yang adekuat akan meningkatkan daya tahan tubuh.

Inaktivasi agen penyebab infeksi, dapat dilakukan metode fisik maupun kimiawi. Contoh metode
fisik adalah pemanasan (pasteurisasi atau sterilisasi) dan memasak makanan seperlunya. Metode
kimiawi termasuk klorinasi air, disinfeksi.
Memutus mata rantai penularan. Merupakan hal yang paling mudah untuk mencegah penularan
penyakit infeksi, tetapi hasilnya bergantung kepeda ketaatan petugas dalam melaksanakan
prosedur yang telah ditetapkan.
Tindakan pencegahan ini telah disusun dalam suatu “Isolation Precautions” (Kewaspadaan Isolasi)
yang terdiri dari 2 pilar/tingkatan, yaitu “Standard Precautions” (Kewaspadaan Standar) dan
“Transmission based Precautions” (Kewaspadaan berdasarkan cara penularan)

Tindakan pencegahan paska pajanan (“Post Exposure Prophylaxis”/PEP) terhadap petugas


kesehatan. Berkaitan pencegahan agen infeksi yang ditularkan melalui darah atau cairan tubuh
lainnya, yang sering terjadi karena luka tusuk jarum bekas pakai atau pajanan lainnya. Penyakit
yang perlu mendapatkan perhatian adalah hepatitis B, Hepatitis C, dan HIV.

Kewaspadaan isolasi selalu harus diterapkan untuk menurunkan resiko transmisi penyakit dari
pasien terinfeksi ke pasien lain atau ke pekerja medis. Kewaspadaan isolasi merupakan kombinasi
dari kewaspadaan standard an kewaspadaan berbasis transmisi.

Kewaspadaan standar diberlakukan terhadap semua pasien, tidak tergantung dari jenis infeksi
yang mengenai pasien. Hal ini disusun untuk mencegah kontaminasi silang sebelum diagnosis
diketahui. Kewaspadaan standar misalnya adalah :

Kebersihan tangan/Handhygiene
Alat Pelindung Diri (APD) : sarung tangan, masker, goggle (kaca mata pelindung), face
shield(pelindungwajah), gaun
Peralatan perawatan pasien
Pengendalian lingkungan
Pemrosesan peralatan pasien dan penatalaksanaan linen
Kesehatan karyawan / Perlindungan petugas kesehatan
Penempatan pasien
Hygiene respirasi/Etika batuk
Praktek menyuntik yang aman
Praktek pencegahan infeksi untuk prosedur lumbal pungsi
Kewaspadaan isolasi yang kedua adalah kewaspadaan berdasarkan transmisi. Tujuannya untuk
memutus rantai penularan mikroba penyebab infeksi. Ini diterapkan pada pasien yang memang
sudah dicurigai terinfeksi kuman tertentu yang bisa ditransmisikan lewat udara, droplet, kontak
kulit atau lain-lain.

Ada tiga jenis kewaspadaan berdasarkan transmisi, yaitu:

- kewaspadaan transmisi kontak

- kewaspadaan transmisi droplet

- kewaspadaan transmisi airborne

Kewaspadaan berdasarkan transmisi dapat dilaksanakan secara terpisah ataupun kombinasikarena


suatu infeksi dapat ditransmisikan lebih dari satu cara.

1. Kewaspadaan transmisi Kontak

a) Penempatan pasien :

Kamar tersendiri atau kohorting (Penelitian tidak terbukti kamar tersendiri mencegah HAIs).
Kohorting adalah menempatkan pasien terinfeksi atau kolonisasi patogen yang sama di ruang
yang sama, pasien lain tanpa patogen yang sama dilarang masuk.
b) APD petugas:

Gunakan sarung tangan bersih yang tidak steril. Ganti sarung tangan setelah kontak dengan
bahan infeksius. Lepaskan sarung tangan sebelum keluar dari kamar pasien dan cuci tangan
menggunakan antiseptik
Lepaskan gaun (pakaian pelindung) sebelum meninggalkan ruangan
c) Transportasi pasien

Batasi kontak saat transportasi pasien


2. Kewaspadaan transmisi droplet

a) Penempatan pasien :

Kamar tersendiri atau kohorting, beri jarak antar pasien >1meter


Pengelolaan udara khusus tidak diperlukan, pintu boleh terbuka
b) APD petugas:
Masker Bedah/Prosedur, dipakai saat memasuki ruang rawat pasien
c) Transport pasien

Batasi transportasi pasien, pasangkan masker pada pasien saat transportasi


Terapkan hygiene respirasi dan etika batuk
3. Kewaspadaan transmisi udara/airborne

a) Penempatan pasien :

Di ruangan tekanan negatif


Pertukaran udara > 6-12 x/jam,aliran udara yang terkontrol
Jangan gunakan AC sentral, bila mungkin AC + filter HEPA
Pintu harus selalu tertutup rapat.
kohorting
Seharusnya kamar terpisah, terbukti mencegah transmisi, atau kohorting jarak> 1 m
Perawatan tekanan negatif sulit, tidak membuktikan lebih efektif mencegah penyebaran
Ventilasi airlockà ventilated anteroom terutama pada varicella (lebih mahal)
Terpisah jendela terbuka (TBC ), tak ada orang yang lalu lalang
b) APD petugas:

Minimal gunakan Masker Bedah/Prosedur


Masker respirator (N95) saat petugas bekerja pada radius <1m dari pasien,
Gaun
Goggle
Sarung tangan
(bila melakukan tindakan yang mungkin menimbulkan aerosol)

c) Transport pasien

Batasi transportasi pasien, Pasien harus pakai masker saat keluar ruangan
Terapkan hygiene respirasi dan etika batuk
Peraturan Untuk Kewaspadaan Isolasi

Harus dihindarkan transfer mikroba pathogen antar pasien dan petugas saat perawatan pasien
rawat inap, perlu diterapkan hal-hal berikut :

Kewaspadaan terhadap semua darah dan cairan tubuh ekskresi dan sekresi dari seluruh pasien
Dekontaminasi tangan sebelum dan sesudah kontak diantara pasien satu lainnya
Cuci tangan setelah menyentuh bahan infeksius (darah dan cairan tubuh)
Gunakan teknik tanpa menyentuh bila memungkinkan terhadap bahan infeksius
Pakai sarung tangan saat atau kemungkinan kontak darah dan cairan tubuh serta barang yang
terkontaminasi, disinfeksi tangan segera setelah melepas sarung tangan. Ganti sarung tangan
antara pasien.
Penanganan limbah feses, urine, dan sekresi pasien lain di buang ke lubang pembuangan yang
telah disediakan, bersihkan dan disinfeksi bedpan, urinal dan obtainer/container pasien lainnya.
Tangani bahan infeksius sesuai Standar Prosedur Operasional (SPO)
Pastikan peralatan, barang fasilitas dan linen pasien yang infeksius telah dibersihkan dan
didisinfeksi benar.
DAFTAR PUSTAKA

Diekema, D. J., et al. 2001. Clinical microbiology and infection Prevention, p.S57-S60, In Journal
of Clinical Microbiology, September 2011

Depkes RI bekerjasama dengan Perdalin. 2009. Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di
Rumah Sakit dan Fasiltas Pelayanan Kesehatan Lainnya. SK Menkes No 382/Menkes/2007.
Jakarta: Kemenkes RI

_____. 2007. Pedoman Manajerial Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di Rumah Sakit dan
Fasiltas Pelayanan Kesehatan Lainnya.SK Menkes No 270/MENKES/2007. Jakarta: Depkes RI

Sejarah Kewaspadaan Isolasi

Kewaspadaan Standar
Kewaspadaan standar diberlakukan terhadap semua pasien, tidak tergantung terinfeksi/kolonisasi.
Kewaspadaan standar disusun untuk mencegah kontaminasi silang sebelum diagnosis diketahui
dan beberapa merupakan praktek rutin, meliputi:

Kebersihan tangan/Handhygiene
Alat Pelindung Diri (APD) : sarung tangan, masker, goggle (kaca mata pelindung), face shield
(pelindungwajah), gaun
Peralatan perawatan pasien
Pengendalian lingkungan
Pemrosesan peralatan pasien dan penatalaksanaan linen
Kesehatan karyawan / Perlindungan petugas kesehatan
Penempatan pasien
Hyangiene respirasi/Etika batuk
Praktek menyuntik yang aman
Praktek pencegahan infeksi untuk prosedur lumbal pungsi
Kewaspadaan Berdasarkan Transmisi
Tujuan untuk memutus rantai penularan mikroba penyebab infeksi. Diterapkan pada pasien
gejala/dicurigai terinfeksi atau kolonisasi kuman penyebab infeksi menular yang dapat
ditransmisikan lewat udatra, droplet, kontak kulit atau permukaan terkontaminasi.

3 Jenis kewaspadaan berdasarkan transmisi:

– kewaspadaan transmisi kontak


– kewaspadaan transmisi droplet

– kewaspadaan transmisi airborne

Kewaspadaan berdasarkan transmisi dapat dilaksanakan secara terpisah ataupun kombinasi karena
suatu infeksi dapat ditransmisikan lebih dari satu cara.

1. Kewaspadaan transmisi Kontak

a) Penempatan pasien :

Kamar tersendiri atau kohorting (Penelitian tidak terbukti kamar tersendiri mencegah HAIs)
Kohorting (management MDRo )
b) APD petugas:

Sarung tangan bersih non steril, ganti setelah kontak bahan infeksius, lepaskan sarung tangan
sebelum keluar dari kamar pasien dan cuci tangan menggunakan antiseptik
Gaun, lepaskan gaun sebelum meninggalkan ruangan
c) Transport pasien

Batasi kontak saat transportasi pasien


2. Kewaspadaan transmisi droplet

a) Penempatan pasien :

Kamar tersendiri atau kohorting, beri jarak antar pasien >1m


Pengelolaan udara khusus tidak diperlukan, pintu boleh terbuka
b) APD petugas:

Masker Bedah/Prosedur, dipakai saat memasuki ruang rawat pasien


c) Transport pasien

Batasi transportasi pasien, pasangkan masker pada pasien saat transportasi


Terapkan hyangiene respirasi dan etika batuk
3. Kewaspadaan transmisi udara/airborne

a) Penempatan pasien :

Di ruangan tekanan negatif


Pertukaran udara > 6-12 x/jam,aliran udara yang terkontrol
Jangan gunakan AC sentral, bila mungkin AC + filter HEPA
Pintu harus selalu tertutup rapat.
kohorting
Seharusnya kamar terpisah, terbukti mencegah transmisi, atau kohorting jarak >1 m
Perawatan tekanan negatif sulit, tidak membuktikan lebih efektif mencegah penyebaran
Ventilasi airlockà ventilated anteroom terutama pada varicella (lebih mahal)
Terpisah jendela terbuka (TBC ), tak ada orang yang lalu lalang
b) APD petugas:

Minimal gunakan Masker Bedah/Prosedur


Masker respirator (N95) saat petugas bekerja pada radius <1m dari pasien,
Gaun
Goggle
Sarung tangan
(bila melakukan tindakan yang mungkin menimbulkan aerosol)

c) Transport pasien

Batasi transportasi pasien, Pasien harus pakai masker saat keluar ruangan
Terapkan hyangiene respirasi dan etika batuk
Catatan :

Kohorting adalah menempatkan pasien terinfeksi atau kolonisasi patogen yang sama di ruang
yang sama, pasien lain tanpa patogen yang sama dilarang masuk.

Peraturan Untuk Kewaspadaan Isolasi

Harus dihindarkan transfer mikroba pathogen antar pasien dan petugas saat perawatan pasien
rawat inap, perlu diterapkan hal-hal berikut :

Kewaspadaan terhadap semua darah dan cairan tubuh ekskresi dan sekresi dari seluruh pasien
Dekontaminasi tangan sebelum dan sesudah kontak diantara pasien satu lainnya
Cuci tangan setelah menyentuh bahan infeksius (darah dan cairan tubuh)
Gunakan teknik tanpa menyentuh bila memungkinkan terhadap bahan infeksius
Pakai sarung tangan saat atau kemungkinan kontak darah dan cairan tubuh serta barang yang
terkontaminasi, disinfeksi tangan segera setelah melepas sarung tangan. Ganti sarung tangan
antara pasien.
Penanganan limbah feses, urine, dan sekresi pasien lain di buang ke lubang pembuangan yang
telah disediakan, bersihkan dan disinfeksi bedpan, urinal dan obtainer/container pasien lainnya.
Tangani bahan infeksius sesuai Standar Prosedur Operasional (SPO)
Pastikan peralatan, barang fasilitas dan linen pasien yang infeksius telah dibersihkan dan
didisinfeksi benar.

Penutup

Memutus mata rantai penularan merupakan hal yang paling mudah untuk mencegah penularan
penyakit infeksi, tetapi harus didukung dengan kepatuhan dan ketaatan dalam melaksanakan
prosedur yang telah ditetapkan dalam Standar Prosedur Operasional. Adapun cara memutus mata
rantai penularan infeksi tersebut adalah dengan penerapan “Isolation Precautions” (Kewaspadaan
Isolasi) yang terdiri dari 2 pilar/tingkatan, yaitu “Standard Precautions” (Kewaspadaan Standar)
dan “Transmission based Precautions” (Kewaspadaan berdasarkan cara penularan).

Promosi secara umum termasuk nutrisi yang adekuat akan dapat meningkatkan daya tahan tubuh.
Selanjutnya perlu perlindungan bagi petugas minimal dengan imunisasi Hepatitis B, dan diulang
tiap 5 tahun paska imunisasi.

Kewaspadaan yang konstan dalam penanganan benda tajam harus dilaksanakan sesuai dengan
Standar Prosedur Operasional (SPO). Luka tertusuk Jarum merupakan bahaya yang sangat nyata
dan membutuhkan program manajemen paska pajanan (“Post Exposure Prophylaxis”/PEP)
terhadap petugas kesehatan berkaitan pencegahan agen infeksi yang ditularkan melalui darah atau
cairan tubuh lainnya, yang sering terjadi karena luka tusuk jarum bekas pakai atau pajanan
lainnya.

Daftar Bacaan:

Depkes RI bekerjasama dengan Perdalin. 2009. Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di
Rumah Sakit dan Fasiltas Pelayanan Kesehatan Lainnya. SK Menkes No 382/Menkes/2007.
Jakarta: Kemenkes RI

Depkes RI. 2006. Pedoman Penatalaksanaan Flu Burung di Pelayanan Kesehatan. Depkes RI:
Ditjen Bina Yan Med

_____. 2007. Pedoman Manajerial Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di Rumah Sakit dan
Fasiltas Pelayanan Kesehatan Lainnya.SK Menkes No 270/MENKES/2007. Jakarta: Depkes RI

Notoatmodjo S. 2007. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Jakarta : Rhineka Cipta

Siegel JD et al. and HICPAC CDC. 2007. Guideline for Isolation Precaution: Preventing
Transmission of Infectious Agent in Healthcare Setting. CDC hal 1-92
Makalah Prosedur Perawatan Ruang Isolasi

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Ruang isolasi adalah ruangan khusus yang terdapat di rumah sakit yang merawat
pasien dengan kondisi medis tertentu terpisah dari pasien lain ketika mereka
mendapat perawatan medis dengan tujuan mencegah penyebaran penyakit atau infeksi
kepada pasien dan mengurangi risiko terhadap pemberi layanan kesehatan serta
mampu merawat pasien menular agar tidak terjadi atau memutus siklus penularan
penyakit melindungi pasien dan petugas kesehatan.
CDC telah merekomendasikan suatu “Universal Precaution atau Kewaspadaan
Umum” yang harus diberlakukan untuk semua penderita baik yang dirawat maupun
yang tidak dirawat di Rumah Sakit terlepas dari apakah penyakit yang diderita
penularanya melalui darah atau tidak.
Hal ini dilakukan dengan asumsi bahwa darah dan cairan tubuh dari penderita
(sekresi tubuh biasanya mengandung darah, sperma, cairan vagina, jaringan, Liquor
Cerebrospinalis, cairan synovia, pleura, peritoneum, pericardial dan amnion) dapat
mengandung Virus HIV, Hepatitis B dan bibit penyakit lainnya yang ditularkan
melalui darah.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Ruang Isolasi ?
2. Apa tujuan isolasi ?
3. Apa saja syarat-syarat ruang isolasi ?
4. Apa saja macam-macam isolasi ?
5. Apa saja prinsip isolasi ?
6. Apa saja Universal Precaution yang di terapkan di ruang isolasi ?
7. Apa saja Prosedur Perawatan Ruang Isolasi ?
1.3 Tujuan Penulisan
a. Tujuan Umum
Untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah KDM
b. Tujuan Khusus
a) Agar mahasiswa mengetahui pengertian dari ruang isolasi
b) Agar mahasiswa mengetahui tujuan dari isolasi
c) Agar mahasiswa mengetahui syarat-syarat ruang isolasi
d) Agar mahasiswa dapat mengetahui macam-macam isolasi
e) Agar mahasiswa mengetahui prosedur apa saja yang dilakukan di ruang isolasi
1.4 Sistematika Penulisan
a. Kata pengantar
b. Daftar isi
c. BAB I Pendahuluan, terdiri dari : Latar belakang, tujuan umum dan khusus, dan
sistematika penulisan.
d. BAB II Pembahasan. Terdiri dari : Pengertian ruang isolasi, tujuan isolasi, syarat-
syarat ruang isolasi, macam-macam isolasi, prosedur perawatan ruang isolasi
e. BAB III Penutup, terdiri dari : Kesimpulan dan saran
f. Daftar pustaka

BAB II
PROSEDUR PERAWATAN RUANG ISOLASI

2.1 Pengertian ruang Isolasi


Ruang Isolasi adalah dilakukan terhadap penderita penyakit menular, isolasi
menggambarkan pemisahan penderita atau pemisahan orang atau binatang yang
terinfeksi selama masa inkubasi dengan kondisi tertentu untuk mencegah atau
mengurangi terjadinya penularan baik langsung maupun tidak langsung dari orang
atau binatang yang rentan. Sebaliknya, karantina adalah tindakan yang dilakukan
untuk membatasi ruang gerak orang yang sehat yang di duga telah kontak dengan
penderita penyakit menular tertentu.
CDC telah merekomendasikan suatu “Universal Precaution atau Kewaspadaan
Umum” yang harus diberlakukan untuk semua penderita baik yang dirawat maupun
yang tidak dirawat di Rumah Sakit terlepas dari apakah penyakit yang diderita
penularanya melalui darah atau tidak.
Hal ini dilakukan dengan asumsi bahwa darah dan cairan tubuh dari penderita
(sekresi tubuh biasanya mengandung darah, sperma, cairan vagina, jaringan, Liquor
Cerebrospinalis, cairan synovia, pleura, peritoneum, pericardial dan amnion) dapat
mengandung Virus HIV, Hepatitis B dan bibit penyakit lainnya yang ditularkan
melalui darah.

2.2 Tujuan isolasi


Tujuan dari pada di lakukannya “Kewaspadaan Umum” ini adalah agar para
petugas kesehatan yang merawat pasien terhindar dari penyakit-penyakit yang di
tularkan melalui darah yang dapat menulari mereka melalui tertusuk jarum karena
tidak sengaja, lesi kulit, lesi selaput lendir.
Alat-alat yang dipakai untuk melindungi diri antara lain pemakaian sarung
tangan, Lab jas, masker, kaca mata atau kaca penutup mata. Ruangan khusus
diperlukan jika hygiene penderita jelek. Limbah Rumah Sakit diawasi oleh pihak yang
berwenang.

2.3 Syarat-syarat ruang isolasi


a. Pencahayaan
Menurut KepMenKes 1204/Menkes/SK/X/2004, intensitas cahaya untuk ruang
isolasiadalah 0,1 ± 0,5 lux dengan warna cahaya biru.Selain itu ruang isolasi harus
mendapat paparan sinar matahari yang cukup.
b. Pengaturan sirkulasi udara
Pengaturan sirkulasi udara ruang isolasi pada dasarnya menggunakan prinsip tekanan
yaitu tekanan bergerak dari tekanan tinggi ke tekanan rendah.
Berdasarkan tekanannya ruang isolasi dibedakan atas :
a) Ruang Isolasi Bertekanan Negatif
Pada ruang isolasi bertekanan negatif udara di dalam ruang isolasi lebih rendah
dibandingkan udara luar. Hal ini mengakibatkan tidak akan ada udara yang keluar dari
ruangan isolasi sehingga udara luar tidak terkontaminasi oleh udara dari ruang isolasi.
Ruang isolasi bertekanan negatif ini digunakan untuk penyakit- penyakit menular
khususnya yang menular melalui udara sehingga kuman-kuman penyakit tidak
akan mengkontaminasi udara luar. Untuk metode pembuangan udara atau sirkulasi
udara digunakan sistem sterilisasi dengan HEPA.
b) Ruang Isolasi Bertekanan Positif
Pada ruang isolasi bertekanan positif udara di dalam ruang isolasi lebih tinggi
dibandingkan udara luar sehingga mennyebabkan terjadi perpindahan udara dari
dalam ke luar ruang isolasi. Hal ini mengakibatkan tidak akan ada udara luar yang
masuk ke ruangan isolasi sehingga udara ruang isolasi tidak terkontaminasi oleh udara
luar. Ruang isolasi bertekanan positif ini digunakan untuk penyakit-penyakit immuno
deficiency seperti HIV AIDS atau pasien-pasien transplantasi sum sum tulang. Untuk
memperoleh udara di ruang isolasi sehingga menghasilkan tekanan positif di ruang
isolasi digunakan udara luar yang sebelumnya telah disterilisasi terlebih dahulu.

c. Pengelolaan Limbah
Pada prinsipnya pengelolaan limbah pada ruang isolasi sama dengan pengelolaan
limbah medis infeksius yang umumnya terdiri dari penimbunan, penampungan,
pengangkutan, pengolahan dan pembuangan.

2.4 Macam-macam isolasi


1. Isolasi ketat
Kategori ini dirancang untuk mencegah transmisi dari bibit penyakit yang sangat
virulen yang dapat ditularkan baik melalui udara maupun melalui kontak langsung.
Cirinya adalah selain disediakan ruang perawatan khusus bagi penderita juga bagi
mereka yang keluar masuk ruangan diwajibkan memakai masker, lab jas, sarung
tangan. Ventilasi ruangan tersebut juga dijaga dengan tekanan negatif dalam ruangan.
2. Isolasi kontak
Diperlukan untuk penyakit-penyakit yang kurang menular atau infeksi yang kurang
serius, untuk penyakit-penyakit yang terutama ditularkan secara langsung sebagai
tambahan terhadap hal pokok yang dibutuhkan, diperlukan kamar tersendiri, namun
penderita dengan penyakit yang sama boleh dirawat dalam satu kamar, masker
diperlukan bagi mereka yang kontak secara langsung dengan penderita, lab jas
diperlukan jika kemungkinan terjadi kontak dengan tanah atau kotoran dan sarung
tangan diperlukan jika menyentuh bahan-bahan yang infeksius.
3. Isolasi pernafasan;
Dimaksudkan untuk mencegah penularan jarak dekat melalui udara, diperlukan
ruangan bersih untuk merawat penderita, namun mereka yang menderita penyakit
yang sama boleh dirawat dalam ruangan yang sama. Sebagai tambahan terhadap hal-
hal pokok yang diperlukan, pemakaian masker dianjurkan bagi mereka yang kontak
dengan penderita, lab jas dan sarung tangan tidak diperlukan.
4. Isolasi terhadap Tuberculosis (Isolasi BTA)
Ditujukan bagi penderita TBC paru dengan BTA positif atau gambaran radiologisnya
menunjukkan TBC aktif. Spesifikasi kamar yang diperlukan adalah kamar khusus
dengan ventilasi khusus dan pintu tertutup. Sebagai tambahan terhadap hal-hal pokok
yang dibutuhkan masker khusus tipe respirasi dibutuhkan bagi mereka yang masuk ke
ruangan perawatan, lab jas diperlukan untuk mencegah kontaminasi pada pakaian dan
sarung tangan atidak diperlukan.
5. Kehati-hatian terhadap penyakit Enterie
Untuk penyakit-penyakit infeksi yang ditularkan langsung atau tidak langsung melalui
tinja. Sebagai tambahan terhadap hal-hal pokok yang diperlukan, perlu disediakan
ruangan khusus bagi penderita yang hygiene perorangannya rendah. Masker tidak
diperlukan jika ada kecenderungan terjadi soiling dan sarung tangan diperlukan jika
menyentuh bahan-bahan yang terkontaminasi.

2.5 Prinsip isolasi


Ruang Perawatan isolasi terdiri dari :
 Ruang ganti umum
 Ruang bersih dalam
 Stasi perawat
 Ruang rawat pasien
 Ruang dekontaminasi
 Kamar mandi petugas
Prinsip kewaspadaan airborne harus diterapkan di setiap ruang perawatan isolasi
yaitu:
 Ruang rawat harus dipantau agar tetap dalam tekanan negatif dibanding tekanan di
koridor.
 Pergantian sirkulasi udara 6-12 kali perjam
 Udara harus dibuang keluar, atau diresirkulasi dengan menggunakan filter HEPA
(High-Efficiency Particulate Air)
 Setiap pasien harus dirawat di ruang rawat tersendiri.
 Pada saat petugas atau orang lain berada di ruang rawat, pasien harus memakai masker
bedah (surgical mask) atau masker N95 (bila mungkin).
 Ganti masker setiap 4-6 jam dan buang di tempat sampah infeksius.
 Pasien tidak boleh membuang ludah atau dahak di lantai gunakan penampung
dahak/ludah tertutup sekali pakai (disposable).

2.6 Universal Precaution yang di terapkan di ruang isolasi


Kewaspadaan Universal yaitu tindakan pengendalian infeksi yang dilakukan oleh
seluruh tenaga kesehatan untuk mengurangi resiko penyebaran infeksi dan didasarkan
pada prinsip bahwa darah dan cairan tubuh dapat berpotensi menularkan penyakit,
baik berasaldari pasien maupun petugas kesehatan (Nursalam, 2007). Secara garis
besar, standard kewaspadaan universal di ruang isolasi antara lain :
 Cuci tangan
 Pakai sarung tangan saat menyentuh cairan tubuh, kulit tak utuh dan membranmukosa
 Pakai masker, pelindung mata, gaun jika darah atau cairan tubuh mungkinmemercik
 Tutup luka dan lecet dengan plester tahan air
 Tangani jarum dan benda tajam dengan aman
 Buang jarum dan benda tajam dalam kotak tahan tusukan dan tahan air
 Proses instrumen dengan benar
 Lakukan pengelolaan limbah dengan benar
 Bersihkan tumpahan darah dan cairan tubuh lain segera dan dengan seksama
 Buang sampah terkontaminasi dengan aman
 Lakukan pengelolaan alat kesehatan untuk mencegah infeksi dalam kondisi sterildan
siap pakai dengan cara dekontaminasi, pencucian alat, dan desinfeksi dansterilisasi

2.7 Prosedur perawatan di ruang isolasi


1. Persiapan sarana
Baju operasi yang bersih, rapi (tidak robek) dan sesuai ukuran badan. Sepatu bot
karet yang bersih, rapih (tidak robek) dan sesuai ukuran kaki. Sepasang sarung tangan
DTT (Desinfeksi Tingkat Tinggi) atau steril ukuran pergelangan dan sepasang sarung
bersih ukuran lengan yang sesuai dengan ukuran tangan. Sebuah gaun luar dan apron
DTT dan penutup kepala yang bersih. Masker N95 dan kaca mata pelindung Lemari
berkunci tempat menyimpan pakaian dan barang – barang pribadi.
2. Langkah awal saat masuk ke ruang perawatan isolasi
Lakukan hal sebagai berikut:
 Lepaskan cincin, jam atau gelang
 Lepaskan pakaian luar
 Kenakan baju operasi sebagai lapisan pertama pakaian
 Lipat pakaian luar dan simpan dengan perhiasan dan barang-barang pribadi lainnya di
dalam lemari berkunci yang telah disediakan.
3. Mencuci tangan
4. Kenakan sepasang sarung tangan sebatas pergelangan tangan
5. Kenakan gaun luar/jas operasi
6. Kenakan sepasang sarung tangan sebatas lengan
7. Kenakan masker
8. Kenakan masker bedah
9. Kenakan celemek plastik/apron
10. Kenakan penutup kepala
11. Kenakan alat pelindung mata (goggles / kacamata)
12. Kenakan sepatu boot karet
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Ruang isolasi adalah ruangan khusus yang terdapat di rumah sakit yang merawat
pasien dengan kondisi medis tertentu terpisah dari pasien lain ketika mereka
mendapat perawatan medis dengan tujuan mencegah penyebaran penyakit atau infeksi
kepada pasien dan mengurangi risiko terhadap pemberi layanan kesehatan serta
mampu merawat pasien menular agar tidak terjadi atau memutus siklus penularan
penyakit melindungi pasien dan petugas kesehatan.
Tujuan dari pada di lakukannya “Kewaspadaan Umum” ini adalah agar para
petugas kesehatan yang merawat pasien terhindar dari penyakit-penyakit yang di
tularkan melalui darah yang dapat menulari mereka melalui tertusuk jarum karena
tidak sengaja, lesi kulit, lesi selaput lendir.
Prosedur perawatan ruang isolasi adalah tata cara kerja atau cara menjalankan
perawatan di ruang isolasi.

3.2 Saran
Diharapkan dengan adanya makalah ini kita sebagai mahasiswa dapat mengetahui
bagaimana melaksanakan Prosedur Perawatan di Ruang Isolas

Anda mungkin juga menyukai