Anda di halaman 1dari 12

TUGAS KELOMPOK

“ TUMBUH KEMBANG ANAK PADA MASA PRA SEKOLAH”

Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Anak


Dosen Mata Ajar : Ns. Erni Suprapti, S.kep, M.Kep

Disusun oleh :
ARYA ADI C (16.012)
DEVI CANDRA K (16.020)
KHOIRUN NISA (16.048)
KUKUH RAHARJO (16.049)
NADHEA BUNGA A (16.064)
TRI SURYANI (16.097)

AKADEMI KEPERAWATAN KESDAM IV/DIPONEGORO


SEMARANG
2018
TUMBUH KEMBANG ANAK PADA MASA PRA SEKOLAH

A. Kebutuhan Nutrisi Pada Anak Usia Prasekolah


Anak prasekolah mengalami pertumbuhan sedikit lambat. Kebutuhannya
kalorinya adalah 85 kkal per kg BB. Beberapa karakteristik yang terkait dengan
pemenuhan kebutuhan nutrisi yang perlu diperhatikan pada anak prasekolah
adalah sebagai berikut:
1. Nafsu makan berkurang
2. Anak lebih tertarik pada aktifitas bermain dengan teman atau
lingkungannya daripada makan.
3. Anak mulai senang mencoba jenis makanan baru.
4. Waktu makan merupakan kesempatan yang baik bagi anak untuk belajar
dan bersosialisasi dengan keluarga.

Anjurkan untuk orang tua dalam kaitannya dengan karakteristik tersebut:


a. Pertahankan kebiasaan makan yang baik dengan cara mengajarkan anak
mengenal nutrisi, misalnya dengan menggambar atau melakukan aktivitas
bermain yang lain.
b. Apabila makanan yang dikonsumsi cenderung sedikit, berikan dengan
frekuensi lebih sering, yaitu 4 sampai 5 kali sehari. Apabila memberikan makanan
padat, seperti nasi, 3 kali dalam sehari, berikan makanan ringan atau kudapan
diantara waktu makan tersebut. Susu cukup diberikan 1-2 kali sehari.
c. Izinkan anak untuk membantu orang tua menyiapkan makanan dan jangan
terlalu banyak berharap anak dapat melakukannya dengan tertib dan rapi.
d. Fasilitasi anak untuk mencoba jenis makanan baru. Makanan baru tidak
harus yang berharga mahal, yang penting memenuhi gizi seimbang.
e. Fasilitasi anak untuk dapat mengekspresikan ide, pikiran, serta
perasaannya saat makan bersama dan fasilitasi anak untuk berinteraksi secara
efektif dengan anda atau anggota keluarga yang lain.
(Nursalam, 2008)

B. Pencegahan Terhadap Kecelakaan Pada Anak


Kecelakaan merupakan kejadian yang dapat menyebabkan kematian pada
anak. Kepribadian adalah factor pendukung terjadinya kecelakaan.Orang tua
bertanggungjawab terhadap kebutuhan anak, menyadari karakteristik perilaku
yang menimbulkan kecelakaan waspada terhadap factor-faktor lingkungan yang
mengancam keamanan anak.
Faktor-faktor yang menyebabkan kecelakaan :
1. Jenis kelamin, biasanya lebih banyak pada laki-laki karena lebih aktif di
rumah.
2. Usia, pada kemampuan fisik dan kognitif, semakin besar akan semakin
tahu mana yang bahaya.
3. Lingkungan, adanya penjaga atau pengasuh.

Cara Pencegahan :
1. Pemahaman tingkat perkembangan dan tingkah laku anak.
2. Kualitas asuhan meningkat.
3. Lingkungan aman.

Bahaya umum yang harus diperhatikan orang tua:


1. Lantai rumah yang basah atau licin
2. Rumah dengan tangga yang curam tidak ada pegangan
3. Alat makan dari bahan mudah pecah
4. Penyimpanan zat berbahaya yang terbuka & dapat dijangkau
anak
5. Adanya sumur yang terbuka
6. Adanya parit di depan/samping rumah
7. Rumah yang letaknya di pinggir jalan raya
8. Kompor/alat memasak yang dijangkau anak
9. Kabel listrik yang berantakan
10. Stop kontak yang tidak tertutup

Upaya yang dapat dilakukan orang tua di rumah:


1. Benda tajam disimpan di tempat yang aman
2. Benda kecil disimpan dalam laci yang tertutup
3. Zat yang berbahaya disimpan dalam almari terkunci
4. Amankan kompor dan berikanpenutup yang aman
5. Jaga lantai rumah selalu bersih dan kering
6. Apabila ada tangga, pasang pintu di bagian bawah atau atas tangga
7. Sekring listrik harus tertutup
8. Apabila ada parit, tutup dengan papan atau semen
9. Bagi yang rumahnya di tepi jalan raya, sebaiknya ada pintu pagar yang
tertutup rapat
10. Apabila ada sumur, tutup sehingga tidak bisa dibuka anak

Pencegahan Terhadap Kecelakaan:Pra Sekolah


Kecelakaan terjadi karena anak kurang menyadari potensial bahaya : obyek panas,
benda tajam, akibat naik sepeda misalnya main di jalan, lari mengambil
bola/layangan, menyeberang jalan.
Pencegahan ada 2 cara ;
1. Mengontrol lingkungan.
2. Mendidik anak terhadap keamanan dan potensial bahaya.
a. Jauhkan korek api dari jangkauan.
b. Mengamankan tempat-tempat yang secara potensial dapat membahayakan
anak.
c. Mendidik anak : Cara menyeberang jalan, arti rambu-rambu lalulintas,
cara mengendarai, peran orang tua = perlu belajar mengontrol sepeda yang
aman lingkungan.
(fitriah, 2010)

C. Anticipatory Guidance PadaMasa Preschool (3-5 Tahun)


Pada masa ini petunjuk bimbingan tetap diperlukan walaupun kesulitannya
jauh lebih sedikit dibandingkan tahun sebelumnya. Sebelumnya, pencegahan
kecelakaan dipusatkan pada pengamatan lingkungan terdekat, dan kurang
menekankan pada alas an-alasannya. Sekarang proteksi pagar, penutup stop
kontak disertai dengan penjelasan secara verbal dengan alas an yang tepat dan
dapat dimengerti.
Masuk sekolah adalah bentuk perpisahan dari rumah baik bagi orang tua
maupun anak. Oleh karena itu, orang tua memerlukan bantuan dalam melakukan
penyesuaian terhadap perubahan ini, terutama bagi Ibu yang tinggal di
rumah/tidak bekerja. Ketika anak mulai masuk taman kanak-kanak, maka ibu
mulai memerlukan kegiatan-kegiatan di luar keluarga, seperti keterlibatannya
dalam masyarakat atau mengembangkan karier. Bimbingan terhadap orang tua
pada masa ini dapat dilakukan pada anak umur 3, 4, 5 tahun.
1. Usia 3 tahun
a. Menganjurkan orang tua untuk meningkatkan minat anak
dalam hubungan yang luas.
b. Menekankan pentingnya batas-batas / peraturan-
peraturan.
c. Mengantisipasi perubahan perilaku agresif.
d. Menganjurkan orang tua menawarkan anaknya alternatif
– alternatif pilihan pada saat anak bimbang.
e. Perlunya perhatian ekstra

2. Usia 4 tahun
a. Menyiapkan orang tua terhadap perilaku anak yang agresif, termasuk
aktifitas motorik dan bahasa yang mengejutkan.
b. Menyiapkan orang tua menghadapi perlawanan anak terhadap kekuasaan
orang tua.
c. Kaji perasaan orang tua sehubungan dengan tingkah laku anak.
d. Menganjurkan beberapa macam istirahat dari pengasuh utama, seperti
menempatkan anak pada taman kanak-kanak selama setengah hari.
e. Menyiapkan orang tua untuk menghadapi meningkatnya rasa ingin tahu
seksual pada anak.
f. Menekankan pentingnya batas-batas yang realistik dari tingkah laku.
g. Mendiskusikan disiplin.
h. Menyiapkan orang tuauntuk meningkatkan imajinasi di usia 4 tahun,
dimana anak mengikuti kata hatinya dalam “ketinggian bicaranya” (bedakan
dengan kebohongan) dan kemahiran anak dalam permainan yang membutuhkan
imajinasi.
i. Menyarankan pelajaran berenang.
j. Menjelaskan perasaan - perasaan Oedipus dan reaksi - reaksinya. Anak
laki-laki biasanya lebih dekat dengan ibunya dan anak perempuan dengan
ayahnya. Oleh karena itu, anak perlu dibiasakan tidur terpisah dengan orang
tuanya.
k. Menyiapkan orang tua untuk mengantisipasi mimpi buruk anak dan
menganjurkan mereka agar tidak lupa untuk membangunkan anak dari mimpi
yang menakutkan.

3. Usia 5 tahun
a. Memberikan pengertian bahwa usia 5 tahun merupakan periode yang
relatif lebih tenang dibandingkan masa sebelumnya.
b. Menyiapkan dan membantu anak memasuki lingkungan sekolah.
c. Mengingatkan imunisasi yang lengkap sebelum masuk sekolah.
d. Meyakinkan bahwa usia tersebut adalah periode tenang pada anak.
(Nursalam,2008)

D. Sex Education Pada Anak Pra Sekolah


1. Usia 2 sampai 3 tahun
Mulailah dengan menamakan bagian kelamin mereka dengan benar, sesuai
dengan nama yang sebenarnya, seperti “penis” dan “vagina.” Menggunakan
kata lain dan julukan untuk alat kelamin anak akan membingungkan mereka.
2. Usia 3 sampai 4 tahun
Anak mulai bertanya darimana bayi berasal. Tapi mereka belum mengerti
mengenai detail dari alat reproduksi tersebut, sehingga jawablah dengan
sederhana sesuai dengan usia mereka saja.
3. Usia 5 sampai 7 tahun
Mulailah dengan mengajari anak bagaimana cara membersihkan alat
kelaminnya setelah hadas kecil dan besar. Dianjurkan untuk bersuci terlebih
dahulu sebelum sholat atau membaca al – qur’an.
(ash-shubbi, 2012)

5. Imunisasi
Program anak pra-sekolah yaitu :
1. Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut
Pelayanan gigi dan mulut yang dilakukan oleh pelaksana pelayanan medic
ataupun kesehatan yang berwenang dalam bidang kesehatan gigi dan mulut, yang
dilaksanakan sendiri atau bersama menurut fungsinya masing-masing, guna
mengantisifasi proses penyakit gigi dan mulut dan permasalahannya secara
keseluruhan, yang dapat dilaksanakan dalam prosedur pelayanan di kamar praktek
dan dengan pembinaan kesehatan wilayah setempat. Pelayanan kesehatan gigi dan
mulut meliputi:
a. Pelayanan kesehatan gigi dasar paripurna yang terintegrasi dengan
program-program lain di Puskesmas adalah pelayanan kesehatan gigi esensial
yang terbanyak dibutuhkan oleh masyarakat dengan mengutamakan upaya
peningkatan dan pencegahanpenyakit gigi.
b. Pelayanan kesehatan gigi khusus adalah upaya perlindungan khusus,
tindakan, pengobatan dan pemulihan masalah kesehatan gigi dan mulut serta
pelayanan asuhansistemik kesehatan gigi dan mulut.

Tujuan
a. Tujuan Umum
Pelayanan kesehatan gigi dan mulut adalah meningkatkannya partisipasi anggota
masyarakat dan keluarganya untuk bersama-sama mewujudkan tercapainya
derajat kesehatan gigi dan mulut masyarakat yang optimal
b. Tujuan Khusus.
1. Meningkatnya kesadaran, sikap dan prilaku masyarakat dalam kemampuan
pemeliharaan diri di bilang kesehatan gigi dan mulut dalam mencari
pertolongan sedini mungkin.
2. Meningkatkan kesehatan gigi pengguna jasa pelayanan, keluarga dan
komunikasinya.
3. Terselenggaranya pelayanan medik gigi dan mulut yang berkualitas serta
melibatkan partisipasi keluarga terhadap perawatan.
4. Menghentikan perjalanan penyakit gigi dan mulut yang diderita.
5. Terhindarnya/berkurangnya gangguan fungsi kunyah akibat kerusakan
gigi dan mulut.
6. Mengurangi penderita karena sakit.
7. Mencegah timbul dan berkembangnya penyakit ke arah kecacatan.
8. Memulihkan kesehatan gigi dan mulut.
9. Menurunnya prevelensi penyakit gigi dan mulut yang banyak diderita
masyarakat terutama pada kelompok masyarakat yang rawan.

2. Pemberian Makanan Tambahan (PMT) Anak Prasekolah


Pemberian Makanan Tambahan merupakan salah satu komponen
penting Usaha Perbaikan Gizi Keluarga (UPGK) dan program yang dirancang
oleh pemerintah. PMT sebagai sarana pemulihan gizi dalam arti kuratif,
rehabilitatif dan sebagai sarana untuk penyuluhan merupakan salah satu bentuk
kegiatan pemberian gizi berupa makanan dari luar keluarga, dalam rangka
program UPGK. PMT ini diberikan setiap hari, sampai keadaan gizi penerima
makanan tambahan ini menunjukkan perbaikan dan hendaknya benar-benar
sebagai penambah dengan tidak mengurangi jumlah makanan yang dimakan
setiap hari dirumah. Pada saat ini program PMT tampaknya masih perlu
dilanjutkan mengingat masih banyak balita dan anak-anak yang mengalami
kurang gizi bahkan gizi buruk.

Makanan Anak Usia Prasekolah


Makanan anak sekolah perlu mendapat perhatian mengingat masih dalam masa
tumbuh kembang, maka keseimbangan gizinya harus dipertahankan supaya tetap
sehat. Anak usia 3-5 tahun merupakan usia dimana seorang anak akan mengalami
tumbuh kembang dan aktivitas yang sangat pesat dibandingkan dengan ketika ia
masih bayi. Kebutuhan zat gizi akan meningkat. Sementara pemberian makanan
juga akan lebih sering. Pada usia ini, anak sudah mempunyai sifat konsumen aktif,
yaitu mereka sudah bisa memilih makanan yang disukainya. Seorang ibu yang
telah menanamkan kebiasaan makan dengan gizi yang baik pada usia dini
tentunya sangat mudah mengarahkan makanan anak, karena dia telah mengenal
makanan yang baik pada usia sebelumnya. Oleh karena itu, pola pemberian
makanan sangat penting diperhatikan.
Apalagi jika di sekolah diarahkan pula oleh gurunya dengan praktik makan
makanan yang sehat secara rutin. Hal ini sangat menguntungkan seandainya ada
anak yang susah makan dan dengan petunjuk guru tentunya anak akan mengikuti.
Oleh karena itu program makan bersama di sekolah sangat baik dilaksanakan. Ini
merupakan modal dasar pengertian supaya anak mau diarahkan pada gizi yang
baik.

Tujuan Pemberian Makanan Tambahan


Pemberian makanan tambahan bertujuan untuk memperbaiki keadaan gizi pada
anak golongan rawan gizi yang menderita kurang gizi, dan diberikan dengan
kriteria anak balita yang tiga kali berturut-turut tidak naik timbangannya serta
yang berat badannya pada KMS terletak dibawah garis merah. Bahan makanan
yang digunakan dalam PMT hendaknya bahan-bahan yang ada atau dapat
dihasilkan setempat, sehingga kemungkinan kelestarian program lebih besar.
Diutamakan bahan makanan sumbar kalori dan protein tanpa mengesampingkan
sumber zat gizi lain seperti: padi-padian, umbi-umbian, kacang-kacangan, ikan,
sayuran hijau, kelapa dan hasil olahannya.

Komposisi PMT
Menurut Departemen Kesehatan RI seperti yang dikutip oleh Judiono (2003)
bahwa prasyarat pemberian makanan tambahan pada anak usia pra sekolah adalah
nilai gizi harus berkisar 200–300 kalori dan protein 5–8 gram, PMT berupa
makanan selingan atau makanan lengkap (porsi) kecil, mempergunakan bahan
makanan setempat dan diperkaya protein nabati/hewani, mempergunakan resep
daerah atau dimodifikasi, serta dipersiapkan, dimasak, dan dikemas dengan baik,
aman memenuhi syarat kebersihan serta kesehatan. Pemberian makanan tambahan
(PMT) diberikan dengan frekuensi minimal 3 kali seminggu selama 100–160 hari.

3. Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS)


CPTS merupakan salah satu program untuk anak prasekolah. Mencuci tangan
dengan sabun dikenal juga sebagai salah satu upaya pencegahan penyakit. Hal ini
dilakukan karena tangan sering kali menjadi agen yang membawa kuman dan
menyebabkan pathogen berpindah dari satu orang ke orang lain, baik dengan
kontak langsung atupun kontak tidak langsung (seperti dari handuk, gelas dan
lain-lain). Tangan yang bersentuhan langsung dengan kotoran manusia dan
binatang ataupun cairan tubuh lain (dari droplet, ingus, makanan/minuman
terkontanimasi yng terdan lain-lain). Penyakit-penyakit yang dapat dicegah
dengan cuci tangan pakai sabun adalah diare, infeksi saluran pernapasan, infeksi
cacing, infeksi mata dan infeksi kulit.

4. Penanggulangan Gangguam Penglihatan dan Kebutaan (PGPK)


Program ini merupakan inisiatif global untuk menanggulangi gangguan
penglihatan dan kebutaan yang sebenarnya dapat dicegah/direhabilitasi. Program
ini dicanangkan di wilayah Asia Tenggara oleh Direktur Regional WHO Daerah
Asia Tenggara pada tanggal 30 September 1999. Pencanangan ini berarti
pemberian hak bagi setiap warga negara Indonesia untuk mendapatkan
penglihatan optimal.
Sebagai tindak lanjut atas pencanangan Vision 2020 dan mendukung
tercapainya Indonesia Sehat 2010, dipandang perlu menyusun rencana strategis
nasional yang bersifat lintas sektor dan lintas profesi. Oleh karena itu pada
pelaksanaannya perlu mengacu pada Undang-undangn yang berlaku, agar dapat
dilaksanakan secara komprehensif dan harmonis di pusat dan daerah. Undang-
undang yang dimaksud, diantaranya ialah Undang-undang Nomor 23 Tahun 1992
tentang kebutaan, Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintah
Daerah, dan Undang-undang Nomor 25 Tahun 1999 tentang Perimbangan
Keuangan Pusat dan Daerah.

Tujuan
a. Tujuan Umum
Meningkatkan derajat kesehatan indera penglihatan guna mewujudkan
manusia Indonesia yang berkualitas
b. Tujuan Khusus:
1. Meningkatnya upaya pelayanan kesehatan indera penglihatan.
2. Tersedianya sumber dana yang memadai dari pemerintah, swasta
dan masyarakat di bidang kesehatan indera penglihatan.
3. Tersedianya fasilitas pelayanan kesehatan indera penglihatan yang
bermutu dan terjangkau sampai ke tingkat kabupaten/kota.
4. Tersedianya sistem informasi dan komunikasi timbal-balik terpadu
dalam upaya kesehatan indera penglihatan.
5. Meningkatnya sumber daya manusia (dokter spesialis mata,
perawat mahir mata, refraksionis optisien, tenaga elektromedik, tenaga ahli
gizi) di bidang kesehatan indera penglihatan dan terdistribusi secara
merata.
6. Meningkatnya peran serta dan pemberdayaan Pemda Propinsi dan
kabupaten/kota untuk kesehatan indera penglihatan.
7. Meningkatnya kemampuan dan mutu lembaga penyelenggara
pendidikan tenaga kesehatan di bidang kesehatan indera penglihatan.
8. Meningkatnya kepedulian masyarakat akan pentingnya kesehatan
indera penglihatan.
9. Mantapnya manajemen PGPK mulai dari Pusat, Propinsi sampai ke
daerah.

5. Kesehatan Lingkungan
Menggalakkan perilaku hidup bersih dan sehat dengan kegiatan antara lain :
a. Melaksanakan inspeksi sanitasi kesekolah dan lingkungan sekitar rumah tentang
air bersih, kamar mandi atau WC, tempat-tempat pengelolaan
makanan/minuman, dan pembuangan sampah.
b. Pengawasan dan pemberian pada kelompok masyarakat mengenai pemakai air,
tempat pengelolaan makanan/minuman.
c. Pembinaan tempat-tempat umum, agar masyarakat sadar bahwa kesehatan
lingkungan itu penting untuk dirinya sendiri.

DAFTAR PUSTAKA
Husein. 2012. Keperawatan komunitas. Salemba medika: Jakarta.

Ash-Shubbi, M. A. (2012). Seni Mendidik Dan Mengatasi Masalah Perilaku Anak


Secara Islami. Pustaka Al-Fadhilah.

Ekomadyo, I. J. (2009). 22 Prinsip Komunikasi Efektif Untuk Meningkatkan Minat


Belajar Anak. Bandung: Simbiosa Rekatama Media.

Fitriah dan Hasinuddin, M. (2010). Modul Anticipatory Guidance Terhadap Masa


Preschool.

Nursalam dkk. 2008. Asuhan Keperawatan Bayi dan Anak untuk perawat dan
Bidan.Jakarta: Salemba Medika

Anda mungkin juga menyukai