Anda di halaman 1dari 8

Analisis Suseptibilitas Magnetik Tanah Permukaan Sebagai

Proxy Indicator Tingkat Persebaran Polutan


(Studi Kasus : Kawasan Perkebunan Teh Sukawarna,
Kabupaten Subang)
Raka Adhiyatama*), Farhan Hamid Lubis, Muhammad Nur Firdaus Setiadi,
Dini Fitriani
Departemen Geofisika, Universitas Padjadjaran, Jalan Raya Bandung-Sumedang
Km. 21 Jatinangor, 45363, Jawa Barat
*)
raka14003@mail.unpad.ac.id

Abstrak
Sebagai kawasan wisata alam, jumlah kendaraan bermotor yang menuju Kabupaten Subang
memiliki intensitas yang relatif tinggi pada musim liburan. Partikel-partikel buangan kendaraan
bermotor akan terbawa angin lalu mengendap di perkebunan teh yang berada di pinggir jalan.
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui tingkat persebaran polutan berdasarkan data suseptibilitas
magnetik permukaan tanah pada lahan perkebunan teh Sukawarna, Kabupaten Subang. Pengambilan
sampel tanah dilakukan dalam dua lintasan masing masing sepanjang 45 meter dengan spasi 5 meter.
Lintasan 1 berjarak mulai dari 1 – 46 meter dari pinggir jalan dan lintasan 2 berjarak mulai dari 146
– 191 meter dari pinggir jalan. Parameter yang diukur adalah suseptibilitas magnetik menggunakan
alat Bartington Susceptibility Meter yang beroperasi pada dua frekuensi (470 Hz dan 4700 Hz) dan
analisis Scanning Electron Microscopy terhadap bulir magnetik sampel tanah hasil ekstraksi. Hasil
pengukuran suseptibilitas magnetik menggunakan Bartington Susceptibility Meter memiliki nilai
χLF berkisar antara 369,8 x 10-8 m3/kg – 911,6 x 10-8 m3/kg pada lintasan 1. Sedangkan pada lintasan
2 memiliki nilai χLF berkisar antara 288,9 x 10-8 m3/kg – 495,3 x 10-8 m3/kg. Hasil analisis Scanning
Electron Microscopy menunjukkan bahwa pada lintasan 1 dan lintasan 2 memiliki bulir magnetik
yang berbentuk relatif bulat dan hedral. Berdasarkan analisis Scanning Electron Microscopy, dapat
disimpulkan bahwa rentang nilai suseptibilitas magnetik antara 288,9 x 10-8 m3/kg - 911,6 x 10-8
m3/kg pada kawasan tersebut mengindikasikan mineral magnetik yang berasal dari aktivitas
antropogenik dan pedogenik.

Kata kunci : polutan, kendaraan bermotor, suseptibilitas magnetik, Scanning Electron Microscopy,
bulir magnetik

Pendahuluan lalang pada kawasan tersebut akan


Kabupaten Subang merupakan mengeluarkan partikel partikel
kawasan wisata alam yang dipadati buangan sisa hasil pembakaran yang
banyak wisatawan saat musim kemudian akan mengendap di area
liburan. Hal tersebut menyebabkan sekitarnya.
Kabupaten Subang memiliki Banyak metode yang dapat
intensitas lalu lintas kendaraan digunakan untuk mengkaji masalah
bermotor yang relatif padat. pencemaran tanah termasuk polutan
Kendaraan bermotor yang berlalu hasil kendaraan bermotor. Salah satu
metode yang bersifat cepat, mudah, Perkebunan teh tersebut berada di
murah dan non destruktif adalah daerah Sukawarna, Kabupaten
metode kemagnetan batuan Subang. Metode yang digunakan
(Bijaksana et al., 2013). Metode adalah metode kemagnetan batuan
kemagnetan batuan telah banyak dengan mengukur parameter
digunakan untuk mengkaji masalah suseptibilitas magnetik sampel tanah
pencemaran tanah seperti kajian sifat permukaan dan mengamati bulir
magnetik dan kandungan logam berat magnetik sampel tersebut
pada partikulat kendaraan bermotor menggunakan Scanning Electron
(Lu et al., 2005), kajian suseptibilitas Microscopy – Energy Dispersive X-
magnetik dan kontaminasi logam ray (SEM-EDX). Dengan demikian,
berat pada lahan pertanian di daerah sifat magnetik tanah permukaan dapat
Tadla (Baghdadi et al., 2011), dan teridentifikasi berdasarkan analisis
pemetaan suseptibilitas magnetik suseptibilitas magnetik, morfologi
untuk mengetahui keberadaan polutan dan komposisi dari bulir magnetik.
di sisi jalan (Hoffman et al., 1999). Metodologi

Gambar 1. Peta titik sampling tanah perkebunan teh Sukawarna Kab. Subang

Penelitian ini dilakukan untuk Area Penelitian


mengidentifikasi polutan pada Area penelitian terdiri dari dua
perkebunan teh di sisi jalan. lintasan yaitu lintasan 1 dan lintasan 2
dengan panjang lintasan masing ketebalan sekitar 1 cm menggunakan
masing sebesar 45 m. Adapun jarak sendok plastik dan dimasukkan ke
antar lintasan 1 dan lintasan 2 adalah dalam plastik.
sebesar 100 m. Sketsa lintasan
Pengukuran Suseptibilitas
pengukuran diilustrasikan pada
Magnetik
gambar 1. diatas.

Lintasan 1 dan lintasan 2


masing – masing terdiri dari 10 titik
pengukuran. Sehingga jumlah titik
pengukuran yaitu sebanyak 20 titik.
Titik awal lintasan 1 (S.1) memiliki
jarak 1 m dari jalan sedangkan titik
awal lintasan 2 (S.11) memiliki jarak Gambar 3. Bartington Magnetic
Susceptibility meter dengan sensor tipe B
146 m dari jalan.
(Bartington MS2B)

Pengambilan Sampel Sampel tanah permukaan


dimasukkan ke dalam holder dengan
diameter 1 inci dan tinggi 1 inci
seperti pada Gambar 2. Kemudian
massa sampel dalam holder tersebut
diukur. Lalu setiap sampel tanah
permukaan diukur nilai suseptibilitas
magnetiknya menggunakan alat
Gambar 2. Holder berisikan sampel tanah dan Bartington Magnetic Susceptibility
holder kosong
meter dengan sensor tipe B
Pengambilan sampel tanah
(Bartington MS2B). Alat tersebut
dilakukan dengan spasi sebesar 5 m di
bekerja dalam dua frekuensi, yaitu
setiap lintasan. Sampel tanah yang
frekuensi rendah (470 Hz) dan
diambil merupakan sampel tanah
frekuensi tinggi (4700 Hz). Nilai
permukaan dengan jumlah sebanyak
suseptibilitas magnetic yang diukur
10 buah sampel per lintasan. Sampel
pada frekuensi rendah disebut χLF,
tanah tersebut diambil dengan
sedangkan suseptibilitas magnetic
yang diukur pada frekuensi tinggi Dasar Teori
disebut χHF. Perbedaan relatif nilai Metode Kemagnetan Batuan
χLF dan χHF akan menghasilkan Metode kemagnetan batuan
parameter xfd, suseptibilitas merupakan ilmu yang mempelajari
magnetik bergantung frekuensi yang sifat magnetik substansi alamiah
dapat diungkapkan dalam prosentase seperti batuan, sedimen, tanah, debu,
sebagai χFD(%). Nilai χFD(%) dan partikulat halus lainnya di udara
diperoleh berdasarkan persamaan (Bijaksana et al., 2013). Awalnya
berikut : metode kemagnetan batuan
digunakan untuk mengkaji
kemagnetan purba dan kemagnetan
bumi yang terekam dalam bentuk
Pengukuran SEM-EDX remanen pada batuan atau sedimen.
Pada tahun 1980an, metode
Sampel tanah permukaan
kemagnetan batuan digunakan untuk
diseleksi berdasarkan nilai
kajian lingkungan yang dipelopori
suseptibilitas magnetik tertinggi dan
oleh Thompson dan Oldfield (1986)
terendah. Setelah itu, sampel hasil
melalui publikasinya yang berjudul
seleksi tersebut diekstraksi dengan
The term environmental magnetism.
cara melarutkan sampel
Kajian lingkungan tersebut meliputi
menggunakan aqua bidest pada
perubahan iklim dan mendeteksi
tabung sentrifugasi. Setelah itu,
pencemaran lingkungan yang bersifat
magnet ditempelkan pada sampel
proxy. Pada metode kemagnetan
tanah permukaan hasil pelarutan
batuan untuk kajian lingkungan,
sehingga didapat bulir magnetik.
objek penelitian yang diukur berupa
Bulir magnetik kemudian diamati
tanah, sedimen, dan debu dimana
morfologi dan kompisisinya dengan
objek tersebut akan diidentifikasi sifat
metode SEM-EDX menggunakan alat
kemagnetannya. Adapun jenis
Hitachi TM3000 Tabletop Scanning
pengukuran yang dilakukan pada
Electron Microscopy.
metode kemagnetan batuan adalah
pengukuran suseptibilitas magnetik,
Isothermal Remanent Magnetization
(IRM), Anhysteretic Remanent magetik berbasis massa didefinisikan
Magnetization (ARM), dan kurva sebagai :
histeresis. χ = κ/ρ
Suseptibilitas Magnetik
dimana ρ merupakan bulk density
Suseptibilitas magnetik
yang merupakan massa sampel (kg) /
merupakan parameter yang paling
volume sampel (m3).
umum digunakan sebagai indikator
Sumber Mineral Magnetik Pada
sifat kemagnetan suatu material. Pada
Tanah
kajian pencemaran tanah, parameter
ini digunakan sebagai proxy indicator Mineral magnetik pada tanah
zat polutan dalam bentuk mineral dapat bersumber dari proses
magnetik (Estevanus., 2015). Nilai pedogenik atau aktivitas
suseptibilitas magnetik tersebut antropogenik. Proses pedogenik
dipengaruhi oleh jenis mineral merupakan proses pembentukkan
magnetik, konsentrasi mineral tanah. Sumber tanah tersebut berasal
magnetik, serta bentuk dan ukuran dari pelapukkan batuan yang

bulir mineral magnetik. disebabkan oleh pengaruh iklim,


organisme dan proses kimiawi. Setiap
Pengukuran suseptibilitas
batuan memiliki jenis mineral tertentu
magnetik terdiri dari 2 jenis yaitu
sehingga mineral magnetik yang
suseptibilitas magnetik berbasis
bersumber dari proses pedogenik
volume () dan suseptibilitas
berasal dari mineral pada batuan yang
magnetik berbasis massa (). Secara
lapuk. Sedangkan mineral magnetik
metematis, suseptibilitas magnetik
yang bersumber dari aktivitas
berbasis volume didefinisikan
antropogenik disebabkan oleh
sebagai :
aktivitas manusia seperti buangan
κ = M/H kendaraan bermotor, kegiatan

dimana M merupakan magnetisasi industri, dan pembakaran sampah.

yang dihasilkan sampel dan H


merupakan medan magnet yang
diberikan. Sedangkan suseptibilitas
Pembahasan bermotor dimana sumber ini berperan

Suseptibilitas magnetik sebagai polutan (Bijaksana., 2002).

frekuensi rendah (χLF) pada kedua Pengukuran nilai suseptibilitas


lintasan memiliki nilai yang magnetik dalam dua frekuensi
bervariasi. Pada lintasan 1, nilai menunjukkan bahwa sampel tanah
suseptibilitas magnetik (χLF) permukaan pada kedua lintasan
memiliki rentang dari 369.8 x 10-8 memiliki prosentase χFD (%) kurang
m3/kg sampai 911.6 x 10-8 m3/kg. dari 4 %. Prosentase χFD (%) dengan
Sedangkan pada lintasan 2, rentang rentang 1-4% sering ditemukan pada
nilai suseptibilitas magnetik (χLF) tanah yang terkontaminasi (Bijaksana
dimulai dari 288.9 x 10-8 m3/kg et al., 2009). Berdasarkan hal
sampai 495.3 x 10-8 m3/kg. tersebut, maka keberadaan mineral
Berdasarkan data tersebut, lintasan 1 magnetik pada kedua lintasan diduga
memiliki nilai suseptibilitas magnetik bersumber dari aktivitas
(χLF) yang lebih tinggi dibandingkan antropogenik.
dengan lintasan 2. Nilai suseptibilitas
magnetik (χLF) yang relatif tinggi
mengindikasikan adanya akumulasi
mineral magnetik dengan konsentrasi/
jumlah yang relatif tinggi
sebagaimana dikutip dari Kartika et
al., (2014). Dengan demikian,
lintasan 1 memiliki akumulasi
mineral magnetik dengan konsentrasi/
jumlah yang lebih tinggi
dibandingkan lintasan 2.

Akumulasi mineral magnetik


tersebut dapat terjadi akibat proses
pedogenik atau aktivitas antropogenik
seperti aktivitas rumah tangga,
industri, dan buangan kendaraan
Pustaka
E. K. Huliselan, 2015. Pemetaan daerah
pencemaran antropogenik berbasis
Suseptibilitas magnetik, Prosiding Seminar
Nasional Fisika (E-Journal) SNF 2015 p.49-
54.

Kartika H. Kirana et. al., 2014. Sifat


magnetik sedimen sungai sebagai indikator
Pencemaran (studi kasus : sungai citarum
kabupaten Karawang), Spektra: Jurnal Fisika
dan Aplikasinya, Vol.15 No.2 p.99 – 101.

V. Hoffmann et. al., 1999. Magnetic


susceptibility mapping of roadside pollution
Journal of Geochemical Exploration 66
(1999) p. 313–326

John Dearing, 1999. Environmental


Magnetic Susceptibility Using the Bartington
MS2 System, British Library.

S. Bijaksana, Analisa mineral magnetik


dalam
masalah lingkungan, Jurnal Geofisika, 1,
(2002), p. 19-27.

Sitasi bijaksana blm ketulis

Anda mungkin juga menyukai