Anda di halaman 1dari 12

PROFIL HUNTAP

KARANGKENDAL, PAGERJURANG DAn BATUR

Upaya rehablitasi dan rekonstruksi permukiman di Melalui koordinasi dan sinkronisasi dalam perencanaan,
wilayah terkena bencana dilakukan dalam rangka pelaksanaan dan pemantauan antara pemerintah pusat,
mencegah, menghindari dan meminimalkan terjadinya pemerintah daerah serta lembaga non pemerintah, baik
kerusakan akibat bencana yang akan terjadi serta yang lokal maupun internasional, pelaksanaan kegiatan
mengurangi terjadinya korban jiwa. Pascaerupsi Merapi relokasi dapat berjalan baik. Kini kelompok masyarakat
2010, kegiatan rehabilitasi dan rekonstruksi sektor penerima bantuan di Kabupaten Sleman dan Magelang
perumahan dan permukiman dilaksanakan dengan sudah menempati rumah yang tahan gempa yang
pendekatan relokasi penduduk dari Kawasan Rawan tersebar di 18 permukiman baru di Sleman dan 9
Bencana (KRB) ke area yang lebih aman dengan skema permukiman di Magelang. Lingkungan permukiman
REKOMPAK. Kegiatan relokasi tidak hanya dimaknai mereka juga lebih tertata dengan baik. Karangkendal,
sekedar memindahkan hunian warga dari area bahaya Batur dan Pagerjurang merupakan permukiman hasil
ke tempat yang lebih aman tetapi juga memindahkan kegiatan relokasi dengan skema REKOMPAK.
kehidupan warganya.

1
KARANGKENDAL
Hunian Tetap Karangkendal, Desa Umbulharjo, Kecamatan Cangkringan, Kabupaten Sleman Daerah Istimewa
Yogyakarta memiliki luas wilayah 13.365 m2 dengan 81 KK. Infrastruktur yang telah dibangun :

Status Data MIS : 14 Maret 2013


Jenis Kegiatan Infrastruktur Jumlah Kegiatan Volume/Dimensi Satuan
Drainase, Selokan, SAH, SAL 2 45023 m
Other - Penangkal Petir 1 1 unit
Reboisasi/Penghijauan (RTH) 1 900 btg
Box/Plat Decker 1 10 unit
Jalan - Paving Blok 1 920 m
Talud 1 552.7 m

Fasilitas Umum / Fasilitas Sosial Jumlah Volume/Dimensi Satuan


Masjid 1 11 x 7 m
PAUD 1 6 x 16 m
Balai Pertemuan Warga 1 6 x 15 m
Tempat Pembuangan Sampah 1 81 KK
Kandang kelompok 2 40 x 9.75 m
Tempat Pembuangan Sampah Terpadu 1 4 x 11 m
Listrik 81 81 KK

2
Rumah warga Karangkendal Gedung Pendidikan Anak Usia
Dini (PAUD)

3
Jalan permukiman Karangkendal

Lingkungan yang lebih tertata

Bantuan rumah yang sudah


berkembang

4
PAGERJURANG
Hunian Tetap Pagerjurang Desa Kepuharjo, Kecamatan Cangkringan, Kabupaten Sleman Daerah Istimewa Yogyakarta
memiliki luas wilayah 49.665 m2 dengan 301 KK. Infrastruktur yang telah dibangun :

Status Data MIS : 14 Maret 2013


Jenis Kegiatan Infrastruktur Jumlah Kegiatan Volume/Dimensi Satuan
Drainase, Selokan, SAH, SAL 3 3909 m
IPAL, Septicktank Komunal 3 6 unit
Jalan 3 3448 m
Persampahan, TPA, Gerobak Sampah 4 312 unit
Reboisasi/Penghijauan 3 3600 btg
Talud 3 2508 m

Fasilitas Umum / Fasilitas Sosial Jumlah Volume/Dimensi Satuan


Masjid 1 16 x 16 m2
Rumah Produksi / Usaha 1 50 m2
Balai Warga 2 1 unit
Gedung Serbaguna 1 1 unit
Tempat Pembuangan Sampah Terpadu 1 12 x 7 m2
Kandang kelompok 5 5 unit
Listrik 301 301 unit

5
Balai warga Masjid tempat ibadah warga

6
Fasilitas pengolahan kompos dari
limbah ternak di kandang komunal

Rumah warga Pagerjurang

Talud dan drainase

7
BATUR
Hunian Tetap Batur, Desa Kepuharjo, Kecamatan Cangkringan, Kabupaten Sleman Daerah Istimewa Yogyakarta
memiliki luas wilayah 33.660 m2 dengan 204 KK. Infrastruktur yang telah dibangun :

Status Data MIS : 14 Maret 2013

Jenis Kegiatan Infrastruktur Jumlah Kegiatan Volume/Dimensi Satuan


Box/Plat Decker 3 30 unit
Drainase, Selokan, SAH, SAL 2 1691 m
Instalasi Air Bersih 1 209 unit
Jalan - Cor Beton/Blok 21 1249 m
Talud 3 2869,35 m

Fasilitas Umum / Fasilitas Sosial Jumlah Volume/Dimensi Satuan


Masjid 1 14 x 14 m
Taman Bacaan dan Play Ground 1 482 m2
Balai Warga 1 14 x 14 m
Tempat Pembuangan Sampah 1 181 KK
Kandang kelompok 4 40x 9.75 m
Listrik 204 204 KK
Biogas 1 9 m3

8
Masjid yang didanai Surat Kabar Infrastruktur Jalan
Kedaulatan Rakyat

9
Kandang Komunal untuk ternak
warga

Sudut permukiman sebelum


pembangunan jalan

Infrastruktur jalan dan drainase

10
BETWEEN TWO GATES
KOTAGEDE
Gempa bumi 27 Mei 2006 di Daerah istimewa Yogyakarta Berbeda dengan pelaksanaan pembangunan fisik
dan Provinsi Jawa Tengah menyebabkan ribuan bangunan umumnya yang berangkat dari kebutuhan fungsionalnya.
dan infrastruktur hancur dan rusak. Pada mulanya, Salah satu kegiatan pelestarian pusaka yang telah
konsentrasi rehabilitasi dan rekonstruksi pascagempa dilaksanakan oleh REKOMPAK adalah merehabilitasi tata
hanya fokus pada pemenuhan kebutuhan tempat tinggal lingkungan Between Two Gates.
yang aman dari bencana dan kurang memperhatikan
aspek-aspek kultural maupun arsitektural pada bangunan Dalam bahasa Indonesia, Between Two Gates diartikan
yang bernilai sejarah. Tetapi pada akhir 2008, wacana sebagai “Di Antara Dua Gerbang”. Frasa ini digunakan
tentang pentingnya perlindungan terhadap nilai-nilai untuk menyebut salah satu bentuk sistem tata lingkungan
pusaka (heritage) mulai berkembang dan sejak itu kampung d Kotagede, khususnya di Kampung Alun-alun RT
REKOMPAK peduli pada upaya pelestarian kawasan pusaka. 37 RW 09 Kelurahan Purbayan. Menurut tahun yang tertera
di tembok pintu gerbang sebelah timur, permukiman ini
Penanganan pusaka (heritage) mempunyai beberapa sudah ada semenjak tahun 1840, termasuk di antaranya
kekhususan terutama pada aspek pelestariannya. Substansi rumah saudagar Atmosoeprobo.
pekerjaan dalam penanganan pusaka lebih didominasi
nuansa rehabilitasi dan pengamanan bangunan fisik yang Sembilan rumah itu berjejer, membujur dari arah timur ke
sudah ada sebelumnya karena itu praktek pelestarian barat yang sebagian besar bergaya arsitektur jawa. Pada
harus berangkat dari pemahaman atas kondisi fisik pusaka ujung timur berbatasan dengan permukiman warga Alun-
yang ada. alun, sedangkan di ujung barat langsung berhubungan
dengan Jalan Watu Gatheng.

11
Jalur Between Two Gates

Di sepanjang jalur Between Two Gates, terdapat jalur jalan sejumlah rumah joglo, terdiri dari dalem dan pendhapa
rukunan yang membagi ke arah utara-selatan. Lebar jalan yang berjajar dalam satu deret. Longkangan atau ruang
rukunan tersebut antara 1,5 meter hingga 2,5 meter dan antara dalem dan pendhapa dari rumah-rumah tersebut
diperkeras dengan bahan bangunan yang beragam. Pada sambung menyambung sehingga berwujud sebuah gang
setiap penggal jalan pada rumah tertentu, ornamennya atau lurung sate dengan pintu gerbang di ujung-ujungnya,
berbeda dengan rumah yang lain. Beragamnya ornamen yakni gerbang barat dan gerbang timur. Hal itulah
jalan tersebut dapat menunjukkan hak milik pribadi pada yang memunculkan penyebutan terhadap lingkungan
setiap rumah. Kemudian pada jalan rukunan tersebut demikian. Meski baru, namun frasa Between Two Gates
juga banyak dijumpai tadhah alas pada tritis-tritis rumah sudah menjadi popular dalam pembicaraan tentang
penduduk. Tadhah alas pada tritis itu senantiasa muncul di permukiman Kotagede.
depan jendela. Tadhah tersebut mempunyai fungsi sosial
untuk memomong anak atau sekedar ketemu tetangga Perlu dipahami, bahwa Between Two Gates bukan bentukan
untuk mengobrol. fisik lingkungan semata. Namun pada kenyataannya,
lingkungan tersebut tumbuh bersama tradisi waris dan
Frasa Between Two Gates ini termasuk baru, yaitu kekerabatan di antara warga penghuninya. Karena semula
dimunculkan oleh Ir. Ra. Wondoamiseno dan Ir. Sigit Sayogo lahan sederet rumah tadi berasal dari tanah satu keluarga,
Basuki beserta Tim Peneliti dari Jurusan Teknik Arsitektur atau satu kelompok penduduk inti Kotagede yaitu
Universitas Gajah Mada. Mereka melakukan penelitian keturunan abdi dalem.
pada tahun 1986, kemudian sentuhan yang dilakukan Ir.
Wondoamiseno untuk mempermanis kawasan tersebut Berbeda dengan magersari yang menunjukkan strata
dengan memberikan aksen pintu kayu ragam kupu tarung sosial yang kontras, komunitas Between Two Gates adalah
sebagai penanda pada koridor antar tritis rumah dengan dari keluarga dengan status sosial yang setara. Menurut
warna cat hijau khas. para sejarawan, para penduduk awal di kawasan Between
Two Gates adalah pengikut setia Pangeran Diponegoro.
Pada prinsipnya, Between Two Gates adalah satuan
lingkungan terkecil permukiman yang bersifat semi (Dikutip dari buku TOPONIM, penerbit Direktorat Jenderal
tertutup karena diapit oleh gerbang-gerbang pada kedua Cipta Karya, Kementerian Pekerjaan Umum 2011)
ujungnya. Satuan lingkungan tersebut terbentuk dari

Diterbitkan oleh:
Satuan Kerja Rehabilitasi/Rekonstruksi Rumah
Pasca Gempa Bumi DIY & Jateng
Ditjen Cipta Karya, Kementerian Pekerjaan Umum
Maret 2013
12

Anda mungkin juga menyukai