Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH ANALISIS LAPORAN KEUANGAN

“ANALISIS LABA KOTOR”

DISUSUN OLEH

KELOMPOK 3

 EMERENSIANA IDA 15 401 026


 MARIA STEVYANTI 15 401 030
 ABD RAIS 15 401 101
 FITRATULLAH 15 401 119
 MARGARETA LEPAN 15 401 103
 SKOLASTIKA HARMINI 15 401 152
 GUALBERTUS IVANDI 15 401 158
 DEWILIANI KURNIASARI 15 401 165
 YOHANES KASAT 15 401 217

SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI ( STIE )

YAYASAN PENDIDIKAN UJUNG PANDANG

MAKASSAR

2018
A. PENGERTIAN ANALISIS LABA KOTOR

Laba atau keuntungan merupakan salah satu tujuan utama perusahaan dalam menjalankan
aktivitasnya. Pihak manajemen selalu merencanakan besar perolehan laba setiap periode, yang
ditentukan melalui target yang harus dicapai.

Penentuan target laba sangat penting agar para manajemen perusahaan termotivasi untuk bekerja
secara maksimal dalam mengelolah sumber daya yang dimilikinya. Sebaliknya apabila target laba
tidak diperoleh, akan berdampak cukup serius bagi perusahaan. Dalam jangka pendek mungkin
tidak terlalu berpengaruh, kecuali perusahaan mengalami kerugian besar. Hanya saja jika target
laba tidak tercapai pihak manajemen tidak memperoleh insentif berupa bonus perusahaan.
Namun, dalam jangka panjang mungkin akan mengakibatkan banyak kerugian ,misalnya
kemugkinan perusahaan akan mengurangi jumlah karyawan dengan jalan pemutusan hubungan
kerja, atau mungkin yang terparah adalah perusahaan mengalami kebangkrutan karna tidak
mampu lagi membiayai aktivitasnya.

Dalam praktiknya, laba yag diperoleh perusahaan teriri dari dua macam yaitu;

1. Laba kotor (gross profit)


2. Laba bersih (net profit)

Laba kotor artinya laba yang diperoleh sebelum dikurangi biaya-biaya yang menjadi beban
perusahaan.

Analisis ini penting guna mengetahui dan memahami penyebab terjadinya perolehan laba kotor
tersebut, kemudian guna memutuskan tindakan apa yang harus dilakukan ke depan.

Secara umum pengertian analisis laba kotor adalah analisis yang digunakan untuk mengetahui
jumlah laba kotor dari periode ke satu periode, serta sebab-sebab berubahnya laba kotor tersebut
antara dua atau lebih periode.

Untuk melakukan analisis laba kotor, diperlukan berbagai data perusahaan. Adapun data yang
dibutuhkan untuk melakukan analisis laba kotor adalah

1. Target yang telah ditetapkan


2. Pencapaian hasil laba pada periode tersebut
3. Laba pada beberapa periode sebelumnya.
B. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI LABA KOTOR

Dalam praktiknya perolehan laba perusahaan tiap periode tidak sama atau selalu berbeda-beda.
Untuk melihat perubahan laba suatu perusahaan, terutama dalam pembahasan ini adalah
perubahan laba kotor, perlu dilakukan analisis laba kotor.

Dalam praktiknya perubahan yang terjadi laba kotor disebabkan dua faktor, yaitu:

1. Faktor penjualan
2. Faktor harga pokok penjualan.

Penjualan maksudnya adalah jumlah omzet barang atau jasa yang dijual, baik dalam unit ataupun
dalam rupiah. Besar kecilnya penjualan ini penting bagi perusahaan sebagai awal dalam
melakukan analisis.

Sementara itu, penjualan dipengaruhi oleh;

1. Faktor harga jual


2. Faktor jumlah barang yang dijual

Harga jual adalah harga persatuan atau unit atau per kilogram atau lainnya produk yang dijual di
pasaran. Penyebab berubahnya harga jual adalah perubahan nilai harga juak per satuan.
Sementara jumlah barang yang dijual maksudnya adalah banyaknya kuantitas atau jumlah barang
(volume) yang dijual dalam satu periode.

Harga pokok penjualan adalah harga barang atau jasa sebagai bahan baku atau jasa untuk menjadi
barang dengan ditambah biaya-biaya yang berkaitan dengan harga pokok penjualan tersebut.

Harga pokok penjualan dipengaruhi oleh;

1. Harga pokok rata-rata


2. Jumlah barang yang dijual

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa perubahan laba kotor disebabkan tiga faktor berikut
ini.

1. Berubahnya harga jual


2. Berubahnya jumlah kuantitas (volume) barang yang dijual
3. Berubahnya harga pokok penjualan.
C. MANFAAT ANALISIS LABA KOTOR

Analisis laba kotor merupakan salah satu kegiatan yang sangat penting bagi manajemen guna
mengambil keputusan untuk masa sekarang dan yang akan datang.

Secara umum manfaat yang dapat diperoleh dari analisis laba kotor adalah:

1. Untuk mengetahui penyebab turunnya harga jual


2. Untuk mengetahui penyebabnya naiknya harga jual
3. Untuk mengetahui penyebab turunnya harga pokok penjualan
4. Untuk mengetahui penyebab naiknya harga pokok penjualan
5. Sebagai bentuk pertanggungjawaban bagian penjualan akibat naik turunnya harga jual
6. Sebagai bentuk pertanggungjawaban bagian produksi akibat naik turunnya harga pokok
7. Sebagai salah satu alat ukur untuk menilai kinerja manajemen dalam suatu periode
8. Sebagai bahan untuk menentukan kebijakan manajemen ke depan dengan mencermati
kegagalan atau kesuksesan pencapaian laba kotor sebelumnya.

D. CONTOH ANALISIS LABA KOTOR

kasus 1

PT Yumiko Maharani Tbk. Memiliki laporan laba rugi tahun 2006 dan 2007 dan harga jual
persatuan, harga pokok persatuan serta jumlah barang yang dijual dari kedua periode tersebut
yaitu sebagai berikut :

komponen Tahun 2006 Tahun 2007


Penjualan bersih RP 100.000,00 RP 165.000,00
Harga pokok penjualan RP 75.000,00 RP 110.000,00
Laba kotor RP 25.000,00 RP 50.000,00
Jumlah barang yang dijual 1000 unit 1.100 unit
Harga persatuan RP 100,00 RP 150,00
Harga pokok persatuan RP 75,00 RP 100,00

langkah pertama: membuat tabel perubahan

Komponen Tahun 2006 Tahun 2007 kenaikan


Penjualan bersih RP 100.000,00 RP 165.000,00 RP 65.000,00
Harga pokok penjualan RP 75.000,00 RP 110.000,00 RP 35.000,00
Laba kotor RP 25.000,00 RP 50.000,00 RP 30.000,00
Jumlah barang yang dijual 1000 unit 1.100 unit 100 unit
Harga persatuan RP 100,00 RP 150,00 RP 50,00
Harga pokok persatuan RP 75,00 RP 100,00 RP 25,00
Langkah kedua : menganalisis sebab-sebab perubahan

1. Karena faktor penjualan


Penjualan tahun 2007 = RP 165.000,00
Jumlah penjualan tahun 2007 x harga jual tahun 2006
1.100 unit x Rp 100 = Rp 110.000,00
Kenaikan laba kotor karena perubahan
Harga jual = Rp 55.000,00
Cara lain adalah:
Jumlah penjualan 2007 x (harga jual 2007 – harga jual 2006)
Qt2 (Pr2 – Prl)
1.100 (Rp 150 – Rp 100) = Rp 55.000,00

2. Karena jumlah (kuantitas) penjualan


Jumlah penjualan tahun 2007 x harga jual 2006
110.000 unit x Rp 100 = Rp 110.000,00
Penjualan tahun 2006 = Rp 100.000,00
Kenaikan laba kotor karena perubahan
Jumlah penjualan = Rp 10.000,00
Cara lain adalah:
Prl (Qt2 – Qt21)
Harga jual 2006 x (jumlah penjualan 2007 – jumlah penjualan 2006)
Rp 100 (1.100 unit – 1.000 unit) = Rp 10.000,00

3. Karena harga pokok penjualan


Harga pokok penjualan tahun 2007 = Rp 110.000,00
Jumah penjualan tahun 2007 x harga pokok 2006
1.100 unit x Rp 75 = Rp 82.500,00
Kenaikan laba kotor karena perubahan
Harga pokok (= Rp 27.500,00)
Cara lain adalah:
Qt2 (Hpp2 – Hpp1)
Jumlah penjualan 2007 x (harga pokok 2007 – harga pokok 2006)
1.100 (Rp 100 – Rp 75) = Rp 27.500,00
4. Karena jumlah (kuantitas) penjualan
Jumlah penjualan tahun 2007 x harga jual 2006
1.100 unit x Rp 100 = Rp 82.500,00
Penjualan tahun 2006 = Rp 75.000,00
Kenaikan laba kotor karena perubahan jumlah
Penjualan (= Rp 7.500,00)
Cara lain adalah:
Qtl (Hpp2 – Hpp1)
Harga jual 2005 x (jumlah penjualan 2007 – jumlah penjualan 2006)
Yakni Rp 75 (1.100 unit – 1.000 unit) = Rp 7.500,00
Langkah Ketiga : Membuat Laporan Perubahan Laba Rugi
Berikut ini laporan perubahan laba kotor.

PT Yumiko Maharani Tbk.


Laporan Perubahan Laba Kotor
Akhir Tahun 2007 dengan 2006

1. Kenaikan penjualan diakibatkan :


Kenaikan harga jual Rp 55.000,00
Kenaikan kuantitas penjualan Rp 10.000,00
Rp 65.000,00
2. Kenaikan harga pokok penjualan diakibatkan :
Kenaikan harga pokok per unit Rp 27.500,00
Kenaikan kuantitas harga pokok Rp 7.500,00
Rp 35.000,00
3. Kenaikan laba kotor Rp 30.000,00
Di samping cara yang diatas kenaikan baik oleh faktor harga jual maupun pokok penjualan,
dapat pula dilakukan analisis dengan cara lain. Analisis lain yang dimaksud adalah karena faktor:
1. Kuantitas penjualan
2. Harga jual, dan
3. Kuantitas penjualan dengan harga jual.
Dari kasus di atas dapat dianalisis sebagai berikut :

Contoh 1
Faktor kuantitas penjualan, yaitu kenaikan penjualan yang disebabkan oleh naiknya kuantitas
(jumlah) penjualan jika tidak ada kenaikan harga jual.
Harga persatuan 2006 Rp 100,00
Kenaikan kuantitas 100 unit
Kenaikan laba kotor karena kuantitas penjualan jika tidak ada kenaikan harga jual adalah :
Rp 100 x 100 unit = Rp 10.000,00
Dengan demikian, dapat disimpulkan sebagai berikut.

1. Kenaikan laba kotor karena kuantitas penjualan,


Rp 100,00 x 100 unit ............................ = Rp 10.000,00

Selanjutnya, kenaikan harga pokok Rp 35.000,00 disebabkan oleh faktor-faktor sebagai berikut.
1. Faktor kuantitas
Kenaikan harga pokok disebabkam kenaikan kuantitas dengan asumsi tidak ada kenaikan harga
pokok :
Harga pokok 2006 Rp 75,00
Kenaikan kuantitas 100 unit
Kenaikan karena faktor kuantitas (Rp 75,00 x 100 unit) = Rp 7.500,00
2. Faktor harga pokok
Kenaikan harga pokok disebabkan kenaikan harga pokok per unit dengan asumsi tidak ada
kenaikan dalam kuantitas.
Kenaikan Harga pokok per unit Rp 25,00
Kuantitas yang dijual 2006 1.000 unit
Kenaikan karena faktor harga pokok (Rp 25,00 x 1.000 unit) = Rp 25.000,00
3. Faktor Kuantitas dan harga pokok
Kenaikan harga pokok per unit kali kenaikan kuantitas.
Kenaikan harga pokok per unit Rp 25,00
Kenaikan kuantitas yang dijual 100 unit
Rp 25,00 x 100 unit = Rp2.500,00
Dengan demikian dapat disimpulkan sebagai berikut
Kenaikan karena faktor kuantitas
(Rp 75,00 x 100 unit) .................................. = Rp 7.500,00
Kenaikan karena faktor harga pokok
(Rp 25 x 1000 unit) ...................................... = Rp 25.000,00
Jadi jumlah kenaikan harga pokok penjualan adalah = Rp 35.000,00

E. PERENCANAAN LABA KOTOR

Membuat rencana laba suatu perusahaan merupakan kewajiban yang harus dilakukan oleh suatu
usaha sebelum suatu kegiatan dijalankan. Dalam membuat rencana laba, perlu terlebih dulu
ditentukan atau dianggarkan target laba yang ingin dicapai, baru kemudian disusun harga jual
yang harus dipasang.
Penyusunan rencana anggaran atau bujet yang akan dijalankan oleh suatu perusahaan haruslah
mempertimbangkan berbagai faktor yang dapat memengaruhi pencapaian target tersebut. Faktor-
faktor yang perlu dipertimbangkan antara lain:

1. Volume penjualan tahun sebelumnya;


2. Harga jual periode sebelumnya;
3. Kecenderungan permintaan terhadap produk yang ditawarkan dari tahun ke tahun;
4. Kondisi persaingan baik local maupun intenasional;
5. Kecenderungan inflasi secara umum;
6. Kondisi perekonomian pemerintah dan masyarakat;
7. Kecenderungan perubahan selera masyarakat;
8. Bujet promosi yang harus dianggarkan; dan
9. Pertimbangan lainnya.
Khususnya dalam menyusun anggaran laba kotor harus dipertimbangkan pula ketersediaan harga
pokok penjualan dan prediksi kenaikan harga pokok penjualandari tahun ke tahun sebelumnya.
Ketersediaan bahan baku penting mengingat apabila terjadi kelangkaan atau keterlambatan, akan
berakibat kepada harga jual dan jumlah barang yang dijual. Demikian pula dengan kenaikan
harga pokok penjualan.

Berikut ini bujet laba kotor PT Roy Akase untuk beberapa produk per unit.
Jenis produk Harga jual unit Harga pokok unit Laba kotor unit
Mawar Rp 120 Rp 80 Rp 40
Melati Rp 140 Rp 90 Rp 50
Kamboja Rp 170 Rp 100 Rp 70

Berikut ini bujet laba kotor PT Roy Akase untuk beberapa produk secara total.
Jenis produk Jumlah unit yang Laba kotor unit Laba kotor
dijual keseluruhan
Mawar 10.000 Rp 40 Rp 400.000
Melati 10.000 Rp 50 Rp 500.000
Kamboja 10.000 Rp 70 Rp 700.000

Penjualan dan harga pokok penjualan secara keseluruhan dapat digambarkan sebagai berikut
Jenis produk Total penjualan Harga pokok Laba kotor
penjualan keseluruhan
Mawar Rp 1.200.000 Rp 800.000 Rp 400.000
Melati Rp 1.400.000 Rp 900.000 Rp 500.000
Kamboja Rp 1.700.000 Rp 1.000.000 Rp 700.000
Jumlah Rp 4.300.000 Rp 2.700.000 Rp 1.500.000

Pertimbangan dalam penyusunan bujet laba tersebut adalah

1. Kondisi keuangan perusahaan saat ini dan ke depan serta peluang memperoleh sumber dana
tambahan bila dibutuhkan,
2. Kemampuan sumber daya manusia yang dimiliki perusahaan untuk mengelola kegiatan
perusahaan, baik kuantitas maupun kualitasnya
3. Kondisi persaingan untuk usaha atau produk yang sejenis, baik kondisi local maupun
internasional, baik yang berkaitan dengan harga jual maupun kualitas barang yang dijual
4. Prospek usaha yang akan dijalankan ke depan dengan melihat potensi pasar yang dimiliki ,
baik daya beli masyarakat maupun selera masyarakat
5. Pencapaian laba tahun-tahun sebelumnya, sebagai ukuran untuk menentukan target laba ke
depan
6. Kondisi ekonomi secara umum, terutama yang berkaitan dengan ketersediaan bahan baku,
inflasi, dan kebijakan pemerintah lainnya
7. Kondisi keamanan secara umum sehingga masyarakat tetap aman menjalankan aktivitas
kesehariannya tanpa adanya rasa takut atau gangguan yang tidak perlu
8. Pertimbangan lainnya.
Jika dibandingkan dengan realisasi penjualan terdapat perbedaan dengan anggaran yang telah
ditetapkan, yaitu sebagai berikut:

PT Roy Akase
Laporan Perubahan Dalam Penjualan, HPP, dan Laba Kotor
Tahun 2006 dan 2007

Tahun Penjualan HPP Laba kotor


Target Rp 4.300.000 Rp 2.700.000 Rp 1.600.000
Realisasi Rp 4.020.000 Rp 2.550.000 Rp 1.470.000
Penurunan Rp 250.000 Rp 150.000 Rp 130.000

Dengan kata lain, perusahaan tidak mampu mencapai target laba yang diinginkan. Hal ini
disebabkan oleh:
1. Adanya kenaikan harga pokok penjualan
2. Kenaikan harga jual unruk
3. Tidak tercapainya jumlah penjualan.
DAFTAR PUSTAKA

Jumingan, 2014. Analisis Laporan Keuangan. Jakarta : PT Bumi Aksara

Kasmir, 2011. Analisis Laporan Keuangan. Jakarta : Rajawali

Anda mungkin juga menyukai