Anda di halaman 1dari 7

HUBUNGAN TINGKAT KECEMASAN DENGAN MORBUS HANSEN

DAN FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA DI BAGIAN


KULIT DAN KELAMIN BLU RSUP PROF. DR. R. D. KANDOU
MANADO PERIODE NOVEMBER – DESEMBER 2012

1
Shinta Purnama Hardy
2
Anita E. Dundu
3
Theresia M. D. Kaunang

Kandidat Skripsi Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi1,


Bagian Psikiatri Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi
Manado2.
Email : shipha085@gmail.com

Abstract : Relationship between Anxiety Level and Morbus Hansen and the Influencing
Factors in Dermatologic Division Prof. Dr. R. D. Kandou General Hospital Manado period of
November – December 2012. Introduction : anxiety is defined as a emotional tension that
often accompained by physical, sweating, increase of pulse rate. Morbus Hansen
(hanseniasis), or well known as leprosy, is a chronic infectious disease caused by
Mycobacterium Leprae. In Indonesia leprosy are endemic disease, the number of leprosy
patients estimated to be greater than that recorded in the health department, because of the
high leprofobi and stigma againstleprosy. Method : this study is analytical, with a cross
sectional approach. Result : based of the chi square test the results are no significant
association (p>0,05) between anxiety and age, sex, education, and employment. Conclusion :
There is no significant association between anxiety and Morbus Hansen.

Keyword: Anxiety, HRS-A, Leprosy.

Abstrak : Hubungan tingkat kecemasan dengan morbus hansen dan faktor – faktor yang
mempengaruhinya di Bagian Kulit dan Kelamin BLU RSUP Prof. DR. R. D. Kandou
Manado periode November – Desember 2012. Pendahulan : kecemasan didefinisikansebagai
suatu keadaan ketegangan emosional yang sering disertai dengan gejala fisik, seperti
ketegangan, tremor, palpitasi, berkeringat dan peningkatan denyut nadi. Penyakit Morbus
Hansen (hanseniasis), atau yang lebih dikenal dengan penyakit lepra atau kusta, merupakan
penyakit infeksi kronis yang disebabkan oleh Mycobacterium Leprae. Di Indonesia penyakit
kusta bersifat endemis, jumlah penyakit kusta diperkirakan lebih besar daripada yang tercatat
di Departemen Kesehatan, karena adanya leprofobi dan stigma yang tinggi terhadap kusta.
Metode : penelitian ini bersifat analitik, dengan pendekatan cross sectional. Hasil :
berdasarkan hasil uji chi square di dapatkan tidak ada hubungan yang bermakna (p>0,05)
antara kecemasan dengan umur, jenis kelamin, pendidikan dan pekerjaan. Kesimpulan :
Tidak ada hubungan yang bermakna antara kecemasan dengan Morbus Hansen.

Kata kunci: HRS-A, Kecemasan, Kusta.

Kecemasan merupakan salah satu mengganggu hasil dari pekerjaan itu


emosi yang paling banyak dirasakan oleh sendiri.4 Penyakit Morbus Hansen
setiap individu dengan tingkat yang (hanseniasis), atau yang lebih dikenal
berbeda-beda. Perasaan tersebut dapat dengan penyakit lepra atau kusta,
mengganggu kegiatan sehari-hari merupakan penyakit infeksi kronis yang
seseorang bila sudah sampai pada tingkat disebabkan oleh Mycobacterium Leprae.
yang sedang atau berat.1 Di Indonesia penyakit kusta bersifat
Kecemasan adalah responss endemis, jumlah penderitanya
terhadap suatu ancaman yang sumbernya diperkirakan lebih besar dari yang tercatat
tidak diketahui, internal, samar-samar atau di Departemen Kesehatan, karena adanya
konfliktual. Kecemasan dibagi menjadi leprofobi dan stigma yang tinggi terhadap
tiga macam yaitu kecemasan realistik, kusta. Hal ini disebabkan oleh kecacatan
kecemasan moral dan kecemasan yang ditimbulkan, yaitu deformitas dan
neurotik. Kecamasan ini dibagai menurut mutilasi, sehingga terjadi ketakutan.
asal datangnya perasaan cemas tersebut.2 Ketakutan akibat kurangnya pemahaman
Dalam teori Behavior dijelaskan dan tersedianya informasi tepat dan akurat
bahwa kecemasan muncul melalui mengenai penyakit kusta. Stigma dan
clasical conditioning, artinya seseorang masalah psikososial dapat berperan dalam
mengembangkan reaksi kecemasan timbulnya gangguan jiwa pada pasien, dan
terhadap hal-hal yang telah pernah dialami akhirnya dapat menimbulkan
sebelumnya dan reaksi-reaksi yang telah komorbiditas pada penderita kusta.5
dipelajari dari pengalamannya Morbus Hansen yang biasa dikenal
sebelumnya, Sebagai contoh, pada dengan lepra atau kusta adalah sebuah
seorang anak kecil yang telah mendapat penyakit infeksi kronis yang disebabkan
hukuman karena berbohong, jadi ketika oleh bakteri Mycobacterium leprae.
anak tersebut melakukan suatu Penyakit kusta disebut juga Morbus
kebohongan lagi akan timbul kecemasan Hansen, sesuai dengan nama yang
pada dirinya karena takut akan di hukum.3 menemukan kuman tersebut yaitu Dr.
Kecemasan yang menurut kamus Gerhard Armauwer Hansen pada tahun
lengkap psikologi disebut sebagai anxiety 1874 sehingga penyakit ini disebut
ini, digambarkan sebagai suatu perasaan Morbus Hansen.6 Penyakit ini adalah tipe
takut yang tidak menyenangkan. Perasaan penyakit granulamatosa pada saraf tepi
takut yang tidak menyenangkan ini akan dan mukosa dari saluran pernapasan atas,
memengaruhi pola pikir sehingga akan dan lesi pada kulit adalah tanda yang bisa
timbul perasaan bahkan pikiran yang diamati dari luar. Bila tidak ditangani,
negatif. Pikiran yang negatif ini pun akan kusta dapat sangat progresif,
memengaruhi aktivitas atau pekerjaan menyebabkan kerusakan pada kulit, saraf-
sehari-hari dan akibatnya akan sangat saraf, anggota gerak, dan mata.7
Morbus Hansen sampai saat ini Hansen yang datang ke Poliklinik Bagian
masih ditakuti masyarakat, keluarga Kulit dan Kelamin BLU RSUP.
termasuk sebagian petugas kesehatan. Hal PROF.R.D.KANDOU MANADO.
ini disebabkan masih kurangnya Sampel penelitian adalah pasien Morbus
pengetahuan, kepercayaan yang keliru Hansen yang datang ke Poliklinik di
terhadap kusta dan cacat yang Bagian Kulit dan Kelamin
8
ditimbulkannya. RSUP.PROF.DR.R.D.KANDOU
Pada tahun 1995, World Health MANADO periode November sampai
Organization (WHO) memperkirakan Desember 2012 yang memenuhi kriteria
terdapat dua hingga tiga juta jiwa cacat inklusi dan ekslusi.
permanen karena kusta. Walaupun Kriteria Inklusi pada penelitian ini
pengisolasian atau pemisahan penderita adalah 1)Semua pasien yang telah
dengan masyarakat tidak etis, beberapa didiagnosa positif Morbus Hansen; 2)
kelompok penderita masih dapat Pasien Morbus Hansen yang datang ke
ditemukan di berbagai belahan dunia, Poliklinik bagian Kulit dan Kelamin
seperti India dan Vietnam.9 RSUP.PROF.R.D.Kandou , Manado; 3)
Saat ini sering ditemukan kasus Pasien Morbus Hansen yang memiliki
kusta terutama di negara-negara yang minimal 5 lesi pada tipe PBPasien Morbus
sedang berkembang. Menurut data WHO Hansen yang bersedia menjadi sampel.
tahun 2007, Indonesia menempati urutan Kriteria Eksklusi adalah 1) Pasien yang
ke-3 dari 10 negara yang terbanyak dalam masih suspek Morbus Hansen; 2)Pasien
penemuan kasus baru kusta. Kurangnya Morbus Hansen yang menjadi pasien rawat
informasi tentang penyakit kusta inap; 3) Pasien yang datang ke Poliklinik
mengakibatkan stigma negatif terhadap bagian Kulit dan Kelamin
penderita kusta sehingga penderita kusta RSUP.PROF.R.D.Kandou , Manado
dikucilkan dalam kehidupan dengan keluhan atau penyakit lain.
10
bermasyarakat. Variable penelitian pada penelitian
Penyakit kusta dapat menimbulkan ini adalah jenis kelamin¸ umur, pekerjaan,
berbagai masalah seperti masalah terhadap tingkat pendidikan dan skor HRS-A.
diri penderita kusta, masalah terhadap Instrument penelitian yang digunakan
keluarga penderita, masalah terhadap adalah Informed Consent dan kuesioner
masyarakat, dan masalah terhadap bangsa HRS-A. Data yang telah dikumpulkan
dan negara. Hal-hal tersebut dilihat dari selanjutnya diolah dan dianalisis dengan
segi aspek psiko-sosial dimana penyakit menggunakan SPSS 17.0.
ini selalu disertai stigma dan ketakutan.9
Berdasarkan latar belakang diatas, HASIL PENELITIAN
maka penulis merasa tertarik untuk
mengambil judul tentang gambaran Variabel Kecemasa X2 P
kecemasan pada penderita Morbus n hitung
Hansen (lepra). Umur 0,185 0,356
3
METODE PENELITIAN 15≤ Tidak 0 (0,0%)
Penelitian ini bersifat analitik, dengan ada 0 (0,0%)
pendekatan cross sectional. Penelitian ini Ringan 0 (0,0%)
dilakukan di Poliklinik Bagian Kulit dan Sedang 0 (0,0%)
Kelamin BLU Berat
RSUP.PROF.DR.R.D.KANDOU 15-50 Tidak 0 (0,0%)
MANADO selama bulan November 2012 ada 0 (0,0%)
sampai Desember 2012. Populasi pada Ringan 7 (2,8%)
penelitian ini adalah semua pasien Morbus Sedang 12 (4,8%)
Berat Sedang 7(28,0%)
Berat
Tabel 1. Hasil analisis univariat dan
50≥ Tidak 0 (0,0%) bivariat tingkat kecemasan dengan MH
ada 0 (0,0%) Responden terbanyak yang
Ringan 1 (5,0%) mengalami kecemasan berat sebanyak 17
Sedang 0 (0,0%) orang (68%). Kecemasan sedang dialami
Berat sebanyak 8 orang (32%). nilai kategori
Jenis Kelamin 2,493 0,114 umur x2 hitung = 0,853 dengan p = 0,356.
pria Tidak 0 (0,0%) Nilai x2 tabel = 0,00393 pada derajat
ada 0 (0,0%) kebebasan (dk) = 1. Hal ini berarti ada
Ringan 6 (24,0%) hubungan yang tidak signifikan antara
Sedang 7 (28,0%) kategori umur pasien MH dengan tingkat
Berat kecemasan karena meskipun nilai x2
wanit Tidak 0 (0,0%) hitung > x2 tabel namun nilai p < 0,05.
a ada 0 (0,0%) Responsden terbanyak yang
Ringan 2 (8,0%) mengalami kecemasan berat sebanyak 10
Sedang 10 orang (40%) berjenis kelamin perempuan.
Berat (40,0%) Kecemasan sedang dialami paling banyak
Pendidikan 6,132 0,105 oleh jenis kelamin laki - laki sebanyak 6
SD Tidak 0 (0,0%) orang (24%). Nilai jenis kelamin x2 hitung
ada 0 (0,0%) = 2,493 dengan p = 0,114. Nilai x2 tabel =
Ringan 0 (0,0%) 0,00393 pada derajat kebebasan (dk) = 1.
Sedang 1 (4,0%) Dapat diinterpretasikan bahwa ada
Berat hubungan antara jenis kelamin pasien MH
SMP Tidak 0 (0,0%) dengan tingkat kecemasan yang tidak
ada 0 (0,0%) signifikan karena nilai x2 hitung > x2 tabel,
Ringan 0 (0,0%) namun nilai p > 0,05.
Sedang 3 (12,0%) Responden yang paling banyak
Berat mengalami kecemasan memiliki tingkat
SM Tidak 0 (0,0%) pendidikan setingkat Sekolah Menengah
A ada 0 (0,0%) Atas (SMA) sebanyak 13 orang (52,2%).
Ringan 7 (28,0%) Tingkat kecemasan sedang paling banyak
Sedang 6 (24,0%) dialami oleh responden dengan tingkat
Berat pendidikan SMA sebanyak 7 orang
PT Tidak 0 (0,0%) (28,0%) dan kecemasan berat paling
ada 0 (0,0%) banyak dialami oleh responden dengan
Ringan 1 (4,0%) tingkat pendidikan PT sebanyak 7 orang
Sedang 7 (28,0%) (28,0%). Nilai pendidikan formal x2 hitung
Berat = 6,440 dengan p = 0,695. Nilai x2 tabel=
Pekerjaan 0,310 0,861 3,325 pada derajat kebebasan (dk) = 3.
Kerja Tidak 0 (0,0%) Dapat diartikan bahwa ada hubungan
ada 0 (0,0%) antara tingkat pendidikan formal pasien
Ringan 5 (20,0%) MH dengan tingkat kecemasan yang tidak
Sedang 10 signifikan karena meskipun nilai x2 hitung
Berat
(40,0%) > x2 tabel, namun nilai p > 0,05.
Responden yang paling banyak
mengalami tingkat kecemasan sedang
Tida Tidak 0 (0,0%)
adalah yang bekerja sebanyak 5 orang
k ada 0 (0,0%)
(20,0%). Responden yang mengalami
Ringan 3 (12,0%)
tingkat kecemasan berat adalah responden 0,00393 pada derajat kebebasan (dk) = 1.
yang bekerja sebanyak 10 orang (40,0%) Dapat diinterpretasikan bahwa ada
responden. Nilai status pekerjaan x2 hitung hubungan antara jenis kelamin pasien MH
= 0,031 dengan p = 0,861. Nilai x2 tabel = dengan tingkat kecemasan yang tidak
0,00393 pada derajat kebebasan (dk) = 1. signifikan karena nilai x2 hitung > x2 tabel,
Hal ini berarti ada hubungan antara status namun nilai p > 0,05. Hal ini sejalan
pekerjaan pasien MH dengan tingkat dengan penelitian yang dilakukan di
kecemasan yang tidak signifikan, karena RSUD Tugurejo Semarang pada tahun
meskipun x2 hitung > x2 tabel, namun nilai 2009 yang menyatakan tidak ada
p > 0,05. hubungan yang signifikan antara jenis
kelamin dengan tingkat kecemasan pada
PEMBAHASAN pasien kusta.11
Hubungan umur pasien MH dan tingkat Namun hal ini bertentangan dengan
kecemasan hasil penelitian yang dilakukan di RS
Kategori terbanyak yang mengalami Kusta Kediri yang menyatakan adanya
kecemasan sedang dan berat adalah hubungan yang signifikan antara tingkat
kategori umur muda dan dewasa (15-50 kecemasan penderita kusta dalam
tahun) masing – masing sebanyak 7 orang menghadapi pengobatan penyakit dengan
(28,0%) dan 12 orang (48,0%). jenis kelamin penderita.10
Berdasarkan pada tabel, nilai kategori
umur x2 hitung = 0,853 dengan p = 0,356. Hubungan Pendidikan dengan Tingkat
Nilai x2 tabel = 0,00393 pada derajat Kecemasan
kebebasan (dk) = 1. Hal ini berarti ada Kategori terbanyak yang mengalami
hubungan yang tidak signifikan antara kecemasan sedang adalah kategori
kategori umur pasien MH dengan tingkat pendidikan SMA sebanyak 7 orang
kecemasan karena meskipun nilai x2 (28,0%) dan kategori terbanyak yang
hitung > x2 tabel namun nilai p < 0,05. mengalami kecemasan berat adalah
Hal ini sejalan dengan penelitian kategori pendidikan Perguruan Tinggi
yang dilakukan di RSUD Tugurejo sebanyak 7 orang (28,0%). Berdasarkan
Semarang pada tahun 2009 yang pada tabel, nilai pendidikan formal x2
menyatakan tidak ada hubungan yang hitung = 6,440 dengan p = 0,695. Nilai x2
signifikan antara umur dengan tingkat tabel = 3,325 pada derajat kebebasan (dk)
kecemasan.11 Namun, hasil penelitian ini = 3. Dapat diartikan bahwa ada hubungan
tidak sejalan dengan penelitian yang antara tingkat pendidikan formal pasien
dilakukan di RS Kusta Kediri yang MH dengan tingkat kecemasan yang tidak
menyatakan adanya hubungan antara signifikan karena meskipun nilai x2 hitung
tingkat kecemasan penderita kusta dengan > x2 tabel, namun nilai p > 0,05.
umur.10 Hal ini sejalan dengan penelitian
yang dilakukan di RSUD Tugurejo
Semarang pada tahun 2009 yang
Hubungan Jenis Kelamin dengan menyatakan tidak ada hubungan yang
Tingkat Kecemasan signifikan antara jenis kelamin dengan
Kategori terbanyak yang mengalami tingkat kecemasan pada pasien kusta.11
kecemasan sedang berjenis kelamin laki – Hasil penelitan ini pun sejalan dengan
laki sebanyak 6 orang (24%) dan kategori pernyataan yang dikemukakan Priyono
terbanyak yang mengalami kecemasan yang dikutip dari Nilamsari (2002) , yang
berat berjenis kelamin perempuan menyatakan bahwa tingkat pendidikan
sebanyak 10 orang (40,0%). Berdasarkan yang tinggi akan memperluas pandangan
nilai pada tabel, jenis kelamin x2 hitung = dan ruang lingkup pergaulan, sehingga
2,493 dengan p = 0,114. Nilai x2 tabel = tingkat pendidikan yang lebih tinggi akan
mempermudah responden untuk menerima bimbingan dari dosen pembimbing. Oleh
informasi tentang kesehatan dan dapat karena itu, penulis mengucapkan terima
menurunkan tingkat kecemasan kasih kepada dr. Anita E. Dundu, Sp.KJ
dibandingkan dengan yang berperdidikan dan DR. dr. Theresia M. D. Kaunang,
sedang dan rendah.12 Sp.KJ(K) selaku dosen pembimbing.
Namun hal ini bertentangan dengan Penulis juga berterima kasih kepada semua
hasil penelitian yang dilakukan di RS pihak yang secara langsung maupun tidak
Kusta Kediri yang menyatakan adanya langsung membantu menumbuhkan ide
hubungan yang signifikan antara tingkat dalam penulisan artikel ini.
kecemasan penderita kusta dalam
menghadapi pengobatan penyakit dengan
jenis kelamin penderita.10 DAFTAR PUSTAKA
1. Atkinson RL, Atkinson RC, Smith
Hubungan Status Pekerjaan dengan EE, Bem DJ. Hilgard’s Psychology.
Tingkat Kecemasan 13th edition. New York: Harcourt
Kategori terbanyak yang mengalami College Publisher; 2002.
kecemasan sedang dan berat adalah 2. Kaplan, saddok. Sinopsis Psikiatri.
kategori dengan status pekerjaan bekerja Jilid 2. Jakarta: Binarupa Aksara;
masing - masing sebanyak 5 orang 1997.
(20,0%) dan 10 orang (40,0%). 3. Bellack AS, Hersen M. Behavioral
Berdasarkan pada tabel, nilai status Asessment,A Practicalo Handbook:
pekerjaan x2 hitung = 0,031 dengan p = Third Edition. New York: Pergamon
0,861. Nilai x2 tabel = 0,00393 pada Press; 1988.
derajat kebebasan (dk) = 1. 4. Neale JM, Davidson GC. Abnormal
Hal ini berarti ada hubungan antara Psychology. New York: John Willey &
status pekerjaan pasien MH dengan tingkat Sons, Inc.; 2001.
kecemasan yang tidak signifikan, karena 5. Gambaran Gangguan Jiwa pada
meskipun x2 hitung > x2 tabel, namun nilai Penderita Kusta Di Poliklinik Kulit dan
p > 0,05. Hal ini sejalan dengan hasil Kelamin RSUPN Dr. Cipto
penelitian yang di lakukan oleh Wandini Mangunkusumo Periode Januari 2008 -
meggenai faktor – faktor Bedah Sentral April 2008. Medical Riset Unit FK-UI
RSUD Kraton Pekalongan yang 2008; 2008
menyatakan adanya hubungan antara status 6. Kusta. Scribd (Internet). 2007 Feb 24
pekerjaan dengan tingkat kecemasan.13 (cited 2012 Sept 8). Available
Menurut Hellen dan kawan – kawan tahun from://www.scribd.com.
1998 mayoritas pasien mengatakan bahwa 7. Zulkifli. Penyakit Kusta dan Masalah
mereka merasa khawaitr dan mengalami yang Ditimbulkannya. Sumatera Utara:
perubahan perilaku yang berhubungan USU Digital Library; 2003.
dengan keluarga, sahabat dan pekerjaan 8. Depkes RI. Morbus Hansen. 2006.
mereka serta diri mereka sendiri saat 9. Depkes RI. Penanganan Sistim
didiagnosis lepra. 14 Koping. 1990.
10. Aji B. Faktor yang Berhubungan
SIMPULAN Dengan Tingkat Kecemasan Penderita
Tidak ada hubungan yang bermakna antara Kusta Dalam Menghadapi Pengobatan
tingkat kecemasan dengan Morbus Penyakit Kusta di Rumah Sakit Kusta
Hansen. Kediri. Library of Public Health
Faculty Airlangga Unversity; 2012.
UCAPAN TERIMA KASIH 11. Trisnaning R. Hubungan Karakteristik,
Penulis menyadari bahwa penyusunan Tingkat Pengetahuan dengan Tingkat
artikel ini tidak lepas dari bantuan dan Kecemasan Pasien Pasca Didiagnosa
Kusta di Poli Kusta RSUD Tugurejo
Semarang. Semarang: UNIMUS
Digital Library; 2012.
12. Nilam Sari D. Minat Wanita
Melakukan Mammography Ditinjau
Dari Tingkat Pendidikan. Kusuma W.
Kedaruratan Psikiatri dalam Praktek.
Jakarta: Profesional Book; 1997.
13. Al- okali M, El-Shourbagy, Wassif.
Psychiatric Morbidity (Depression and
Anxiety) In Children With Some
Dermatological Diseases At Derna,
Libya. Zagzig Journal Of Occupation
Health and Safety. 2008;1:60-70.
14. Kumar A, Anbalogan M.
Socioeconomic Experience of Leprosy
Patients. 1983. Dalam: Kar S, Kar GC,
Pati T, Ratih NM, Swain SP. Study of
Social Functioning in Leprosy
Patients. Orissa Journal Psychiatry.
2009: 31-4.Lahey B, Ciminero A.
Maladaptive Behaviour :An
Introduction to Abnormal Psychology.
1980;192-195.

Anda mungkin juga menyukai