1.1 Latar Belakang MasalahSejak tahun 1967 kebutaan telah dideklarasikan
sebagai masalah nasional, dimanakebutaan dapat berdampak pada masalah sosial, ekonomi dan psikologi bukan hanya bagipenderitamelainkan juga bagi masyarakat dan negara. Prevalensi kebutaan diIndonesiamasih sangat tinggi dengan penyebab utamanya yaitu katarak (0,78%), glaukoma (0,2%),k e l a i n a n r e f r a k s i ( 0 , 1 4 % ) d a n b e b e r p a p e n y a k i t y a n g b e r h u b u n g a n d e n g a n l a n j u t u s i a (0,38%). Berdasarkan perkiraan WHO, tahun 2000 ada sebanyak 45 juta orang didunia yangmengalami kebutaan. Sepertiga dari jumlah itu berada di Asia Tenggara. Untuk kawasan AsiaTenggara. Untuk Kawasan Asia Tenggara, berdasarkan Survei Kesehatan Indera Penglihatandan Pendengaran tahun 1993-1996 menunjukkan angka kebutaan di Indonesia sekitar 1,5 %dari jumlah penduduk atau setara dengan 3 juta orang. Jumlah ini jauh lebih tinggi dibandingBangladesh (1%), India (0,7%), dan Thailand (0,3%). Jumlah penderita kebutaan diIndonesiameningkat, disebabkan olehmeningkatnya jumlahpenduduk, meningkatnya usiaharapanhidup, kurangnya pelayanan kesehatan mata dan kondisi geografis yang tidak menguntungkan.Berdasarkan survei W HO pada tahun 2000, dari sekitar 45 juta penderita kebutaan16% diantaranya disebabkan karena glaukoma, dan sekitar 0,2 % kebutaan di Indonesiad i s e b a b k a n o l e h p e n y a k i t i n i . S e d a n g k a n s u r v e i D e p a r t e m e n K e s e h a t a n R I 1 9 8 2 - 1 9 9 6 melaporkan bahwa galukoma menyumbang 0,4 5 atau sekitar 840.000 orang dari 210 jutapendudukpenyebab kebutaan.Kondisi ini semakindiperparah denganpengetahuan dank e s a d a r a n m a s y a r a k a t y a n g r e n d a h a k a n b a h a y a p e n y a k i t i n i .