Anda di halaman 1dari 17

TEKNIK PENGAMBILAN SAMPEL

PENDAHULUAN
Modul ini merupakan kelanjutan dari modul lima. Tentu Anda masih ingat, dari
modul lima Anda telah memperoleh pengertian hipotesis penelitian, mengapa dan untuk
apa hipotesis penelitian, dan apa yang menjadi prinsip hipotesis penelitian.
Dalam modul ini Anda akan mempelajari teknik pengambilan sampel. Setelah
menyelesaian modul ini, Anda diharapkan memiliki kemampuan sebagai berikut.
1. Dapat menjelaskan pengertian pengambilan sampel.
2. Dapat menjelaskan cara pengambilan sampel acak.
3. Dapat menyebutkan tujuan digunakan teknik acak.
4. Dapat menggunakan tabel bilangan acak.
5. Dapat menjelaskan cara pengambilan sampel sistematik.
6. Dapat menjelaskan cara pengambilan sampel strata.
7. Dapat menyebutkan syarat pengambilan sampel strata.
8. Dapat menjelaskan pengambilan sampel random gugus sederhana.
9. Dapat menjelaskan pengambilan sampel random gugus bertahap.
10. Dapat mengambil sampel secara purposive.
Kemampuan tersebut sangat penting bagi mahasiswa calon guru, guru dan calon
peneliti. Khususnya bagi guru, baik guru kelas maupun guru mata pelajaran yang selalu
berhadapan peserta didik dengan jenjang pendidikan yang berbeda. Anda akan tampil lebih
percaya diri dan mantap, peserta didik Anda pun akan merasa lebih puas dapat belajar dari
Anda. Lebih dari itu suasana kelas Anda akan lebih menarik, menantang, dan
menyenangkan.
Untuk membantu Anda menguasai kemampuan di atas, dalam modul ini akan
disajikan pembahasan dan latihan, dalam 3 (tiga) kegiatan belajar (KB) sebagai berikut.
KB1: Pengertian pengambilan sampel dan pengambilan sampel acak.
KB2: Pengambilan sampel sistematik dan pengambilan sampel strata.
KB3: Pengambilan sampel kluster dan pengambilan sampel non acak.
Agar Anda berhasil dengan baik mempelajari modul ini ikuti petunjuk belajar sebagai
berikut.
1. Bacalah dengan cermat bagian Pendahuluan modul ini sampai Anda memahami betul
apa, untuk apa dan bagaimana mempelajari modul ini.
2. Baca sepintas bagian demi bagian dan temukan kata-kata kunci dan kata-kata yang
Anda anggap baru. Carilah dan baca pengertian kata-kata kunci dalam daftar kata-kata
sulit modul ini atau dalam kamus yang ada.
3. Tangkaplah pengertian demi pengertian dari isi modul ini melalui pemahaman sendiri
dan tukar pikiran dengan mahasiswa atau guru lain dan dengan tutor Anda.
4. Terapkan prinsip, prosedur dan model disain eksperimen secara imajiner (dalam
pikiran) dan dalam situasi terbatas melalui simulasi sejawat pada saat tutorial.
5. Mantapkan pemahaman Anda melalui diskusi mengenai pengalaman simulasi dalam
kelompok kecil atau klasikal pada saat tutorial.

PENGERTIAN PENGAMBILAN SAMPEL DAN


PENGAMBILAN SAMPEL ACAK

A. URAIAN:
1. Pengertian pengambilan sampel
Mengingat dasar pemikiran digunakannya sampel di dalam suatu penelitian,
antara lain adalah agar dalam penelitian tersebut dapat diperoleh kecermatan yang
tinggi, penghematan biaya, waktu, dan tenaga, serta membatasi akibat-akibat buruk
yang ditimbulkan oleh suatu penelitian (khusnya pelaksanaan eksperimen), maka
sampel harus ditetapkan dengan tepat dan benar.
Oleh karena penelitian eksperimen menggunakan sampel yang relatif kecil,
maka teknik pengambilan sampel harus dilakukan dengan baik dalam arti tepat dan
benar. Hal ini dimaksudkan untuk menjamin ketepatan generalisasi hasil eksperimen.
Pada pokoknya teknik pengambilan sampel dibedakan menjadi dua macam,
yaitu teknik acak dan teknik non acak. Teknik acak dan non acak akan dikemukakan
pada kegiatan belajar selanjutnya.

2. Pengambilan sampel acak


Pengambilan sampel secara acak atau random sampling adalah teknik sampling
yang memberikan peluang sama kepada setiap anggota populasi untuk terpilih menjadi
anggota sampel. Misalnya jika banyaknya unit dalam populasi adalah N dan ukuran
sampel adalah n, maka besarnya probabilitas setiap unit elementer untuk terpilih
n
sebagai sampel adalah . Ini berarti bahwa setiap (semua) unit elementer dalam
N
populasi harus dapat diidentifikasi dan termuat dalam kerangka sampling. Karena itu
teknik ini dikatakan teknik sampling probabilitas.
Sampel yang diambil dari suatu populasi secara acak (random) disebut sampel
acak. Tujuan digunakan teknik acak adalah sebagai berikut.
a. Dengan sampel acak memungkinkan diperolehnya data penelitian yang dapat
digeneralisasi terhadap populasi yang luas dengan kesesatan yang lebih terbatas
(minim).
b. Dengan sampel acak memungkinkan peneliti mengaplikasikan kesim-pulan
statistik, dan hal itu berarti peneliti dapat menarik kesimpulan statistik tentang
nilai-nilai parameter populasi seperti: rata-rata simpangan baku, dan lain-lain.
c. Dengan sampel acak dapat diperoleh kelompok-kelompok sampel yang homogen
satu sama lain, sehingga tidak perlu dilakukan pengujian homogenitas antar
kelompok sampel.
Pengambilan sampel acak dapat ditempuh melalui cara undian, tabel bilangan
acak, atau dengan komputer.
Bentuk tabel bilangan acak bermacam-macam, tetapi yang lazim digunakan
seperti tabel di bawah, berwujud serentetan bilangan yang cukup panjang dan bilangan-
bilangan itu dikelompokkan lima-lima (five digit) tersebar secara acak (penyebaran
bilangan-bilangan itu tidak diatur).
Tabel Bilangan Acak
Bari 1- 5 6– 11 - 16 – 21 - 26 - 31 – 36 - 41- ds
s 10 15 20 25 30 35 40 45 t
01 3238 5239 1681 6929 8273 3848 7381 3252 4196
8 0 8 8 2 0 7 3 1
02 0530 2216 2406 5422 3538 1968 1105 9149 6038
0 4 9 4 3 7 2 1 3
03 6652 4413 3069 3555 3597 1912 6331 2958 0388
3 3 7 2 0 4 8 6 7
04 4416 6448 0475 7536 7655 3160 1261 3307 6033
7 6 8 6 4 1 4 2 2
05 4791 0253 3768 2080 7215 3933 3480 0893 8600
4 4 0 1 2 9 8 0 1

06 6344 1736 6282 3990 0560 9128 6883 2557 3381


5 1 5 8 7 4 3 0 8
07 8991 1566 5287 7382 7314 8866 8897 7449 5180
7 5 2 3 4 2 0 2 5
08 9264 4545 0955 8881 1655 5112 7937 9759 1829
8 4 2 5 3 5 5 6 6
09 2097 0450 5453 3135 8606 2947 4768 0597 5246
9 8 5 5 4 2 9 4 8
10 3195 6564 7424 5630 0003 6710 7751 7062 2872
9 2 0 2 3 7 0 5 5

11 5310 8018 3061 2473 6341 6789 3705 6827 0019


4 0 2 5 4 2 3 7 5

Tabel bilangan acak ada yang terdiri dari satu halaman dan ada pula yang terdiri dari
beberapa halaman.

B. CONTOH
Contoh 1: Pengambilan sampel
Peneliti akan mengadakan eksperimen dengan menggunakan sampel sejumlah polisi
berpangkat Bintara di Polda Metrojaya yang diambil dengan cara tertentu. Jika siswa
sebagai individu merupakan satuan unit sampel, maka semua polisi berpangkat Bintara
yang ada di Polda Metrojaya sebagai populasi kemudian diambil sebagian daripadanya
sebagai sampel.

Contoh 2: Pengambilan sampel acak


Dari populasi 1000 polisi berpangkat Bintara di Polda Metrojaya akan diambil 100
polisi berpangkat Bintara di Polda Metrojaya sebagai sampel. Tanpa
mempertimbangkan seorang polisi berpangkat Bintara di Polda Metrojaya itu, ia
memiliki kesempatan yang sama dengan 999 polisi berpangkat Bintara lainnya. Cara
pengambilannya sangat sederhana, yaitu dimulai dengan memberikan nomor urut
kepada setiap Bintara. Dari nomor 1 sampai dengan nomor 1000. Setelah itu dengan
menggunakan tabel bilangan acak atau dengan teknik acak yang lain. Diambil
sebanyak 100 Bintara untuk menjadi anggota sampel dengan cara sebagai berikut.
Tetapkan salah satu halaman secara acak.
(1) Jatuhkan ujung pensil secara acak di halaman tersebut. Amati angka terdekat
dengan jatuhnya ujung pensil, jika angka terdekat adalah 4, maka halaman yang
pertama digunakan adalah halaman 4. Jika ternyata tabel itu hanya 3 halaman,
kurangi angka 4 dengan 3 dan diperoleh hasil 1; ini artinya pengambilan sampel
dimulai dari halaman 1.
(2) Jatuhkan ujung pensil untuk yang kedua, untuk menetapkan baris dan kolom berapa
nomor sampel diambil dari tabel halaman 1. Sebelah kanan ujung pensil untuk
menetapkan baris ke- dan sebelah kiri ujung pensil untuk menetapkan kolom ke-.
Misalkan ujung pensil jatuh di antara 35 dan 11.
(3) Dengan hasil langkah ketiga itu, nomor sampel diambil dari kolom 35 dan baris 11
pada tabel halaman 1. Dengan petunjuk itu maka didapat deretan bilangan 37053.
Mulai dari kelompok angka ini digunakan 3 angka saja, berjalan ke atas dan ke
bawah sampai kebutuhan-kebutuhan jumlah 100 terpenuhi.
(4) Dengan cara ini nomor sampel yang terambil adalah 775, 476, 793, 889, 688, 348,
126, 633, 110, 738 dan seterusnya sampai diperoleh 100 nomor.
Jika menggunakan tabel yang lengkap, angka nomor sampel dapat dilanjutkan
ke deretan di bawahnya. Apabila tabel bilangan acak hanya termuat pada satu halaman,
maka langkah ke (2) tidak diperlukan.
Dalam hal ini, jika banyaknya anggota populasi kurang dari 1000, katakan 650,
maka nomor bilangan yang lebih dari 650 dan terambil, nomor itu dikurangi dengan
350; jadi untuk angka 995 akan menjadi 645. Cara ini dapat ditinggalkan apabila tabel
bilangan acak terdiri dari beberapa halaman dan memungkinkan mendapat nomor di
bawah 650 yang mencukupi kebutuhan dengan meninggalkan angka di atas 650.

C. LATIHAN:
Dari populasi 500 polisi berpangkat Perwira Pertama di Polda Metrojaya akan diambil
80 Perwira Pertama sebagai sampel. Tanpa mempertimbangkan seorang Perwira
Pertama yang bertugas di bagian mana Polda Metrojaya itu, ia memiliki kesempatan
yang sama dengan 499 Perwira Pertama lainnya. Bagaimana cara pengambilannya?

D. TES FORMATIF
Dari populasi 500 siswa SD di SPN Batua akan diambil 70 siswa sebagai sampel.
Tanpa mempertimbangkan seorang siswa di Pleton mana di SPN Batua itu. Jelaskan
langkah-langkah yang harus dilakukan oleh peneliti, jika ia menggunakan tabel acak.

E. KUNCI
Cara pengambilannya, yaitu dimulai dengan memberikan nomor urut kepada setiap
siswa. Dari nomor 1 sampai dengan nomor 500. Setelah itu dengan menggunakan tabel
bilangan acak atau dengan teknik acak yang lain. Diambil sebanyak 70 siswa untuk
menjadi anggota sampel dengan cara sebagai berikut.
Menetapkan salah satu halaman secara acak.
(1) Menjatuhkan ujung pensil secara acak di halaman tersebut. Angka terdekat dengan
jatuhnya ujung pensil, jika angka terdekat adalah 3, maka halaman yang pertama
digunakan adalah halaman 3. Jika ternyata tabel itu hanya 2 halaman, dikurangi
angka 3 dengan 2 dan diperoleh hasil 1; ini artinya pengambilan sampel dimulai
dari halaman 1.
(2) Dijatuhkan ujung pensil untuk yang kedua, untuk menetapkan baris dan kolom
berapa nomor sampel diambil dari tabel halaman 1. Sebelah kanan ujung pensil
untuk menetapkan baris ke- dan sebelah kiri ujung pensil untuk menetapkan kolom
ke-. Misalkan ujung pensil jatuh di antara 35 dan 11.
(3) Dengan hasil langkah ketiga itu, nomor sampel diambil dari kolom 35 dan baris 11
pada tabel halaman 1. Dengan petunjuk itu maka didapat deretan bilangan 37053.
Mulai dari kelompok angka ini digunakan 3 angka saja, berjalan ke atas dan ke
bawah sampai kebutuhan-kebutuhan jumlah 70 terpenuhi.
(4) Dengan cara ini nomor sampel yang terambil adalah 775, 476, 793, 889, 688, 348,
126, 633, 110, 738 dan seterusnya sampai diperoleh 70 nomor.

PENGAMBILAN SAMPEL SISTEMATIK DAN


PENGAMBILAN SAMPEL STRATA.

A. URAIAN:
1. Pengambilan sampel sistematik.
Apabila bayaknya satuan elementer dalam populasi cukup besar dan telah
tersusun secara sistematik dalam suatu daftar atau telah tersusun menurut pola atau
aturan tertentu, maka cara pengambilan sampel dengan random sederhana kurang tepat
digunakan, yang sesuai adalah sistematik random sampling.
Sistematik random sampling adalah cara pengambilan sampel, dimana hanya
unsur pertama yang dipilih secara random, sedang unsur-unsur berikutnya dipilih
secara sistematik menurut suatu pola tertentu.
Secara teknik pengambilan sampel dengan cara sistematik random dapat
dijelaskan sebagai berikut. Misalkan jumlah satuan-satuan elementer dalam populasi
adalah N dan ukuran sampel yang dikehendaki adalah n, maka hasil bagi N/n
dinamakan interval sampel dan bisanya diberi simbol k.
Unsur pertama dalam sampel dipilih secara random dari satuan elementer
bernomor urut 1 sampai dengan k dari populasi. Jika yang terpilih adalah satuan
elementer bernomor urut s, maka unsur-unsur selanjutnya dalam sampel ditentukan
sebagai berikut.
Unsur pertama = s
Unsur kedua =s+k
Unsur ketiga = s + 2k
Unsur keempat = s + 3k, dan seterusnya.

2. Pengambilan sampel strata


Jika satuan-satuan elementer dalam populasi tidak homogen, maka
pengambilan sampel dengan cara random tidak dapat digunakan. Oleh karena itu, pada
kasus di mana karakteristik populasi tidak homogen, maka populasi dapat distratifikasi
atau dibagi-bagi ke dalam sub-sub populasi sedemikian, sehingga satuan-satuan
elementer dalam masing-masing subpopulasi menjadi homogen. Kemudian
pengambilan sampel dengan cara random dapat dilakukan pada setiap sub-populasi.
Perlu dipahami bahwa pengertian homogenitas dalam hal ini terkait dengan variabel
penelitian.
Ada tiga syarat yang harus dipenuhi untuk dapat menggunakan metode
pengambilan sampel random distratifikasi adalah sebagai berikut.
a. Ada kriteria yang jelas sebagai dasar untuk membuat stratifikasi, misalnya gaya
penuturan berbeda karena berbeda bahasa (dalam contoh di berikut).
b. Kriteria yang digunakan tersebut berdasarkan data pendahuluan yang telah
diperoleh atau dapat juga berdasarkan pengetahuan teoretik.
c. Jika ukuran sampel proporsional, maka harus diketahui dengan tepat jumlah
satuan-satuan elementer yang ada di setiap sub-populasi.
Keunggulan metode pengambilan sampel ini adalah sangat mungkin semua ciri
dalam populasi yang heterogen dapat terwakili, dan dimungkinkan bagi peneliti untuk
menyelidiki perbedaan antara sub-sub populasi atau memasukkan sub-sub populasi
sebagai variabel moderator dari penelitian.

B. CONTOH:
Contoh 1: Pengambilan sampel sistematik
Jumlah unit dalam populasi sebesar 200 unit, dan besar sampel yang dikehendaki
misalnya 40 unit. Berarti k = 200/40 = 5. Unsur pertama dapat dipilih secara random
dari nomor urut 1 - 5. Jika yang terpilih adalah unit dengan nomor urut 3, unit-unit
sampel berikutnya adalah (3 + 5) = 8, (3 + 10) = 13, (3 + 15) = 18, (3 + 20) = 23, dan
seterusnya, sehingga diperoleh unit sampel sebanyak 40 unit.

Contoh 2: Pengambilan sampel strata


Misalnya, kita ingin meneliti gaya penutur bahasa di Sulawesi Selatan. Populasinya
adalah semua orang di Sulawesi Selatan yang sudah lancar berbicara. Jelas bahwa
populasi tidak homogen, karena di Sulawesi Selatan terdapat lima jenis bahasa dengan
gaya penuturan yang berbeda-beda. Untuk itu, populasi dibagi-bagi menjadi lima
sub-populasi, yaitu sub-populasi Bugis, sub-populasi Makassar, sub-populasi Mandar,
sub-populasi Tator, dan sub-populasi Makassar (campuran). Kemudian ditetapkan
ukuran sampel untuk masing-masing sub-populasi, boleh proporsional boleh juga tidak.
Jika tidak proporsional, misalnya dapat diambil 100 orang untuk setiap sub-populasi,
sehingga diperoleh 500 orang yang akan menjadi sampel penelitian. Pengambilan 100
orang dari setiap sub-populasi tersebut dilakukan secara random.

C. LATIHAN
Jumlah unit dalam populasi sebesar 1200 unit, dan besar sampel yang dikehendaki
misalnya 300 unit. Jika digunakan random sitematik, bagaimana langkah-langkah
pengambilan sampelnya?

D. TES FORMATIF:
Jumlah unit dalam populasi sebesar 1200 unit dan besar sampel yang dikehendaki
misalnya 40 unit. Jika digunakan random sitematik, maka bagaimana langkah-langkah
pengambilannya?

E. KUNCI
Karena jumlah unit dalam populasi 1200, dan banyaknya sampel yang diinginkan 40,
maka k = 1200/40 = 30. Unsur pertama dapat dipilih secara random dari nomor urut 1 -
30. Jika yang terpilih adalah unit dengan nomor urut 17, unit-unit sampel berikutnya
adalah (17 + 30) = 47, (17 + 60) = 77, (17 + 90) = 107, (17 + 120) = 137, dan
seterusnya, sehingga diperoleh unit sampel sebanyak 40 unit.
PENGAMBILAN SAMPEL KLUSTER DAN
PENGAMBILAN SAMPEL NON ACAK

A. URAIAN:
1. Pengambilan sampel kluster.
a. Pengambilan Sampel Random Gugus Sederhana (Simple Cluster Random
Sampling)
Sampai saat ini pembahasan yang dilakukan adalah mengenai metode
sampling di mana analisis atau satuan penelitian (misalnya orang, rumah, bidang
tanah, dan lain-lain) sudah tersusun dalam suatu daftar. Dalam praktek kita sering
kali dihadapkan dengan kenyataan di mana kerangka sampling yang digunakan
untuk dasar pemilihan sampel belum tersedia atau tidak lengkap atau bahkan sangat
sulit diperoleh.
Untuk mengatasi hal tersebut, unit-unit analisis dalam populasi
dikelompokkan ke dalam gugus-gugus yang disebut clusters dan ini akan
merupakan satuan-satuan dari mana sampel akan diambil. Pengambilan gugus yang
akan menjadi sampel dilakukan secara random, dengan catatan bahwa gugus-gugus
yang ada dalam populasi mempunyai ciri yang homogen. Semua unit analisis yang
ada dalam gugus terpilih harus diselidiki.

b. Pengambilan Sampel Random Gugus Bertahap


Dalam praktek sering dijumpai populasi yang letaknya sangat tersebar
secara geografis, sehingga sangat sulit untuk mendapatkan kerangka sampling dari
semua unsur-unsur yang terdapat dalam populasi. Untuk mengatasi hal ini, unit-unit
analisis dikelompokkan ke dalarn gugus-gugus yang merupakan satuan-satuan dari
mana sampel akan diambil. Pengambilan sampel melalui tahap-tahap tertentu.
Satu populasi dapat dibagi ke dalam gugus tingkat pertama; gugus-gugus
tingkat pertama dapat dibagi lagi ke dalam gugus-gugus tingkat kedua;
gugus-gugus tingkat kedua dapat dibagi lagi ke dalam gugus-gugus tingkat ketiga;
dan seterusnya.
1. Pengambilan sampel non acak
Pengambilan sampel non acak atau non random sampling, peluang untuk
menjadi anggota sampel bagi setiap anggota dalam populasi itu tidak sama. Berbagai
faktor yang dapat membatasi anggota populasi berpeluang tidak sama untuk terpilih
menjadi anggota sampel, antara lain daerah (area), tingkatan (stratum), kelompok
(cluster).
Sampel bertujuan atau purposive sample dilakukan dengan cara mengambil
subjek bukan didasarkan atas strata, random atau daerah tetapi didasarkan atas adanya
tujuan tertentu. Teknik ini biasanya dilakukan karena beberapa pertimbangan, misalnya
karena alasan keterbatasan waktu, tenaga dan dana sehingga tidak dapat mengambil
sampel yang besar dan jauh. Walaupun cara seperti ini diperbolehkan, yaitu bahwa
peneliti bisa menentukan sampel dengan tujuan tertentu tetapi dengan syarat sebagai
berikut.
1) Pengambilan sampel harus didasarkan atas ciri-ciri, sifat-sifat atau karakteristik
tertentu yang merupakan ciri-ciri pokok populasi.
2) Subjek yang diambil sebagai sampel benar-benar merupakan subjek yang paling
banyak mengandung ciri-ciri yang terdapat pada populasi.
3) Penentuan karakteristik populasi dilakukan dengan cermat di studi pendahulu-an.

B. CONTOH:
Contoh 1a: Pengambilan Sampel Random Gugus Sederhana
Misalnya populasi penelitian kita adalah warga masyarakat di Kabupaten A, tetapi
daftar dari warga masyarakat tersebut sulit diperoleh. Dalarn kasus ini, warga
masyarakat di Kabupaten A dikelompokkan ke dalam Kelurahan, kemudian dipilih
secara random 3 Kelurahan untuk menjadi sampel penelitian. Jadi sampel yang
diselidiki adalah semua warga masyarakat yang berada pada tiga Kelurahan sampel
tersebut.

Contoh 1b: Pengambilan Sampel Gugus Bertahap


Misalnya jika kita mempunyai populasi warga masyarakat di Sulawesi Selatan,
populasi tersebut dapat dibagi kedalam kabupaten-kabupaten sebagai gugus tingkat
pertama, Kecamatan-kecamatan sebagai gugus- gugus tingkat kedua, dan desa-desa
sebagai gugus tingkat ketiga.
Cara pengambilan sampelnya adalah sebagai berikut.
(1) Dipilih lima Kabupaten secara random dari 23 Kabupaten di Sulawesi Selatan.
(2) Dari masing-masing Kabupaten terpilih, dipilih tiga Kecamatan secara random,
sehingga diperoleh 15 Kecamatan sampel.
(3) Dari masing-masing Kecamatan sampel dipilih lagi secara random dua desa,
sehingga diperoleh 30 desa sampel.
(4) Semua warga masyarakat yang berada pada ke-30 desa sampel tersebut akan
diselidiki sebagai sampel penelitian.

Contoh 2: Pengambilan sampel non acak


Peneliti akan mengadakan penelitian tentang minat belajar siswa-siswa SLTP di
seluruh Indonesia. Dengan mempertimbangkan tersedianya tenaga peneliti, waktu dan
dana maka tidak mungkin mengambil seluruh propinsi yang ada. Maka diambil DIY,
Medan, Malang, Bandung dan Menado yang diperkirakan merupakan tempat-tempat
yang banyak sekolahnya sehingga memilih cukup banyak pelajar. Disamping itu juga
mengambil beberapa daerah yang sekolahnya sedikit sebagai imbangan.

C. LATIHAN
Populasi warga masyarakat di suatu Provinsi. Provinsi tersebut terdiri dari 21
kabupaten, 214 kecamatan, 2142 kelurahan, dan 856 rukun tetangga. Sebutkan
langkah-langkah pengambilan sampelnya!

D. TES FORMATIF:
Populasi warga masyarakat di suatu Provinsi. Provinsi tersebut terdiri dari 17
kabupaten, 154 kecamatan, 1142 desa. Sebutkan langkah-langkah pengambilan
sampelnya!

E. KUNCI
Diketahui Provinsi X yang terdiri dari 17 kabupaten, 154 kecamatan, 1142 desa.
Cara pengambilan sampelnya adalah sebagai berikut.
(1) Dipilih lima Kabupaten secara random dari 17 Kabupaten di suatu Provinsi.
(2) Dari masing-masing Kabupaten terpilih, dipilih tiga Kecamatan secara random,
sehingga diperoleh 15 Kecamatan sampel.
(3) Dari masing-masing Kecamatan sampel dipilih lagi secara random dua desa,
sehingga diperoleh 30 desa sampel.
Semua warga masyarakat yang berada pada ke-30 desa sampel tersebut akan diselidiki
sebagai sampel penelitian.
TEKNIK PENGUMPULAN DATA

A. URAIAN:
Dalam suatu penelitian selalu terjadi proses pengumpulan data. Proses pengumpulan
data tersebut dapat dilakukan dengan teknik-teknik tertentu. Teknik yang dipilih dan
digunakan dalam proses pengumpulan data tergantung pada sifat dan karakteristik
penelitian yang dilakukan. Agar data yang dikumpulkan memenuhi persyaratan atau
dapat dipertanggung-jawabkan secara ilmiah, maka petugas pengumpul data dan alat
bantu (instrumen) pengumpul data haruslah memenuhi kriteria yang diperlukan. Pada
bagian ini akan dibahas tentang beberapa teknik pengumpulan data beserta instrumen
penelitian yang biasanya dipakai sebagai alat bantu kegiatan pengumpulan data.
Di antara teknik pengumpulan data yang cukup penting adalah wawancara, kuesioner,
observasi, tes dan dokumentasi. Setiap teknik pengumpulan data tersebut
menggunakan instrumen pengumpul data yang berbeda-beda. Secara umum yang
dimaksud dengan instrumen adalah suatu alat yang karena memenuhi persyaratan
akademis maka dapat dipergunakan sebagai alat untuk mengukur suatu obyek ukur
atau mengumpulkan data mengenai suatu variabel. Dalam bidang penelitian, instrumen
diartikan sebagai alat untuk mengumpulkan data mengenai variabel-variabel penelitian
untuk kebutuhan penelitian. Pada dasarnya instrumen dapat dibagi menjadi dua macam
yakni tes dan non-tes. Yang termasuk kelompok tes, misalnya tes prestasi belajar, tes
inteligensi, tes bakat; sedangkan yang termasuk non-tes misalnya pedoman wawancara,
angket atau kuesioner, pedoman observasi, daftar cocok (check list), skala sikap, skala
penilaian, dan sebagainya.
1. Pengertian wawancara
Secara umum yang dimaksud wawancara adalah cara menghimpun bahan-bahan
keterangan yang dilaksanakan dengan tanya jawab secara lisan, sepihak, berhadapan
muka dan dengan arah tujuan yang telah ditentukan. Ada dua jenis wawancara yang
dapat dilakukan dalam kaitannya dengan pengumpulan data penelitian yaitu :
a. Wawancara terpimpin (guided interview) yang juga dikenal dengan sebutan wawancara
berstruktur atau wawancara sistematis.
b. Wawancara tidak terpimpin (un-guided interview) yang dikenal dengan istilah
wawancara sederhana atau wawancara bebas.
Salah satu kelebihan yang dimiliki wawancara adalah pewawancara sebagai pengumpul
data dapat melakukan kontak langsung dengan sumber data (responden) yang akan
dimintai keterangan sehingga dapat diperoleh data atau informasi yang lebih lengkap
dan mendalam. Dengan melalui wawancara maka dimungkinkan sumber data dapat
memberikan dan mengeluarkan ide pemikiran atau isi hatinya secara lebih bebas.
Jika wawancara dilakukan secara bebas maka pewawancara tidak perlu persiapan yang
matang, tetapi jika wawancara dilakukan secara sistematis maka pewawancara perlu
dipandu dengan pedoman wawancara yang berisi pokok-pokok pertanyaan yang akan
ditanyakan kepada responden. Mencatat dan mengolah hasil wawancara jauh lebih sulit
dibanding dengan mencatat dan mengolah hasil observasi atau hasil tes.
Sehubungan dengan instrumen yang digunakan dalam wawancara, Arikunto (1987)
membedakan dua jenis pedoman wawancara yaitu :
(a) Pedoman wawancara tidak berstruktur, yakni pedoman wawancara yang hanya memuat
garis besar yang akan ditanyakan. Dalam hal ini kreativitas pewawancara sangat
diperlukan. Pewawancara seolah-olah sebagai pengemudi jawaban responden. Jenis
ini cocok untuk peneliti kasus.
(b) Pedoman wawancara terstruktur, yaitu pedoman wawancara yang disusun secara rinci
sehingga menyerupai check list. Pewawancara tinggal membubuhkan tanda V pada
nomor yang sesuai. Fungsi pedoman wawancara ini adalah : (1) memberikan pedoman
tentang apa-apa yang akan ditanyakan, (2) mengantisipasi kemungkinan lupa terhadap
pokok-pokok persoalan yang ditanyakan dalam penelitian, (3) agar wawancara dapat
berlangsung secara efektif dan efisien.

2. Kuesioner (Angket)
Kuesioner atau angket dapat digunakan sebagai alat atau instrumen pengumpul data
penelitian. Kuesioner terdiri dari daftar pertanyaan yang disampaikan kepada
responden untuk dijawab secara tertulis. Penggunaan kuesioner sebagai alat pengumpul
data akan jauh lebih praktis, hemat waktu dan tenaga dibanding dengan metode
wawancara. Namun kelemahannya adalah kemungkinan adanya jawaban yang
diberikan dalam kuesioner tidak sesuai dengan keadaan yang sebenarnya, apalagi
pertanyaan dalam kuesioner tidak dirumuskan dengan jelas sehingga membingungkan
responden.
Beberapa alasan digunakannya kuesioner, antara lain :
1. Kuesioner terutama dipakai untuk mengukur variabel yang bersifat faktual,
2. Untuk memperoleh informasi yang relevan dengan tujuan penelitian, dan
3. Untuk memperoleh informasi dengan validitas dab reliabilitas setinggi mungkin.
Kuesioner dapat diberikan langsung kepada responden, dapat juga diberikan kepada
orang lain yang mengenal berbagai karakteristik responden untuk melakukan penilaian
terhadap responden. Kuesioner umumnya dipergunakan untuk menilai hasil belajar
pada ranah afektif. Dalam hal ini kuesioner dapat disajikan dalam bentuk pilihan ganda
atau bentuk skala sikap, misalnya skala Likert yang paling banyak dipergunakan orang
terutama para peneliti bidang pendidikan yang tertarik untuk meneliti aspek-aspek
psikologis yang diduga berpengaruh terhadap proses belajar mengajar.
Selain sebagai alat untuk mengukur hasil belajar, kuesioner berguna juga untuk
mengungkap latar belakang responden maupun sumber data lainnya di mana data yang
berhasil diperoleh melalui kuesioner kemungkinan suatu saat akan diperlukan, terutama
jika terjadi kasus-kasus tertentu.

3. Observasi
Pengertian observasi adalah cara menghimpun bahan-bahan kete-rangan yang
dilakukan dengan mengadakan pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap
fenomena-fenomena yang dijadikan objek pengamatan. Observasi sebagai metode
pengumpulan data banyak digunakan untuk mengamati tingkah laku individu atau
proses terjadinya suatu kegiatan yang dapat diamati.
Menurut Ary dkk (1985) terdapat lima langkah pendahuluan yang harus diambil pada
waktu melakukan observasi, yaitu :
(a) Aspek tingkah laku yang akan diamati harus dipilih.
(b) Tingkah laku yang masuk ke dalam kategori yang telah dipilih harus dirumuskan
dengan jelas.
(c) Orang yang akan melakukan pengamatan harus dilatih.
(d) Suatu sistem untuk mengukur pengamatan harus dikembangkan.
(e) Prosedur terperinci untuk mencatat tingkah laku harus dikembangkan.
Observasi dapat dilakukan secara partisipatif (participan observation) maupun non-
partisipatif (nonparticipan observation). Observasi dapat juga berbentuk observasi
eksperimental (experimental observation) yaitu observasi yang dilakukan dalam situasi
yang dibuat dan observasi noneksperimental (nonexperimental observation) yaitu
observasi yang yang dilakukan dalam situasi yang wajar.
Pada observasi partisipatori observer melibatkan diri di tengah-tengah kegiatan
observasi, sedangkan observasi non partisipasi observer berada di luar kegiatan seolah-
olah sebagai penonton. Pada observasi eksperimental tingkah laku diharapkan muncul
karena responden atau unit analisis dikenai perlakukan, maka observer perlu persiapan
yang benar-benar matang, sedangkan pada observasi yang non-eksperimental
pelaksanaannya lebih sederhana dan dapat dilakukan secara sepintas lalu.
Jika observasi digunakan sebagai alat evaluasi, maka perlu diingat bahwa pencatatan
hasil observasi lebih sukar daripada mencatat jawaban yang diberikan oleh peserta tes,
karena respon observasi adalah tingkah laku dimana proses kejadiannya berlangsung
cepat. Observasi yang dilakukan dengan perencanaan yang matang disebut observasi
sistematis.

4. Tes
Pengumpulan data penelitian dapat dilakukan dengan tes atau peng-ujian. Tes adalah
prosedur sistematik yang dibuat dalam bentuk tugas-tugas yang distandardisasikan dan
diberikan kepada individu atau kelompok untuk dikerjakan, dijawab, atau direspons,
baik dalam bentuk tertulis, lisan maupun perbuatan. Tes juga dapat diartikan sebagai
alat pengukur yang mempunyai standar obyektif sehingga dapat dipergunakan untuk
mengukur dan membandingkan keadaan psikis atau tingkah laku individu.
Beberapa jenis tes yang biasa digunakan dalam penelitian misalnya tes bakat, tes
inteligensi, tes minat, tes prestasi, tes kepribadian, dan sebagainya. Untuk menentukan
jenis tes mana yang dipakai dalam penelitian, tergantung jenis dan tujuan penelitian itu
sendiri. Tes yang baik adalah tes yang obyektif, valid dan reliabel.
5. Dokumentasi
Dokumentasi berasal dari kata dokumen, yang artinya barang-barang tertulis. Metode
dokumentasi dalam hal ini berarti cara mengumpulkan data dengan mencatat data yang
sudah ada dalam dokumen atau arsip. Metode pengumpulan data ini lebih mudah
dibandingkan dengan metode pengumpulan data yang lain.
Dalam menggunakan metode dokumentasi ini, peneliti dapat menyusun instrumen
dokumentasi berupa variabel-variabel terpilih yang akan didokumentasikan dengan
menggunakan daftar check list sesuai dengan kebutuhan peneliti. Menurut Guba dan
Lincoln (1981) dokumen dapat digunakan untuk keperluan penelitian karena memenuhi
kriteria atau alasan yang dapat dipertanggungjawabkan seperti :
(1) Dokumen merupakan sumber yang stabil.
(2) Berguna sebagai bukti untuk pengujian.
(3) Sesuai untuk penelitian kualitatif karena sifatnya yang alamiah.
(4) Tidak reaktif sehingga tidak sukar ditemukan dengan teknik kajian isi.
(5) Hasil pengkajian isi akan membuka kesempatan untuk lebih memperluas tubuh
pengetahuan terhadap sesuatu yang diselidiki.
Sementara itu Moleong (1989) menyatakan bahwa dokumen itu dapat dibagi atas
dokumen pribadi dan dokumen resmi. Dokumen pribadi berisi catatan-catatan yang
bersifat pribadi, sedangkan dokumen resmi berisi catatan-catatan yang bersifat formal.
Berkaitan dengan instrumen penelitian, peneliti perlu memahami bagaimana
mengembangkan instrumen penelitian yang diperlukan untuk mengumpulkan data
sesuai dengan yang dibutuhkannya. Secara umum ada beberapa hal yang perlu
diperhatikan dalam menulis butir instrumen, baik instrumen dalam bentuk skala sikap,
skala penilaian, maupun tes. Hal-hal yang perlu diperhatikan di antaranya :
(1) Butir harus langsung mengukur indikator, yaitu penanda konsep yang berupa sesuatu
kenyataan atau fakta (das solen) seperti keadaan, perasaan, pikiran, kualitas, kesediaan,
dan sebagainya.
(2) Jawaban terhadap butir instrumen dapat mengindikasikan ukuran indikator apakah
keadaan responden berada atau dekat ke kutub positif atau ke kutub negatif. Misalnya
jika berada atau dekat ke kutub positif menandakan sikap positif, motivasi tinggi,
produktivitas tinggi, dan seterusnya. Sedang jika berada atau dekat ke kutub negatif
berarti menandakan sikap negatif, motivasi rendah, produktivitas rendah, dan
seterusnya.
(3) Butir dapat berbentuk pertanyaan atau pernyataan dengan menggunakan bahasa yang
sederhana, jelas, tidak mengandung tafsiran ganda, singkat dan komunikatif.
(4) Opsi dari setiap pertanyaan atau pernyataan itu harus relevan menjawab pertanyaan
atau pernyataan tersebut.
(5) Banyaknya skala menunjukkan panjang skala yang secara konseptual kontinum.
Karena distribusi jawaban responden secara teoretik mendekati distribusi normal untuk
jumlah populasi cukup besar, maka sebaiknya menggunakan skala ganjil.

B. LATIHAN
1. Sebutkan lima langkah pendahuluan yang harus diambil pada waktu melakukan
observasi!
2. Sebutkan kegunaan dokumentasi!
3. Sebutkan hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menulis butir instrumen!

C. TES FORMATIF
1. Sebutkan 3 alasan menggunakan observasi!
2. Apa yang dimaksdu dengan observasi!
3. Jelaskan apa yang dimaksud dengan tes?

D. KUNCI
1. Alasan digunakannya kuesioner, (a) kuesioner terutama dipakai untuk mengukur
variabel yang bersifat faktual, (b) untuk memperoleh informasi yang relevan
dengan tujuan penelitian, dan (c) untuk memperoleh informasi dengan validitas dab
reliabilitas setinggi mungkin.
2. Observasi adalah cara menghimpun bahan-bahan keterangan yang dilakukan
dengan mengadakan pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap
fenomena-fenomena yang dijadikan objek pengamatan.
3. Tes adalah prosedur sistematik yang dibuat dalam bentuk tugas-tugas yang
distandardisasikan dan diberikan kepada individu atau kelompok untuk dikerjakan,
dijawab, atau direspons, baik dalam bentuk tertulis, lisan maupun perbuatan.

Anda mungkin juga menyukai