Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kurikulum merupakan seperangkat rencana dan pengaturan mengenai

tujuan,isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman

penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan

tertentu. Kurikulum merupakan salah satu aspek utama penentu keberhasilan

pendidikan,karena esensi dari pembelajaran terkandung seluruhnya dalam

sebuah kurikulum.(Anggreani, 2011: 23).

Didalam kurikulum terdapat 4 bagian utama yaitu : (1) Tujuan, dalam

hal ini kurikulum mencangkup tujuan nasional pendidikan, tujuan pendidikan

daerah serta tujuan pendidikan dari institusi yang terkait. (2) Materi,

kurikulum tentunya memerlukan materi yang jelas, baik berupa pembelajaran,

penyampaian materi dan segala aspek yang terkait dengan interaksi

pembelajaran antara siswa dan guru. (4) Evaluasi, kurikulum harus memiliki

sistem evaluasi terkait dengan pelaksanaannya dilapangan. Hal ini sangat

esensial untuk pengembangan dan perbaikan kedepan.

Salah satu kurikulum yang dipakai saat ini adalah kurikulum 2013,

kurikulum ini memiliki empat aspek penilaian yaitu aspek pengetahuan,

aspek ketrampilan, aspek sikap, dan perilaku. Kurikulum 2013 dikembangkan

bebrapa faktor yakni tantangan internal dan eksternal. Adanya tantangan

internal antara lain berkaitan dengan kondisi pendidikan dikaitkan dengan

1
2

tuntutan pendidikan yang mengacu kepada 8 (delapan) Standart Nasional

Pendidikan yang meliputi standart isi, standart proses, stsndart kompetensi

lulusan, standart pendidik dan tenaga kependidikan, standart sarana dan

prasarana, standart pengelolaan, standart pembiayaan, dan standart penilaian

pendidikan.

Pendidikan merupakan salah satu kebutuhan hidup manusia yang

paling penting dalam upaya mempertahankan hidup dan mengembangkan diri

sehingga harus mempunyai arah/tujuan yang jelas. Secara umum pendidikan

bertujuan untuk memanusiakan manusia dalam pengertian mengangkat harkat

dan martabat manusia Hal ini sesuai dengan UU Sisdiknas No. 20 tahun 2003

Bab II Pasal 3 tentang fungsi pendidikan nasional. Jadi pendidikan memegang

peranan yang penting sebagai wahana untuk meningkatkan kualitas SDM

agar mampu bersaing di era global dan mampu memecahkan masalah dalam

hidupnya.

Dalam upaya mempersiapkan peserta didik dengan SDM yang

berkualitas dan mampu mengatasi segala permasalahan hidupnya, pemerintah

telah menyelenggarakan perbaikan-perbaikan sebagai upaya peningkatan

mutu pendidikan pada berbagai jenis dan jenjang.Salah satunya adalah

dengan berupaya memilih model pembelajaran yang sesuai untuk setiap

materi pembelajaran termasuk pada pembelajaran matematika.

Mata pelajaran matematika perlu diberikan kepada seluruh peserta

didik untuk melatih ketrampilan siswa memecahkan berbagai masalah secara

ilmiah sehingga dapat mempengaruhi pola fikir menjadi lebih rasional.Namun

pada umumnya matematika dianggap sebagai pelajaran yang menakutkan dan


3

sulit dimengerti oleh peserta didik.Sugesti inilah yang menjadi salah satu

faktor rendahnya hasil belajar matematika sehingga dapat mempengaruhi

menurunnya prestasi belajar siswa.

Dalam kenyataannya masih ditemukan kesulitan yang muncul dalam

proses pembelajaran tersebut yaitu, siswa sering tidak memperhatikan apa

yang disampaikan guru, banyak mengobrol dan bergurau sehingga siswa

tidak bisa berkonsentrasi penuh pada informasai yang disampaikan oleh guru.

Berdasarkan wawancara yang dilakukan oleh peneliti pada tanggal 8 Pebruari

2018 kepada salah satu guru kelas yang mengajar bahwa hasil pembelajaran

siswa khususnya kelas X Akutansi kurang memuaskan karena dari 10 siswa

yang nilainya diatas KKM hanya 70%. Hal ini dikarenakan siswa kurang

mampu dalam memahami konsep matematika dan metode yang dipilih guru

yaitu metode ceramah kurang sesuai dengan keadaan siswa.

Model pembelajaran Problem Based Learning adalah pembelajaran

yang diperoleh melalui proses menuju pemahaman akan resolusi suatu

masalah. Masalah tersebut dipertemukan pertama-tama dalam proses

pembelajaran menurut Huda, (2013: 271). Problem Based Learning

merupakan salah satu bentuk peralihan dari paradigma pengajaran menuju

paradigma pembelajaran, (Barr dan Tagg, 1995). Jadi, fokusnya adalah pada

pembelajaran siswa dan bukan pengajaran guru.

Metode Problem Based Learning Pembelajaran Berbasis Masalah

(PBM) adalah model pengajaran yang bercirikan adanya permasalahan nyata

sebagai konteks untuk para peserta didik belajar berpikir kritis dan

ketrampilan memecahkan masalah serta memperoleh pengetahuan, (Ducch,


4

1995). Finkle dan Torp (1995) menyatakan bahwa PBM merupakan

pengembangan kurikulum dan sistem pengajaran yang mengembangkan

secara simultan strategi pemecahan masalah dan dasar-dasar pengetahuan dan

ketrampilan dengan menempatkan para peserta didik dalam peran aktif

sebagai pemecah permasalahan sehari-hari yang tidak terstruktur dengan baik.

Dua definisi diatas mengandung arti bahwa Problem Based Learning atau

PBM merupakan suasana pembelajaran yang diarahkan oleh suatu

pemasalahan sehari-hari, (Shoimin, 2016: 130).

Pada tingkat yang paling dasar, strategi pembelajaran dengan Problem

Based Learning ditandai oleh siswa yang bekerja berpasangan atau

kelompok-kelompok kecil untuk menyelidiki masalah kehidupan nyata yang

tidak terdefinisikan secara ketat, (Rusmono, 2012: 79).

Dalam strategi pembelajaran dengan Problem Based Learning yang

lebih dipentingkan adalah segi proses dan bukan hanya sekedar hasil belajar

yang diperoleh. Apabila proses belajar dapat berlangsung secara maksimal,

maka kemungkinan besar hasil belajar yang diperoleh juga akan optimal.

Penugasan penyelesaian masalah dalam proses pembelajaran matematika

sangat berhubungan dengan materi pokok dan sub-sub materi pokok yang

dikaji dalam mata pelajaran matematika setelah dijabarkan kedalam tujuan

umum dan tujuan khusus. Adapun bentuk penerapannya, termasuk dalam

bagian penyajian dari keseluruhan kegiatan pembelajaran yang terdiri dari

kegiatan pendahuluan, penyajian, dan penutup, (Rusmono, 2012: 82).

Berdasarkan teori yang dikembangkan oleh Barrow, Min Liu (2005)

menjelaskan 5 karakteristik Problem Based Learning antara lain (1) Learning


5

is Student – Centered, Proses pembelajaran Problem Based Learning lebih

menitikberatkan kepada siswa sebagai orang belajar. Oleh karena itu,

Problem Based Learning didukung juga oleh teori konstruktivisme dimana

siswa didorong untuk dapat mengembangkan pengetahuannya sendiri. (2)

Authentic problem from organizing focus for learning, masalah yang

disajikan kepada siswa adalah masalah yang otentik sehingga siswa mampu

dengan mudah memahami masalah tersebut serta dapat menerapkannya

dalam kehidupan profesionalnya. (3) New information is acquired through

self directed – learning, Dalam proses pemecahan masalah mungkin saja

siswa belum mengetahui dan memahami semua pengetahuan semua

prasyaratnya sehingga siswa berusaha untuk mencari sendiri melalui

sumbernya, baik dari buku atau informasi lainnya. (4) Learning occurs in

smals group, Agar terjadi interaksi ilmiah dan tukar pemikiran dalam usaha

membangun pengetahuan secara kolaboratif, Problem Based Learning

diaksanakan dalam kelompok kecil. Kelompok yang dibuat menuntut

pembagian tugas yang jelas dan penetapan tujuan yang jelas. (5) Teacher act

as facilitator, Pada pelaksanaan Problem Based Learning, guru hanya

berperan sebagai fasilitator. Meskipun begitu gutu harus selalu memantau

perkembangan aktifitas siswa dan mendorong mereka agar mencapai target

yang hendak dicapai.

Berdasarkan uraian di atas maka penulis melakukan penelitian dengan

judul “Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Problem Based

Learning Pada Materi Trigonometri Siswa Kelas X SMK PGRI 4 Kota Blitar

Tahun Pelajaran 2017/2018”.


6

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang permasalahan diatas, maka rumusan

permasalahan yang akan dikaji dalam penelitian adalah : “ Penerapan Model

Pembelajaran Kooperatif Tipe Problem Based Learning Pada Materi

Trigonometri Siswa Kelas X SMK PGRI 4 Kota Blitar Tahun Pelajaran

2017/2018”?

C. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah diatas, maka penelitian ini bertujuan

untuk mendeskripsikan Menerapkan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe

Problem Based Learning Pada Materi Trigonometri Siswa Kelas X SMK

PGRI 4 Kota Blitar Tahun Pelajaran 2017/2018.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan oleh peneliti dari hasil penelitian ini adalah:

1. Bagi Peneliti

Peneliti mendapatkan manfaat untuk menemukan suatu tindakan

yang tepat guna menjawab permasalahan yang berkembang di kelas

khususnya pada materi Trigonometri. Sebagai sarana mempersiapkan diri

sebelum terjun ke masyarakat.

2. Bagi Siswa

Dapat memberikan pengalaman belajar yang menyenangkan

sehingga dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Dapat menumbuhkan


7

motivasi belajar terhadap matematika. Menghilangkan persepsi bahwa

matematika adalah pelajaran yang menakutkan.

3. Bagi Guru

Dapat menambah wawasan guru tentang model pembelajaran yang

dapat digunakan untuk memecahkan permasalahan matematika baik yang

dihadapi guru maupun siswa tanpa mengabaikan proses atau cara dalam

menyelesaikan suatu permasalahan.

4. Bagi Sekolah

Sebagai bahan masukan bagi para pengambil kebijakan dalam

memberikan arahan pengembangan pelajaran matematika disekolah.

Sebagai salah satu bahan pertimbangan untuk menentukan kebijakan

bidang pendidikan di masa akan datang. Dapat meningkatkan kualitas atau

mutu sekolah melalui peningkatan prestasi belajar dan kinerja guru.

5. Bagi Pembaca

Dapat menambah wawasan khususnya calon guru, tentang model

pembelajaran matematika yang bervariasi yang dapat digunakan untuk

meningkatkan pembelajaran matematika.

E. Definisi Operasional

Untuk memperoleh persamaan persepsi agar tidak terjadi kesalahan

penafsiran tentang istilah yang digunakan dalam penelitian ini, maka perlu

diberikan definisi operasional sebagai berikut:


8

1. Prestasi Belajar

Yang dimaksud penerapan disini adalah proses merencanakan,

melaksanakan, mengevauasi, menganalisis, dan menyimpulkan

menggunakan model Problem Based Learning pada materi perbandingan

trigonometri pada segitiga siku-siku.

2. Penerapan

Yang dimaksud penerapan disini adalah proses merencanakan,

melaksanakan, mengevauasi, menganalisis, dan menyimpulkan

menggunakan model Problem Based Learning pada materi perbandingan

trigonometri pada segitiga siku-siku.

3. ModelProblem Based Learning.

Model Problem Based Learning pada penelitian ini adalah model

pembelajaran yang bercirikan adanya permasalahan nyata sebagai konteks

untuk para peserta didik belajar berpikir kritis dan ketrampilan

memecahkan masalah. Adapun langkah-langkah penerapan Problem Based

Learning yaitu: (a) Mengorganisasikan siswa kepada masalah, (b)

Mengorganisasi siswa untuk belajar, (c) Membantu penyelidikan mandiri

dan kelompok, (d) Mengembangkan dan mempresentasikan hasil karya

serta pemeran, (e) Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan

masalah. Siswa akan mendapatkan pengetahuan, kontribusi terhadap

proses, dan pemahaman terhadap permasalahan..

4. Penerapan Model PembelajaranProblem Based Learning.

Model pembelajaran yang digunakan peneliti adalah model

pembelajaran Problem Based Learning. Model pembelajaran Problem


9

Based Learning adalah suatu pengajaran yang dalam pemberian masalah

kepada siswa agar siswa menjadi lebih terpacu semangatnya dalam

pembelajaran.

Agar pelaksanaan ini berjalan dengan efektif, beberapa langkah

metode problem based learning yang mesti ditempuh oleh guru

matematika adalah sebagai berikut:

a. Mengorganisasikan siswa kepada masalah.

Pada tahap ini guru menginformasikan tujuan-tujuan

pembelajaran, mendeskripsikan kebutuhan-kebutuhan logistik penting

dan memotivasi siswa agar terlibat dalam kegiatan pemecahan

masalah yang mereka pilih sendiri.

b. Mengorganisasi siswa untuk belajar.

Guru membantu siswa menentukan dan mengatur tugas-tugas

belajar yang berhubungan dengan masalah itu.

c. Membantu penyelidikan mandiri dan kelompok.

Guru mendorong siswa mengumpulkan informasi yang sesuai,

melaksanakan eksperimen, mencari penjelasan, dan solusi.

d. Mengembangkan dan mempresentasikan hasil karya serta pemeran.

Guru membantu siswa dalam merencanakan dan menyiapkan

hasil karya yang sesuai seperti aporan, rekaman video, dan model,

serta membantu berbagi karya mereka.

e. Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah.

Guru membantu siswa melakukan refleksi atas penyelidikan

dan proses-proses yang mereka gunakan.


10

5. Kriteria Keberhasilan

Dikatakan dapat meningkatkan prestasi belajar matematika apabila:

a. Tes

1) Ketuntasan Individu

Apabila siswa telah mencapai ketuntasan minimal (KKM) ≥ 75%

atau dengan nilai ≥ 75 dari materi yang diberikan dapat

dikategorikan baik.

2) Ketuntasan Klasikal

Apabila siswa telah mencapai ketuntasan minimal (KKM) ≥ 75 %

atau dengan nilai ≥ 75 dari materi yang diberikan dapat

dikategorikan baik.

b. Lembar Observasi

1) Hasil Observasi Aktivitas Guru

Apabila nilai rata-rata ketuntasan observasi guru minimal NR ≥75 %

atau dengan nilai ≥ 75 dari pengajaran yang disampaikan dapat

dikategorikan baik.

2) Hasil Observasi Aktivitas Siswa

Apabila nilai rata-rata ketuntasan observasi siswa minimal NR ≥75%

atau dengan nilai ≥ 75 dari materi yang diberikan dapat

dikategorikan baik.

c. Jika nilai rata-rata nilai akhir siklus lebih tinggi dari pada nilai awal

siklus.

6. Materi Perbandingan Trigonometri pada Segitiga Siku-siku


11

Segitiga siku-siku yaitu segitiga dengan salah satu sudutnya adalah

90o. Dalam segitiga siku-siku terdapat sisi miring yang disebut hipotenusa.

Kuadrat hipotenusa yaitu jumlah dari kuadrat dua sisi lainnya. Dari sisi-

sisi segitiga tersebut akan ditemukan perbandingan Trigonometri dan

digunakan untuk menyelesaikan permasalahan yang muncul pada materi

tersebut.

7. Subjek Penelitian

Subjek yang digunakan dalam penelitian ini adalah siswa kelas X

Akuntansi SMK PGRI 4 Kota Blitar.

Anda mungkin juga menyukai