Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN

Secara umum masalah progam linier sangat erat kaitannya dengan


pengalokasian sumber daya maupun sumber dana yang dapat berupa bahan baku,
tenaga,mesin maupun modal. Kesemua sumber tersebut pada umumnya sangat
terbatas. Oleh karena itu pengalokasian harus dilaksanakan dengan secara sebsaik
mungkin agar dapat diperoleh hasil yang optimal.
Untuk mendapatkan hasil yang optimal, persyaratan yang harus dipenuhi
adalah menyelesaikan persolan secara matematis. Dengan kriteria sebagai
berikut : variabel keputusan tidak negatif, adanya fungsi linier dan keterbatasan
sumber daya maupun sumber dana dapat pula digambarkan dalam satu fungsi
linier dan keterbatasan sumber daya maupun sumber dana dapat pula
digambarkan dalam satu fungsi linier. Karena adanya persyaratan linealitas
tersebut maka persolan ini disebut “Linier Progamming” atau progam linier.
Progam linier ternyata banyak terapannya, khsuusnya terapan pada bidang
– bidang sosial dan manajemen. Untuk dapat menerapkan matematika ke bidang
tadi diperlukan langkah penyusunan model, maka dala hal ini akan dibahas
wawasan permasalahan, perumusan masalah, penyusunan model, dan latar
belakang matematika yang diperlukan.
Progam linier ini merupakan kelompok teknis nalisis kuantitatif, yang
tergabung dalam riset operasi, yang mengandalkan model – model matematika
atau model – model simbolik sebagai wadahnya. Artinya, setiap persoalan yang
kita hadapi dalam suatu sistem permasalahan tertentu perlu dirimuskan dulu
dalam simbol – simbol matematika tertentu, jika kita inginkan bantuan progam
linier sebagai alat analisisnya. Permaslahan tersebut adalah dunia nyata,
sedangkan mode simbolik yang dibentuk oleh progam linier adalah dunia
abstraksi yang dibuat sedemikian rupa sehingga mendekati kenyataan. Karena
mendekati kenyataan, maka keputusan – keputusan yang akan diambil diharapkan
sesuai dengan atau mendekati kenyataan, atau tidak banyak melesat. Oleh karena
itulah, maka progam linier berhasil membantu para pengambil keputusan yang
terbaik dari sekian banyak alternatif yang tersedia menyangkut kenyataan, atau

1
2

tidak banyak meleset. Oleh karena itulah, maka progam linier berhasil membantu
para pengambil keputusan yang terbaik dari sekian banyak alternatif yang tersedia
menyangkut alokasi sumber daya dan dana, dalam rangka mencapai tujuan dunia
pembangunan dan dunia usaha, dan terget yang terbaik sesuai dengan sasaran –
sasaran yang telah ditetukan.

A. Proses Pengambilan Keputusan


Pengambilan keputusan adalah suatu proses yang dikembangkan secara
bertahap dan sistematis. Tidak semua proses penegambilan keputusan dapat
dikembangkan secara sistematis dan bertahap. Bertahap dan sistematis artinya
memiliki kritria yang sistematis melalui melalui sistem prosedur tertentu yang
jelas dan teratur. Sebaliknya ada proses pengambilan keputusan yang dilakukan
secara isapan jempol. Artinya secara intutif, tanpa mengikuti sistematika atau
sistem prosedur dan kriteria yang telah ada.
Progam linier yang baik haruslah yang dapat memenuhi tiga syarat
berikut : 1) mempunyai suatu ukuran atau nilai yang jelas untuk pengambilan
keputusan yang tepat, 2) dapat dipergunakan untuk menilai yang jelas untuk
pengambilan keputusan yang tepat, 2) dapat dipergunakan untuk menilai berbagai
alternatif pilihan, dan 3) dapat dengan mudah dihitung dan dijabarkan.
Progam linier adalah kumpulan dari sebagai teknik pengambilan keputusan
yang diproses dikembangkan secara bertahap dan sistematis. Sistematika dari
analisis – analisis dalam proses pengambilan keputusan yang memakai progam
linier sebagai teknik riset operasi, pada dasarnya mempunyai lima tahap sebagai
berikut :
1. Identifikasi masalah
Identifikasi persoalan, terdiri dari kegiatan 1) penentuan dan perumusan
tujuan yang jelas dari persoalan dalam sistem model yang dihadapi, 2) identifikasi
peubah yang dipakai sebagai kriteria untuk pengambilan keputusan yang dapat
dikendalikan maupun yang tidak dapat dikendalikan dan, 3) kumpulan tentang
kendala – kendala yang menjadi syarat ikatan peubah – peubah dalam fungsi
tujuan sisetem model yang dipelajari.
3

2. Penyusunan model
Langkah ini dilakukan setelah kegiatan identifikasi persoalan tadi.
Kegiatan penyusunan model ini terdiri dari empat hal, yaitu 1) memilih model
yang cocok dan sesuai dengan permasalahannya, 2) merumuskan segala macam
faktor yang berkaitan di dalam yang bersangkutan secar simbolik ke dalam
rumusan model matematika, 3) menentukan peubah – peubah beserta kaitan –
kaitannya satu sama lainnya, dan 4) tetapkan fungsi tujuan dan kendala –
kendalanya dengan nilai – nilai dan parameter yang jelas. Nilai – nilai dan
parameter tersebut dapat didasarkan pada data historis yang sudah ada (data nyata)
maupun data perkiraan yang sudah dianalisis melalui mekansime statistika.
Kemudian horizon waktu pun harus pula ditentukan, apakah untuk satu ataukah
menyangkut satu jangka tertentu yang penuh dengan ketidaktauan. Hal ini
menyangkut janis model deterministik ataukah probabilistik/stokastik. Model dete
ministik menilai fenomena secara pasti yang penuh dengan resiko dan
ketidaktauan. Model – model progam linier, termasuk dalam kelompok model
deterministik.
3. Analisis model
Kegiatan analisis model terdiri dari tiga hal yang peting, yaitu, 1)
melakukan analisis terhadap model yang terlah disusun dan dipilih tersebut, 2)
memilih hasil – hasil analisis yang terbaik (optimal), dan 3) melakukan uji
kepekaan analsisis postiptimal terhadap hasil – hasil analisis model tersebut.
Model – model yang dipilih untuk dapat dianalisis dengan teknik progam linier
dan variasinya, akan menghasilkan hasil – hasil yang optimal.
Hasil – hasil analisis tersebut, perlu diuji kepekaannya guna melihat dan
menilai sampai seberapa jauh hasil yang diperoleh berupa nilai – niali dan
parameter peubah - peubah yang ditetapkan sebagai kriteria pengambilan
keputusan dapat bertahan apabila terjadi gonjangan atau perubahan pada sistem.
Sampai seberapa jauh model ini stabil dan asumsi – asumsinya secara struktural
dianggap sah dan kuat untuk dapay dipakai sebagai kriteria pengambilan
keputusan dan penyusunan langkah – langkah dan strategi.
4

4. Pengesahan model
Analisis pengesahan model menyangkut penilaian terhadap model tersebut
dengan cara mencocokkannya dengan keadaan dan data yang nyata, juga dalam
rangka menguji menguji dan mengesahkan asumsi – asumsinya yang membentuk
model tersebut secara struktural (yaitu peubahnya, hubungan – hubungan
fungsionalnya, dan lain – lain).
Setelah dicocokkan dengan data dan keadaan nyata tersebut, dan ternyata
model ini cocok karena mendekati kenyataaan, maka model yang bersangkutan
dianggap sah atau dapat dipercaya untuk dapat dipakai dalam analisis – analisis
pengambilan keputusan dan perumusan – perumusan strategi.
Dengan kata lain, pengembangan suatu model yang dapat diterapkan
(applicable) untuk suatu proses pengambilan keputusan yang baik, akan mengkuti
suatu proses yang cukup panjang, dengan berjalannya waktu dan berkembangnya
keadaan permasalahan, maka model yang kita anggap sah tadi pada situasi dan
kondisi lain kiranya perlu disesuaikan dan disempurnakan dengan tepat, serasi,
dan sesuai. Demikian proses ini dapat dilanjutkan.
5. Implementasi hasil
Hasil – hasil yang diperoleh berupa nilai – nilai yang akan dipakai dalam
kriteria pengambilan keputusan merupakan hasil – hasil analisis yang kiranya
dapat dipakai dalam perumusan stratergi – strategi, target – target, dan langkah –
langkah kebijakan guna disajikan kepada penegambilan keputusan dalam bentuk
alternatif – alternatif pilihan.
Hasil – hasil tersebut dapat dipakai dalam perumusan – perumusan rencana
kegiatan (sepanjang diperlukan demikian) yang sewaktu - waktu dapat dinilai.
Implementasi hasil ini juga menyangkut sistem dokumentasi model dan
dokumentasi hasil analisis yang baik, yang sewaktu – waktu dapat dipakai untuk
penyempurnaan model dan asumsi – asuminya.

B. Penerapan Progam Linier


Sejak lahirnya pada tahun 1940-an dan mulai diterapkan pada tahun 1950-
an dan 1960-an dengan sukses besar, maka progam linier sebagai kelompok teknik
riset operasi kini menduduki tempat yang penting dala mkehidupan dunia usaha
5

dan pembangunan dalam arti umum.


Untuk mendapatkan gambaran tentang bagaimana penerapan teknik riset
operasi dalam kegiatan industri dan pemebangunan bidang perusahaan khusunya,
ternyata analisis statistika, simulasi, dan progam linier merupakan teknik – teknik
riset operasi yang paling banyak dan yang paling sering digunakan di bidang
industri dan perusahaan , kemudian menyusul model inventerisasi, PERT/CPM,
dan progam dinamika.

C. Ciri – ciri dan Manfaat Progam Linier


1. Fokus
Fokus utama dari progam linier sebagai teknik riset operasi adalah pada
proses pengambilan keputusan. Hasil – hasil analisis yang diperoleh melaui teknik
tersebut harus dapat memberikan manfaat dan dampak positif terhadap kegiatan –
kegiatan pengelolaan misalnya dalam perumusan perencanaan, pengembangan
proyek, atau dalam penilaian, pengawasan dan pengendalian, dan lain – lain.
2. Pendekatan
Sebagai salah satu kelompok riset, operasi, maka progam linier merupakan
metodologi ilmiah, yaitu metode yang sistematis, mulai tahap pengumpulan data,
dalam rangka identifikasi permasalahan, kemudian menyusun modelnya, lalu
mengadakan analisisnya, dan seterusnya seperti yang telah diuraikan di depan
melalui proses yang berulang – ulang (iteratif) dan berkesinambungan.
Persoalannya harus disusun dalam model yang memakai simbol matematika.
3. Tujuan
Persoalan progam linier memiliki ciri bahwa perumusan tujuannya harus
jelas, yang disebut fungsi tujuan (objektive function), dalam rangka mecapai
penyelesaian masalah dengan hasil yang baik dan memuaskan (optimal).
4. Tim Interdisipilin
Ciri lain dari progam linier sebagai teknik riset operasi ialah bergerak atas
dasar tim kerja yang kuat dan terpadu secara interdisipiliner. Tim yang terdiri dari
berbagai disiplin ilmu dan bidang keahlian, misalnya : matematika, statistika,
ekonomi, manejemen (pengelolaan),politeknik, psikologi, industri, sosiologi,
ekologi, kehutanan, pertanian dan sebagainya, tergantung pada bidang persoalan
6

yang dirumuskan dan dianalisis.


5. Komputer digital
Umumnya study – study yang memakai progam linier memerlukan
komputer digital sebagai alat analisisnya. Hal ini disebabkan oleh karena
persoalan. Yang dihadapi adalah persoalan yang sangat kompleks dengan model
matematika yang cukup rumit, volume data yang luar biasa, dan waktu yang
dituntut untuk mendapatkan study dan kesimpulannya sangat singkat. Umumnya
hampir semua teknik progam linier yang dibicarakan dalam buku ini sudah ada
paket – paketnya yang sudah dikalengkan (tinggal pakai) yang sewaktu – waktu
dapat dipesan pada berbagai lembaga atau perusahaan yang bergerak dalam
bidang kumputer, seperti IBM, CDC, Aple, Wang, dan lain sebagainya.
6. Keterbatasan
Disamping manfaat – manfaat yang dikemukakan tersebut sebagai teknik
teknik riset operasi liner juga memiliki ketrbatasan – keterbatasan. Keterbatasan
yang utama adalah progam linier sebagai alat ciptaan manusia, bergerak dalam
bidang dunia abstraksi, yaitu sekedar sebagai alat pembantu pimpinan. Sebagai
alat pembantu dalam pengambilan keputusan dunia nyata, wajar untuk tidak dapat
mengaharapkan keamanan yang sempurna dari teknik – teknik yang tergabung di
dalamnya.
Hal ini disebabkan karena ketrbatasan dalam kemapuan teknologi (mesin -
mesin), komputer, dan alat – alat analisis yang ada), biaya ,tenaga, jangkauan
pemikiran, dan keinginan nyata yang dapat dirimuskan ke dalam model yang
sangat tergantung pada asumsi – asumsi yang tidak mungkin disusun dan
dirumuskan secara gampang dan sederhana dalam sistem model. Disamping itu
keadaan dan perkembangan dunia nyata sangat dinamis, sangat bervariasi dari
tempat dan dari waktu ke waktu dengan penuh resiko dan ketidak pastian.

D. Model
Model adalah abstraksi dan simplikasi dari dunia atau keadaan yang nyata.
Ia menyatakan tentang berbagai hubungan fungsional yang langsung maupun
tudak langsung, interaksi dan interdependensi antara satu unsur dengan unsur
lainnya yang membentuk suatu sistem. Karena model ini adalah suatu abstraksi
7

atau mimik, (tiruan) dari keadaan yang sebenarnya secara sederhana, maka
struktur tidak seruwet keadaan yang nyata. Di dalam menganalisis masalah
dengan menggunakan progam linier, pembentukan model memegang peranan
yang penting. Kalau salah dalam membentuk model, maka hasilnyapun tidak ada
artinya.
1. Model Analog
Model analog memiliki sifat dinamit karena dapat menjelmakan suatu
kenyataan kedalam suatu teknik “analog” dari fenomena / persoalan yang
dipelajari. Sebagai contoh sebaran, frekuensi kurva permintaan “flow chart”, dan
lain – lain. Salah satu model analog ialah ia dapat mempresentasikan sesuatu
kedalam bentuk yang sederhana dan gampang dilihat.
2. Model Matematika
Model matematika atau model simbolik ini mempunyai ciri utama bahwa
keadaan nyata yang harus disusun dalam abstraksi dengan simbl – simbol
matematika bagaimsanapun komleksnya satu persoalan sepanjang bisa
diidentifikasikan kemdian disusun dalam sebuah model sombolik maka disitulah
progam linier akan berperan. Bahasa yang dipakai oleh model ini adalah logika
simbolik. Namun demikian antara simbol ikonik dan simbolik terdapat kaitan
yang jelas satu sama lainnya. Sebab biasanya sebelum suatu model progam linier
dirumuskan ke dalam bahasa logika matematika, terlebih dahulu disusun model
mdoel analognya yang berbentuk diagram, jaringan, dan sebagainya. Dan
hubungan – hubungan tersebut bisa juga dipetakan dalam model ikonik.
Model umum progam linier sebagai kelompok model yang tergabung
dalam riset operasi, dapat dirumuskan sebagai berikut : U = f(Xi,Yi) untuk :
U = Ukuran efektifitas sistem yang dipelajari (fungsi tujuan)
Xi = Peubah – peubah yang dapat dikendalikan, untuk i=1,2,......n
Yi = Peubah – peubah yang tidak dapat dikendalikan, untuk j=1,2,.......n
f = Menyatakan “fungsi dari” yaitu suatu hubungan fungsional tertentu
antara U, Xi dan Yj.
Peubah – peubah yang dapat dikendalikan biasanya disusun dalam bentuk
“Ketidaksamaan”. Misalnya, jumlah waktu kerja mesin yang dialokasikan untuk
menghasilkan produk tertentu tidak boleh kurang dari nol, atau lebih besar
8

daripada jumlah waktu tersedia. Sekali model kita rumuskan, maka tugas
selanjutnya adalah mencari nilai – niali optimal peubah – peubah yang dapat
dikendalikan, yaitu nilai – nilai yang tidak dapat dikendalikan dengan kata lain
kita telah “turunkan hasil nilai – nilainya” untuk menjawab persoalan yang kita
hadapi dalam model tersebut. Dengan kata lain, besar dan efektifitasnya U
tergantung pada sistem persamaan Xi dan Yj yang membentuk sistem total progam
linier yang dihadapi.

E. Hambatan – Hambatan Umum Dalam Penggunaan Teknik – Teknik


Progam Linier
Di dalam penggunaan teknik ini sehari – hari didapati beberapa kesulitan
antara lain :
1. Kesulitan dalam menentukan suatu sasaran yang spesifik. Apakah maksimasi
laba atau minimasi biaya, kadang – kadang tujuan seseorang atau suatu
organisasi berubah – ubah tujuan seseorang atau organisasi berubah – berubah
untuk jangka waktu tertentu. Untuk jangka pendek mungkin suatu organisasi
bertujuan minisasi biaya. Tetapi untuk jangka panjang ia bertujuan untuk
meksimasi laba, sehingga diperlukan perhitungan – perhitungan yang berbeda.
2. Kadang – kadang sekalipun telah ditentukan tujuan yang spesifik/pasti dan
faktor – faktor yang akan dipakai dalam perhitungan, namun faktor – faktor
pembatas tersebut tidak dapat diekspresikan sebagai ketidaksamaan linier.
3. Kadang – kadang sekalipun sudah ditentukan tujuan yang spesifik, sukar
diketahui faktor – faktor pembatas secara pasti dan tepat.
4. Banyak variabel – variabel yang tak terhingga, kadang – kadang menyulitkan
pemakai teknik ini untuk memilih variabel mana yang relevan.

F. Penyusunan Model Progam Linier


Semua masalah dalam progam linier mempunyai karakteristik sebagai
berikut :
1. Keseluruhan sistem permasalahan dapat dibagi menjadi satuan – satuan
aktivitas.
9

Contoh :
a11 x1 + a12 x b1 x x2 adalah aktivitas
2. Masing - masing aktivitas harus dapat ditentukan dengan tepat baik jenis
maupun letaknya model progam linier.
3. Setiap aktivitas harus dapat didefinisikan dengan jelas kuantitasnya, sehingga
dapat dibandingkan masing – masing nilainya.
Untuk memudahkan uraian mengenai mode progam linier in digunakan
simbol - simbol :
m = macam batasan – batasan sumber atau fasilitas yang tersedia.
n = macam aktivitas yang menggunakan sumber atau fasilitas tersedia )
i = nomor setiap macam sumber / aktivitas tersedia (1 = 1,2,3,4, .........m)
J = nomor setiap macam aktivitas yang menggunakan sumber atau fasilitas
yang tersedia (j = 1,2,3, .......n)
xj = tingkat aktivitas ke j (j = 1,2,......,n)
aij = banyaknya sumber i yang akan diperlukan untuk mengahasilkan setiap
untuk output aktivitas j ( i = 1,2, .......m dan j = 1,2, ........,n)
bi = banyaknya sumber fasilitas) i yang tersedia untuk di alokasikan ke
setiap jenis aktivitas (i = a,2, ......,n)
z = nilai yang dimaksimumkan atau diminimumkan
cj = kenaikan nilai z apabila ada pertambahan tingkat aktivitas (xj) dengan
satuan atau merupakan sumbangan setiap satuan output aktivitas j
terhadap nilai z.
Keseluruhan simbol – simbol di atas lebih kedalam tabel standar linier
progamming seperti tampak pada tabel 1
Tabel 1 : Data untuk mode linier progamming
Aktivitas Pemakaian sumber per unit aktivitas (output) Kapasitas
Sumber
sumber 1 2 3................n
1 a11 A12 A12 …......... a1n B11
2 a21 a22 a23 ….......... a1n b2
3 a31 a32 a33 ….......... a32 b3
10

m a11 am2 am2 …........ amn m


Z per C1 C2 C3 …........ Cn Z per
tambahan tiap tambahan tiap
unit unit

tingkat X1 X2 X3 …......... Xn tingkat


aktivitas aktivitas

Dengan berdasarkan tabel di atas lalu dapat disusun suatu model


matematis yang dipakai untuk mengungkapkan suatu permasalahan linier
progamming sebagai berikut :
Fungsi tujuan :
maksimumkan Z = C1X1+ C2X2+ .................. CnXn
Batasan – batasan :
1. a11X1 + a12X2+ a13X3 + ................................ amXn b1
2. a21X1 + a22X2+ a33X3 + ................................ amXn b2
3. a31X1 + a32X2+ a33X3 + ................................ amXn b3

m ap1Xam2X2+am3X3+ ................................ amnXn bm


X1 0,X2 0, ............................................... Xn 0
Termilogi umum untuk model progam linier di atas dapat diringkas
sebagai berikut :
1. Fungsi yang akan dimaksimumkan : C1X1 + ……………….. CnXn
fungsi tujuan (objective function)
2. Fungsi – fungsi pembatas dapat dikelompokkan menjadi dua macam yakni :
a. Fungsi pembatas fungsional, yakni fungsi – fungsi pembatas sebanyak m
(yaitu C11X1 + a2X3 + …………….. amXn
b. Fungsi pembatas non negatif (non negative constraints), yakni fungsi –
fungsi pembatas yang dinyatakan dengan X1 o
3. Variabel – variabel Xj disebut sebagai decision variables
4. Aij, bi cj yakni input – input konstan, diosebut sebagai pareameter daripada
11

model.
Tentu saja prakteknya kelak, tidak semua permasalahan – permasalahan
tersebut antara lain adalah :
1. Permasalahan minimasi , dan dimana kita dituntut untuk menentukan
kombinasi (output) yang dapat memimukan pengorbanan (misalnya biaya).
Dalam hal ini, fungsi tujuan dinyatakan sebagai berikut :
Minimumkan Z = C1X1 + C2X2 + C3X3 .......................... CnX

2. Permasalahan dengan fungsi pembatas fungsional yang memiliki tanda


matematis sehingga apabila ditulisksan sebagai berikut :
A11X1+a12X2+a13X3 + ……………….. AinXn ≥ bi
3. Permasalahan dengan fungsi pembatas fungsional yang memiliki tanda
matematis sehingga apabila dituliskan sebagai berikut :
A11X1+ a12X3+ ………………… ainXn = bi
4. Permasalahan tertentu, dimana fungsi pembatas non negative tidak diperlukan,
atau dengan kata lain xj tidak terbatas.

G. Asumsi – Asumsi Progam Linier


Sebenarnya semua asumsi – asumsi dasar telah tersirat pada model yang
telah dipaparkan di atas. Tetapi ada baiknya untuk menguraikan asumsi – asumsi
dasar tersebut agar penggunaan teknik progam teknik progam linier ini dapat
sempurna tanpa berbentur pada hal – hal yang berlaku.
1. Proportionallty
Asumsi ini mempunyai arti bahwa naik turunnya nilai Z dan penggunaan
sumber atau fasilitas yang tersedia akan berubah secara sebanding (proportional)
dengan perubahan tingkat aktivitas.
Umpamanya :
a. Z=C1X1+C2X2+C3X3 ……………… CnXn
Setiap pertambahan 1 unit x1 akan menaikkan Z dengan C 1 setiap pertambahan 1
unit x2 akan menaikkan nilai Z dengan C2, dan seterusnya.
b. A11X11+a12+X12+ …………………. AmXn ≤ b1
Setiap pertambahan 1 unit x1 akan menaikkan penggunaan sumber/fasilitas 1
12

dengan a11. Setiap pertambahan 1 unit x1 akan menaikkan penggunaan


sumber/fasilitas 1 dengan a12 dan seterusnya. Denga kata lain setiap ada kenaikan
kapasitas riil 1 dengan a12 dan seterusnya. Dengan kata lain setiap ada kenaikan
kapasitas riil tidak perlu adanya permulaan (set up cost).
2. Nilai tujuan tiap aktivitas tidak saling mempengaruhi
Artinya, di dalam progam linier bahwa kenaikan dari nilai tujuan (z) yang
Diakibatkan oleh kenaikan suatu aktivitas dapat ditambahkan tanpa oleh kenaikan
suatu nalai z yang diperoleh dari aktivitas lain.

Umpamanya : Z = 3X1 + 5X2


Dimana : X1 = 10, X2 = 2
Sehingga : Z 30 + 10 = 40
Andaikan X1 pertambahan 1 unit, maka sesuai denagn asumsi pertama, nilai z
menjadi 40 + 3 = 43. Jadi, 1 niali z karena kenaikan x 1 dapat langsung
ditambahkan pada nialai z tanpa mengurangi bagi – bagian z yang diperoleh dari
aktivitas 2 (x2). Dengan kata lain tidak ada korelasi antara x1 dan x2.
3. Divisibity
Asumsi ini mengatakan bahwa output yang dihasilkan oleh setiap kegiatan
dapat berupa bilangan pecahan.
Demikian pula dengan nilai z yang dihasilkan. Umpamanya :
X1 = 6,5 z = 1.000,75
4. Determistic
Asumsi ini mengatakan bahwa semua parameter yang terdapat dalam
progam linier (aij,bj,cj) dapat diperkirakan dengan pasti, meskipun jarang tepat.
5. Accountabaility for resor
Sumber – sumber yang tersedia harus dapat dihitung, sehingga dapat
dipastikan, beberapa bagian yang terpakai dan berapa bagian yang tidak terpakai.
6. Linier of objectives
Fungsi tujuan dan factor – factor pembatasannya harus dapat dinyatakan
sebagai fungsi linier.

Anda mungkin juga menyukai