PENDAHULUAN
1
2
tidak banyak meleset. Oleh karena itulah, maka progam linier berhasil membantu
para pengambil keputusan yang terbaik dari sekian banyak alternatif yang tersedia
menyangkut alokasi sumber daya dan dana, dalam rangka mencapai tujuan dunia
pembangunan dan dunia usaha, dan terget yang terbaik sesuai dengan sasaran –
sasaran yang telah ditetukan.
2. Penyusunan model
Langkah ini dilakukan setelah kegiatan identifikasi persoalan tadi.
Kegiatan penyusunan model ini terdiri dari empat hal, yaitu 1) memilih model
yang cocok dan sesuai dengan permasalahannya, 2) merumuskan segala macam
faktor yang berkaitan di dalam yang bersangkutan secar simbolik ke dalam
rumusan model matematika, 3) menentukan peubah – peubah beserta kaitan –
kaitannya satu sama lainnya, dan 4) tetapkan fungsi tujuan dan kendala –
kendalanya dengan nilai – nilai dan parameter yang jelas. Nilai – nilai dan
parameter tersebut dapat didasarkan pada data historis yang sudah ada (data nyata)
maupun data perkiraan yang sudah dianalisis melalui mekansime statistika.
Kemudian horizon waktu pun harus pula ditentukan, apakah untuk satu ataukah
menyangkut satu jangka tertentu yang penuh dengan ketidaktauan. Hal ini
menyangkut janis model deterministik ataukah probabilistik/stokastik. Model dete
ministik menilai fenomena secara pasti yang penuh dengan resiko dan
ketidaktauan. Model – model progam linier, termasuk dalam kelompok model
deterministik.
3. Analisis model
Kegiatan analisis model terdiri dari tiga hal yang peting, yaitu, 1)
melakukan analisis terhadap model yang terlah disusun dan dipilih tersebut, 2)
memilih hasil – hasil analisis yang terbaik (optimal), dan 3) melakukan uji
kepekaan analsisis postiptimal terhadap hasil – hasil analisis model tersebut.
Model – model yang dipilih untuk dapat dianalisis dengan teknik progam linier
dan variasinya, akan menghasilkan hasil – hasil yang optimal.
Hasil – hasil analisis tersebut, perlu diuji kepekaannya guna melihat dan
menilai sampai seberapa jauh hasil yang diperoleh berupa nilai – niali dan
parameter peubah - peubah yang ditetapkan sebagai kriteria pengambilan
keputusan dapat bertahan apabila terjadi gonjangan atau perubahan pada sistem.
Sampai seberapa jauh model ini stabil dan asumsi – asumsinya secara struktural
dianggap sah dan kuat untuk dapay dipakai sebagai kriteria pengambilan
keputusan dan penyusunan langkah – langkah dan strategi.
4
4. Pengesahan model
Analisis pengesahan model menyangkut penilaian terhadap model tersebut
dengan cara mencocokkannya dengan keadaan dan data yang nyata, juga dalam
rangka menguji menguji dan mengesahkan asumsi – asumsinya yang membentuk
model tersebut secara struktural (yaitu peubahnya, hubungan – hubungan
fungsionalnya, dan lain – lain).
Setelah dicocokkan dengan data dan keadaan nyata tersebut, dan ternyata
model ini cocok karena mendekati kenyataaan, maka model yang bersangkutan
dianggap sah atau dapat dipercaya untuk dapat dipakai dalam analisis – analisis
pengambilan keputusan dan perumusan – perumusan strategi.
Dengan kata lain, pengembangan suatu model yang dapat diterapkan
(applicable) untuk suatu proses pengambilan keputusan yang baik, akan mengkuti
suatu proses yang cukup panjang, dengan berjalannya waktu dan berkembangnya
keadaan permasalahan, maka model yang kita anggap sah tadi pada situasi dan
kondisi lain kiranya perlu disesuaikan dan disempurnakan dengan tepat, serasi,
dan sesuai. Demikian proses ini dapat dilanjutkan.
5. Implementasi hasil
Hasil – hasil yang diperoleh berupa nilai – nilai yang akan dipakai dalam
kriteria pengambilan keputusan merupakan hasil – hasil analisis yang kiranya
dapat dipakai dalam perumusan stratergi – strategi, target – target, dan langkah –
langkah kebijakan guna disajikan kepada penegambilan keputusan dalam bentuk
alternatif – alternatif pilihan.
Hasil – hasil tersebut dapat dipakai dalam perumusan – perumusan rencana
kegiatan (sepanjang diperlukan demikian) yang sewaktu - waktu dapat dinilai.
Implementasi hasil ini juga menyangkut sistem dokumentasi model dan
dokumentasi hasil analisis yang baik, yang sewaktu – waktu dapat dipakai untuk
penyempurnaan model dan asumsi – asuminya.
D. Model
Model adalah abstraksi dan simplikasi dari dunia atau keadaan yang nyata.
Ia menyatakan tentang berbagai hubungan fungsional yang langsung maupun
tudak langsung, interaksi dan interdependensi antara satu unsur dengan unsur
lainnya yang membentuk suatu sistem. Karena model ini adalah suatu abstraksi
7
atau mimik, (tiruan) dari keadaan yang sebenarnya secara sederhana, maka
struktur tidak seruwet keadaan yang nyata. Di dalam menganalisis masalah
dengan menggunakan progam linier, pembentukan model memegang peranan
yang penting. Kalau salah dalam membentuk model, maka hasilnyapun tidak ada
artinya.
1. Model Analog
Model analog memiliki sifat dinamit karena dapat menjelmakan suatu
kenyataan kedalam suatu teknik “analog” dari fenomena / persoalan yang
dipelajari. Sebagai contoh sebaran, frekuensi kurva permintaan “flow chart”, dan
lain – lain. Salah satu model analog ialah ia dapat mempresentasikan sesuatu
kedalam bentuk yang sederhana dan gampang dilihat.
2. Model Matematika
Model matematika atau model simbolik ini mempunyai ciri utama bahwa
keadaan nyata yang harus disusun dalam abstraksi dengan simbl – simbol
matematika bagaimsanapun komleksnya satu persoalan sepanjang bisa
diidentifikasikan kemdian disusun dalam sebuah model sombolik maka disitulah
progam linier akan berperan. Bahasa yang dipakai oleh model ini adalah logika
simbolik. Namun demikian antara simbol ikonik dan simbolik terdapat kaitan
yang jelas satu sama lainnya. Sebab biasanya sebelum suatu model progam linier
dirumuskan ke dalam bahasa logika matematika, terlebih dahulu disusun model
mdoel analognya yang berbentuk diagram, jaringan, dan sebagainya. Dan
hubungan – hubungan tersebut bisa juga dipetakan dalam model ikonik.
Model umum progam linier sebagai kelompok model yang tergabung
dalam riset operasi, dapat dirumuskan sebagai berikut : U = f(Xi,Yi) untuk :
U = Ukuran efektifitas sistem yang dipelajari (fungsi tujuan)
Xi = Peubah – peubah yang dapat dikendalikan, untuk i=1,2,......n
Yi = Peubah – peubah yang tidak dapat dikendalikan, untuk j=1,2,.......n
f = Menyatakan “fungsi dari” yaitu suatu hubungan fungsional tertentu
antara U, Xi dan Yj.
Peubah – peubah yang dapat dikendalikan biasanya disusun dalam bentuk
“Ketidaksamaan”. Misalnya, jumlah waktu kerja mesin yang dialokasikan untuk
menghasilkan produk tertentu tidak boleh kurang dari nol, atau lebih besar
8
daripada jumlah waktu tersedia. Sekali model kita rumuskan, maka tugas
selanjutnya adalah mencari nilai – niali optimal peubah – peubah yang dapat
dikendalikan, yaitu nilai – nilai yang tidak dapat dikendalikan dengan kata lain
kita telah “turunkan hasil nilai – nilainya” untuk menjawab persoalan yang kita
hadapi dalam model tersebut. Dengan kata lain, besar dan efektifitasnya U
tergantung pada sistem persamaan Xi dan Yj yang membentuk sistem total progam
linier yang dihadapi.
Contoh :
a11 x1 + a12 x b1 x x2 adalah aktivitas
2. Masing - masing aktivitas harus dapat ditentukan dengan tepat baik jenis
maupun letaknya model progam linier.
3. Setiap aktivitas harus dapat didefinisikan dengan jelas kuantitasnya, sehingga
dapat dibandingkan masing – masing nilainya.
Untuk memudahkan uraian mengenai mode progam linier in digunakan
simbol - simbol :
m = macam batasan – batasan sumber atau fasilitas yang tersedia.
n = macam aktivitas yang menggunakan sumber atau fasilitas tersedia )
i = nomor setiap macam sumber / aktivitas tersedia (1 = 1,2,3,4, .........m)
J = nomor setiap macam aktivitas yang menggunakan sumber atau fasilitas
yang tersedia (j = 1,2,3, .......n)
xj = tingkat aktivitas ke j (j = 1,2,......,n)
aij = banyaknya sumber i yang akan diperlukan untuk mengahasilkan setiap
untuk output aktivitas j ( i = 1,2, .......m dan j = 1,2, ........,n)
bi = banyaknya sumber fasilitas) i yang tersedia untuk di alokasikan ke
setiap jenis aktivitas (i = a,2, ......,n)
z = nilai yang dimaksimumkan atau diminimumkan
cj = kenaikan nilai z apabila ada pertambahan tingkat aktivitas (xj) dengan
satuan atau merupakan sumbangan setiap satuan output aktivitas j
terhadap nilai z.
Keseluruhan simbol – simbol di atas lebih kedalam tabel standar linier
progamming seperti tampak pada tabel 1
Tabel 1 : Data untuk mode linier progamming
Aktivitas Pemakaian sumber per unit aktivitas (output) Kapasitas
Sumber
sumber 1 2 3................n
1 a11 A12 A12 …......... a1n B11
2 a21 a22 a23 ….......... a1n b2
3 a31 a32 a33 ….......... a32 b3
10
model.
Tentu saja prakteknya kelak, tidak semua permasalahan – permasalahan
tersebut antara lain adalah :
1. Permasalahan minimasi , dan dimana kita dituntut untuk menentukan
kombinasi (output) yang dapat memimukan pengorbanan (misalnya biaya).
Dalam hal ini, fungsi tujuan dinyatakan sebagai berikut :
Minimumkan Z = C1X1 + C2X2 + C3X3 .......................... CnX