Anda di halaman 1dari 14

ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN

MASALAH OKSIGENASI

1. Konsep Gangguan Kebutuhan Dasar


1. Definisi
Oksigenasi merupakan kebutuhan dasar manusia yang paling
mendasar.Keberadaan oksigen merupakan salah satu komponen gas dan unsur
vital dalam proses metabolisme dan untuk mempertahankan kelangsungan
hidup seluruh sel-sel tubuh ( Andarmoyo, sulistyo, 2012). Oksigen adalah salah
satu komponen gas dan unsur vital dalam proses metabolisme untuk
mempertahankan kelangsungan hidup seluruh sel tubuh. Oksigen akan
digunakan dalam metabolisme sel membentuk ATP (Adenosin Trifosfat) yang
merupakan sumber energi bagi sel tubuh agar berfungsi secara optimal. Terapi
oksigen merupakan salah satu terapi pernafasan dalam mempertahankan
oksigenasi. Tujuan dari terapi oksigen adalah untuk memberikan transpor
oksigen yang adekuat dalam darah sambil menurunkan upaya bernafas dan
mengurangi stress pada miokardium( Potter & Perry, 2006).
Anatomi Pernapasan
a. Hidung
Hidung terdiri dari hidung eksterna dan rongga hidung di belakang hidung
eksterna. Hidung eksterna terdiri dari tulang kartilago sebelah bawah dan
tulang hidung di sebelah atas ditutupi bagian luarnya dengan kulit dan pada
bagian dalamnya dengan membran mukosa.Rongga hidung memanjang
memanjang dari nostril pada bagian depan ke apertura posterior hidng, yang
keluar ke nasofaring bagian belakang.Septum nasalis memisahkan kedua
rongga hidung. Septum nasalis merupakan struktur tipis yang terdiri dari
tulang kartigo, biasanya membengkok ke satu sisi atau salah satu sisi yang
lain, dan keduanya dilapisi oleh membran mukosa. Dinding Lateral dari
rongga hidung sebagian dibentuk oleh maksila, palatum dan os
sphenoid.Konka superior, Inferior dan media (turbinasi hidung) merupakan
tiga buah tulang yang melengkung lembut melekat pada dinding lateral dan
menonjol ke dalam rongga hidung. Ketiga tulang tersebut tertutup oleh
membran mukosa. Sinus paranasal merupakan ruang pada tulang kranial
yang berhubungan melalui ostium ke dalam rongga hidung. Sinus tersebut
ditutupi oleh membran mukosa yang berlanjut dengan rongga hidung.
Ostium ke dalam rongga hidung. Lubang hidung, sinus sphenoid, diatas
konkha superior.
b. Faring,
Faring atau tenggorok merupakan struktur sperti tuba yang menghubungkan
hidung dan rongga mulut ke laring. Adenoid atau tonsil faring terletk dalam
langit-langit nasofaring . Fungsi faring adalah untuk menyediakan saluran
pada traktus respiration dan digestif (Brunner & Suddarth. 2011)
c. Laring
Laring merupakan pangkal tenggorok merupakan jalinan tulang rawan
yamg dilengkapi dengan otot, membrane, jaringan ikat, dan ligamentum .
Sebelah atas pintu masuk laring membentuk tepi epiglottis, lipatan dari
epiglottis ariteroid dan piat intararitenoid, dan sebelah tepi bawah kartilago
krikoid. Fugsi laring sebagai vokalalisasi yang menilabtaknsistem
pernapasan yang meliputi pusat khusus pengaturan bicara dalam kortek
serebri, pusat respirasi di dalam batang otak, artikulasi serta resonansi dari
mulut dan rongga hidung
d. Trakea
Trakea adalah tabung berbentuk pipa seperti huruf C yang dibentuk oleh
tulang-tulang rawan yang disempurnakan oleh selaput, terletak di antara
vertebrae servikalis VI sampai ke tepi bawah ketilago krikoidea vertebra
torakalis V. Panjangnya kira-kira 13 cm dan diameter 2,5 cm dilapisi oleh
otot polos, mempunyai dinding fibroealitis yang tertanam dalam balok-
balok hialin yang mempertahankan trakea tetap terbuka.
e. Bronkus
Bronkus merupakan lanjutan dari trakea. Bronkus terdapat pada ketinggian
vertebra torakalis IV dan V. Bronkus mempunyai struktur sama dengan
trakea dan dilapisi oleh sejenis sel yang sama dengan trakea dan berjalan ke
bawah kearah tumpuk paru. Bagian bawah trakea mempunyai cabang 2,
kiri dan kanan yang dibatasi oleh garis pembatas.
f. Pulmo (Paru-paru)
Pulmo atau paru merupakan salah satu organ pernapasan yang berada
didalam kantong yang dibentuk oleh pleura parietalis dan pleura viseralis.
Kedua paru sangat lunak, elastic, dan berada dalam rongga torak. Sifatnya
ringan dan terapung di dalam air. Paru berwarna biru keabu-abuan dan
berbintik-bintik karena partikel-partikel debu yang masuk termakan oleh
fagosit. Fungsi utama paru-paru adalah untuk pertukaran gas antara udara
atmosfer dan darah. Dalam menjalankan fungsinya, paru-paru ibarat sebuah
pompa mekanik yang berfungsi ganda, yakni menghisap udara atmosfer ke
dalam paru (inspirasi) dan mengeluarkan udara alveolus dari dalam tubuh
(ekspirasi)( Syafudin, 2011)
Fisiologi Pernafasan
Ada tiga langkah dalam proses oksigenasi, yakni : ventilasi, perfusi dan difusi
(Potter & Perry, 2006).
a. Ventilasi
Ventilasi merupakan proses untuk menggerakan gas kedalam dan keluar
paru-paru. Ventilasi membutuhkan koordinasi otot paru dan throak yang
elastic dan persarafan yang utuh. Otot pernapasan yang utama adalah
diagfragma(Potter & Perry, 2006). Ventilasi adalah proses keluar masuknya
udara dari dan ke paru-paru, jumlahnya sekitar 500 ml. Udara yang masuk
dan keluar terjadi kare.na adanya perbedaan tekanan antara intrapleural
lebih negative (752 mmHg) daripada tekanan atmofer (760 mmHg)
sehingga udara akan masuk ke alveoli.
1. Kerja Pernapasan
Pernafasan adalah upaya yang dibutuhkan untuk mengembangkan dan
membuat paru berkontraksi. Kerja pernafasan ditentkan oleh tingkat
kompliansi paru, tahanan jalan nafas, keberadaan ekspirasi yang aktif,
dan penggunaan otot-otot bantu pernafasan.
Kompliansi menurun pada penyakit, seperti edema pulmonar,
interstisial, fibrosis pleura, dan kelainan struktur traumatic, atau
congenital seperti kifosis atau fraktur iga.
Tahanan jalan nafas dapat mengalami peningkatan akibat obstruksi
jalan nafas, penyakit di jalan nafas kecil (seperti asma), dan edema
trakeal. Jika tahanan meningkat, jumlah udara, jumlah udara yang
melalui jalan nafas anatomis menurun. Ekspirasi merupakan proses
pasif normal yang bergantung pada property recoil elastic dan
membutuhkan sedikit kerja otot atau tidak sama sekaliVolume Paru
Volume paru normal diukur melalui pemeriksaan fungsi pulmonary.
Spirometer mengukur volume paru yang memasuki atau yang
meninggalkan paru-paru. Variasi volume paru dapat dihubungkan
dengan status kesehatan, seperti kehamilan, latihan fisik, obesitas, atau
kondisi paru yang obstruktif. Jumlah surfaktan, tingkat kompliansi, dan
kekuatan otot bantu pernafasan mempengaruhi tekanan dan volume di
dalam paru-paru.
2. Tekanan
Gas bergerak ke dalam dan keluar paru karena ada perubahan tekanan.
Tekanan intrapleura bersifat negative atau kurang dari tekanan atmosfer
yakni 760 mmHg pada permukaan laut. Supaya udara mengalir ke
dalam paru-paru, maka tekanan intrapleura harus lebih negative dengan
gradient tekanan antara atmosfer dan alveoli
b. Perfusi
Perfusi paru adalah gerakan darah yang melewati sirkulasi paru untuk
dioksigenasi, di mana pada sirkulasi paru adalah darah dioksigenasi yang
mengalir dalam arteri pulmonaris dri ventrikel kanan jantung. Darah ini
memperfusi paru bagian respirasi dan ikut serta dalam proses pertukaran
oksigen dan karbon dioksida di kapiler dan alveolus. Sirkulasi paru
merupakan 8-9% dari curah jantung. Sirkulasi paru bersifat fleksibel dan
dapat mengakodasi variasi volume darah yang besar sehingga dapat
dipergunakan jika sewaktu-waktu terjadi penurunan volume atau tekanan
darah sistemik.
c. Difusi
Difusi merupakan gerakan molekul dari suatu daerah dengan konsentrasi
yang lebih tinggi kedaerah degan konsentrasi yang lebih rendah. Difusi gas
pernafasan terjadi di membrane kapiler alveolar dan kecepatan difusi dapat
dipegaruhi oleh ketebalan membrane(Potter & Perry, 2006).
2. Epidemiologi
Menurut WHO, setiap tahunnya 120 juta bayi lahir di dunia, 4 juta bayi lahir mati
dan 4 juta lainnya meninggal dalam usia 30 hari. Sebanyak 3,6 juta (3%) dari
120 juta bayi lahir mengalami asfiksia, hampir 1 juta bayi ini meninggal.
Sebanyak 98 % dari kematian bayi terjadi di negara-negara yang sedang
berkembang. Kematian bayi sangat memprihatinkan, yang dikenal dengan
fenomena 2/3. Penyebab kematian neonatal utama asfiksia neonatorum (27%)
setelah (29%) (WHO, 2005). Menurut hasil riset kesehatan dasar tahun 2007,
tiga penyebab utama kematian perinatal di Indonesia adalah gangguan
pernapasan/respiratory disorders (35,9%), prematuritas (32,4%) dan sepsis
neonatorum (12.0%) (Departemen Kesehatan RI, 2008).
Hipoksia janin yang menyebabkan asfiksia neonatorum terjadi karena
gangguan pertukaran gas serta transport O2 dari ibu ke janin sehingga terdapat
gangguan dalam persediaan O2 dan dalam menghilangkan CO 2. Perubahan
pertukaran gas dan transport oksigen selama kehamilan dan persalinan akan
mempengaruhi oksigenasi sel–sel tubuh yang selanjutnya dapat mengakibatkan
gangguan fungsi sel. Gangguan ini dapat berlangsung secara menahun akibat
kondisi ibu selama kehamilan, atau secara mendadak karena hal-hal yang
diderita ibu dalam persalinan. Gangguan menahun dalam kehamilan dapat
berupa gizi ibu yang buruk, penyakit menahun seperti anemia, hipertensi,
penyakit jantung, dan lain-lain. Pada gangguan yang terakhir ini pengaruh
terhadap janin disebabkan oleh gangguan oksigenasi serta kekurangan
pemberian zat-zat makanan berhubungan dengan gangguan fungsi plasenta.
3. Faktor Yang Mempengaruhi Oksigenasi
Keadekuatan sirkulasi, ventelasi, perfusi, dan transport gas – gas pernapasan
kejaringan dipengaruhi oleh empat tipe factor :
a. Faktor fisiologis
Tabel 1. Proses Fisiologis yang Mempengaruhi Oksigenasi (Potter & Perry,
2006)

PROSES PENGARUH PADA


OKSIGENASI

Anemia Menurunkan kapasitas darah yang


membawa oksigen

Racun inhalasi Menurunkan kapasitas darah yang


membawa oksigen

Obstruksi jalan nafas Membatasi pengiriman oksigen


yang diinspirasi ke alveoli

Dataran tinggi Menurunkan konsentrasi oksigen


inspirator karena konsentasi
oksigen atmosfer yang lebih rendah.

Demam Meningkatkan frekuensi


metabolism dan kebutuhan oksigen
di jaringan.

Penurunan pergerakan dinding Mencegah penurunan diafragma


dada (kerusakan muskulo) dan menurunkan diameter
anteroposterior thoraks pada saat
inspirasi, menurunkan volume
udara yang diinspirasi.

Adapun kondisi yang mempengaruhi gerakan dinding dada :


1. Kehamilan
Ketika fetus mengalami perkembangan selama kehamilan, maka uterus
maka uterus yanb berukuran besar akan mendorong isi abdomen ke atas
diagfragma.
2. Obesitas
Klien yang obese mengalami penurunan volume paru. Hal ini
dikarenakan thorak dan abdomen bagian bawah yang berat.
3. Kelainan musculoskeletal
Kerusakan muskulosetal di region thorak menyebabkan penurunan
oksigenasi.
4. Konfigurasi structural yang abnormal
5. Trauma
6. Penyakit otot
7. Penyakit system persarafan
8. Perubahan system saraf pusat
9. Pengaruh penyakit kronis.

b. Faktor Perkembangan
1. Bayi Prematur
Bayi premature : berisiko terkena penyakit membrane hialin, yang
diduga disebabkan defisiensi surfaktan.
2. Bayi dan Todler
Bayi dan toddler : berisiko mengalami infeksi saluran pernafasan atas
(ISPA) hasil pemaparan dari anak-anak lain dan pemaparan asap dari
rokok. Selain itu, selama proses pertumbuhan gigi, beberapa bayi
berkembang kongesti nasal yang memungkinkan pertumbuhan bakteri
dan meningkatkan potensi terjadinya ISPA. ISPA yang sering doalami
adalah nasofaringitis, faringitis, influenza, dan tonsillitis.
3. Anak usia sekolah dan remaja
Anak usia sekolah dan remaja terpapar pada infeksi pernapasan dan
factor-faktor resiko pernafasan, misalnya asap rokok dan merokok.
4. Dewasa muda dan dewasa pertengahan
Individu pada usia pertengahan dan dewasa muda terpapar pada banyak
factor resiko kerdiopulmonar seperti diet yang tidak sehat, kurang
latihan fisik, obat-obatan.
5. Lansia
Kompliansi dinding dada menurun pada klien lansia yang berhubungan
dengan osteoporosis dan kalsifikasi tulang rawan kosta. Otot – otot
pernapasan melemah dan sirkulsi pemubuluh darah pulmonar menurun.
c. Faktor Perilaku
1. Nutrisi
Nutrisi mempengaruhi fungsi kardiopulmonar dalam beberapa cara.
Klien yang mengalami kekurangan gizi mengalami kelemahan otot
pernafasan. Kondisi ini menyebabkan kekekuatan otot dan kerja
pernapasan menurun.
2. Latihan Fisik
Latihan fisik meningkatkan aktivitas metabolism tubuh dan kebutuhan
oksigen. Frekuensi dan kedalaman pernapasan meningkat,
memampukan individu untuk mengatasi lebih banyak oksigen dan
mengeluarkan kelebihan karbondoksida.
3. Merokok
Dikaitkan dengan sejumlah penyakit termasuk penyakit jantung,
penyakit paru obstrukti kronis, dan kanker paru.
4. Penyalahgunaan Substansi
Penggunaan alcohol dan obat-obatan secara berlebihan akan
menggganggu oksigenasi jaringan. Kondisi ini sering kali memiliki
asupan nutrisi yang buruk.Kondisi ini menyebabkan penurunan asupan
makanan kaya gizi yang kemudian menyebabkan penurunan prosuksi
hemoglobin.
d. Faktor Lingkungan
Abestosis merupakan penyakit paru yang memperoleh di tempat kerja
dan berkembang setelah individu terpapar asbestosis.
a. Ansietas
Keadaan yang terus-menerus pada insietas beat akan meningkatkan laju
metabolisme tubuh dan kebutuhan oksigen akan meningkat(Potter &
Perry, 2006).
4. Pemeriksaan Fisik
a. Inspeksi
Saat melakukan inspeksi perawat melakukan oservasi dari ujung kepala
sampai kaki klien untuk mengkaji kulit dan warna membarn mukosa,
penampilan umum, tingkat kesadaran, keadekuatan sirkulasi sistemik, pola
pernapasan dan gerakan dinding dada.
b. Palpasi
Palpasi dilakukan untuk mengkaji beberapa daerah. Dengan palpasi, jenis
dan jumlah kerja thorak, daearah nyeri, tekan dapat diketahui dan perawat
dapat mengidentifikasi taktil fremitis, getaran dada, angkatan dada dan titik
impuls maksimal.
c. Perkusi
Perkusi adalah tindakan mengetuk-ngetuk suatu objek untuk menentukan
adanya udara, cairan, atau benda padat di jaringan yang berada di bawah
objek tersebut.
d. Auskultasi
Penggunaan auskultasi memampukan perawat mengidentifikasi bunyi paru
dan jantung yang normal maupun yang tidak normal.
5. Pemeriksaan Diagnostik
a. Elektrokardiogram
Elektrokardiogram ( EKG ) menghasilkan rekaman grfaik aktivitas listrik
jantung, mendeteksi transmisi impuls dan posisi listrik jantung.
b. Pemeriksaan fungsi paru
Untuk mengetahui kemampuan paru dalam melakukan pertukaran gas
secara efisien.
c. Pemeriksaan gas darah arteri
Untuk memberikan informasi tentang difusi gas melalui membrane kapiler
alveolar dan keadekuatan oksigenasi.
d. Oksimetri
Untuk mengukur saturasi oksigen kapiler
e. Pemeriksaan sinar x dada
Untuk pemeriksaan adanya cairan, massa, fraktur, dan proses-proses
abnormal.
f. Bronkoskopi
Untuk memperoleh sampel biopsy dan cairan atau sampel sputum/benda
asing yang menghambat jalan nafas.
6. Tindakan Penanganan
a. Penatalaksanaan medis
1. Pemantauan Hemodinamika
2. Pengobatan bronkodilator
3. Melakukan tindakan delegatif dalam pemberian medikasi oleh dokter,
misal: nebulizer, kanula nasal, masker untuk membantu pemberian
oksigen jika diperlukan.
4. Penggunaan ventilator mekanik
5. Fisoterapi dada
b. Penatalaksanaan keperawatan
1. Bersihan Jalan Nafas Tidak Efektif
a. Pembersihan jalan nafas
b. Latihan batuk efektif
c. Pengisafan lender
d. Jalan nafas buatan
2. Pola Nafas Tidak Efektif
a. Atur posisi pasien ( semi fowler )
b. Pemberian oksigen
c. Teknik bernafas dan relaksasi
3. Gangguan Pertukaran Gas
a. Atur posisi pasien ( posisi fowler )
b. Pemberian oksigen
c. Pengisapan lender
7. Komplikasi
a. Penurunan Kesadaran
b. Hipoksia
c. Cemas dan gelisah

B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan


1. Pengkajian
a. Data Objektif
1. Dispnea : kesulitan bernapas dan merupakan persepsi subjektif
kesulitan bernapas, yang mencakup komponen fisiologis dan kognitif.
2. Mengi : Mengi dihasilkan ketika udara mengalir melalui jalan napas
yang sebagian tersumbat atau menyempit pada saat inspirasi atau
ekspirasi.
3. Nyeri : Menggunakan visual pain
4. Terlihat penggunaan otot bantu pernapasan
5. Klien tanpak gelisah
b. Data Subjektif
1. Klien mengatakan nyeri pada dadanya
2. Klien mengeluhkan sulit bernapas
c. Pemeriksaan Fisik
Kondisi dan warna kulit klien diperhatikan selama pemeriksaan toraks
(pucat, biru, kemerahan). Kaji tingkat kesadaran klien dan orientasikan
selama pemeriksaan untuk menentukan kecukupan pertukaran gas.
1. Inspeksi. Perhatikan manifestasi distres pernapasan saat ini: posisi yang
nyaman, takipnea, mengap-mengap, sianosis, mulut terbuka, cuping
hidung mengembang, dispnea, warna kulit wajah dan bibir, dan
penggunaan otot-otot asesori pernapasan.
2. Palpasi dilakukan dengan menggunakan tangan untuk meraba struktur
di atas atau di bawah permukaan tubuh. Dada dipalpasi untuk
mengevaluasi kulit dan dinding dada. Palpasi dada dan medula spinalis
adalah teknik skrining umum untuk mengidentifikasi adanya
abnormalitas seperti inflamasi.
3. Perkusi : Perkusi adalah teknik pengkajian yang menghasilkan bunyi
dengan mengetuk dinding dada dengan tangan. Pengetukan dinding
dada antara iga menghasilkan berbagai bunyi yang digambarkan sesuai
dengan sifat akustiknya-resonan, hiperesonan, pekak, datar, atau
timpanik.
4. Auskultasi : mendengarkan bunyi dengan menggunakan stetoskop.
Dengan mendengarkan paru-paru ketika klien bernapas melalui mulut,
pemeriksa mampu mengkaji karakter bunyi napas, adanya bunyi napas
tambahan, dan karakter suara yang diucapkan atau dibisikan.
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul
a. Ketidakefektifan Pola Napas berhubungan dengan Deformitas tulang
1. Rencana Asuahan Keperawatan

No Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Rencana Intervensi Rasional


Keperawatan

1 Ketidakefektifan Setelah … x 24 jam, NIC label : Airway


Pola Napas pasien dapat Management
mendapatkan asupan
1. Membuka
oksigen yang baik 1. Untuk
saluran udara
melalui ventilasi yang memudahkan klien
menggunakan
optimal dengan criteria berbafas
chinlift atau
hasil :
teknik jawthrust
NOC label
sesuai dengam
a. Respiratory Status :
kebutuhan
Airway Patency
Dengan criteria hasil :
2. Posisi pasien
1. Kecepatan 2. Untuk
untuk
pernapasan memasaksimalkan
memaksimalkan
2. Ritme pernapasan masukan udara
potensial
3. Kedalaman
ventilasi
inspirasi
4. Kegelisahan
5. Takut 3. Menghilangkan 3. Untuk mengatasi
6. Dipnea saat tidur sekret dengan dispnea klien
b. Respiratory mendorong
status : batuk atau
Ventilation penyedotan
1. Perkusi suara
2. Vital
kapasitas
3. Penggunaan 4. Posisi untuk 1. Untuk mengetahui
otot bantu mengurangi penggunaan otot
4. Dada retraksi dyspnea bantu pernafasan
5. Asimetris
dada 2. Untuk mengetahui
NIC label :
adanya kegagalan
Mechanical
pernafasan
Ventilation

1. Memantau
3. Untuk
kelelahan otot
mengetahui
pernapasan
pola
pernafasan
2. Memantau
klien
kegagalan
pernafasan.
4. Untuk
mensimetriska
n dada
3. Melakukan
fisioterapi dada
sesuai

NIC label : 1. Untuk


Oxygen memudahkan
Therapy pernafasan klien

1. Bersihkan oral,
hidung, dan
trakheal sesuia
2. Untuk
kebutuhan
memaksimalkan
pernafasan klien
2. Mempertahanka
n patensi jalan
napas
3. Untuk kebutuhan
oksigenasi klien

3. Menyiapkan
peralatan
oksigen
4. Agar klien dapat
4. Memonitor mendapatkan
aliran oksigen oksigen yang tepat

5. Agar klien merasa


5. Memantau nyaman dengan
kecemasan pemasangan
pasien yang oksigenasi
berhubungan
dengan
kebutuhan terapi
oksigen

4.Evaluasi
S : Klien mengatakan nyaman setelah diberikan terapi oksigen
O : Klien tidak menggunakan otot bantu pernapsan serta tidak terdengar
suara mengi dank lien tidak tampak dipnea.
A : Ketidakefektifan Pola Napas berhubungan dengan Deformitas tulang
P : Lanjutkan intervensi untuk oksigen therapy

DAFTAR PUSTAKA

Dochterman, Bulecheck. 2004. Nursing Intervention Classification. United States of


America : Mosby.
Moorhead S, Johnson M, Maas M, Swanson, E. 2006. Nursing Outcomes
Classification. United States of America : Mosby
North American Nursing Diagnosis Association (NANDA). 2010. Diagnosis
Keperawatan 2009-2011. Jakarta : EGC.
Potter, Perry. 2006. Fundamental Keperawatan Volume 2. Jakarta :EGC.
Brunner & Suddart (2002). Keperawatan Medikal Bedah. Edisi 8. Jakarta: EGC.
Andarmoyo, Sulistyo. 2012. Kebutuhan Dasar Munusia ( Oksigenasi ).Yogyakarta :
Graha Ilmu
Syaifuddin.2011. Anatomi Fisiologi. Jakarta : EGC
Brunner & Suddarth. 2002. Keperawatan Medikal Bedah edisi 8. Jakarta: EGC
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/31055/5/Chapter%20I.pdf di akses
pada tgl 5 Desember 2012
http://id.scribd.com/doc/72205671/LP-Oksigenasi di akses tgl 5 desember 2012

KUMPULAN TUGAS PRAKTIK PROFESI NERS


KEPERAWATAN DASAR PROFESI

Dosen Pembimbing :
Ns. Febriana Sartikasari, M.Kep
Disusun Oleh :
M. Doni Hendra Saputra

NERS VIII
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
KUSUMA HUSADA SURAKARTA
2018

Anda mungkin juga menyukai