Anda di halaman 1dari 34

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Kebutuhan dasar manusia merupakan unsur-unsur yang di butuhkan oleh

manusia dalam mempertahankan keseimbangan fisiologi maupun

psikologi. Salah satunya adalah kebutuhan oksigenasi. Oksigen merupakan

salah satu komponen gas dan unsur metabolisme untuk mempertahankan

kelangsungan hidup seluruh sel-sel tubuh. Secara normal elemen ini

diperoleh dengan cara menghirup O2 ruangan setiap kali bernafas

(Wartonah Tarwanto, 2006).


Oksigen merupakan kebutuhan dasar paling vital dalam kehidupan

manusia, dalam tubuh oksigen berperan penting dalam proses metabolisme

sel tubuh. Kekurangan oksigen bisa menyebabkan hal yang berarti bagi

tubuh salah satunya adalah kematian. Karenanya, berbagai upaya perlu

dilakukan untuk menjamin pemenuhan kebutuhan oksigen tersebut,agar

terpenuhi dengan baik. Dalam pelaksanaan kenutuhan oksigenasi

merupakan tugas perawat tersendiri, oleh karena itu semua perawat harus

paham mengenai manifestasi tingkat pemenuhan oksigenasi pada kliennya

serta mampu mengatasi berbagai masalah yang terkait dengan pemenuhan

kebutuhan tersebut.
Pemenuhan kebutuhan oksigen ini tidak terlepas dari kondisi sistem

pernafasan secara fungsional. Bila ada gangguan pada salah satu organ

respirasi, maka kebutuhan oksigenasi akan mengalami gangguan.

Seringkali individu tidak menyadari terhadap pentingnya oksigen. Proses

pernafasan dianggap sebagai sesuatu yang biasa-biasa saja. Banyak

1
kondisi yang menyebabkan seseorang mengalami gangguan dalam

pemenuhan kebutuhan oksigen, seperti adanya sumbatan pada saluran

pernafasan. Pada kondisi ini, individu merasakan pentingnya oksigen.


B. Tujuan penulisan
1. mengetahui sistem tubuh yang berperan dalam kebutuhan oksigenasi.
2. Mengetahui proses terjadinya oksigenasi.
3. Mempengaruhi faktor-faktor yang mempengaruhi kebutuhan

oksigenasi.
4. Mengetahui komplikasi yang terjadi akibat gangguan oksigenasi.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Konsep Gangguan Kebutuhan Dasar

A. DEFINISI

2
Oksigenasi adalah pemenuhan akan kebutuhan oksigen (O²).

Kebutuhan fisiologis oksigenasi merupakan kebutuhan dasar manusia yang

digunakan untuk kelangsungan metabolisme sel tubuh, untuk

mempertahankan hidupnya, dan untuk aktivitas berbagai organ atau sel.

Apabila lebih dari 4 menit orang tidak mendapatkan oksigen maka akan

berakibat pada kerusakan otak yang tidak dapat diperbaiki dan biasanya

pasien akan meninggal. Kebutuhan oksigenasi merupakan kebutuhan dasar

manusia yang di gunakan untuk kelangsungan metabolisme sel tubuh

mempertahankan hidup dan aktivitas berbagai organ atau sel. Dalam

keadaan biasa manusia membutuhkan sekitar 300 cc oksigen setiap hari

(24 jam) atau sekitar 0,5 cc tiap menit. Respirasi berperan dalam

mempertahakan kelangsungan metabolisme sel. Sehingga di perlukan

fungsi respirasi yang adekuat. Respirasi juga berarti gabungan aktifitas

mekanisme yang berperan dalam proses suplai O² ke seluruh tubuh dan

pembuangan CO² (hasil pembakaran sel). Terapi oksigen merupakan

salah satu terapi pernafasan dalam mempertahankan oksigenasi. Tujuan

dari terapi oksigen adalah untuk memberikan transpor oksigen yang

adekuat dalam darah sambil menurunkan upaya bernafas dan mengurangi

stress pada miokardium. Peristiwa bernapas terdiri dari 2 bagian:


a. Menghirup udara (inpirasi)
Inspirasi adalah terjadinya aliran udara dari sekeliling masuk melalui

saluran pernapasan sampai keparu-paru. Proses inspirasi : volume

rongga dada naik/lebih besar, tekanan rongga dada turun/lebih kecil.


b. Menghembuskan udara (ekspirasi)

3
Tidak banyak menggunakan tenaga, karena ekspirasi adalah suatu

gerakan pasif yaitu terjadi relaxasi otot-otot pernapasan. Proses

ekspirasi : volume rongga dada turun/lebih kecil, tekanan rongga dada

naik/lebih besar.
Proses pemenuhan oksigen di dalam tubuh terdiri dari atas tiga tahapan,

yaitu ventilasi, difusi dan transportasi.


a. Ventilasi
Merupakan proses keluar masuknya oksigen dari atmosfer ke dalam

alveoli atau dari alveoli ke atmosfer. Proses ini di pengaruhi oleh

beberapa faktor:
1) Adanya kosentrasi oksigen di atmosfer. Semakin tingginya suatu

tempat, maka tekanan udaranya semakin rendah.


2) Adanya kondisi jalan nafas yang baik.
3) Adanya kemampuan toraks dan alveoli pada paru-paru untuk

mengembang di sebut dengan compliance. Sedangkan recoil adalah

kemampuan untuk mengeluarkan CO² atau kontraksinya paru-paru.


b. Difusi
Difusi gas merupakan pertukaran antara O² dari alveoli ke kapiler paru-

paru dan CO² dari kapiler ke alveoli. Proses pertukaran ini dipengaruhi

oleh beberapa faktor, yaitu:


1) Luasnya permukaan paru-paru.
2) Tebal membrane respirasi/permeabilitas yang terdiri atas epitel

alveoli dan interstisial. Keduanya dapat mempengaruhi proses difusi

apabila terjadi proses penebalan.


3) Perbedaan tekanan dan konsentrasi O². Hal ini dapat terjadi

sebagaimana O² dari alveoli masuk kedalam darah secara berdifusi

karena tekanan O² dalam rongga alveoli lebih tinggi dari pada

tekanan O² dalam darah vena vulmonalis.


4) Afinitas gas yaitu kemampuan untuk menembus dan mengikat HB.
c. Transportasi gas

4
Transfortasi gas merupakan proses pendistribusian O² kapiler ke

jaringan tubuh dan CO² jaringan tubuh ke kapiler. Transfortasi gas dapat

dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu:


1) curah jantung (kardiak output), frekuensi denyut nadi.
2) kondisi pembuluh darah, latihan perbandingan sel darah dengan darah

secara keseluruhan (hematokrit), serta elitrosit dan kadar Hb.

B. ETIOLOGI
Adapun faktor-faktor yang menyebabkan klien mengalami gangguan

oksigenasi menurut NANDA (2013), yaitu hiperventilasi, hipoventilasi,

deformitas tulang dan dinding dada, nyeri, cemas, penurunan energy,

kelelahan, kerusakan neuromuscular, kerusakan muskoloskeletal,

kerusakan kognitif / persepsi, obesitas, posisi tubuh, imaturitas neurologis

kelelahan otot pernafasan dan adanya perubahan membrane kapiler-

alveoli.
C. FAKTOR PREDISPOSISI
a. Faktor Fisiologi
1) Menurunnya kapasitas pengingatan O2 seperti pada anemia.
2) Menurunnya konsentrasi O2 yang diinspirasi seperti pada obstruksi

saluran napas bagian atas.


3) Hipovolemia sehingga tekanan darah menurun mengakibatkan

transport O2 terganggu.
4) Meningkatnya metabolisme seperti adanya infeksi, demam, ibu

hamil, luka, dan lain-lain.


5) Kondisi yang memengaruhi pergerakan dinding dada seperti pada

kehamilan, obesitas, muskulus skeleton yang abnormal, penyalit

kronik seperti TBC paru.


b. Faktor Perkembangan
1) Bayi prematur yang disebabkan kurangnya pembentukan surfaktan.
2) Bayi dan toddler adanya risiko infeksi saluran pernapasan akut.

5
3) Anak usia sekolah dan remaja, risiko infeksi saluran pernapasan dan

merokok.
4) Dewasa muda dan pertengahan : diet yang tidak sehat, kurang

aktivitas, stress yang mengakibatkan penyakit jantung dan paru-paru.


5) Dewasa tua : adanya proses penuaan yang mengakibatkan

kemungkinan arteriosklerosis, elastisitas menurun, ekspansi paru

menurun.
c. Faktor Perilaku
1) Nutrisi : misalnya pada obesitas mengakibatkan penurunan ekspansi

paru, gizi yang buruk menjadi anemia sehingga daya ikat oksigen

berkurang, diet yang tinggi lemak menimbulkan arterioklerosis.


2) Exercise akan meningkatkan kebutuhan oksigen.
3) Merokok : nikotin menyebabkan vasokontriksi pembuluh darah perifer

dan koroner.
4) Substansi abuse (alcohol dan obat-obatan) : menyebabkan intake

nutrisi/Fe menurun mengakibatkan penurunan hemoglobin, alcohol,

menyebabkan depresi pusat pernapasan.


5) Kecemasan : menyebabkan metabolism meningkat
d. Faktor Lingkungan
1) Tempat kerja
2) Suhu lingkungan
3) Ketinggian tempat dan permukaan laut.

D. PATOFISIOLOGI
Proses pertukaran gas dipengaruhi oleh ventilasi, difusi dan trasportasi.

Proses ventilasi (proses penghantaran jumlah oksigen yang masuk dan

keluar dari dan ke paru-paru), apabila pada proses ini terdapat obstruksi

maka oksigen tidak dapat tersalur dengan baik dan sumbatan tersebut akan

direspon jalan nafas sebagai benda asing yang menimbulkan pengeluaran

mukus. Proses difusi (penyaluran oksigen dari alveoli ke jaringan) yang

terganggu akan menyebabkan ketidakefektifan pertukaran gas. Selain

6
kerusakan pada proses ventilasi, difusi, maka kerusakan pada transportasi

seperti perubahan volume sekuncup, afterload, preload, dan kontraktilitas

miokard juga dapat mempengaruhi pertukaran gas (Brunner & Suddarth,

2006).

Pathway :

Ventilasi

Difusi
Proses pertukaran gas
Ketidakefektifan bersihan jalan nafas
Gangguan pola nafas

Gangguan pertukaran gas


Transport aktif

7
E. MANIFESTASI KLINIS
a. Suara napas tidak normal.
b. Perubahan jumlah pernapasan.
c. Batuk disertai dahak.
d. Penggunaan otot tambahan pernapasan.
e. Dispnea.
f. Penurunan haluaran urin.
g. Penurunan ekspansi paru.
h. Takhipnea
Adanya penurunan tekanan inspirasi/ ekspirasi menjadi tanda gangguan

oksigenasi. Penurunan ventilasi permenit, penggunaaan otot nafas tambahan

untuk bernafas, pernafasan nafas faring (nafas cuping hidung), dispnea,

ortopnea, penyimpangan dada, nafas pendek, nafas dengan mulut, ekspirasi

memanjang, peningkatan diameter anterior-posterior, frekuensi nafas

kurang, penurunan kapasitas vital menjadi tanda dan gejala adanya pola

nafas yang tidak efektif sehingga menjadi gangguan oksigenasi (NANDA,

2013).
Beberapa tanda dan gejala kerusakan pertukaran gas yaitu takikardi,

hiperkapnea, kelelahan, somnolen, iritabilitas, hipoksia, kebingungan,

sianosis, warna kulit abnormal (pucat, kehitam-hitaman), hipoksemia,

hiperkarbia, sakit kepala ketika bangun, abnormal frekuensi, irama dan

kedalaman nafas (NANDA, 2013).

F. KOMPLIKASI
a. Hipoksia
Merupakan kondisi tidak tercukupinya pemenuhan kebutuhan oksigen

dalam tubuh akibat defisiensi oksigen.


b. Perubahan Pola Nafas
1) Takipnea, merupakan pernafasan dengan frekuensi lebih dari 24x/

menit karena paru-paru terjadi emboli.

8
2) Bradipnea, merupakan pola nafas yang lambat abnormal, ± 10x/

menit.
3) Hiperventilasi, merupakan cara tubuh mengompensasi metabolisme

yang terlalu tinggi dengan pernafasan lebih cepat dan dalam

sehingga terjadi jumlah peningkatan O2 dalam paru-paru.


4) Kussmaul, merupakan pola pernafasan cepat dan dangkal.
5) Hipoventilasi merupakan upaya tubuh untuk mengeluarkan CO2

dengan cukup, serta tidak cukupnya jumlah udara yang memasuki

alveoli dalam penggunaan O2.


6) Dispnea, merupakan sesak dan berat saat pernafasan.
7) Ortopnea, merupakan kesulitan bernafas kecuali dalam posisi duduk

atau berdiri.
8) Stridor merupakan pernafasan bising yang terjadi karena penyempitan

pada saluran nafas

c. Obstruksi Jalan Nafas


Merupakan suatu kondisi pada individu dengan pernafasan yang

mengalami ancaman, terkait dengan ketidakmampuan batuk secara

efektif. Hal ini dapat disebabkan oleh sekret yang kental atau berlebihan

akibat infeksi, imobilisasi, serta batuk tidak efektif karena penyakit

persarafan.
d. Pertukaran Gas
Merupakan kondisi pada individu yang mengalami penurunan gas baik

O2 maupun CO2 antara alveoli paru-paru dan sistem vaskular.


G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan diagnostik yang dapat dilakukan untuk mengetahui adanya

gangguan oksigenasi yaitu:


a. Pemeriksaan fungsi paru
Untuk mengetahui kemampuan paru dalam melakukan pertukaran gas

secara efisien.
b. Pemeriksaan gas darah arteri

9
Untuk memberikan informasi tentang difusi gas melalui membrane

kapiler alveolar dan keadekuatan oksigenasi.


c. Oksimetri
Untuk mengukur saturasi oksigen kapiler
d. Pemeriksaan sinar X dada
Untuk pemeriksaan adanya cairan, massa, fraktur, dan proses-proses

abnormal.
e. Bronkoskopi
Untuk memperoleh sampel biopsy dan cairan atau sampel

sputum/benda asing yang menghambat jalan nafas.


f. Endoskopi
Untuk melihat lokasi kerusakan dan adanya lesi.
g. Fluoroskopi
Untuk mengetahui mekanisme radiopulmonal, misal: kerja jantung dan

kontraksi paru.
h. CT-SCAN
Untuk mengintifikasi adanya massa abnormal.
H. PENATALAKSANAAN
a. Bersihan Jalan Nafas Tidak Efektif
1) Pembersihan jalan nafas
2) Latihan batuk efektif
3) Suctioning
4) Jalan nafas buatan
b. Pola Nafas Tidak Efektif
1) Atur posisi pasien ( semi fowler )
2) Pemberian oksigen
3) Teknik bernafas dan relaksasi
c. Gangguan Pertukaran Gas
1) Atur posisi pasien ( posisi fowler )
2) Pemberian oksigen
3) Suctioning
I. ASUHAN KEPERAWATAN KEPERAWATAN SESUAI TEORI
1. PENGKAJIAN
a. Bersihan jalan nafas tidak efektif
1) Data Subjektif
a) Pasien mengeluh sesak saat bernafas
b) Pasien mengeluh batuk tertahan
c) Pasien tidak mampu mengeluarkan sekresi jalan nafas
d) Pasien merasa ada suara nafas tambahan
2) Data Objektif
a) Pasien tampak tersengal-sengal dan pernafasan dangkal
b) Terdapat bunyi nafas tambahan

10
c) Pasien tampak bernafas dengan mulut
d) Penggunaan otot bantu pernafasan dan nafas cuping hidung
e) Pasien tampak susah untuk batuk
b. Pola nafas tidak efektif
1) Data Subjektif
a) Pasien mengatakan nafasnya tersengal-sengal dan dangkal
b) Pasien mengatakan berat saat bernafas
2) Data Objektif
a) Irama nafas pasien tidak teratur
b) Orthopnea
c) Pernafasan disritmik
d) Letargi
c. Gangguan pernafasan gas
1) Data Subjektif
a) Pasien mengeluh pusing dan nyeri kepala
b) Pasien mengeluh susah tidur
c) Pasien merasa lelah
d) Pasien merasa gelisah
2) Data Objektif
a) Pasien tampak pucat
b) Pasien tampak gelisah
c) Perubahan pada nadi
d) Pasien tampak lelah
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan:
1) Sekresi kental/belebihan sekunder akibat infeksi, fibrosis kistik

atau influenza.
2) Imobilitas statis sekresi dan batuk tidak efektif
3) Sumbatan jalan nafas karena benda asing
b. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan:
1) Lemahnya otot pernafasan
2) Penurunan ekspansi paru
c. Gangguan Pertukaran Gas berhubungan dengan:
1) Perubahan suplai oksigen
2) Adanya penumpukan cairan dalaSm paru
3) Edema paru
3. PERENCANAAN KEPERAWATAN
Diagnosa yang diangkat:
a. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas b/d peningkatan sputum

ditandai dengan batuk produktif


b. Ketidakefektifan pola nafas b/d posisi tubuh ditandai dengan

bradipnea

11
c. Gangguan pertukaran gas b/d berkurangnya keefektifan permukaan

paru.

N TUJUAN DAN INTERVENSI RASIONAL


O KRITERIA
D HASIL
X
1 Setelah dilakukan a. Penghisapan lendir a. Mengurangi secret
tindakan pada jalan nafas dalam jalan nafas.
keperawatan b. Terapi oksigen b. Melancarkan
selama … x 24 jam pernapasan adekuat
diharapkan c. Pengaturan posisi : c. Membuka jalan
bersihan jalan semiflowler napas, dan
napas efektif sesuai memudahkan
dengan kriteria: pernapasan pasien.
1. a.Menunjukkan d. Monitor TTV d. Mengontrol
jalan nafas bersih perkembangan
2. b.Suara nafas pasien
normal tanpa suara 4.
tambahan
3. c.Tidak ada 5.
penggunaan otot
bantu nafas
4. d.Mampu
melakukan
perbaikan bersihan
jalan nafas
2 Setelah dilakukan a. Kaji frekuensi a. Mengetahui
tindakan pernafasan pasien. frekuensi pernafasan
keperawatan pasien
selama….X24 jam
diharapkan pola b. Tinggikan kepala dan b. Duduk tinggi
napas efektif bantu mengubah memungkinkan
dengan kriteria : posisi. ekpansi paru dan
1. Menunjukkkan memudahkan
pola nafas efektif pernafasan
dengan frekuensi
nafas 16-20 c. Ajarkan teknik c. HE dapat
kali/menit dan bernafas dan relaksasi memberikan
irama teratur yang benar pengetahuan pada
2. Mampu pasien tentang
menunjukkan teknik bernafas
perilaku
peningkatan fungsi d. Kolaborasikan dalam d. Pengobatan

12
paru pemberian obat mempercepat
penyembuhan dan
memperbaiki pola
nafas
3 Setelah dilakukan a. Auskultasi dada untuk
1. a. Weezing atau
tindakan karakter bunyi nafas mengiindikasi
keperawatan dan adanya secret. akumulasi
selama ….X 24 jam sekret/ketidakmamp
diharapkan uan membersihkan
pertukaran gas jalan napas
dapat sehingga otot
dipertahankan aksesori digunakan
dengan kriteria : dan kerja
1. a.Menunjukkan b. Beri posisi yang pernapasan
perbaikan ventilasi nyaman seperti posisi meningkat.
dan oksigenasi semi fowler
jaringan
2. b.Tidak ada c. Anjurkan untuk b. Memudahkan pasien
sianosis bedrest, batasi dan untuk bernafas
bantu aktivitas sesuai
kebutuhan
c. Mengurangi konsumsi
d. Ajarkan teknik oksigen pada periode
bernafas dan relaksasi respirasi.
yang benar.
d. HE dapat memberikan
pengetahuan pada
e. Kolaborasikan terapi pasien tentang teknik
oksigen bernafas

e. sediaan oksigen
khususnya ventilasi
menurun

4. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Impementasi merupakan tindakan yang sudah direncanakan dalam

rencana tindakan keperawatan


a. Mandiri: aktivitas perawat yang didasarkan pada kemampuan sendiri

dan bukan merupakan petunjuk/perintah dari petugas kesehatan

13
b. Delegatif: tindakan keperawatan atas intruksi yang diberikan oleh

petugas kesehatan yang berwenang


c. Kolaboratif: tindakan perawat dan petugas kesehatan yang lain

dimana didasarkan atas keputusan bersama.


5. EVALUASI KEPERAWATAN
a. Dx 1: menunjukkkan adanya kemampuan dalam
1) Menunjukkan jalan nafas paten
2) Tidak ada suara nafas tambahan
3) Mampu melakukan perbaikan bersihan jalan nafas
b. Dx 2:
1) Menunjukkan pola nafas efektif dengan frekuensi dan kedalaman

nafas yang normal


2) Tidak ada sianosis
c. Dx 3:
1) Perbaikan ventilasi dan oksigenasi jaringan
2) Tidak ada gejala distres pernafasan

BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN KASUS

Tanggal / jam MRS : 23 oktober 2016 / 16.30

Tanggal / jam pengkajian : 24 oktober 2016 / 12.00

Metode pengkajian : Wawancara

Diagnose medis : Gagal Ginjal Kronik

No. regristrasi : 067129

A. PENGKAJIAN
I. BIODATA
1. Identitas klien
nama klien : Tn. S
jenis kelamin : Laki-laki
alamat : Bumiraya

14
umur : 58 tahun
agama : Islam
status perkawinan : Kawin
pendidikan : Tidak Sekolah
pekerjaan : Buruh

2. Identitas penanggung jawab


Nama : Tn. M
Jenis kelamin : Laki-laki
Umur : 37 tahun
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Swasta
Alamat : Bumiraya
Hubungan dengan klien : keponakan

II. RIWAYAT KESEHATAN


1. Keluhan utama
Pasien mengatakan sesak.
2. Riwayat penyakit sekarang
Pasien datang ke IGD dengan keluhan sesak nafas dan serak sejak 3

hari yang lalu. Setelah hemodialisa pasien mengatakan sesak semakin

meningkat dan merasakan mual.


3. Riwayat penyakit dahulu
Hemodialisa rutin.
4. Riwayat kesehatan keluarga
Keluarga mengatakan tidak ada penyakit keturunan.

Genogram

5
8
th
h

15
Keterangan :
: laki-laki
: perempuan
: laki-laki meninggal
: perempuan meninggal
: pasien dengan umur
: serumah

III. PENGKAJIAN POLA FUNGSI GORDON


1. Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan :
Pasien mengatakan bahwa kesehatan itu penting, sehingga pasien

selalu berusaha untuk menjaga kesehatannya dengan rutin

hemodialisa.
2. Pola aktivitas dan latihan (sebelum dan sesudah sakit)

Kemampuan perawatan diri 0 1 2 3 4


Makan /minum √
mandi √
Toileting √
Berpakaian √
Mobilitas ditempat tidur √
Berpindah √
Ambulasi / ROM √

Keterangan :
0 : mandiri
1 : dengan alat mandi
2 : dibantu orang lain
3 : dibantu orang lain dan alat
4 : tergantung total
3. Pola istirahat dan tidur
a. Sebelum sakit : pasien mengatakan biasa tidur selama 8-9 jam.
b. Selama sakit : pasien mengatakan susah tidur.
1) Kualitas dan kuantitas tidur : Tidak nyenyak dengan kuantitas

tidur 5-6 jam sehari.


2) Gangguan tidur : sering terbangun karena sesak nafas.

4. Pola nutrisi metabolik

16
a. Pengkajian nutrisi (ABCD)
A (antropometri) : BB : 58 kg, TB : 162 cm
B (biomechanical) : HB 12,0
C (clinical sign) : Badan kurus, kulit kering, mata cekung,

mukosa bibir kering.


D (diet) : Diit tinggi protein, rendah natrium
b. Pola nutrisi
Sebelum sakit
1) Frekuensi : 3x/hari
2) Jenis : nasi, lauk, sayur, buah, teh dan air putih
3) Porsi : 1 porsi habis
4) Keluhan : tidak ada

Selama sakit

1) Frekuensi : 3x/hari
2) Jenis : bubur, lauk, sayur, snack, teh dan air putih
3) Porsi : ½ porsi
4) Keluhan : mual dan lidah terasa pahit

5. Pola eliminasi
a. BAB
Sebelum sakit
1) Frekuensi BAB : 1x/hari, pagi
2) Konsistensi : lunak berbentuk
3) Warna :kuning kecoklatan
4) Keluhan / kesulitan BAB : tidak ada
5) Penggunaan obat pencahar

Selama sakit

1) Frekuensi BAB : 3 hari 1x


2) Konsistensi : lunak keras
3) Warna : kuning pucat
4) Keluhan / kesulitan BAB : konstipasi
5) Penggunaan obat pencahar : tidak ada
b. BAK
Sebelum sakit
1) Frekuensi BAK : 5-6x/hari
2) Jumlah urine : ±250cc/hari
3) Warna : kuning teh
4) Keluhan / kesulitan BAK : tidak ada

17
Selama sakit

1) Frekuensi BAK : 1-5x/hari


2) Jumlah urine : ±100cc/hari
3) Warna : merah pekat
4) Keluhan /kesulitan BAK : nyeri dan tidak puas
6. Pola kognitif dan perceptual
a. Fungsi panca indra (penglihatan, pendengaran, pengecapan,

penghindu, perasa)
Tidak ada masalah
b. Kemampuan bicara
Kemampuan bicara baik dan jelas
c. Kemampuan membaca
Tidak begitu fasih membaca
7. Pola konsep diri
a. Harga diri : pasien mengatakan sudah berusaha untuk mengobati

penyakitnya
b. Ideal diri : pasien mengatakan agar cepat sembuh agar bisa pulang

dan melakukan aktivitas seperti biasa


c. Identitas diri : pasien mengatakan bahwa apa yang terjadi pada

dirinya adalah cobaan


d. Gambaran diri : pasien mengatakan tidak ada masalah dengan

bentuk tubuhnya
e. Peran : pasien mengatakan selama dirumah sakit tidak bisa

menjalankan pekerjaanya

8. Pola koping
a. Masalah utama selama masuk RS (keuangan, dll)
Pasien mengatakan untuk pengambilan keputusan selalu

dimusyawarahkan dengan keluarga


b. Kehilangan / perubahan yang terjadi sebelumnya
Pasien mengatakan sebelumnya bisa bekerja dengan baik selama

sakit tidak bisa bekerja


c. Pandangan terhadap masa depan
Pasien mengatakan supaya cepat sembuh dan bisa menjalankan

aktivitasnya sehari hari lagi

18
d. Koping mekanisme yang digunakan saat terjadinya masalah
Pasien mengatakan saat terjadi masalah selalu diselesaikan secara

musyawarah
9. Pola seksual-reproduksi
a. Masalah menstruasi
b. Pap smear terakhir
c. Perawatan payudara setiap bulan
d. Alat kontrasepsi yang digunakan
e. Apakah ada kesukaran dalam berhubungan seksual
Pasien mengatakan mudah lelah karena sesak nafas
f. Apakah penyakit sekarang menggangu fungsi seksual
Pasien mengatakan selama sakit tidak bisa berhubungan seksual

10. Pola peran dan hubungan


a. Peran pasien dalam keluarga dan masyarakat
Pasien mengatakan pasien seorang bapak dan untuk kegiatan

dimasyarakat pasien ikut berpartisipasi


b. Apakah klien punya teman dekat
Pasien mengatakan mempunyai teman dekat yaitu tetangganyya

yang saling membantu


c. Siapa yang dipercaya untuk membantu klien jika ada kesulitan
Pasien mengatakan keponakanya selalu membantunya bila ada

kesulitan
d. Apakah klien ikut dalam kegiatan masyarakat? Bagaimana

keterlibatan klien
Pasien mengatakan selalu ikut kegiatan masyarakat seperti

mengikuti gotong royong dan musyawarah warga


11. Pola nilai dan kepercayaan
a. Agama
Pasien mengatakan beragama islam
b. Ibadah
Pasien mengatakan selama sakit jarang melakukan ibadah sholat
IV. PEMERIKSAAN FISIK
1. Keadaan umum : baik/cukup/lemah
a. Kesadaran : compos mentis
b. Tanda-tanda Vital
1) Tekanan Darah : 210/110 mmHg
2) Nadi
a) Frekuensi : 80x/permenit
b) Irama : reguler

19
c) Kekuatan : cepat
3) Pernafasan
a) Frekuensi : 30x/permenit
b) Irama : irreguler
4) Suhu : 36,6º
2. Pemeriksaan head to toe
a. Kepala
1) Bentuk dan ukuran kepala : simetris, bersih, tidak ada lesi.
2) Pertumbuhan rambut : hitam sedikit beruban, distribusi

rambut merata, rambut kuat.


3) Kulit kepala : sedikit kotor tidak ada luka
b. Muka
1) Mata
a) Kebersihan : terdapat sekret pada mata
b) Fungsi penglihatan : baik
c) Palpebra : cembung
d) Konjungtiva : anemis
e) Sclera : putih tidak ikterik
f) Pupil : midriasis dan miosis
g) Diameter ki/ka : isokorn
h) Reflek terhadap cahaya : mengecil ketika terkena

rangsangan cahaya
i) Penggunaan alat bantu penglihatan : tidak ada
2) Hidung
a) Fungsi : baik
b) Secret : tidak ada
c) Nyeri sinus : tidak ada
d) Polip : tidak ada
e) Napas cuping hidung : ada
3) Mulut
a) Kemampuan bicara : baik
b) Keadaan bibir : kering
c) Selaput mukosa : kering
d) Warna lidah : pink pucat
e) Keadaan gigi : baik
f) Bau nafas : amoniak
g) Dahak : tidak ada
4) Gigi
a) Jumlah : 32
b) Kebersihan : agak kekuningan, terdapat caries gigi
c) Masalah : tidak ada masalah
5) Telinga
a) Fungsi pendengaran : baik
b) Bentuk : simetris

20
c) Kebersihan : bersih
d) Serumen : tidak ada
e) Nyeri telinga : tidak ada
c. Leher
1) Bentuk : normal
2) Pembesaran tyroid : tidak ada
3) Kelenjar getah bening : tidak ada
4) Nyeri waktu menelan : tidak
5) JVP : tidak ada
d. Dada (thorax)
1) Paru-paru
a) Inspeksi : bentuk dada simetris, tidak ada lesi
b) Palpasi : nyeri dada sekala 3, tidak ada massa
c) Perkusi : sonor
d) Auskultasi : suara nafas ireguler
2) Jantung
a) Inspeksi : simetris
b) Palpasi : tidak nyeri
c) Perkusi : pekak
d) Auskultasi : suara lup dup, tidak terdapat suara tambahan

e. Abdomen
1) Inspeksi : simetris, tidak ada lesi
2) Auskultasi : bising usus normal 28x/menit
3) Perkusi : timpani
4) Palpasi : tidak ada nyeri tekan
f. Genetalia : tidak terkaji
g. Anus dan rectum : tidak terkaji
h. Ekstermitas
1) Atas
a) Kekuatan otot kanan dan kiri : gerakan normal penuh
b) ROM kanan dan kiri : normal
c) Perubahan bentuk tulang : tidak ada
d) Pergerakan sendi bahu : tidak ada
e) Perabaan akral : hangat
f) Pitting edema : tidak ada
g) Terpasang infuse : terpasang di tangan sebelah kiri
2) Bawah
a) Kekuatan otot kanan dan kir : gerakan normal penuhi
b) ROM kanan dan kiri : normal
c) Perubahan bentuk tulang : tidak ada
d) Varises : tidak ada
e) Perabaan akral : hangat

21
f) Pitting edema : tidak ada
i. Integumen : kulit berwarna sawo matang, kering, tidak bersisik

V. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan laboratorium
Tanggal pemeriksaan :23 Oktober 2016

Jenis Pemeriksaan Nilai Normal Satuan Hasil Keterangan Hasil


Hemoglobin 13 – 16 gram/dl 12,0
PDW 6,5 – 12.00 15,9
RDW/SD 35 – 56 fL 57,6
RDW/CV 11,3 - 14,7 % 15,0
Ureum 15-45 mg/dl 165,6
Creatinin 0,9 – 1,3 mg/dl 11,78

VI. TERAPI MEDIS

Hari/ Jenis Terapi Dosis Golongan & Fungsi

Tanggal Kandungan
23-10- Cairan IV : 8 tpm Per 1000 Rehidrasi,
1 flash
2016 D10 glucose, air suplai energy

untuk injeksi ada parentral.


2x1
1,000 Ml
ekstra D40 Menaikkan
Clonidin/klonidin
Obat kadar gula
Hcl
Peroral : darah
Clonidin

2x10mg Mengobati

tekanan darah

Tiap tablet salut tinggi,

selaput menurunkan
Nifedipin
nifedipine tekanan darah

22
3x1 mengandung tinggi, mecegah

nifedipine 10mg. stroke, serangan

jantung, dan
3x1
masalah ginjal.
CaCo3 CaCo3 500mg Pencegahan

insufisiensi

koroner
Obat
terutama angina
Parenteral :
pektoris,
ranitidine
hipertensi

kronik dan

hipertensi

5lpm urgensi.
Obat Mencegah atau

Topikal : mengobati
Oksigen
kadar kalsium
nasal kanul
yang rendah.

Menghambat

kerja histamine

secara

kompetitif pada

reseptor H2 dan

mengurangi

sekresi asam

23
lambung.

Mempertahakan

suplai oksigen

dalam tubuh.

B. ANALISA DATA
Nama : Tn.S No. CM : 067129
Umur : 58 Th Diagnosa Medis : GGK

No. Hari/ Tanggal/ Jam Data Fokus Masalah Etiologi Diagnosa


1. Minggu/23-10-2016/ DS : pasien Ketidakefektifan imaturitas

mengatakan pola nafas neurologis

sesak nafas.
DO :
Keadaan

umum

compos

mentis.
pola nafas

pasien

tampak

irregular.
TTV : TD :

170/140

mmHg.
HR : 80

24
xpermenit
RR :

32xpermenit.
GDS : 85 dl
SpO2 : 88

mmhg.
2. DS : pasien Gangguan pola halangan

mengatakan tidur lingkungan

tidurnya

tidak

nyenyak dan

sering

terbangun.
DO : pasien

tampak

lemas, pasien

mengatakan

tidurnya

kurang

karena

terganggu

lingkungan

sekitar dan

merasa

sesak.
3. DS : pasien Intoleransi Imobilitas

25
mengatakan aktivitas

badannya

terasa lemas.
DO : pasien

tampak

lemas, ADL

dibantu oleh

keluarga.

C. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan imaturitas neurologis.
2. Gangguan pola tidur berhubungan dengan halangan lingkungan
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan imobilitas

D. RENCANA KEPERAWATAN/ INTERVENSI


Nama : Tn.S No. CM : 067129
Umur : 58 Th Dx. Medis : GGK

No Tgl/ Jam Dx. Kep Tujuan & Intervensi Ttd

Kriteria Hasil (NIC)

(NOC)
1. 24/10/2016 ketidakefektifan Setelah dilakukan a.manajemen

J.12 pola nafas tindakan jalan nafas

berhubungan keperawatan buatan.

26
dengan selama 3x24 jam b.terapi

imaturitas diharapkan pola oksigen.


c.bantuan
neurologis. nafas dapat
ventilasi.
efektif dengan d.monitor

batasan tanda-tanda

karakteristik : vital.
a. sesak e.pemberian

nafas analgesik.
f.manajemen
berkurang
nyeri.
. g.pengaturan
b. Nyeri
posisi.
berkurang

.
c. Tidak ada

pengguna

an alat

bantu

pernafasa

n.
d. Tanda –

tanda

vital

stabil.

2. 24/10/2016 Gangguan pola Setelah dilakukan a.manajemen


J.12
tidur tindakan lingkungan.

27
berhubungan keperawatan b.pengaturan

dengan selama 3x24 jam posisi.

halangan diharapkan pola c.terapi

lingkungan. tidur dapat relaksasi

teratasi dengan d.fasilitas

batasan meditasi

karakteristik : e.terapi musik


a.tingkat
f.manajemen
kelelahan
nyeri.
berkurang
b.status

kenyamanan

pasien meningkat
c. kepuasan

pasien meningkat

ditandai

lingkungan fisik

yang mendukung
d. tanda-tanda

vital stabil
3. 24/10/2016 Intoleransi setelah dilakukan a. Manajemen
j.12.00
aktifitas tindakan lingkungan
b. Bantuan
berhubungan keperawatan
perawatan
degan selama 3x24 jam
diri
imobilitas di harapkan c. Terapi

intoleransi oksigen

28
aktifitas dapat d. Manajemen

teratasi dengan nyeri


e. Manajemen
batasan
pengobatan
karakteristik:
a. Status

kenyamanan

pasien

meningkat
b. Status

perawatan diri

sebagian
c. ADL dibantu

sebagian
d. Status

pernafasan

stabil

E. TINDAKAN KEPERAWATAN/ IMPLEMENTASI


Nama : Tn.S No. CM :067129
Umur : 58 Th Diagnosa Medis : GGK

Hari/ Tgl/ No. Dx Implementasi Respon Ttd

Jam
Senin/24- 1. 1. memberikan terapi Ds: pasien

10-2016/ oksigen 8-10 lpm menggatakan sesak

12.00 nafas berkurang


Do: sesak nafas
senin

29
pasien tampak
2. memberikan injeksi
berkurang.
ranitidin 2x1, clonidin
Ds: pasien
2x1, CaCo3 3x1,
mengatakan mau
nifedipin 2x10mg
minum obat
Do: pasien minum
2. monitor tanda-tanda
obat dan mau
vital
diberikan injeksi
Ds: pasien

mengatakan mau di

cek tanda-tanda

vital
Do: keadaan umum

kompos mentis

tekanan darah
3. memberikan posisi
210/110mmhg,
semi fowler
nadi 80x/menit,

suhu 36ºc.

Ds: pasien

mengatakan mau di

posisikan semi

fowler.

Do: pasien

kooperatif
2 1.memberikan lingkungan Ds: pasien

30
yang nyaman untuk mengatakan
Do: pasien
pasien.
kooperatif
2.mengajarkan teknik Ds: pasien

relaksasi guide imagery mengatakan mau

diajari terapi

relaksasi.
Do: pasien

kooperatif
Ds: pasien

mengatakan mau

diberikan terapi

musik
Do: pasien tampak

rileks
3. 1. memberikan Ds: pasien

lingkungan yang nyaman mengatakan

untuk pasien. ruangan ramai

dengan pasien lain.


Do: pasien tampak

2. monitor terapi oksigen kooperatif

8-10 lp Ds: pasien

mengatakan sesak

berkurang.
4. memberikan injeksi Do : sesak nafas

ranitidin 2x1, obat oral pasien berkurang.


Ds: pasien
clonidin 2x1, nifedipin
mengatakan mau

31
2x10mg, CaCo3 3x1 diberi injeksi dan

mau minum obat

tablet.
Do : pasien tampak

kooperatif, obat

masuk iv lancar,

pasien minum obat

tablet.

F. EVALUASI
Nama : Tn.S No. CM : 067129
Umur : 58 Th Diagnosa Medis : GGK

No Hari/ Tgl/ Jam Evaluasi Ttd

Dx
1 Senin/24 S : pasien mengatakan sesak nafas

oktober berkurang.
O : pasien tampak menggunakan
2016/jam
oksigen kanul.
12.00 A : masalah teratasi sebagian.
P : intervensi dilanjutkan

32
a. berikan oksigen yang

adekuat
b. berikan posisi semifowler
2 Selasa/25 S : pasien mengatakan tidurnya

oktober mulai teratur +/- 6 jam.


O : pasien tampak tidur.
2016/jam A : masalah teratasi
P : intervensi dihentikan
12.00
3 Rabu/26 S : pasien mengatakan hanya

oktober/jam dibantu ketika turun dari tempat

12.00 tidur
O : pasien tampak digandeng

ketikan berjalan
A : masalah teratasi sebagian
P : intervesi dihentikan

BAB VI

PENUTUP

A. Kesimpulan
Kebutuhan oksigenasi adalah kebutuhan fisiologis yang merupakan

kebutuhan dasar manusia yang digunakan untuk kelangsungan

metabolisme sel tubuh, untuk mempertahakan hidupnya, dan untuk

aktivitas berbagai organ atau sel. Sistem pernafasan berperan dalam

pemenuhan kebutuhan oksigenasi terdiri atas saluran pernafasan bagian

atas yaitu hidung,faring,laring,epiglotis. Dan saluran pernafasan bawah

yaitu trakea,bronkus,bronkiolus,dan paru-paru yang merupakan organ

33
utama dalam sistem pernafasan. Proses pemenuham oksigenasi dalam

tubuh terdiri atas tiga tahapan yaitu ventilasi, difusi dan transpor. Dimana

tahapan tersebut mempunyai prosedur tersendiri dalam

mempraktekkannya. Selain itu, terdapat cara untuk mengatasi masalah

kebutuhan oksigenasi yaitu dengan latihan nafas dalam, latihan batuk

efektif, pemberian oksigen, fisioterapi dada, dan pemberian posisi

semifowler untuk pasien.


B.Saran
Diharapkan laporan makalah ini dapat bermanfaat bagi kelompok dan bagi

instansi. Kedepan untuk pelayanan kesehatan dapat disesuaikan dengan

teori dan terus meningkatkan mutu pelayanan.

DAFTAR PUSTAKA

Brunner &Suddarth. (2006). Keperawatan Medikal Bedah. EGC. Jakarta


Mubarak, Wahit Iqbal & Cahyani, Nurul. 2007. Kebutuhan Dasar. Jakarta : EGC
Nanda International (2013). Diagnosis Keperawatan: definisi & Klasifikasi.

Jakarta:EGC
Potter & Perry. 2006. Fundamental Keperawatan. Jakarta:EGC
Tarwonto dan Wartonah.2006. Kebutuhan Dasar Manusia dan Asuhan

Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.

34

Anda mungkin juga menyukai