Anda di halaman 1dari 14

Diabetes Mellitus adalah penyakit metabolisme yang merupakan suatu kumpulan gejala yang

timbul pada seseorang karena adanya peningkatan kadar glukosa darah di atas nilai normal.
Penyakit ini disebabkan gangguan metabolisme glukosa akibat kekurangan insulin baik secara
absolut maupun relatif. (Kemenkes, 2013)
Data World Health Organization (WHO) telah mencatat Indonesia dengan populasi 230 juta
jiwa, menduduki kedudukan keempat di dunia dalam hal jumlah penderita diabetes terbesar
setelah Cina, India, dan Amerika Serikat. Bahkan Kementerian Kesehatan menyebut prevalensi
diabetes mencapai 14,7 persen di perkotaan dan 7,2 persen di pedesaan. Dengan asumsi
penduduk berumur di atas 20 tahun pada 2010 mencapai 148 juta jiwa, diperkirakan ada 21,8
juta warga kota dan 10,7 juta warga desa menderita diabetes (http://health.liputan6.com. Diakses
25 April 2015).

Diabetes Mellitus adalah suatu sindrom defisiensi sekresi insulin atau pengurangan
efektifitas kerja insulin atau keduanya yang menyebabkan hiperglekimia (Marrelli, 2016).

TEMPAT NYEDOT MAKALAH, ARTIKEL, KTI DLL.


Blog ini berisi makalah, artikel, KTI, ASKEP, ASKEB, LP, KLIPPING dan masih banyak lagi
guna melengkapi tugas sekolah/kuliah Anda, semoga bermanfaat...
Thursday, 25 May 2017
MAKALAH DIABETES MELLITUS
MAKALAH

DIABETES MELLITUS
Disusun Oleh :

ARNIANTI
BT 12 01 098
III A

AKADEMI KEPERAWATAN BATARI TOJA


WATAMPONE

2016
KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Esa kami dapat menyelesaikan
makalah tentang Diabetes Mellitus ini dengan baik tanpa hambatan. Hal ini tidak terlepas juga
karena dukungan dari dosen pembimbing kami.
Kami mengucapkan terima kasih banyak kepada semua pihak yang telah membantu
dalam menyelesaikan tugas ini atas semua bantuan, bimbingan dan kemudahan yang telah
diberikan kepada kami dalam menyelesaikan makalah ini.
Meskipun telah berusaha dengan segenap kemampuan, namun kami menyadari bahwa
dalam penyusunan makalah ini masih belum sempurna, sehingga kritik, koreksi, dan saran dari
semua pihak untuk menyempurnakan makalah kami selanjutnya senantiasa akan kami terima
dengan tangan terbuka.
Akhirul kalam, terima kasih yang sebesar-besarnya kepada pembimbing yang telah
membimbing kami untuk membuat makalah ini.

Watampone, 02 Agustus 2016

Penyusun

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................i
DAFTAR ISI ..........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ........................................................................................1
B. Rumusan Masalah ...................................................................................1
C. Tujuan Penulisan.....................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian................................................................................................3
B. Penyebab..................................................................................................4
C. Insiden......................................................................................................5
D. Patofisiologi.............................................................................................6
E. Tanda dan Gejala.....................................................................................7
F. Komplikasi ..............................................................................................8
G. Test Diagnostik ......................................................................................8
H. Pencegahan..............................................................................................9
I. Penatalaksanaan Medis..........................................................................11
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan ...........................................................................................14
B. Saran .....................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA

ii

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Diabetes Mellitus adalah penyakit metabolisme yang merupakan suatu kumpulan gejala
yang timbul pada seseorang karena adanya peningkatan kadar glukosa darah di atas nilai normal.
Penyakit ini disebabkan gangguan metabolisme glukosa akibat kekurangan insulin baik secara
absolut maupun relatif. (Kemenkes, 2013).
Data World Health Organization (WHO) telah mencatat Indonesia dengan populasi 230
juta jiwa, menduduki kedudukan keempat di dunia dalam hal jumlah penderita diabetes terbesar
setelah Cina, India, dan Amerika Serikat. Bahkan Kementerian Kesehatan menyebut prevalensi
diabetes mencapai 14,7 persen di perkotaan dan 7,2 persen di pedesaan. Dengan asumsi
penduduk berumur di atas 20 tahun pada 2010 mencapai 148 juta jiwa, diperkirakan ada 21,8
juta warga kota dan 10,7 juta warga desa menderita diabetes (http://health.liputan6.com. Diakses
25 April 2015).
Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) tahun 2013, prevalensi diabetes
dan hipertiroid di Indonesia berdasarkan wawancara yang terdiagnosis dokter sebesar 1,5 persen
dan 0,4 persen. DM terdiagnosis dokter atau gejala sebesar 2,1 persen. Prevalensi diabetes yang
terdiagnosis dokter tertinggi terdapat di DI Yogyakarta (2,6%), DKI Jakarta (2,5%), Sulawesi
Utara (2,4%) dan Kalimantan Timur (2,3%). Prevalensi diabetes yang terdiagnosis dokter atau
gejala, tertinggi terdapat di Sulawesi Tengah (3,7%), Sulawesi Utara (3,6%), dan Nusa Tenggara
Timur 3,3 persen. (Kemenkes, 2013).
Berdasarkan data Survailans Penyakit tidak menular Bidang P2PL DinasKesehatan
Provinsi Sulawesi Selatan tahun 2014 terdapat Diabetes Mellitus 27.470 kasus baru, 66.780
kasus lama dengan 747 kematian. (Dinkes Sulsel, 2015).
Melihat latar belakang diatas, maka penulis tertarik menyusun sebuah makalah yang
berjudul Diabetes Mellitus.

B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi dan penyebab dari Diabetes Mellitus.?
2. Bagaimana insiden Diabetes Mellitus.?
3. Bagaimana patofisiologi Diabetes Mellitus.?
4. Bagaimana tanda dan gejala Diabetes Mellitus?
5. Bagaimanakah pencegahan Diabetes Mellitus.?
6. Bagaimana penatalaksanaan Diabetes Mellitus.?

C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui definisi dan penyebab dari Diabetes Mellitus.
2. Mengetahui insiden Diabetes Mellitus.
3. Mengetahui patofisiologi Diabetes Mellitus.
4. Mengetahui tanda dan gejala Diabetes Mellitus.
5. Mengetahui pencegahan Diabetes Mellitus.
6. Mengetahui penatalaksanaan Diabetes Mellitus.

BAB II
PEMBAHASAN
A
A. Pengertian
1. Diabetes Melitus adalah penyakit metabolisme yang merupakan suatu kumpulan gejala yang
timbul pada seseorang karena adanya peningkatan kadar glukosa darah di atas nilai normal.
(Dinkes Sulsel, 2015)
2. Diabetes Mellitus (kencing manis) adalah suatu penyakit dengan peningkatan glukosa darah
diatas normal. Dimana kadar diatur tingkatan-nya oleh hormon insulin yang diproduksi oleh
pankreas (Shadine, 2013).
3. Diabetes Mellitus merupakan penyakit sistemis, kronis dan multifaktorial yang dicirikan
dengan dengan hiperglikemia dengan hiper lipidemia (Baradero, 2014).
4. Diabetes Mellitus adalah suatu sindrom defisiensi sekresi insulin atau pengurangan efektifitas
kerja insulin atau keduanya yang menyebabkan hiperglekimia (Marrelli, 2016).
5. Penyakit Kencing Manis (Diabetes Mellitus) adalah suatu kumpulan gejala yang timbul pada
seseorang yang disebabkan adanya peningkatan kadar gula (glukosa) darah secara terus-
menerus (kronis) akibat kekurangan insulin baik kuantitatif maupun kualitatif (Tapan, 2015).
6. Diabetes Mellitus adalah penyakit metabolisme yang merupakan suatu kumpulan gejala yang
timbul pada seseorang karena adanya peningkatan kadar glukosa darah di atas nilai normal
(Kemenkes, 2013).

B. Penyebab
Ada beberapa penyebab Diabetes Mellitus yakni sebagai berikut :
1. Diabetes Tipe I
Diabetes Tipe I ditandai oleh penghancuran sel-sel beta pankreas. Kombinasi faktor genetik,
imunologi, dan mungkin pula lingkungan diperkirakan turut
menimbulkan destruksi sel beta.
a. Faktor Genetik
Penderita Diabetes Mellitus tidak mewarisi Diabetes Tipe I itu sendiri, tetapi mewarisi
suatu predisposisi atau kecenderungan genetik ke arah terjadinya Diabetes Tipe I.
Kecenderungan genetik ini ditemukan pada individu yang memiliki tipe antigen HLA (Human
Leucocyte Antigen) tertentu. HLA merupakan kumpulan gen yang bertanggung jawab atas
antigen transplantasi dan proses imun lainnya.
b. Faktor Imunologi
Pada Diabetes Tipe I terdapat bukti adanya suatu proses autoimun. Respon ini merupakan respon
abnormal dimana antibodi terarah pada jaringan normal tubuh dengan cara bereaksi terhadap
jaringan tersebut yang dianggapnya saolah-olah sebagai jaringan asing. autoantibodi terhadap
sel-sel pulau langerhans dan insulin endogen (interna) terdeteksi pada saat diagnosis dibuat dan
bahkan beberapa tahun
sebelum timbulnya tanda-tanda klinis Diabetes Tipe I.
c. Faktor Lingkungan
Infeksi virus misalnya Coxsackie B4, gondongan (mumps), rubella, sitomegalovirus dan toksin
tertentu misalnya golongan nitrosamin yang terdapat pada daging yang diawetkan dapat memicu
proses autoimun yang menimbulkan destruksi sel beta pankreas.
2. Diabetes Tipe II
Mekanisme yang tepat yang menyebabkan resistensi insulin dan gangguan
sekresi insulin pada Diabetes Tipe II masih belum diketahui. Faktor genetik
diperkirakan memegang peranan dalam proses terjadinya resistensi insulin. Selain itu
terdapat pula faktor-faktor risiko tertentu yang berhubungan dengan proses terjadinya
Diabetes Tipe II. Faktor-faktor ini adalah:
a. Usia (resistensi insulin cenderung meningkat pada usia di atas 65 tahun)
b. Obesitas
c. Riwayat keluarga
d. Kelompok etnik (di Amerika Serikat, golongan Hispanik serta penduduk asli Amerika tertentu
memiliki kemungkinan yang lebih besar untuk terjadinya Diabetes Tipe II dibandingkan
dengan golongan Afro-Amerika).

C. Insiden
Penyakit degeneratif telah menjadi epidemi yang meluas di berbagai negara di seluruh
dunia. Akibatnya hampir 17 juta orang meninggal lebih awal setiap tahun. Indonesia sebagai
negara berkembang, merupakan salah satu negara dengan prevalensi penyakit degeneratif
meningkat paling cepat, khususnya penyakit diabetes. Jumlah penderita Diabetes Mellitus di
Indonesia bertambah 150-200 orang setiap hari. Itu artinya, setiap enam menit, jumlah penderita
diabetes bertambah satu orang. Pada tahun-tahun mendatang jumlah ini akan terus meningkat
dengan prevalensi penderita yaitu orang-orang usia
produktif di perkotaan (http://digilib.itb.ac.id di akses 26 April 2015)

D. Patofisiologi
1. Diabetes Tipe I
Pada Diabetes Melitus Tipe I terdapat kekurangan insulin absolut sehingga pasien
membutuhkan suplai insulin dari luar.keadaan ini disebabkan oleh lesi pada sel beta pankreas
karena mekanisme autoimun yang pada keadaan tertentu dipicu oleh infeksi virus. Pulau
pankreas diinfiltrasi oleh limfosit T dan dapat ditemukan autoantibodi terhadap jaringan pulau
(antibodi sel langerhans) dan insulin. Setelah merusak sel beta, antibodi sel langerhans
menghilang. Namun saat sel beta pankreas telah dirusak maka produksi insulin juga akan
mengalami gangguan. Dimana sel beta pankreas tidak akan dapat memproduksi insulin sehingga
akan terjadi defisiensi insulin. Maka akan terjadi hiperglikemia dimana glukosa akan meningkat
di dalam darah sebab tidak ada yang membawa masuk glukosa ke dalam sel (Silbernalg, 2014).
2. Tipe II
Pada DM tipe II (DM yang tidak tergantung insulin (NIDDM), sebelumnya disebut
dengan DM tipe dewasa) hingga saat ini merupakan diabetes yang paling sering terjadi. Pada tipe
ini, disposisi genetik juga berperan penting. Namun terdapat defisiensi insulin relatif; pasien
tidak mutlak bergantung pada suplai insulin dari luar. Pelepasan insulin dapat normal atau
bahkan meningkat, tetapi organ target memiliki sensitifitas yang berkurang terhadap insulin.
Sebagian besar pasien DM tipe II memiliki berat badan berlebih. Obesitas terjadi karena
disposisi genetik, asupan makanan yang terlalu banyak, dan aktifitas fisik yang terlalu sedikit.
Ketidakseimbangan antara suplai dan pengeluaran energi meningkatkan konsentrasi asam lemak
di dalam darah. Hal ini selanjutnya akan menurunkan penggunaan glukosa di otot dan jaringan
lemak. Akibatnya, terjadi resistensi insulin yang memaksa untuk meningkatan pelepasan insulin.
Akibat regulasi menurun pada reseptor, resistensi insulin semakin meningkat. Obesitas
merupakan pemicu yang penting, namun bukan merupakan penyebab tunggal Diabetes Tipe II.
Penyebab yang lebih penting adalah adanya disposisi genetik yang menurunkan
sensitifitas insulin. Sering kali, pelepasan insulin selalu tidak pernah normal. Beberapa gen telah
di identifikasi sebagai gen yang menigkatkan terjadinya obesitas dan DM tipe II. Diantara
beberapa faktor, kelaian genetik pada protein yang memisahkan rangkaian di mitokondria
membatasi penggunaan substrat. Jika terdapat disposisi genetik yang kuat, Diabetes Tipe II dapat
terjadi pada usia muda. Penurunan sensitifitas insulin terutama mempengaruhi efek insulin pada
metabolisme glukosa, sedangkan pengaruhnya pada metabolisme lemak dan protein dapat
dipertahankan dengan baik. Jadi, Diabetes Tipe II
cenderung menyebabkan hiperglikemia berat tanpa disertai gangguan metabolisme lemak
(Silbernalg, 2014).

E. Tanda dan Gejala


Tanda awal yang dapat diketahui bahwa seseorang menderita DM atau kencing manis
yaitu dilihat langsung dari efek peningkatan kadar gula darah, dimana peningkatan kadar gula
dalam darah mencapai nilai 160-180 mg/dL dan air seni (urine) penderita kencing manis yang
mengandung gula (glucose), sehingga urine sering dilebung atau dikerubuti semut.
Penderita kencing manis umumnya menampakkan tanda dan gejala dibawah ini meskipun
tidak semua dialami oleh penderita :
1. Jumlah urine yang dikeluarkan lebih banyak (Polyuria)
2. Sering atau cepat merasa haus/dahaga (Polydipsia)
3. Lapar yang berlebihan atau makan banyak (Polyphagia)
4. Frekwensi urine meningkat/kencing terus (Glycosuria)
5. Kehilangan berat badan yang tidak jelas sebabnya
6. Kesemutan/mati rasa pada ujung syaraf ditelapak tangan & kaki
7. Cepat lelah dan lemah setiap waktu
8. Mengalami rabun penglihatan secara tiba-tiba
9. Apabila luka/tergores (korengan) lambat penyembuhannya
10. Mudah terkena infeksi terutama pada kulit.
Kondisi kadar gula yang drastis menurun akan cepat menyebabkan seseorang tidak
sadarkan diri bahkan memasuki tahapan koma. Gejala kencing manis dapat berkembang dengan
cepat waktu ke waktu dalam hitungan minggu atau bulan, terutama pada seorang anak yang
menderita penyakit diabetes mellitus tipe 1. Lain halnya pada penderita Diabetes Mellitus Tipe
II, umumnya mereka tidak mengalami berbagai gejala diatas. Bahkan mereka mungkin tidak
mengetahui telah menderita kencing manis (Shadine, 2013).

F. Komplikasi
Komplikasi penyakit diabetes mellitus diklasifikasikan menjadi dua, yaitu komplikasi
bersifat akut dan kronis (menahun). Kompliasi akut merupakan kompliasi yang harus ditindak
cepat atau memerlukan pertolongan dengan
segera. Kompliasi kronis merupakan kompliasi yang timbul setelah
penderita mengidap diabetes mellitus selama 5-10tahun atau lebih.
Komplikasi akut meliputi Diabetic Ketoacidosis (DKA), koma non-ketosis
hiperosmolar (koma hiperglikemia), hiperglikemia. Sementara komlipkasi kronis meliputi
komplikasi mikrovaskuler (komplikasi dimana pembuluh-pembuluh rambut kaku atau
menyempit sehingga organ yang seharusnya mendapatkan suplai darah dari pembuluh-pembuluh
tersebut menjadi kekurangan suplai) dan dan komplikasi makrovaskuler (komplikasi yang
mengenai pembuluh darah arteri yang lebih besar sehingga terjadi aterosklerosis) (Tobing,
2016).

G. Test Diagnostik
1. Glukosa darah : Meningkat 200 – 100 mg/dl, atau lebih.
2. Aseton plasma (keton) : positif secara mencolok.
3. Asam lemak bebas : Kadar lipid dan kolesterol meningkat.
4. Osmolalitas serum : Meningkat tetapi biasanya kurang dari 330 mOsm/l.
5. Elektrolit
a. Natrium : Mungkin normal, meningkat atau menurun.
b. Kalium : Normal atau peningkatan semu (perpindahan seluler), selanjut-nya akan menurun.
c. Fosfor : Lebih sering menurun.
6. Hemoglobin glikosilat : Kadarnya meningkat 2 – 4 kali lipat dari normal yang
mencerminkan control DM yang kurang selama 4 bulan terakhir (lama hidup SDM)
karenanya sangat bermanfaat dalam membedakan DKA dengan control tidak adekuat
versus DKA yang berhubungan dengan insiden (mis. ISK baru).
7. Gas darah arteri : biasanya menunjukkan pH rendah dan penurunan pada
HCO3 (asidosis etabolik) dengan kompensasi alkalosis respiratorik.
8. Trombosit darah : Ht mungkin meningkat (dehidrasi); leukositosis,
hemokonsentrasi, merupakan respons terhadap stres atau infeksi.
9. Ureum/kreatinin : Mungkin meningkat atau normal (dehidrasi / penurunan fungsi
ginjal).
10. Amilase darah : Mungkin meningkat yang mengindikasikan adanya pankreatitis
akut sebagai penyebab dari DKA.
11. Insulin darah : Mungkin menurun/bahkan sampai tidak ada (pada tipe I) atau
normal sampai tinggi (tipe II) uang mengindikasikan insufisiensi insulin / gangguan
dalam penggunaannya (endogen/eksogen). Resisten insulin dapat berkembang
sekunder terhadap pembentukan antibody (autoantibody).
12. Pemeriksaan fungsi tiroid : peningkatan aktivitas hormone tiroid dapat
meningkatkan glukosa darah dan kebutuhan akan insulin.
13. Urine : Gula dan aseton positif : berat jenis dan osmolalitas mungkin meningkat.
14. Kultur dan sensitivitas : Kemungkinan adanya infeksi pada saluran kemih, infeksi
pernapasan dan infeksi pada luka (Doengoes, 2000).

H. Pencegahan
Upaya pencegahan penyakit diabetes mellitus dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut :
1. Pencegahan Primer
Cara ini adalah cara yang paling sulit karena sasarannya orang sehat. Hal ini dilakukan
dengan tujuan untuk mencegah agar DM tidak terjadi pada orang atau populasi yang rentan
(risiko tinggi), yang dilakukan sebelum timbul tanda-tanda klinis dengan cara :
a. Makan seimbang artinya yang dimakan dan yang dikeluarkan seimbang disesuiakan dengan
aktifitas fisik dan kondisi tubuh, dengan menghindari makanan yang mengandung tinggi lemak
karena bisa menyebabkan penyusutan konsumsi energi. Mengkonsusmsi makanan
dengan kandungan karbohidrat yang berserat tinggi dan bukan olahan.
b. Meningkatkan kegiatan olah raga yang berpengaruh pada sensitifitas insulin dan menjaga berat
badan agar tetap ideal.
c. Kerjasama dan tanggung jawab antara instansi kesehatan, masyarakat, swasta dan pemerintah,
untuk melakukan penyuluhan kepada masyarakat
2. Pencegahan Sekunder
a. Ditujukan pada pendeteksian dini DM serta penanganan segera dan efektif, sehingga
komplikasi dapat dicegah.
b. Hal ini dapat dilakukan dengan skrining, untuk menemukan penderita sedini mungkin terutama
individu/populasi.
c. Kalaupun ada komplikasi masih reversible / kembali seperti semula.
d. Penyuluhan kesehatan secara profesional dengan memberikan materi penyuluhan seperti :
apakah itu DM, bagaimana penatalaksanaan DM, obat-obatan untuk mengontrol glukosa darah,
perencanaan makan, dan olah raga.
3. Pencegahan Tersier
a. Upaya dilakukan untuk semua penderita DM untuk mencegah komplikasi.
b. Mencegah progresi dari komplikasi supaya tidak terjadi kegagalan organ.
c. Mencegah kecacatan akibat komplikasi yang ditimbulkan.
Strategi yang bisa dilakukan untuk pencegahan DM adalah :
1. Population/Community Approach (Pendekatan Komunitas) :
Mendidik masyarakat menjalankan gaya hidup sehat dengan cara
a. Mengendalikan berat badan, glukosa darah, lipid, tekanan darah, asam urat.
b. Menghindari gaya hidup berisiko.
c. Kerjasama dengan semua lapisan masyarakat.

2. Individual High Risk Approach (Pendekatan Individu) :


a. Umur > 40th
b. Obesitas
c. Hipertensi
d. Riwayat keluarga / keturunan
e. Dislipidemia / timbunan lemak dalam darah yang berlebihan
f. Riwayat melahirkan > 4 kg
g. Riwayat DM pada saat kehamilan

I. Penatalaksanaan Medis
Tujuan utama terapi diabetes adalah mencoba menormalkan aktivitas
insulin dan kadar glukosa darah dalam upaya untuk mengurangi terjadinya komplikasi
vaskuler serta neuropatik.
1. Diet
Diet dan pengendalian berat badan merupakan dasar dari penatalaksanaan diabetes.
Penatalaksaan nutrisi pada penderita Diabetes Mellitus diarahkan untuk mencapai tujuan berikut:
a. Memberikan semua unsur makanan esensial (misalnya, vitamin, mineral)
b. Mencapai dan mempertahankan berat badan yang sesuai
c. Memenuhi kebutuhan energi
d. Mencegah fluktuasi kadar glukosa darah setiap harinya dengan mengupayakan kadar glukosa
darah mendekati normal melalui cara-cara yang aman dan praktis
e. Menurunkan kadar lemak darah jika kadar ini meningkat.
2. Latihan (olah raga)
Latihan sangat penting dalam penatalaksanaan diabetik karena efeknya dapat
menurunkan kadar glukosa darah dan menurunkan kadar glukosa darah dengan meningkatkan
pengambilan glukosa oleh otot dan memperbaiki pemakaian insulin. Sirkulasi darah dan otot
juga diperbaiki
dengan berolahraga.
3. Pemantauan Kadar Glukosa dan Keton
Pemantauan kadar glukosa darah secara mandiri memungkinkan deteksi
dan pencegahan hipoglikemia serta hiperglikemia, dan berperan dalam menentukan kadar
glukosa darah normal yang kemungkinan akan mengurangi komplikasi diabetes jangka panjang.
Pemantauan kadar glukosa darah merupakan prosedur yang berguna bagi semua penderita
diabetes. Pemantauan ini merupakan dasar untuk melaksanakan terapi insulin yang intensif dan
untuk menangani kehamilan yang dipersulit oleh penyakit diabetes. Pemeriksaan ini juga sangat
dianjurkan bagi pasien-pasien dengan:
a. Penyakit diabetes yang tidak stabil
b. Kecenderungan untuk mengalami ketosis berat atau hipoglikemia
c. Hipoglikemia tanpa gejala peringatan
d. Ambang glukosa renal yang abnormal
Bagi penderita yang tidak menggunakan insulin, pemantauan mandiri glukosa darah
sangat membantu dalam melakukan pemantauan terhadap efektivitas latihan, diet, dan obat
hipoglikemia oral. Metode ini juga dapat membantu memotivasi pasien untuk melanjutkan
terapinya. Bagi penderita Diabetes Mellitus tipe II, pemantauan mandiri glukosa darah harus
dianjurkan dalam kondisi yang juga dapat menyebabkan hiperglikemia (misalnya, keadaan sakit)
atau hipoglikemia (misalnya, peningkatan aktifias berlebihan)
4. Terapi Insulin
Pada Diabetes Mellitus tipe II insulin mungkin diperlukan seabgai terapi jangka panjang
untuk mengendalikan kadar glukosa darah jika diet dan obat hipoglikemia oral tidak berhasil
mengontrolnya. Disamping itu, sebagian pasien Diabetes Mellitus tipe II yang biasanya
mengendalikan kadar glukosa darah dengan diet dan obat oral kadang membutuhkan insulin
secara temporer selama mengalami sakit, kehamilan, pembedahan, atau beberapa kejadian stress
lainnya. Preparat insulin dapat dikelompokkan kedalam tiga kategori utama, yaitu:
a. Insulin regular (R) / Short acting Insulin
b. NPH Insulin / Intermediate acting Insulin, Lente Insulin (L)
c. Ultralente Insulin (UL) / Long acting Insulin.
5. Pendidikan / Penyuluhan
Pendidikan dan pelatihan mengenai pengetahuan bagi pasien diabetes bertujuan untuk
menunjang perilaku meningkatkan pemahaman pasien akan penyakitnya, yang diperlukan untuk
mencapai keadaan sehat optimal dan penyesuaian keadaan psikologik serta kualitas hidup yang
lebih baik. Sasaran penyuluhan adalah pasien diabetes beserta keluarganya, orang-orang yang
beraktivitas bersama-sama dengan pasien sehari-hari baik di lingkungan rumah maupun
lingkungan lain. Pada pasien Diabetes Mellitus tipe II yang beru terdeteksi, pendidikan dasar
tentang diabetes harus mencakup informasi tentang ketrampilan preventif, antara lain:
a. Perawatan kaki
b. Perawatan mata
c. Higiene umum (misalnya, perawatan kulit, kebersihan mulut)
d. Penanganan faktor resiko (mengendalikan tekanan darah dan kadar lemak darah, menormalkan
kadar glukosa darah).

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Diabetes Melitus adalah penyakit metabolisme yang merupakan suatu kumpulan
gejala yang timbul pada seseorang karena adanya peningkatan kadar glukosa darah di
atas nilai normal.
2. Ada beberapa penyebab Diabetes Mellitus yakni : Faktor Genetik, Faktor
Imunologi, Faktor Lingkungan, Usia, Obesitas dan Riwayat keluarga
3. Insiden Diabetes Mellitus di Indonesia bertambah 150-200 orang setiap hari. Itu
artinya, setiap enam menit, jumlah penderita diabetes bertambah satu orang. Pada
tahun-tahun mendatang jumlah ini akan terus meningkat dengan prevalensi penderita
yaitu orang-orang usia produktif di perkotaan
4. Tanda awal yang dapat diketahui bahwa seseorang menderita DM atau kencing
manis yaitu dilihat langsung dari efek peningkatan kadar gula darah, dimana
peningkatan kadar gula dalam darah mencapai nilai 160-180 mg/dL dan air
seni (urine) penderita kencing manis yang mengandung gula (glucose), sehingga urine
sering dilebung atau dikerubuti semut.
5. Komplikasi penyakit diabetes mellitus diklasifikasikan menjadi dua, yaitu
komplikasi bersifat akut dan kronis (menahun).
6. Upaya pencegahan penyakit diabetes mellitus dapat dilakukan dengan cara: Pencegahan
Primer, Pencegahan Sekunder dan Pencegahan Tersier.
7. Penatalaksanaan diabetes mellitus bisa dilakukan dengan cara : Diet, Latihan
(olah raga), Pemantauan Kadar Glukosa dan Keton, Terapi Insulin dan Pendidikan /
Penyuluhan.

B. Saran
Adapun saran bagi pembaca dari makalah ini adalah sebagai berikut.
1. Selalu berhati-hatilah dalam menjaga pola hidup. Sering berolah raga dan
istirahat yang cukup.
2. Jaga pola makan anda. Jangan terlalu sering mengkonsumsi makanan atau minuman yang
terlalu manis. Karena itu dapat menyebabkan kadar gula melonjak tinggi.

DAFTAR PUSTAKA
Baradero, 2014. Klien Gangguan Endokrin. Jakarta: EGC.

Christmastuti Nur, 2016. Sarana Deteksi Penyakit Diabetes Dengan Sampel Saliva (Studi Kasus Di
Bandung Indah Plaza) http://digilib.itb.ac.id (Online) Diakses 01Agustus 2016.

Dinkes Sulsel, 2015. Profil Kesehatan Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2014. Dinkes Sulsel.

Kemenkes, 2013. Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) 2013. Badan Penelitian dan Pembangunan
Kesehatan : Jakarta.

Liputan6, 2016. Diabetes Melitus, Indonesia Duduki Peringkat ke-4


Dunia.http://health.liputan6.com (Online) Diakses 01Agustus 2016.

Marrelli, 2016. Buku Saku Dokumentasi Keperawatan. Jakarta : EGC

Shadine, 2013. Mengenal Penyakit Hipertensi, Diabetes, Stroke, dan Serangan Jantung. Jakarta :
Keenbooks.

Silbernalg, 2014. Teks dan Atlas Berwarna Patofisiologi. Jakarta : EGC.

Tapan, 2015. Penyakit Degeneratif. Jakarta : Elex Media Komputindo.

Tobing, 2016. Care Yourself, Diabetes Mellitus. Jakarta: Penebar Plus.

Anda mungkin juga menyukai