SISTEM TELEKOMUNIKASI
TEKNIK ELEKTRO UNIVERSITAS UDAYANA
LAPORAN RESMI
PRAKTIKUM TELEKOMUNIKASI DAN
JARINGAN MULTIMEDIA
UNIVERSITAS UDAYANA
2018
LABORATORIUM
SISTEM TELEKOMUNIKASI
TEKNIK ELEKTRO UNIVERSITAS UDAYANA
PERCOBAAN IV
FREQUENCY DIVISION MULTIPLEXING DAN
DEMULTIPLEXING (FDM DAN FDD)
4.1 Tujuan
1. Untuk mengetahui blok-blok yang menyusun Frequency Division
Multiplexing dan Frequency Division Demultiplexing.
2. Untuk mengetahui proses-proses yang terjadi dalam teknik Frequency
Division Multiplexing dan Frequency Division Demultiplexing.
4.2 Peralatan
Pada sistem FDM, umumnya terdiri dari 2, yaitu peralatan terminal dan
penguat ulang saluran transmisi (repeater transmission line):
1. Peralatan Terminal (Terminal Equipment) terdiri dari bagian yang
mengirimkan sinyal frekuensi ke repeater dan bagian penerima yang
menerima sinyal tersebut lalu mengubahnya kembali menjadi frekuensi
semula.
2. Peralatan Penguat Ulang (Repeater Equipment) terdiri dari penguat
(amplifier) dan equalizer yang fungsinya masing-masing untuk
mengkompensir redaman dan kecacatan redaman (attenuation distortion),
sewaktu transmisi melewati saluran melewati saluran antara kedua repeater
masing-masing.
2) Transmisi data melalui serat optik dapat berjalan dengan kecepatan 2.5
sampai 10 bits/sec lebih cepat dari media transmisi lainnya.
Jenis-jenis demultiplexing :
1. Demultiplexing Analog.
2. Demultiplexing Digital.
4.3.8 Frekuensi
Frekuensi adalah Istilah frekuensi biasanya ditemukan dalam topik getaran
dan gelombang. Secara umum, frekuensi adalah banyaknya sesuatu yang terjadi
setiap detiknya. Dalam kajian getaran, frekuensi dapat diartikan sebagai banyaknya
getaran yang terjadi dalam satu sekon. Sedangkan dalam kajian gelombang,
frekuensi dapat diartikan sebagai banyaknya gelombang yang terjadi setiap satu
sekon. Satuan yang digunakan untuk mengukur frekuensi adalah 1/s yang disebut
juga Hertz disingkat Hz, yang diambil dari nama fisikawan Jerman Heinrich Rudolf
Hertz (1857-1894).Satuan frekuensi sering juga dituliskan dengan cps (cycle per
second).
Cara perhitungan Periode (T) adalah mengalikan jumlah divisi satu siklus
gelombang dengan nilai waktu yang disetting pada sakelar TIME/DIV. Rumus
menghitung frekuensi adalah:
1
𝑓 = 𝑇…................................................(4.1)
Keterangan:
F : Frekuensi (dalam satuan Hz)
T : Periode (dalam satuan second atau detik)
4.3.9 Amplitudo
Amplitudo adalah pengukuran skalar yang nonnegatif dari besar osilasi
suatu gelombang. Amplitudo juga dapat didefinisikan sebagai jarak/simpangan
terjauh dari titik kesetimbangan dalam gelombang sinusoide yang kita pelajari pada
mata pelajaran fisika dan matematika - geometrika. Amplitudo dalam sistem
internasional biasa disimbolkan dengan (A) dan memiliki satuan meter (m).
Persamaan amplitudo adalah:
1
A= x pk − pk……………..…………….(4.2)
2
Keterangan :
A : Amplitudo (dalam satuan V)
Pk-pk : Perubahan antara puncak (nilai tertinggi amplitudo) dan palung (nilai
terendah amplitudo, yang bisa negatif).
𝑐
𝜆 = ......................................................(4.3)
𝑓
Keterangan :
𝜆 : Panjang gelombang dari sebuah gelombang suara atau gelombang
elektromagnetik
c : Kecepatan cahaya dalam vakum 299,792.458 km/d ~ 300,000 km/d
= 300,000,000 m/d
f : Frekuensi gelombang
3. Ulangi untuk terminal S2 dan S3. Catat hasil frekuensi, amplitudo dan pk-
pk!
2. Lakukan untuk kanal 1, 2, dan 3 dengan channel dual mode. Catat hasilnya!
Dari gambar di atas dapat diketahui parameter sinyal Band Pass Fillter yang
dihasilkan pada kanal 1, sebagai berikut:
Frekuensi = 7.143 kHz
Pk-Pk(1) = 238 mV
Amplitudo = 84.0 mV
Dari gambar di atas dapat diketahui parameter sinyal Band Pass Fillter yang
dihasilkan pada kanal 3, sebagai berikut:
Frekuensi = 33.33 kHz
Pk-Pk(1) = 1778 mV
Amplitudo = 44.0 mV
Pada gambar 4.41 sinyal keluaran yang berwarna kuning adalah bentuk
sinyal informasi.Sinyal informasi adalah sinyal berfrekuensi rendah yang berfungsi
untuk membawa informasi yang dikirim oleh pengirim untuk penerima.
Berdasarkan parameter sinyal yang diperoleh pada gambar 4.41, panjang
gelombang dapat dihitung dengan menggunakan persamaan 4.3 sebagai berikut :
3 × 108 m/s
𝜆= = 371.214,18m
808,1 Hz
1
A= x 5.28 V = 2,64V
2
Pada gambar 4.42 sinyal keluaran yang berwarna kuning adalah bentuk
sinyal informasi.Sinyal informasi adalah sinyal berfrekuensi rendah yang berfungsi
untuk membawa informasi yang dikirim oleh pengirim untuk penerima.
Berdasarkan parameter sinyal yang diperoleh pada gambar 4.42, panjang
gelombang dapat dihitung dengan menggunakan persamaan 4.3 sebagai berikut :
3 × 108 m/s
𝜆= = 199.203,18m
1506 Hz
1
A= x 2.96 V = 1.48V
2
Pada gambar 4.43 sinyal keluaran yang berwarna kuning adalah bentuk
sinyal informasi.Sinyal informasi adalah sinyal berfrekuensi rendah yang berfungsi
untuk membawa informasi yang dikirim oleh pengirim untuk penerima.
Berdasarkan parameter sinyal yang diperoleh pada gambar 4.43, panjang
gelombang dapat dihitung dengan menggunakan persamaan 4.3 sebagai berikut :
3 × 108 m/s
𝜆= = 371.214,18m
808.1 Hz
Amplitudo adalah jarak/simpangan terjauh dari titik kesetimbangan dalam
gelombang sinusoida. Berdasarkan parameter sinyal yang diperoleh pada gambar
4.43, amplitudo dapat dihitung dengan menggunakan persamaan 4.2 sebagai
berikut:
1
A= x 5.28 V = 2.64V
2
Pada gambar 4.44 sinyal keluaran yang berwarna kuning adalah bentuk
sinyal informasi, dan sinyal yang berwarna biru adalah bentuk sinyal penguat.
Sinyal informasi adalah sinyal yang berisi informasi yang dikirim oleh pengirim
kepada penerima. Sedangkan sinyal penguat adalah sinyal yang berfungsi untuk
memperkuat sinyal informasi agar tidak terkena gangguan atau noise.
1
A= x 13.7 V = 6.85V
2
Pada gambar 4.45 sinyal keluaran yang berwarna kuning adalah bentuk
sinyal informasi, dan sinyal yang berwarna biru adalah bentuk sinyal penguat.
Sinyal informasi adalah sinyal yang berisi informasi yang dikirim oleh pengirim
kepada penerima. Sedangkan sinyal penguat adalah sinyal yang berfungsi untuk
memperkuat sinyal informasi agar tidak terkena gangguan atau noise
Berdasarkan parameter sinyal yang diperoleh pada gambar 4.45, panjang
gelombang dapat dihitung dengan menggunakan persamaan 4.3 sebagai berikut :
3 × 108 m/s
𝜆= = 199.203,59m
1506 Hz
1
A= x 5,95 V = 2,975V
2
1
A= x 9,92 V = 4,96V
2
Dari tabel hasil perhitungan sinyal penguat diatas dapat disimpulkan bahwa
semakin besar panjang gelombang maka frekuensi sinyalnya akan semakin rendah,
dan semakin kecil panjang gelombang maka frekuensi sinyalnya akan semakin
tinggi. Hal ini bisa dilihat pada gambar bahwa jika frekuensi sinyal 808,7 Hz maka
besar panjang gelombangnya adalah 370.828,18 m. Jika frekuensi sinyal 1.506 Hz
maka besar panjang gelombangnya adalah 199.203,18 m dan ketika frekuensi
sinyal 2.062 Hz maka besar panjang gelombangnya adalah 145.489,81m Dari
perbandingan nilai ketiga panjang gelombang tersebut, dapat dilihat bahwa sinyal
yang memiliki frekuensi paling kecil yaitu sebesar 808.7 Hz memiliki panjang
gelombang paling besar yaitu 370.828,18 m. Jadi, teori yang menyatakan bahwa
besar panjang gelombang berbanding terbalik dengan frekuensi adalah benar dan
sudah sesuai dengan hasil praktikum.
Dari sinyal penguat kanal 1 didapatkan amplitudo sebesar 14,1 V pada
percobaan dan pada perhitungan sebesar 6,85 V. Dari sinyal penguatkanal 2
didapatkan amplitudo sebesar pada 6,64 V percobaan dan pada perhitungan sebesar
2,975 V. Dari sinyal penguat kanal 3 didapatkan amplitudo sebesar 9,84 V pada
percobaan dan pada perhitungan sebesar 4,96 V. Dari perbandingan nilai ketiga
amplitudo tersebut, dapat dilihat bahwa sinyal yang memiliki amplitudo paling
kecil yaitu sebesar 6,64V pada perhitungan dan 2,975 V pada percobaan.
Sedangkan sinyal yang memiliki amplitudo paling besar yaitu 14,1 V pada
perhitungan dan 6,85 V pada percobaan. Perbedaan hasil amplitudo pada ketiga
kanal sinyal informasi karena faktor alat, ketelitian praktikan, noise, dan keakuratan
komponen-komponen yang dipakai untuk pengukuran
3 × 108 m/s
𝜆= = 20.993,7m
14.290 Hz
Pada gambar 4.48 sinyal keluaran yang berwarna kuning adalah bentuk
sinyal informasi dan sinyal yang berwarna biru adalah bentuk sinyal carrier. Sinyal
informasi adalah sinyal berfrekuensi rendah yang berisi informasi dan dikirim oleh
pengirim kepada penerima. Sedangkan sinyal carrier adalah sinyal berfrekuensi
tinggi yang berfungsi untuk menumpangkan sinyal informasi agar dapat
ditransmisikan pada jarak jauh.
Berdasarkan parameter sinyal yang diperoleh pada gambar 4.48, panjang
gelombang dapat dihitung dengan menggunakan persamaan 4.3 sebagai berikut :
3 × 108 m/s
𝜆= = 12.897,67m
23.260 Hz
1
A= x 1,92 V = 0,96V
2
Pada gambar 4.46 sinyal keluaran yang berwarna kuning adalah bentuk
sinyal informasi dan sinyal yang berwarna biru adalah bentuk sinyal carrier. Sinyal
informasi adalah sinyal berfrekuensi rendah yang berisi informasi dan dikirim oleh
pengirim kepada penerima. Sedangkan sinyal carrier adalah sinyal berfrekuensi
tinggi yang berfungsi untuk menumpangkan sinyal informasi agar dapat
ditransmisikan pada jarak jauh.
Berdasarkan parameter sinyal yang diperoleh pada gambar 4.46, panjang
gelombang dapat dihitung dengan menggunakan persamaan 4.3 sebagai berikut :
3 × 108 m/s
𝜆= = 20.993,7m
14290 Hz
1
A= x 2,60 V = 1,30V
2
Dari tabel hasil perhitungan sinyal carrier diatas dapat disimpulkan bahwa
semakin besar panjang gelombang maka frekuensi sinyalnya akan semakin rendah,
dan semakin kecil panjang gelombang maka frekuensi sinyalnya akan semakin
tinggi. Hal ini bisa dilihat pada gambar bahwa jika frekuensi sinyal 14.290 Hz maka
besar panjang gelombangnya adalah 20.993,7 m. Jika frekuensi sinyal 23.260 Hz
maka besar panjang gelombangnya adalah 12.897,67 m dan ketika frekuensi sinyal
14.290 Hz maka besar panjang gelombangnya adalah 20.993,7 m. Dari
perbandingan nilai ketiga panjang gelombang tersebut, dapat dilihat bahwa sinyal
yang memiliki frekuensi paling kecil yaitu sebesar 14.290 Hz memiliki panjang
gelombang paling besar yaitu 20.993,7 m. Jadi, teori yang menyatakan bahwa besar
panjang gelombang berbanding terbalik dengan frekuensi adalah benar dan sudah
sesuai dengan hasil praktikum.
Dari sinyal carrier kanal 1 didapatkan amplitudo sebesar 2,46 V pada
percobaan dan pada perhitungan sebesar 1,30 V. Dari sinyal carrier kanal 2
didapatkan amplitudo sebesar 1,88 V pada percobaan dan pada perhitungan sebesar
0,96V. Dari sinyal carrier kanal 3 didapatkan amplitudo sebesar 1,40 V pada
percobaan dan pada perhitungan sebesar 1,30 V. Dari perbandingan nilai ketiga
amplitudo tersebut, dapat dilihat bahwa sinyal yang memiliki amplitudo paling
kecil yaitu sebesar 0,96V pada perhitungan dan 1,88 V pada percobaan. Sedangkan
sinyal yang memiliki amplitudo paling besar yaitu 1,30 V pada perhitungan dan
2,46 V pada percobaan 1 dan 1,40 pada percobaan 3. Perbedaan hasil amplitudo
pada ketiga kanal sinyal carrier karena faktor alat, ketelitian praktikan, noise, dan
keakuratan komponen-komponen yang dipakai untuk pengukuran
3 × 108 m/s
𝜆= = 31.499,37m
9524Hz
1
A= x 1,63 V = 0,815V
2
3 × 108 m/s
𝜆= = 12.599,74m
23.810 Hz
3 × 108 m/s
𝜆= = 17.699,11m
16950 Hz
1
A= x 1,24 V = 0,62V
2
Pada gambar 4.53 sinyal keluaran yang berwarna kuning adalah sinyal
bentuk penguat dan sinyal yang berwarna biru adalah bentuk sinyal keluaran
multiplexer. Sinyal penguat adalah sinyal yang berfungsi untuk memperkuat sinyal
agar tahan terhadap noise. Sedangkan sinyal keluaran multiplexer adalah sinyal
keluaran dari 3 kanal dan memiliki slot frekensi berbeda yang dikirimkan secara
bersamaan.
Berdasarkan parameter sinyal yang diperoleh pada gambar 4.53, panjang
gelombang dapat dihitung dengan menggunakan persamaan 4.3 sebagai berikut :
3 × 108 m/s
𝜆= = 16.501,65m
18.180Hz
1
A= x 3,68 V = 1,84V
2
Pada gambar 4.54 sinyal keluaran yang berwarna kuning adalah sinyal
bentuk penguat dan sinyal yang berwarna biru adalah bentuk sinyal keluaran
multiplexer. Sinyal penguat adalah sinyal yang berfungsi untuk memperkuat sinyal
agar tahan terhadap noise. Sedangkan sinyal keluaran multiplexer adalah sinyal
keluaran dari 3 kanal dan memiliki slot frekensi berbeda yang dikirimkan secara
bersamaan.
Berdasarkan parameter sinyal yang diperoleh pada gambar 4.54, panjang
gelombang dapat dihitung dengan menggunakan persamaan 4.3 sebagai berikut :
3 × 108 m/s
𝜆= = 17.103,76m
17.540Hz
1
A= x 3,60 V = 1,80V
2
Pada gambar 4.55 sinyal keluaran yang berwarna kuning adalah sinyal
bentuk penguat dan sinyal yang berwarna biru adalah bentuk sinyal keluaran
multiplexer. Sinyal penguat adalah sinyal yang berfungsi untuk memperkuat sinyal
agar tahan terhadap noise. Sedangkan sinyal keluaran multiplexer adalah sinyal
keluaran dari 3 kanal dan memiliki slot frekensi berbeda yang dikirimkan secara
bersamaan.
Berdasarkan parameter sinyal yang diperoleh pada gambar 4.55, panjang
gelombang dapat dihitung dengan menggunakan persamaan 4.3 sebagai berikut :
3 × 108 m/s
𝜆= = 17.103,76m
17.540Hz
Dari gambar di atas dapat diketahui parameter sinyal Low Pass Fillter yang
dihasilkan pada kanal 1, sebagai berikut:
Frekuensi = 16.00 kHz
Pk-Pk(1) = 3.34 V
Amplitudo = 1.60 V
Pada gambar 4.56 sinyal keluaran yang berwarna kuning adalah bentuk
sinyal keluaran LPF. LPF berfungsi untuk meloloskan sinyal berfrekuensi rendah
dan membuang sinyal yang berfrekuensi tinggi untuk menghilangkan noise.
Berdasarkan parameter sinyal yang diperoleh pada gambar 4.56, panjang
gelombang dapat dihitung dengan menggunakan persamaan 4.3 sebagai berikut :
3 × 108 m/s
𝜆= = 18.750 m
16.000Hz
1
A= x 3,34 V = 1,67 V
2
Tabel 4.6 hasil perhitungan panjang gelombang sinyal low pass fillter
Besaran yang diukur Kanal 1
Frekuensi 16000 Hz
Panjang Gelombang 18.750 m
Dari tabel hasil perhitungan sinyal LPF diatas dapat disimpulkan bahwa
semakin besar panjang gelombang maka frekuensi sinyalnya akan semakin rendah,
dan semakin kecil panjang gelombang maka frekuensi sinyalnya akan semakin
tinggi. Hal ini bisa dilihat pada gambar bahwa jika frekuensi sinyal 16.000 Hz maka
besar panjang gelombangnya adalah 18.750 m. Jadi, teori yang menyatakan bahwa
besar panjang gelombang berbanding terbalik dengan frekuensi adalah benar dan
sudah sesuai dengan hasil praktikum.
Dari sinyal Low Pass Filter didapatkan amplitudo sebesar 1,60 V pada
percobaan dan pada perhitungan sebesar 1,67 V. Perbedaan hasil amplitudo pada
sinyal Low Pass Filter karena faktor alat, ketelitian praktikan, noise, dan keakuratan
komponen-komponen yang dipakai untuk pengukuran
Dari gambar di atas dapat diketahui parameter sinyal Band Pass Fillter yang
dihasilkan pada kanal 1, sebagai berikut:
Frekuensi = 7.143 kHz
Pk-Pk(1) = 238 mV
Amplitudo = 84.0 mV
Pada gambar 4.57 sinyal keluaran yang berwarna kuning adalah bentuk
sinyal keluaran BPF, dan sinyal yang berwarna biru adalah bentuk sinyal keluaran
LPF. Sinyal keluaran BPF adalah sinyal yang berfungsi untuk mendapatkan rentang
frekuensi yang akan di-demultiplexing. Sedangkan sinyal keluaran LPF berfungsi
untuk meloloskan sinyal berfrekuensi rendah dan membuang sinyal yang
berfrekuensi tinggi untuk menghilangkan noise.
Berdasarkan parameter sinyal yang diperoleh pada gambar 4.57, panjang
gelombang dapat dihitung dengan menggunakan persamaan 4.3 sebagai berikut :
3 × 108 m/s
𝜆= = 41.999,16m
7.143Hz
Dari gambar di atas dapat diketahui parameter sinyal Band Pass Fillter yang
dihasilkan pada kanal 2, sebagai berikut:
Frekuensi = 11.11 kHz
Pk-Pk(1) = 156 mV
Amplitudo = 28.0 mV
Pada gambar 4.58 sinyal keluaran yang berwarna kuning adalah bentuk
sinyal keluaran BPF, dan sinyal yang berwarna biru adalah bentuk sinyal keluaran
LPF. Sinyal keluaran BPF adalah sinyal yang berfungsi untuk mendapatkan rentang
frekuensi yang akan di-demultiplexing. Sedangkan sinyal keluaran LPF berfungsi
untuk meloloskan sinyal berfrekuensi rendah dan membuang sinyal yang
berfrekuensi tinggi untuk menghilangkan noise.
Berdasarkan parameter sinyal yang diperoleh pada gambar 4.58, panjang
gelombang dapat dihitung dengan menggunakan persamaan 4.3 sebagai berikut :
3 × 108 m/s
𝜆= = 27.002,70 m
11.110Hz
1
A= x 0,156 V = 0,078V
2
Dari gambar di atas dapat diketahui parameter sinyal Band Pass Fillter yang
dihasilkan pada kanal 3, sebagai berikut:
Frekuensi = 33.33 kHz
Pk-Pk(1) = 1778 mV
Amplitudo = 44.0 mV
Pada gambar 4.59 sinyal keluaran yang berwarna kuning adalah bentuk
sinyal keluaran BPF, dan sinyal yang berwarna biru adalah bentuk sinyal keluaran
LPF. Sinyal keluaran BPF adalah sinyal yang berfungsi untuk mendapatkan rentang
frekuensi yang akan di-demultiplexing. Sedangkan sinyal keluaran LPF berfungsi
untuk meloloskan sinyal berfrekuensi rendah dan membuang sinyal yang
berfrekuensi tinggi untuk menghilangkan noise.
Berdasarkan parameter sinyal yang diperoleh pada gambar 4.59, panjang
gelombang dapat dihitung dengan menggunakan persamaan 4.3 sebagai berikut :
3 × 108 m/s
𝜆= = 9.000,90m
33.330 Hz
1
A= x 1,778 V = 0,889V
2
Tabel 4.7 Hasil Perhitungan Panjang Gelombang Sinyal Band Pass Fillter
Besaran yang diukur Kanal 1 Kanal 2 Kanal 3
Frekuensi 7.143 Hz 11.110 Hz 33.330 Hz
Panjang Gelombang 41.999,16 m 27.002,70 m 9.000,90 m
Pada gambar 4.60 sinyal keluaran yang berwarna kuning adalah bentuk
sinyal sub-carrier. Sinyal sub-carrier adalah sinyal yang memiliki bentuk
menyerupai sinyal informasi dimana bentuk sinyalnya lebih rapat daripada sinyal
informasi.
Berdasarkan parameter sinyal yang diperoleh pada gambar 4.60, panjang
gelombang dapat dihitung dengan menggunakan persamaan 4.3 berikut :
3 × 108 m/s
𝜆= = 21.337,12 m
14060 Hz
1
A= x 2,50 V = 1,25 V
2
Pada gambar 4.61 sinyal keluaran yang berwarna kuning adalah bentuk
sinyal sub-carrier. Sinyal sub-carrier adalah sinyal yang memiliki bentuk
menyerupai sinyal informasi dimana bentuk sinyalnya lebih rapat daripada sinyal
informasi.
Berdasarkan parameter sinyal yang diperoleh pada gambar 4.61, panjang
gelombang dapat dihitung dengan menggunakan persamaan 4.3 berikut :
3 × 108 m/s
𝜆= = 13.003,90 m
23.070 Hz
1
A= x 1,78 V = 0,89 V
2
Pada gambar 4.62 sinyal keluaran yang berwarna kuning adalah bentuk
sinyal sub-carrier. Sinyal sub-carrier adalah sinyal yang memiliki bentuk
menyerupai sinyal informasi dimana bentuk sinyalnya lebih rapat daripada sinyal
informasi.
Berdasarkan parameter sinyal yang diperoleh pada gambar 4.62, panjang
gelombang dapat dihitung dengan menggunakan persamaan 4.3 berikut :
3 × 108 m/s
𝜆= = 8.894,15 m
33.730 Hz
1
A= x 1,31 V = 0,655 V
2
Tabel 4.8 Hasil Perhitungan Panjang Gelombang Sinyal Band Pass Fillter
Besaran yang diukur Kanal 1 Kanal 2 Kanal 3
Frekuensi 14.060 Hz 23.070 Hz 33.730 Hz
Panjang Gelombang 21.337,12 m 13.003,90 m 8.894,15 m
Dari tabel hasil perhitungan sinyal band pass fillter diatas dapat
disimpulkan bahwa semakin besar panjang gelombang maka frekuensi sinyalnya
akan semakin rendah, dan semakin kecil panjang gelombang maka frekuensi
sinyalnya akan semakin tinggi. Dari perbandingan nilai ketiga panjang gelombang
tersebut, dapat dilihat bahwa sinyal yang memiliki frekuensi paling kecil yaitu
sebesar 14.060 Hz maka besar panjang gelombangnya adalah 21.337,12 m dan
sinyal yang memiliki frekuensi paling besar yaitu sebesar 33.730 Hz maka besar
panjang gelombangnya adalah 8.894,15 m. Jadi, teori yang menyatakan bahwa
besar panjang gelombang berbanding terbalik dengan frekuensi adalah benar dan
sudah sesuai dengan hasil praktikum.
Dari sinyal band pass fillter kanal 1 didapatkan amplitudo sebesar 0,44 V
pada percobaan dan pada perhitungan sebesar 1,25V. Dari sinyal band pass fillter
kanal 2 didapatkan amplitudo sebesar 1,74 V pada percobaan dan pada perhitungan
sebesar 0,89 V. Dari sinyal band pass fillter kanal 3 didapatkan amplitudo sebesar
1,27 V pada percobaan dan pada perhitungan sebesar 0,655 V. Dari perbandingan
nilai ketiga amplitudo tersebut, dapat dilihat bahwa sinyal yang memiliki amplitudo
paling kecil yaitu sebesar 0,655 V pada perhitungan dan 1,27 V dan pada percobaan.
Sedangkan sinyal yang memiliki amplitudo paling besar yaitu 1,25 V pada
perhitungan dan 0,044 V pada percobaan . Perbedaan hasil amplitudo pada ketiga
kanal sinyal keluaran band pass fillter karena faktor alat, ketelitian praktikan, noise,
dan keakuratan komponen-komponen yang dipakai untuk pengukuran
Pada gambar 4.63 sinyal keluaran yang berwarna kuning adalah bentuk
sinyal keluaran demodulator. Sinyal keluaran demodulator ini memiliki bentuk
seperti gelombang sinus dan lebih rapat dibandingkan dengan sinya sub-carrier.
Sinyal ini adalah sinyal hasil modulasi.
Berdasarkan parameter sinyal yang diperoleh pada gambar 4.63, panjang
gelombang dapat dihitung dengan menggunakan persamaan 4.3 berikut:
3 × 108 m/s
𝜆= = 539.956,80 m
555,6 Hz
1
A= x 0,736 V = 0,368 V
2
Pada gambar 4.64 sinyal keluaran yang berwarna kuning adalah bentuk
sinyal keluaran demodulator. Sinyal keluaran demodulator ini memiliki bentuk
seperti gelombang sinus dan lebih rapat dibandingkan dengan sinya sub-carrier.
Sinyal ini adalah sinyal hasil modulasi.
Berdasarkan parameter sinyal yang diperoleh pada gambar 4.64, panjang
gelombang dapat dihitung dengan menggunakan persamaan 4.3 berikut:
3 × 108 m/s
𝜆= = 195.058,51 m
1.538 Hz
1
A= x 0,432 V = 0,216 V
2
Pada gambar 4.65 sinyal keluaran yang berwarna kuning adalah bentuk
sinyal keluaran demodulator. Sinyal keluaran demodulator ini memiliki bentuk
seperti gelombang sinus dan lebih rapat dibandingkan dengan sinya sub-carrier.
Sinyal ini adalah sinyal hasil modulasi.
Berdasarkan parameter sinyal yang diperoleh pada gambar 4.65, panjang
gelombang dapat dihitung dengan menggunakan persamaan 4.3 berikut:
3 × 108 m/s
𝜆= = 284.900,28 m
1.053 Hz
1
A= x 0,528 V = 0,264 V
2
Pada gambar 4.66 sinyal keluaran yang berwarna kuning adalah bentuk
sinyal keluaran demultiplexer. Sinyal ini akan berperan untuk melakukan proses
demultiplexing. Sinyal keluaran yang berwarna biru adalah bentuk sinyal informasi.
Sinyal informasi adalah sinyal berfrekuensi rendah yang berfungsi untuk membawa
informasi yang dikirim oleh pengirim untuk penerima.
Berdasarkan parameter sinyal yang diperoleh pada gambar 4.66, panjang
gelombang dapat dihitung dengan menggunakan persamaan 4.3 berikut:
3 × 108 m/s
𝜆= = 370.507,59 m
809,7 Hz
Pada gambar 4.67 sinyal keluaran yang berwarna kuning adalah bentuk
sinyal keluaran demultiplexer. Sinyal ini akan berperan untuk melakukan proses
demultiplexing. Sinyal keluaran yang berwarna biru adalah bentuk sinyal informasi.
Sinyal informasi adalah sinyal berfrekuensi rendah yang berfungsi untuk membawa
informasi yang dikirim oleh pengirim untuk penerima.
Berdasarkan parameter sinyal yang diperoleh pada gambar 4.67, panjang
gelombang dapat dihitung dengan menggunakan persamaan 4.3 berikut:
3 × 108 m/s
𝜆= = 284.090,90 m
1.056 Hz
Pada gambar 4.68 sinyal keluaran yang berwarna kuning adalah bentuk
sinyal keluaran demultiplexer. Sinyal ini akan berperan untuk melakukan proses
demultiplexing. Sinyal keluaran yang berwarna biru adalah bentuk sinyal informasi.
Sinyal informasi adalah sinyal berfrekuensi rendah yang berfungsi untuk membawa
informasi yang dikirim oleh pengirim untuk penerima.
Berdasarkan parameter sinyal yang diperoleh pada gambar 4.68, panjang
gelombang dapat dihitung dengan menggunakan persamaan 4.3 berikut:
3 × 108 m/s
𝜆= = 145.489,81 m
2.060 Hz
1
A= x 4,72 V = 2,36V
2
2. Dari hasil percobaan yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan sinyal
penguat yang terjadi yaitu jika semakin tinggi suatu frekuensi maka semakin
pendek panjang gelombang dari sinyal penguat tersebut, hal ini dikarenakan
oleh faktor alat, ketelitian praktikan, noise, dan keakuratan komponen-
komponen yang dipakai saat praktikum.
4. Dari hasil percobaan yang telah dilakukan dapat disimpulkan jika sinyal
keluaran modulator semakin tinggi suatu frekuensi maka semakin pendek
panjang gelombangnnya. Perbedaan hasil dari amplitudenya dikarenakan
faktor alat, ketelitian praktikan, noise, dan keakuratan komponen-
komponen yang dipakai saat praktikum.
5. Dari hasil percobaan yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan sinyal
keluaran multiplexer yaitu jika semakin tinggi suatu frekuensi maka
semakin pendek panjang gelombangnnya. Perbedaan hasil ini dikarenakan
adanya faktor alat, ketelitian praktikan, noise, dan keakuratan komponen-
komponen yang dipakai saat praktikum.
6. Dari hasil percobaan yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan sinyal
keluaran LPF yaitu jika semakin tinggi suatu frekuensi maka semakin
pendek panjang gelombangnnya. Perbedaan hasil ini dikarenakan adanya
faktor alat, ketelitian praktikan, noise, dan keakuratan komponen-
komponen yang dipakai saat praktikum.
7. Dari hasil percobaan yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan sinyal
keluaran BPF yaitu jika semakin tinggi suatu frekuensi maka semakin
pendek panjang gelombangnnya. Perbedaan hasil ini disebabkan oleh faktor
alat, ketelitian praktikan, noise, dan keakuratan komponen-komponen yang
dipakai saat praktikum.
8. Dari hasil percobaan yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan sinyal
keluaran demodulator yaitu jika semakin tinggi suatu frekuensi maka
semakin pendek panjang gelombangnnya. Perbedaan hasil ini dikarenakan
faktor alat, ketelitian praktikan, noise, dan keakuratan komponen-
komponen yang dipakai praktikum.
9. Dari hasil percobaan yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan sinyal
demultiplexer yaitu jika semakin tinggi suatu frekuensi maka semakin
pendek panjang gelombangnnya. Perbedaan hasil amplitude pada sinyal
demultplexer tersebut dikarenakan faktor alat, ketelitian praktikan, noise,
dan keakuratan komponen-komponen yang dipakai saat praktikum. Bentuk
sinyal keluaran demultiplexer ini mengalami beda fase sebesar 180° atau
berlawanan fase. Beda fase ini terjadi dikarenakan adanya interferensi
minimum. Interferensi dapat terjadi apabila dua buah gelombang memiliki
frekuensi yang sama atau berbeda sedikit yang merambat dalam arah yang
sama. Proses demultiplexing akan mengubah kembali sinyal yang telah
mengalami multiplexing menjadi sinyal aslinya. Tetapi bentuk sinyal
informasi pada multiplexing lebih halus dibandingkan dengan bentuk sinyal
informasi pada demultiplexing. Karena adanya pengaruh noise yang masih
ada pada sinyal demultiplexing maka bentuk sinyal informasi pada
demultiplexing yang berwarna biru masih terlihat agak kasar dibandingkan
dengan sinyal informasi pada multiplexing yang berwarna kuning.
DAFTAR PUSTAKA
Fidzonly. 2010. Multiplexing.
https://fidzonly.wordpress.com/tag/multiplexing/.
Diakses pada 23 April 2018
Alfiomita. 2016. Multiplexing dan Demultiplexing.
http://alfiomita02.blogspot.co.id/2016/08/multiplexing-dan-
demultiplexing.html .
Diakses pada 23 april 2018
Kho, Dhikson. 2016. Cara Menghitung Panjang Gelombang dan Kecepatan
Gelombang Frekuensi.
https://teknikelektronika.com/cara-menghitung-panjang-gelombang-
kecepatan-gelombang-frekuensi/.
Diakses pada 23 april 2018.
A Hikmaturokhman. 2012. FDM dan FDD.
http://adi0511.blogspot.co.id/2009/11/pengertian-multiplexing-fdm-tdm-
dan-cdm.html.
Diakses pada tanggal 23 Maret 2018
Anonim. 2012. Frekuensi, Periode Dan Fasa Gelombang Listrik.
http://elektronika-dasar.web.id/frekuensi-periode-dan-fasa-gelombang-
listrik/.
Diakses pada 23 April 2018.
Anonim. 2015. Beda Fasa dan Pergeseran Fasa.
http://www.tespenku.com/2017/12/beda-fasa-dan-pergeseran-
fasa_68.html.
Diakses pada 28 April 2018.
RATA KIRI