Anda di halaman 1dari 24

KONSEP FARMAKOLOGI

A. T U JU AN P E M B E L A JAR A N
( K O GN I T I F , AF E K T I F , DAN PS I K O M O T O R )
TUJUAN PEMBELAJARAN

Setelah menyelesaikan pokok bahsan ini diharapan mahasiswa mampu:


1. Menjelaskan konsep dasar farmakologi (farmakodinamik, farmakokinetik,
farmacetik, isttilah atau singkatan yang lazim digunakan dalam farmakologi)
2. Menguraikan implikasi farmakologi pada perawat
3. Menunjukkan contoh tindakan keperawatan terkait dengan konsep dasar
farmakologi

1. Konsep dasar Farmakologi


Pada sesi ini akan dibahas tentang definisi-definisi terkait farmakologi,
farmakokinetik, farmakodinamik, farmacetik, istilah atau singkatan yang lazim
digunakan dalam farmakologi)

Farmakologi merupakan ilmu pengetahuan yang mempelajari obat-obatan dengan


seluruh aspeknya, baik sifat atau kegiatan fisiologinya dan juga nasib obat dalam
organisme hidup. Dengan kata lain, farmakologi bisa didefinisikan sebagai ilmu yang
membahas mengenai kerja obat dalam tubuh seperti mekanisme obat dan juga
interaksi serta khasiat obat pada tubuh.

Farma kokinetik adalah ilmu yang membahas tentang proses obat di dalam tubuh.
Farmakokinetik menjelaskan tentang proses yang dilewati obat selama di dalam
tubuh hingga menghasilkan efek atau khasiat.

Prodi D III Keperawatan Semarang Page 1


Mekanisme obat dalam tubuh terbagi menjadi beberapa proses yang meliputi:
a. Absorpsi (Penyerapan)
Ini merupakan proses pertama yang sangat penting, karena tanpa adanya
proses absorpsi maka proses-proses lainnya tidak akan terjadi. Obat yang
dikonsumsi, kemudian di dalam tubuh akan terpecah dan diserap oleh saluran
cerna. Untuk obat luar tubuh, proses penyerapannya melalui kulit atau selaput
lendir.
Proses penyerapan ini dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu: kelarutan obat,
konsentrasi (jumlah) obat, kemampuan obat melewati membran sel, luas permukaan,
bentuk sediaan obat, cara dan waktu pemakaian obat

b. Distribusi (Penyaluran)
Setelah obat diserap oleh tubuh, proses yang terjadi selanjutnya adalah
penyaluran obat melalui peredaran darah ke seluruh tubuh atau bagian tubuh
yang diobati. Untuk obat luar tubuh (topikal) maka distribusinya adalah
melalui kulit.

c. Metabolisme (Pengolahan)
metabolisme atau proses perubahan merupakan semua reaksi kimia
(termasuk obat) yang memerlukan enzim dan terjadi di dalam tubuh
organisme termasuk di tingkat selular untuk mempertahankan kelangsungan
hidup.
Setelah sebelumnya melewati proses penyerapan dan juga penyaluran ke
seluruh tubuh atau bagian yang diobati, kemudian obat akan memunculkan
efek atau khasiatnya.
Disinilah peranan proses metabolisme, setelah obat menghasilkan efek yang
diinginkan kemudian obat akan diolah sedemikian rupa agar bisa dikeluarkan
dari tubuh.

Prodi D III Keperawatan Semarang Page 2


Proses pengolahan ini biasa terjadi di dalam ginjal, kecuali pada obat luar.
Karena memang obat luar tidak dikonsumsi sehingga proses metabolisme
tidak terjadi.
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi proses metabolisme obat adalah
usia, fungsi hati, faktor genetic, adanya pemakaian obat lain secara bersamaan

d. Ekskresi (Pengeluaran)
Ini merupakan proses terakhir, dari yang awalnya obat diserap tubuh,
kemudian di distribusikan, lalu timbul efek pengobatan, setelah itu zat sisa
obat di metabolisme diolah untuk dikeluarkan dari tubuh
Proses pengeluaran terjadi melalui beberapa organ yaitu kulit (bersama
keringat), paru-paru (bersama penafasan), hati (bersama saluran empedu),
ginjal (bersama air seni)

Farmakodinamika
Adalah ilmu yang membahas mengenai pengaruh atau efek yang dihasilkan obat
terhadap sel hidup, organ tubuh, atau makhluk contoh ketika obat yang dipakai
memberikan efek kesembuhan atau justru merusak organ atau sel dalam tubuh.
Farmakodinamika juga membahas mengenai waktu pemakaian obat, indeks terapi,
kombinasi obat, serta interaksi obat terhadap obat lain ataupun makanan dan minuman.
Efek obat terhadap tubuh ini dibagi menjadi 8 bagian, yaitu :
1. Efek terapi, yaitu efek obat yang diinginkan seperti menyembuhkan penyakit atau
meringankan dan meniadakan gejalanya.
2. Efek samping, yaitu efek obat yang tidak diinginkan yang berlainan dengan efek
terapi .
3. Efek toksik, yaitu efek obat yang tidak diinginkan karena bersifat toksik atau
racun, biasanya terjadi karena dosis obat yang terlalu tinggi.

Prodi D III Keperawatan Semarang Page 3


4. Toleransi, yaitu peristiwa dimana dosis obat harus dinaikan terus menerus untuk
mencapai efek terapi yang sama.
5. Habituasi, yaitu ketergantungan fisik akibat kebiasaan dalam mengonsumsi suatu
obat.
6. Adisi, yaitu ketergantungan atau ketagihan obat secara fisik dan mental dan apabila
pemakaian obat dihentikan maka akan menimbulkan efek hebat yang menyakitkan.
7. Alergi, yaitu peristiwa hipersensitif atau kepekaan berlebih terhadap suatu obat
sehingga menimbulkan efek yang berlainan seperti gatal, kemerahan, dan
sebagainya.
8. Idiosinkrasi, yaitu peristiwa dimana suatu obat memberikan efek yang sangat
berlainan dari efek terapinya.

Farmasetik
Farmasetik (disolusi) adalah fase pertama dari kerja obat yaitu proses pemecahan atau
pelarutan obat secara fisik (pemecahan tablet atau pil menjadi partikel-partikel yang
lebih kecil-kecil), dan disolusi adalah melarutnya partikel-partikel kecil dalam cairan
untuk siap diabsorbsi.

Istilah atau singkatan yang lazim digunakan dalam farmakologi


Dalam farmakologi belaku istilah atau singkatan yang lazim digunakan secara
intennational seperti b.in.d (bis in die) 2 kali sehari, liq (liquid) yang berarti cair, dan
lain-lain
Untuk lebih detail silakan berselancar di internet dengan key word istilah-istilah yang
lazim digunakan dalam farmakologi

Implikasi Farmakologi pada Perawat

Prodi D III Keperawatan Semarang Page 4


Sebagai seorang perawat tentu sudah tahu bahwa kewenangan untuk menentukan
diagnosaa penyakit dan meresepkan obat adalah dokter. Namun demikian perawat
harus mampu memberikan (administrasi) obat pada pasien dengan prinsip 6 benar
(benar: pasien, obat, dosis, rute pemberiaan, waktu, dan benar pencatatan) etis dan
legal, oleh karena itu sebelum bertugas memberikan obat maka perawat harus paham
tentang konsep dasar farmakologi.
Perawat perlu menyadari bahwa obat diberikan pada pasien untuk tujuan utama
penyembuhan, namun obat juga memiliki 7 efek lainya sehingga perawat wajib
menerapkan 6 prinsip benar selama pemberian obat dengan pendekatan proses
keperawatan yaitu pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, tindakan dan
evaluasi.

Tindakan keperawatan terkait dengan konsep dasar farmakologi


Prosedur / tindakan pemberian obat (administrasi obat) secara garis besar
Adalah pemberian obat melalui: mulut, kulit, mata, intramuskuler, intravena,
intrakutan, subkutan, rektal, telinga, dan inhalasi

Dalam pemberian obat dikenal 6 prinsip benar selama pemberian obat dengan teknik
sebagai berikut:

Langkah-langkah tindakan untuk mengidentifikasi benar pasien adalah sebagai berikut:

IDENTIFIKASI BENAR PASIEN


NO LANGKAH PROSEDUR YA/TIDAK
1. Ucapkan salam
2. Perkenalkan jatidiri Anda dan sampaikan tujuan
3. Persilakan Pasien Anda untuk menyebutkan:
Nama (bila ragu suruh mengeja)
Tanggal Lahir
Nomor catatan medik

Prodi D III Keperawatan Semarang Page 5


4. Cocokkan dengan data identitas pasien di rekam medik dan
atau gelang pasien

Untuk memperjelas mengenali gelang pasien Anda dapat melihat contoh gambar 3.1 di
bawah ini.

Gambar 3.1: contoh gelang identitas pasien

1. IDENTIFIKASI BENAR OBAT

Langkah-langkah tindakan untuk mengidentifikasi benar obat adalah sebagai


berikut:
NO LANGKAH PROSEDUR YA/TIDAK
1. Cocokkan nama obat yang diresepkan dengan nama obat
yang tertera pada label saat mengambil obat dari tempat
persediaan
2. Baca kebenaran nama obat saat memberikan pada pasien
3. Baca kebenaran nama obat sekali lagi saat mengembalikan
obat ke tempat persediaan

2. IDENTIFIKASI BENAR D OSIS

Prodi D III Keperawatan Semarang Page 6


Langkah-langkah tindakan untuk mengidentifikasi benar dosis adalah sebagai
berikut:
NO LANGKAH PROSEDUR YA/TIDAK
1. Pastikan bila obat berbentuk cair dilengkapi alat misal alat
tetes, gelas ukur, spuit atau sendok khusus.
Bila berbentuk tablet ada alat untuk membelah tablet dan
lain-lain sehingga perhitungan obat benar untuk diberikan
kepada pasien.
2. Pastikan dosis yang diberikan klien sesuai dengan kondisi
klien
3. Pastikan dosis yang diberikan dalam batas yang
direkomendasikan (lihat catatan medis) untuk obat yang
bersangkutan
4 Lakukan penghitungan secara cermat dosis yang diberikan
dengan mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut:
tersedianya obat dan dosis obat yang diresepkan/diminta,
berat badan klien (mg/KgBB/hari), jika ragu-ragu dosisi
obat harus dihitung kembali dan diperiksa oleh perawat lain
5 Melihat batas yang direkomendasikan bagi dosis obat
tertentu

3. BENAR RUTE/CARA

Langkah-langkah tindakan untuk mengidentifikasi benar cara pemberian / rute


adalah sebagai berikut:
NO LANGKAH PROSEDUR YA/TIDAK
1. Baca catatan medis terkait cara pemberian obat
1. Oral termasuk sublingual
2. Parenteral berarti diluar usus, atau tidak melalui
saluran cerna, yaitu melalui vena (perset / perinfus).
3. Topikal yaitu melalui kulit atau membran mukosa.
4. Rektal. Obat dapat diberi melalui rute rektal berupa
enema atau supositoria
5. Inhalasi yaitu pemberian obat melalui saluran

Prodi D III Keperawatan Semarang Page 7


pernafasan.
2. Pastikan cara pemberian obat dalam instruksi medis sesuai
dengan cara pemberian obat yang tertera dalam label obat
3. Lakukan tindakan sesuai SOP

4. BENAR WAKTU

Langkah-langkah tindakan untuk mengidentifikasi benar waktu adalah sebagai


berikut:
NO LANGKAH PROSEDUR YA/TIDAK
1. Tanyakan pada pasien kapan terakhir diberi obat sejenis
2. Berikan obat sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan
(lihat catatan rekam medik)
Catatan:
Dosis obat harian diberikan pada waktu tertentu dalam
sehari. Misalnya (dua kali sehari, tiga kali sehari, dll),
sebelum atau sesudah makan atau bersama makanan. Bila
perlu saja.
Pemberian obat harus sesuai dengan waktu paruh (t½ ).
3. Pastikan waktu pemberian obat dalam instruksi medis
sesuai dengan waktu pemberian obat yang tertera dalam
label obat

5. BENAR DOKUMENTASI

Langkah-langkah tindakan untuk melakukan dokumentasi secara benar adalah


sebagai berikut:
NO LANGKAH PROSEDUR YA/TIDAK
1. Catat dengan benar dan mudah dibaca terhadap nama obat,

Prodi D III Keperawatan Semarang Page 8


dosis, rute, waktu pemberian obat pada medikal record
pasien yang bersangkutan
2. Tuliskan respon pasien
3. Tuliskan identitas secara jelas pemberi obat dan bubuhkan
tanda tangan

DAFTAR PUSTAKA

Kee J.L., & Hayes E.R (1994). Farmakologi Pendekatan Proses Keperawatan Jakarta
EGC.

Prodi D III Keperawatan Semarang Page 9


Kegiatan belajar 2

J E N I S S E DI AA N d a n C AR A PE M B E R I AN O B AT

 120 Menit

JENIS SEDIAAN DAN CARA PEMBERIAN OBAT

A. T U JU AN P E M B E L A JAR A N
( K O GN I T I F , AF E K T I F , P S I K O M O T O R )

Setelah menyelesaikan pokok bahasan ini, mahasiswa diharapkan mampu:


1. Mengenal bentuk obat
2. Memahami cara/rute pemberian obat
3. Memahami pedoman pemberian obat

B. URAIAN MATERI

Untuk mencapai tujuan pembelajaran diatas, Anda akan mempelajari pokok-pokok


materi sebagai berikut:
a. Bentuk sediaan dan cara/rute pemberian obat
b. Pedoman pemberian obat

Bentuksediaan dan Rute Pemberian Obat

Prodi D III Keperawatan Semarang Page 10


Sebelum seorang perawatn memberikan obat secara benar maka sebagai perawat harus
mengenal terlebih dahulu bentuk sediaan obat dan cara atau rute pemberian obat.
Berikut akan diuraikan secara detail bentuk sediaan obat dan cara pemberian / rute
pemberian obat:

1. Tablet

Jenis obat berupa tablet bisa digunakan dengan cara dimakan diminum atau ditelan.
Jenis obat berbentuk tablet ini terbagi lagi menjadi beberapa jenis, yaitu:
a. Tablet Kempa
Jenis obat berbentuk tablet yang paling banyak digunakan oleh masyarakat. Obat
berbentuk tablet ini dibuat sesuai dengan bentuk cetakannya dan memiliki ukuran
yang sangat bervariasi
b. Tablet Hipodermik
adalah obat tablet yang mudah larut di dalam air. Proses pelarutannya juga
terjadi secara sempurna.
c. Tablet Effervescent
tablet effervescent ini memang sengaja dibuat agar mudah larut di dalam air.
Penggunaan jenis tablet ini adalah dengan melarutkannya dahulu didalam air

Prodi D III Keperawatan Semarang Page 11


sebelum diminum. Tablet Effervescent ini tidak boleh langsung anda telan atau
dimakan sebelum dilarutkan dalam air.
d. Tablet Kunyah
Obat berbentuk tablet yang satu ini penggunaan dilakukan dengan cara
dikunyah. Jenis obat tablet seperti ini biasanya memiliki rasa yang lebih enak
dibandingkan dengan obat – obat yang lainnya, karena pemakaiannya yang
harus langsung dimakan atau dikunyah.
.

2. Kapsul

Jenis obat ini adalah kapsul cara penggunaannya yaitu dengan diminum atau ditelan

3. Pil

Jenis obat pil digunakan dengan cara ditelan

4. Serbuk (Pulvis)

Prodi D III Keperawatan Semarang Page 12


Obat berbentuk serbuk merupakan campuran dari bahan kimia atau obat, yang
biasanya digunakan untuk pemakaian atau pengobatan luar, ada juga obat serbuk
yang kemudian dilaryutkan menjadi suspensi dan digunakan secara oral.. Jenis
obat yang satu ini memiliki karakteristik homogen dan kering, serta
homogenisitasnya dipengaruhi oleh ukuran partikel dan densitasnya atau berat
jenisnya. Obat jenis ini juga memiliki derajat kehalusan tertentu.Obat berbentuk
serbuk ini memiliki keuntungan / kelebihan seperti campuran obat dan bahan obat sesuai
kebutuhan, dosisnya lebih tepat lebih stabil dari jenis obat larutan, bersifat disolusi atau
cepat larut di dalam tubuh, dan tidak memerlukan banyak bahan tambahan

5. Kaplet

Bentuk obat seperti di atas adalah kaplet yang digunakan secara diminum atau di
makan. Jenis obat kaplet ini merupakan jenis obat yang bentuknya penggabungan
dari bentuk tablet dan kapsul. Kaplet tidak memakai pembungkus sebagaimana
halnya obat berbentuk tablet pada umumnya, namun bentuk fisiknya menyerupai
kapsul.

6. Larutan

Prodi D III Keperawatan Semarang Page 13


Obat jenis ini adalah obat yang bentuknya berupa larutan, obat telah dilarutkan
ke dalam air, pemakaian obat jenis ini ada yang diminum dan ada juga untuk obat
luar (seperti obat kulit).

7. Berbentuk suspensi

Obat berbentuk suspensi ini pemakaiannya juga dilarutkan di dalam air. Namun ada
bagian yang tidak larut, berupa butiran – butiran, contoh umumnya adalah vegeta

8. Extract
Obat jenis extract dihasilkan dari proses extraksi bahan bahan obat – obatan, baik
dari hewan ataupun tumbuhan. Obat berbentuk ekstrak merupakan sediaan pekat,
yang diperoleh dengan mengekstraksi zat dari simplisia nabati atau simplisia
hewani dengan menggunakan pelarut yang sesuai, kemudian semua atau hampir

Prodi D III Keperawatan Semarang Page 14


semua pelarut diuapkan dan massa atau serbuk yang tersisa diperlakukan
sedemikian sehingga memenuhi ukuran yang ditetapkan
Obat ini dapat diberikan secara oral atau pun sebagai obat luar
9. Aerosol (inhalasi)
Adalah jenis obat dalam bentuk suspensi partikel padat atau cair halus dalam bentuk
uap, gas, atau kabut contoh adalah nebulizer, spray atau obat semprot

10. Berbentuk Salep

Salep merupakan jenis obat luar, bentuknya berupa semi padat yang bisa dioleskan
pada kulit atau selaput lendir. Bahan obat jenis salep ini harus larut dan terdispersi
pada bahan dasar salep.

11. Supositoria

Obat supositoria atau enema dapat diberikan melalui rektal (untuk efek lokal dan
sistemik) dan melalui vagina
Obat jenis ini merupakan sedian padat dalam berbagai bobot dan bentuk, yang akan
meleleh, melunak atau melarut pada suhu tubuh.

12. Cairan

Prodi D III Keperawatan Semarang Page 15


a. Tetes

Obat tetes berbentuk cair dengan penggunaan meneteskan ke bagian yang terkena
penyakit. Obat tetes biasanya digunakan untuk obat dalam seperti tetes mulut, tetes
telinga, tetes hidung dan tetes mata

b. Injeksi

Obat injeksi berarti obat cairan yang dimasukkan ke dalam tubuh dengan cara
didorong. Cara injeksi yang biasa digunakan oleh tenaga dokter, perawat
ataupun bidan adalah Intramuscullar (IM/otot), Intravenous (IV/ pembuluh
darah atau intravena), Subcuta (SC/jaringan lemak dibawah kulit)
dan Intradermal/Intracutan (IC/ID) lapisan diantara kulit. Obat jenis ini
berbentuk cair (larutan,emulsi atau suspensi) yang disuntikkan ke tubuh
penderita, dengan tujuan agar kerja obat lebih cepat dan untuk mengobati
penderita yang tidak bisa makan obat melalui mulut.

Pedoman dalam Pemberian Obat

Berikut ini merupakan pedoman dalam pemberian obat secara umum:

Prodi D III Keperawatan Semarang Page 16


Persiapan
1 Cuci tangan sebelum menyiapkan pengobatan
2 Periksa riwayat pengobatan (riwayat alergi obat) dan periksa klinis pasien saat
akan pengobatan
3 Periksa catatan pengobatan dan atau kartu pengobatan, instruksi pengobatan
terkini
4 Periksa label obat ketika mengambil di tempat persediaan, saat menuangkan
dan menutup kembali obat
5 Baca tanggal kadaluwarsa obat (Hanya gunakan obat yang masih berlaku)
6 Baca catatan hitungan obat dan lakukan penghitungan dosis obat dengan
perawat lain
7 Pastikan BENAR obat
8 Tuang tablet atau kapsul ke dalam tempat obat tertututp. Jika obat tersedia
dalam dosis unit, buka paket di sisi tempat tidur setelah mengidentifikasi
“kebenaran” pasien
9 Tuang cairan setinggi mata. Meniskus (cekungan obat) terendah dari cairan
harus berada pada garis dosis yang diminta
10 Encerkan obat-obatan yang mengiritasi mukosa lambung (kalium, aspirin) atau
berikan bersama-sama dengan makanan
Pemberian
1 Identifikasi “Benar” pasien (minta pasien sebutkan nama, tanggal lahir, dan
nomer registrasi) cocokkan dengan gelang dan catatan medis
2 Tawarkan es batu untuk mengurangi obat yang memiliki rasa pahit, berikan
obat dengan rasa yang paling pahit kemudian disusul obat yang memiliki rasa
enak
3 Hanya berikan obat yang sesuai instruksi dan sudah disiapkan
4 Atur posisi tidur pasien yang paling nyaman

Prodi D III Keperawatan Semarang Page 17


5 Tetap dampingi pasien sampai obat telah digunakan
6 Jika memberikan obat pada sekelompok klien, berikan obat terakhir kepada
klien yang membutuhkan bantuan ekstra
7 Berikan tidak > 2,5-3 ml (dewasa) dan tidak boleh > 1 ml (bayi) larutan
intramuskuler pada satu tempat.
Tidak boleh > 1 ml larutan bila obat diberikan secara subkutan, jangan menutup
kembali jarum suntikan
8 Buang jarum dan tabung suntik ke tempat khusus yang tepat (kontainer)
9 Buang obat-obat ke dalam bak atau toilet, jangan ke dalam tempat sampah.
Bahan-bahan kontrol harus dikembalikan ke apotik
10 Buang larutan tidak terpakai dari ampul. Simpan larutan stabil yang tidak
terpakai di dalam tempat yang tepat (beberapa obat ada yang perlu dimasukkan
ke almari pendingin). Tulis tanggal dan waktu pembukaan dan inisial Anda
pada label.
11 Simpan narkotik ke dalam laci atau lemari dengan kunci ganda
12 Kunci untuk laci narkotik harus disimpan oleh perawat dan tidak boleh
disimpan di dalam laci atau almari
Pencatatan
1 Laporkan kesalahan obat dengan segera kepada dokter penanggung jawab atau
perawat supervisor. Lengkapi laporan peristiwa
2 Catat pada kolom catatan medis segera setelah oabt diberikan meliputi: obat
yang diberikan, dosis, waktu, rute, dan inisial Anda
3 Laporkan obat-obatan yang ditolak dan alasan penolakan
4 Catat jumlah cairan yang diminum bersama obat pada kolom intake, sediakan
cairan yang hanya diperbolehkan oleh ahli diet
Larangan dalam pemberian obat
1 Memberikan obat yang dikeluarkan orang lain

Prodi D III Keperawatan Semarang Page 18


2 Konsentrasi obat sudah pecah
3 Mengeluarkan obat dari tempat obat yang labelnya rusak, tidak ada atau hilang
4 Memindahkan obat dari tempat yang satu ke tempat lainnya
5 Mengeluarkan obat ke tangan Anda
6 Memberikan obat dengan tanggal sudah kadaluwarsa
7 Menduga – duga obat dan dosisnya
8 Memakai obat yang telah mengendap, atau berubah warna, atau berawan bila
seharusnya tidak berawan.
9 Meninggalkan obat-obat yang telah dipersiapkan
10 Memberikan obat atau sekelompok obat, jika pasien alergi terhadap obat
tersebut
11 Mengidentifikasi kebenaran pasien dengan hanya menggunakan nama pasien
12 Memberikan obat yang telah dinyatakan oleh pasien bahwa sebelumnya tidak
pernah menerima obat yang akan diberikan (lain dengan yang telah diterima
selama ini)
13 Menutup kembali jarum

GLOSARIUM

DAFTAR PUSTAKA

Kee J.L., & Hayes E.R (1994). Farmakologi Pendekatan Proses Keperawatan Jakarta
EGC.

Prodi D III Keperawatan Semarang Page 19


M E N G HI T UN G D O SI S PE M B E R I A N O B AT

A . T U JU AN P E M B E L A JAR A N
( K O GN I T I F , A F E K T I F , P SI K O M O T O R )

Setelah menyelesaikan pokok bahasan ini, mahasiswa diharapkan mampu memahami


konsep penghitungan obat secara benar

MENGHITUNG DOSIS PEMBERIAN OBAT

Dalam menghitung obat unit metrik yang paling sering dipakai dalam adalah sebagai berikut:
▫ 1 g = 1000 mg
▫ 1 L = 1000 mL
▫ 1 mg= 1000 µ (mkg)
Untuk dapat mengkonversi suatu jumlah , satu dari nilai-nilai harus diketahui seperti gram,
miligram atau mikrogram, liter atau mililiter dan seterusnya

Silakan perhatikan contoh 1. Berikut:

Prodi D III Keperawatan Semarang Page 20


Dokter meminta memberikan paracetamol tablet 250 mg, satu kaplet obat memiliki sediaan
500mg.

Jawab:
250 mg / 500 mg = 1/2 tablet

Nah berikutnya pelajari contoh 2 berikut


Conoth 2:
Dokter meminta memberikan order resep “luminal tablet 5 mg, 3 dd 1 pulvus no. X.

Jawab:
Dalam hal ini dokter ingin agar kita membagi satu obat tablet luminal 5 mg menjadi
sepuluh bagian. Order sederhana dari resep diatas adalah luminal tablet 0,5 mg, sedangkan
sediaan obat adalah 5 mg.

Kita dapat menghitung dosis obat tablet diatas dengan menggunakan rumus dosis obat:

order dokter/ sediaan obat


5 mg/10 = 0,5 mg

Setelah kita mengetahui dosis obat tersebut selanjutnya adalah menghitung berapa banyak
yang harus kita konsumsi, yaitu dengan cara rumus berikut:

Berat obat
Banyak sediaan

Berat obat adalah bobot obat per satu kaplet/pil/ kapsul dalam satuan berat (mg baca
miligram) atau (g baca gram) tanpa mempertimbangkan jumlah sediaan obat.
Jumlah/ Banyak sediaan adalah banyaknya sediaan obat yang diminta oleh dokter.

Pertama kita harus menimbang berat satu pil tersebut, misal berat obat luminal 5 mg adalah
1 g.
Berat obat / jumlah sediaan obat
1 g/ 10 = 0,1 g atau 100 mg.

Prodi D III Keperawatan Semarang Page 21


Dengan demikian 100 mg luminal tablet mengandung sediaan 0,5 mg luminal

Sekarang Anda akan kami ajak untuk mempelajari cara menghitung dosis obat sirup

Perhatikan rumus berikut:

= S
Dosis yg e
diorderkan

Perhatikan Contoh 3 berikut:


Dokter membuat resep ” Sanmol Forte syrup 120 mg prn. Sediaan obat Sanmol Forte syrup
ialah 240 mg tiap 5 mL (mililiter)

Jawab:
120 mg / 240 mg X 5 ml = 2,5 ml = 1/2 cth (cendok teh)

Rumus ini juga berlaku untuk menghitung obat intravena atau serbuk yang tidak harus
menggunakan batas waktu atau alat mesin syringe pump

Contoh 4 :
Metronidazole injeksi 3 dd x 150 mg. Sediaan obat Metronidazole injeksi untuk setiap 100
mL adalah 500 mg.

Jawab:
150 mg/ 500 mg X 100 ml = 30 ml

Setelah Anda paham, selanjutnya Anda akan kita ajak untuk menghitung dosis obat dalam
bentuk serbuk. Perhatikan contoh berikut:

Formula ini paling jarang digunakan oleh masyarakat namun biasanya tetap ada beberapa
jenis obat yang memakai obat serbuk misalnya obat antibiotik, seperti ceftriaxone,
cefotaxim, dan lainnya.

Untuk bisa menghitung berapa banyak dosis dari obat serbuk bisa dilihat dari contoh

Prodi D III Keperawatan Semarang Page 22


dibawah ini.

Contoh 5:
Ceftriaxone inj 3 dd 330 mg IV.

Jawab: 330 mg / 1000 mg X 10 cc = 3,3 cc

Pada kasus ini, kurang baik jika kita menggunakan pelarut sebanyak 10 cc, karena jika kita
akan menarik cairan sebanyak 3,3 cc susah mengukurnya. Maka akan lebih baik jika kita
menggunakan pelarut sebanyak 9 cc.

Solusi Jawaban : 330 mg/ 1000 mg X 9 = 3 cc.

Sekarang kita akan mempelajari cara menghitung dosis obat menggunakan alat

Nah ada juga cara memberikan obat menggunakan alat bantu biasanya pemberian ini
melaui infus pump atau syringe pump. Beberapa contoh obat ini diantaranya lasix
(Furosemid), heparin (Inviclot), cordaron (Amiodaron), dobutamin, dopamin, dan lainnya.

Untuk menghitungnya kita bisa menggunakan rumus dibawah ini :

Contoh 6:

Prodi D III Keperawatan Semarang Page 23


Heparin 1000 IU /jam. Sediaan obat 1 ml Heparin adalah 5000 IU, Jumlah pelarut 100 cc.

Jawab:
1000 IU/60 menit X 60 mgtt/cc X 100 cc / 5000 IU = 20 cc/jam

Catatan:

1. Dalam menghitung dosis obat yang akan diberikan menggunakan alat, perlu diperhatikan
kesamaan satuan dosis yang digunakan dengan sediaan obat. Misal: Order dokter 0,05
mikrogram tetapi sediaan obat ialah 200 mg. Maka kita harus mengubah 200 mg menjadi
200.000 mcg
2. Hal lain yang perlu diperhatikan dalam menghitung obat adalah waktu pemberian.
Misalnya: Dobutamin 0,1 mcg/kg BB/jam, maka kita harus mengubah jam 60 menit.
Namun Jika order dokter 0,01 /kg BB/ menit, maka menit adalah 1 menit.

GLOSARIUM

DAFTAR PUSTAKA

Kee J.L., & Hayes E.R (1994). Farmakologi Pendekatan Proses Keperawatan Jakarta EGC.

Prodi D III Keperawatan Semarang Page 24

Anda mungkin juga menyukai