Anda di halaman 1dari 44

PERENCANAAN INFRASTRUKTUR DAN TRANSPORTASI

PERENCANAAN INFRASTRUKTUR
PERSAMPAHAN

HUSNA TIARA PUTRI, ST., MT.


PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA
INSTITUT TEKNOLOGI SUMATERA
Masalah Persampahan di Indonesia

Definisi Operasional Sampah


OUTLINE
Teknik Operasional Pengelolaan Sampah

Skema Alternatif Pengelolaan Sampah


MASALAH PERSAMPAHAN DI INDONESIA
Perkembangan kota akan disertai oleh timbulnya
masalah-masalah sosial dan lingkungan, salah satunya
adalah masalah persampahan (Faizah, 2008)

Meningkatnya jumlah penduduk, tingkat ekonomi, laju


MASALAH urbanisasi, dan standar hidup masyarakat memberikan
dampak pada peningkatan timbulan sampah perkotaan
PERSAMPAHAN bagi negara – negara berkembang (Minghua et al., 2009
DI INDONESIA dalam Guerrero, Maas dan Hogland 2013)

Manajemen dan pengelolaan sampah menjadi salah satu


tantangan terbesar yang harus diperhatikan karena
sejauh ini, kemampuan pemerintah untuk mengelola
sampah hanya mencapai 40,09% di perkotaan dan 1.02%
di perdesaan (Kustiah, 2005 dalam Faizah, 2008
Menurut Tchobaboglous, Theisen dan Vigil (1993),
sampah adalah limbah yang timbul dari sisa aktivitas
manusia dan hewan sebagai suatu hal yang tidak
diinginkan.

Sampah merupakan limbah yang bersifat padat terdiri


dari bahan organik dan bahan anorganik yang
PENGERTIAN dianggap tidak berguna lagi dan harus dikelola agar
SAMPAH tidak membahayakan lingkungan dan melindungi
investasi pembangunan (SNI 19-2454-2002).

Undang-Undang No 18 Tahun 2008 tentang


Pengelolaan Sampah menyebutkan bahwa yang
dimaksud dengan sampah adalah sisa kegiatan sehari-
hari manusia dan atau proses alam yang berbentuk
padat.
Sampah merupakan segala
sisa kegiatan makhluk
hidup yang dianggap tidak
berguna dan tidak
PENGERTIAN
SAMPAH diinginkan, berupa padatan
yang terdiri dari bahan
organik, anorganik,
ataupun keduanya.
KLASIFIKASI SAMPAH (1)

Berdasarkan fisiknya (Suprihatin, Prihanto, & Gelbert,


1999).:
• Sampah Organik. Sampah organik terdiri dari bahan-bahan penyusun
tumbuhan hewan yang diambil dari alam atau dihasilkan dari kegiatan
pertanian, perikanan atau yang lain. Sampah ini dengan mudah diuraikan
dalam proses alami. Sampah rumah tangga sebagian besar merupakan
bahan organik. Termasuk sampah organik seperti sampah dapur, sisa
tepung, sayuran, kulit buah, daun.
• Sampah Nonorganik. Sampah nonorganik berasal dari sumberdaya alam
tak terbarui seperti mineral dan minyak bumi atau dari proses industri.
Beberapa bahan ini tidak terdapat di alam seperti plastik dan aluminium.
Sebagian zat nonorganik secara keseluruhan tidak dapat diuraikan oleh
alam, sedang sebagian lainnya hanya dapat diuraikan dalam jangka waktu
yang lama. Sampah jenis ini pada tingkat rumah tangga, misalnya berupa
botol kaca, botol plastik, tas plastik, dan kaleng.
KLASIFIKASI SAMPAH (2)

Berdasarkan Sampah dari rumah tinggal, yaitu sampah yang dihasilkan dari kegiatan atau
lingkungan rumah tangga baik yang ditempati oleh sebuah keluarga atau dalam suatu
sumbernya kawasan atau sering disebut dengan istilah sampah domestik. Pada umumnya,
Damanhuri sampah ini berupa sisa makanan, plastik, kertas, karton/dus, kain, kayu, kaca, daun,
logam, ranting pepohonan, dan/atau sampah golongan B3 seperti baterai, sisa obat –
dan Padmi obatan, oli bekas, dan sebagainya.
(2010): Sampah dari daerah komersial, yaitu sampah dari kelompok ini berasal dari
pertokoan, pusat perdagangan, pasar, hotel, perkantoran, dll. Dari sumber ini
umumnya dihasilkan sampah berupa kertas, plastik, kayu, kaca, logam, dan juga sisa
makanan. Khusus dari pasar tradisional, banyak dihasilkan sisa sayur, buah, makanan
yang mudah membusuk. Secara umum sampah dari sumber ini adalah mirip dengan
sampah domestik tetapi dengan komposisi yang berbeda.
KLASIFIKASI SAMPAH (3)

Berdasarkan Sampah dari perkantoran/institusi: sumber sampah dari kelompok ini meliputi
perkantoran, sekolah, rumah sakit, lembaga pemasyarakatan, dll. Dari sumber ini
sumbernya potensial dihasilkan sampah seperti halnya dari daerah komersial non pasar.
Damanhuri
dan Padmi Sampah dari jalan/taman dan tempat umum: sumber sampah dari kelompok ini dapat
berupa jalan kota, taman, tempat parkir, tempat rekreasi, saluran darinase kota, dll.
(2010): Dari daerah ini umumnya dihasilkan sampah berupa daun/ dahan pohon,
pasir/lumpur, sampah umum seperti plastik, kertas, dll.

Sampah dari industri dan rumah sakit yang sejenis sampah kota: kegiatan umum dalam
lingkungan industri dan rumah sakit tetap menghasilkan sampah sejenis sampah domestik,
seperti sisa makanan, kertas, plastik, dll.Yang perlu mendapat perhatian adalah bagaimana
agar sampah yang tidak sejenis sampah kota tersebut tidak masuk dalam sistem
pengelolaan sampah kota.
SNI 19 - 2454 - 2002

BESARAN TIMBULAN SAMPAH BERDASARKAN


KOMPONEN SUMBER SAMPAH
SNI 19 - 2454 - 2002

KEBUTUHAN INFRASTRUKTUR PERSAMPAHAN


BERDASARKAN JUMLAH PENDUDUK
AKTOR PELAKSANA PENGELOLA SAMPAH

Widyatmok dan Sintorini, 2002 dalam Faizah, 2008

• Pemerintah: berperan sebagai regulator atau fasilitator;


• Masyarakat: pengelola sampah; pemanfaat hasil dan proses;
• Swasta: penanam modal;
• Ahli dan akademisi: perencana; dan
• LSM: pendamping, fasilitator.
TEKNIK OPERASIONAL
PENGELOLAAN SAMPAH

SNI 19 - 2454 - 2002


PENGELOLAAN SAMPAH

• Pengelolaan sampah adalah kegiatan sistematis, menyeluruh, dan


berkesinambungan yang meliputi pengurangan dan penanganan
sampah.
• Pengurangan sampah yang dimaksud dapat berupa pembatasan
timbulan, pendaurulangan, ataupun pemanfaatan kembali
sebagaimana sesuai dengan prinsip 3R (reduce, reuse, recycle) yang
kerap dikenalkan masyarakat.
• Penanganan sampah meliputi kegiatan pemilahan, pengumpulan,
pengangkutan, pengolahan, dan pemrosesan akhir sampah.
SKEMA TEKNIK OPERASIONAL
PENGELOLAAN SAMPAH
1
POLA PEWADAHAN SAMPAH

Pewadahan yang dimaksud adalah proses pengumpulan sampah dasar dari berbagai sumber
sampah sebelum akhirnya dikumpulkan, dipindahkan, diangkut, dan dibuang ke tempat
pembuangan akhir.

Tujuannya adalah menghindari agar sampah tidak berserakan sehingga menggangu lingkungan
(Faizah, 2008).

Pewadahan sampah dilakukan sesuai dengan jenis sampah yang telah terpilah, yaitu sampah
organik, sampah anorganik, dan sampah beracun rumah tangga (SNI 19-2454-2002).
KARAKTERISTIK
WADAH
SAMPAH
KAPASITAS WADAH SAMPAH
2
POLA PENGUMPULAN

Pengumpulan yang dimaksud adalah pengambilan sampah


dari masing-masing sumber sampah sebelum akhirnya
dipindahkan ke pembuangan sementara.
POLA INDIVIDUAL LANGSUNG

1. kondisi topografi bergelombang (>15-40%), hanya alat pengumpul mesin


2. yang dapat beroperasi;
3. kondisi jalan cukup lebar dan operasi tidak mengganggu pemakai jalan lainnya;
4. kondisi dan jumlah alat memadai;
5. jumlah timbunan sampah>0,3 m3/ hari;
6. bagi penghuni yang berlokasi di jalan protokol.
POLA INDIVIDUAL TIDAK
LANGSUNG

1. bagi daerah yang partisipasi masyarakatnya pasif;


2. lahan untuk lokasi pemindahan tersedia;
3. bagi kondisi topografi relatif datar (rata-rata<5%) dapat menggunakan alat
pengumpul non mesin (gerobak, becak);
4. alat pengumpul masih dapat menjangkau secara langsung;
5. kondisi lebar gang dapat dilalui alat pengumpul tanpa mengganggu pemakai
jalan lainnya; rata
6. harus ada organisasi pengelola pengumpulan sampah.
POLA KOMUNAL LANGSUNG

1. bila alat angkut terbatas;


2. bila kemampuan pengendalian personil dan alat-alat relatif rendah;
3. alat pengumpul sulit menjangkau sumber-sumber sampah individual (kondisi
daerah berbukit, gang/jalan sempit);
4. peran serta masyarakat tinggi;
5. wadah komunal ditempatkan sesuai dengan kebutuhan dan lokasi yang mudah
dijangkau oleh alat pengangkut (truk);
6. untuk permukiman tidak teratur.
POLA KOMUNAL TIDAK LANGSUNG

1. peran serta masyarakat tinggi;


2. wadah komunal ditempatkan sesuai dengan kebutuhan dan lokasi yang mudah
dijangkau alat pengumpul;
3. lahan untuk lokasi pemindahan tersedia;
4. bagi kondisi topografi relatif datar (rata-rata<5%), dapat mengunakan alat
pengumpul non mesin (gerobak, becak) bagi kondisi topografi>5% dapat
menggunakan cara lain seperti pikulan, kontainer kecil beroda dan karung;
5. lebar jalan/gang dapat dilalui alat pengumpul tanpa mengganggu pemakai jalan
lainnya;
6. harus ada organisasi pengelola pengumpulan sampah.
POLA PENYAPUAN JALAN

1. juru sapu harus mengetahui cara penyapuan untuk setiap daerah pelayanan
(diperkeras, tanah, lapangan rumput, dll.);
2. penanganan penyapuan jalan untuk setiap daerah berbeda tergantung pada
fungsi dan nilai daerah yang dilayani;
3. pengumpulan, sampah hasil penyapuan jalan diangkut ke lokasi pemindahan
untuk kemudian diangkut keTPA;
4. pengendalian personel dan peralatan harus baik.
KRITERIA TEKNIS
PENGUMPULAN
S A M PA H
RUTE PENGANGKUTAN SAMPAH

Dalam merencanakan rute pengangkutan sampah perlu diperhatikan:


1. Kebijakan atau aturan eksisting terkait lokasi dan frekuensi pengumpulan
sampah daerah yang bersangkutan
2. Jenis dan ukuran alat pengangkut eksisting
3. Rute mulai dan akhir berada dekat dengan jalan arteri
4. Pada lokasi perbukitan, pengangkutan sampah dimulai dari lokasi yang lebih
tinggi
5. Sampah diangkut seawal – awalnya
6. Sumber sampah terbesar harus diprioritaskan penanganannya
3
POLA PEMINDAHAN

Pemindahan yang dimaksud adalah proses memindahkan sampah


hasil pengumpulan ke dalam alat pengangkut untuk kemudian dibawa
ke tempat pembuangan akhir.

Pemindahan sampah dilakukan di TPS atau TPS Terpadu dan di lokasi


wadah sampah komunal
T E MPAT
P E MI NDAH AN
SAMPAH

• Lokasi pemindahan sampah


ditempatkan pada wilayah yang
memiliki aksesibilitas
• tinggi yang memudahkan sarana
pengupul dan pengangkut sampah
untuk masuk. Selain
• itu, dalam pengumpulan sampah juga
dapat dilakukan pemilahan secara
manual baik oleh
• petugas kebersihan atau masyarakat
yang berminat, sebelum akhirnya
dipindahkan ke alat
• pengengkut sampah
4
POLA PENGANGKUTAN

Pengangkutan yang dimaksud adalah kegiatan membawa atau


mengangkut sampah yang telah dikumpulkan kemudian dipindahkan
ke dalam alat pengangkut dari tempat pembuangan sementara
menuju pembuangan akhir. Pengangkutan dari TPS atau TPS Terpadu
atau wadah komunal ke TPA, frekuensinya disesuaikan dengan
jumlah sampah yang ada
Sementara itu, pola pengangkutan sampah menurut SNI 19-
2454-2002 yang terjadi di Indonesia adalah sebagai berikut:

• Pengangkutan sampah dengan sistem pengumpulan individual langsung


(door to door). Truk pengangkut sampah dari pool menuju titik sumber
sampah pertama untuk mengambil sampah dan melanjutkan pada titik-titik
sumber sampah berikutnya sampai dengan truk penuh sesuai dengan
kapasitasnya. Setelah itu sampah dibawa menuju TPA sampah untuk
kemudian diolah.
• Pengumpulan sampah melalui sistem pemindahan di transfer depo tipe I
dan II, dengan pola pengangkutan. Kendaraan pengangkut sampah keluar
dari pool langsung menuju lokasi pemindahan transfer depo untuk
mengangkut sampah ke TPA.
5
POLA PENGOLAHAN

Pengolahan sampah dilakukan untuk mengurangi volume timbulan


sampah yan ada.

Pengolahan juga dapat berarti pengubahan bentuk sampah menjadi


suatu hal yang lebih bermanfaat dengan berbagai cara sebelum
akhirnya dibuang sebagai bentuk hasil pengolahan akhir.
Pengomposan yang dilakukan dapat berdasarkan kapasitas
(individual, komunal, skala lingkungan) ataupun berdasarkan
proses (alami, biologis dengan cacing, biologis dengan
mikroorganisme tambahan).

Insenerasi yang berwawasan lingkungan. Merupakan proses


pengolahan buangan dengan cara pembakaran pada
temperature yang sangat tinggi (>8000c) untuk mereduksi
sampah yang tergolong mudah terbakar, yang tidak dapat
didaur ulang lagi. Panas yang dihasilkan dari proses ini juga
ALTERNATIF dapat dimanfaatkan untuk mengkonversi suatu materi
PENGOLAHAN menjadi materi lain atau energi. Teknologi ini mampu
melakukan reduksi sampah hingga 70% namun dengan biaya
SAMPAH yang cukup tinggi pula.

Daur ulang

Pengurangan volume sampah dengan pencacahan atau


pemadatan.

Biogasifikasi (pemanfaatan)
6
POLA PEMBUANGAN AKHIR SAMPAH

Metode Open Dumping. Merupakan sistem pengolahan sampah dengan hanya


membuang/menimbun sampah disuatu tempat tanpa ada perlakukan khusus/pengolahan sehingga
system ini sering menimbulkan gangguan pencemaran lingkungan.

Metode Controlled Landfill (Penimbunan terkendali). Controlled Landfill adalah sistem open
dumping yang diperbaiki yang merupakan sistem pengalihan open dumping dan sanitary landfill
yaitu dengan penutupan sampah dengan lapisan tanah dilakukan setelah TPA penuh yang
dipadatkan atau setelah mencapai periode tertentu.

Metode Sanitary landfill (Lahan Urug Saniter) Sistem pembuangan akhir sampah yang dilakukan
dengan cara sampah ditimbun dan dipadatkan, kemudian ditutup dengan tanah sebagai lapisan
penutup. Pekerjaan pelapisan tanah penutup dilakukan setiap hari pada akhir jam operasi.
OP E N DUMP I NG
CONT ROL L ED
L ANFI L L
SANI TARY
L ANDFI L L
PERSYARATAN LOKASI TPA

Pemilihan lokasi TPA sampah harus memenuhi ketentuan sebagai berikut:


1. TPA sampah tidak boleh berlokasi di danau, sungai, dan laut.
2. Penentuan lokasi TPA disusun berdasarkan 3 tahapan yaitu :
• Tahap regional yang merupakan tahapan untuk menghasilkan peta yang berisi daerah atau
tempat dalam wilayah tersebut yang terbagi menjadi beberapa zona kelayakan
• Tahap penyisih yang merupakan tahapan untuk menghasilkan satu atau dua lokasi terbaik
diantara beberapa lokasi yang dipilih dari zona-zona kelayakan pada tahap regional
• Tahap penetapan yang merupakan tahap penentuan lokasi terpilih oleh instansi yang
berwenang.
3. Jika dalam suatu wilayah belum bisa memenuhi tahap regional, pemilihan lokasi TPA
sampah ditentukan berdasarkan skema pemilihan lokasi TPA sampah.
KRITERIA REGIONAL

Kondisi geologi

• tidak berlokasi di zona holocene fault.


• tidak boleh di zona bahaya geologi.

Kondisi hidrogeologi

• tidak boleh mempunyai muka air tanah kurang dari 3 meter.


• tidak boleh kelulusan tanah lebih besar dari 10-6 cm / det.
• jarak terhadap sumber air minum harus lebih besar dari 100 meter di hilir aliran.
• dalam hal tidak ada zona yang memenuffi kriteria-kriteria tersebut diatas, maka harus diadakan masukan teknologi.

kemiringan zona harus kurang dari 20%.

jarak dari lapangan terbang harus lebih besar dari 3.000 meter untuk penerbangan turbojet
dan harus lebih besar dari 1.500 meter untuk jenis lain

tidak boleh pada daerah lindung / cagar alam dan daerah banjir dengan periode ulang 25
tahun
Iklim
•hujan intensitas hujan makin kecil dinilai makin baik
•angin : arah angin dominan tidak menuju ke pemukiman dinilai makin baik

Utilitas : tersedia lebih lengkap dinilai lebih baik

Lingkungan biologis :
•habitat : kurang bervariasi dinilai makin baik
•daya dukung : kurang menunjang kehidupan flora dan fauna, dinilai makin baik

Kondisi tanah
•produktivitas tanah : tidak produktif dinilai lebih tinggi

KRITERIA •kapasitas dan umur : dapat menampung lahan lebih banyak dan lebih lama dinilai lebih baik
•ketersediaan tanah penutup : mempunyai tanah penutup yang cukup dinilai lebih baik

PENYISIH •status tanah : makin bervariasi dinilai tidak baik

Demografi : kepadatan penduduk lebih rendah dinilai makin baik

Batas administrasi : dalam batas administrasi dinilai makin baik

Kebisingan : semakin banyak zona penyangga dinilai semakin baik

Bau : semakin banyak zona penyangga dinilai semakin baik

Estetika : semakin tidak terlihat dari luar dinilai makin baik


Ekonomi : semakin kecil biaya satuan pengelolaan sampah (per m3
/ ton) dinilai semakin baik.
TPA BAKUNG
LATIHAN

• Hitunglah Timbulan Sampah di Kota Bandar Lampung (Jika tidak ada data jenis
rumah, gunakan standar timbulan 2,5 l/orang/hari
• Hitunglah Kebutuhan Infrastruktur Persampahan berdasarkan SNI 19-2454-2002
• Jika komposisi sampah organik di Kota Bandar Lampung 60% dan melalui program
komposting di rumah tangga semua sampah organik dapat dimanfaatkan menjadi
kompos, hitunglah kebutuhan fasilitas persampahanmya!
• Saat ini, Kota Bandar Lampung mengandalkan satu-satunya TPA yaitu TPA Bakung.
Identifikasilah kesesuaian TPA tersebut berdasarkan standar yang ada!
• Adalah alternatif lokasi TPA bagi Kota Bandar Lampung? Hal-hal apa saja yang perlu
diperhatikan dalam menetapkan lokasi tersebut?
PROGRAM PENANGANAN SAMPAH

• 3R sampai dengan 7R
• Bank Sampah
• Industri Kreatif
• Zero waste scheme

Anda mungkin juga menyukai