Anda di halaman 1dari 6

JOURNAL NERS

AND MIDWIFERY INDONESIA


Jurnal Ners dan Kebidanan Indonesia

Pemberian Pendidikan Kesehatan Reproduksi Berpengaruh Terhadap


Tingkat Pengetahuan Tentang Seks Bebas pada Remaja Kelas X dan XI
di SMK Muhammadiyah II Bantul
Dian Savitri1, Kirnantoro2, Siti Nurunniyah3

1,3
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Alma Ata Yogyakarta
Jalan Ringroad Barat Daya No 1 Tamantirto, Kasihan, Bantul, Yogyakarta
2
Program Studi Keperawatan Politeknik Kesehatan Kementrian Kesehatan Yogyakarta
Jalan Tata Bumi No. 3, Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta

Abstrak
Data Pusat Studi Seksualitas (PSS) PKBI DIY tahun 2008 menemukan fakta bahwa remaja melakukan perilaku
seksual berpelukan dalam pacaran 62,1%, bergandengan tangan 60,5%, berciuman bibir 59%, dan saling
meraba 60%. Perilaku seksual beresiko lainnya yang dilakukan remaja adalah membaca buku/majalah porno
yaitu sebesar 63,7% menonton blue film 46,7% dan masturbasi mencapai 30,2%. Tujuan penelitian untuk
mengetahui tingkat pengetahuan sebelum dan sesudah intervensi dan mengetahui pengaruh pemberian
pendidikan kesehatan reproduksi terhadap tingkat pengetahuan tentang seks bebas. Jenis Penelitian ini
adalah penelitian praeksperimen dengan rancangan one group pretest posttest. Sampel yang digunakan
yakni 43 siswa. Instrumen yang digunakan adalah kuesioner tertutup dengan menggunakan skala ordinal.
Hasil penelitian menunjukkan tingkat pengetahuan responden sebelum intervensi adalah tinggi sebanyak 27
responden (62,8%), sedang sebanyak 10 responden (23,3%) dan rendah sebanyak 6 responden (14,0%).
Tingkat pengetahuan responden setelah intervensi adalah tinggi sebanyak 35 responden (81,4%), sedang
sebanyak 8 responden (18,6%) dan rendah 0 responden (0%). Dan hasil penelitian menunjukkan ada pengaruh
yang signifikan antara pemberian pendidikan kesehatan reproduksi terhadap tingkat pengetahuan tentang
seks bebas pada remaja dengan nilai z=-3,960 dan nilai p-value=0,000. Kesimpulan tingkat pengetahuan
responden sebelum intervensi tinggi dengan persentase 62,8% dan tingkat pengetahuan setelah intervensi
tinggi dengan persentase 81,4%. Ada pengaruh yang signifikan pada p-value=0,000 dan z=-3,960.

Kata Kunci: pendidikan kesehatan reproduksi, tingkat pengetahuan, seks bebas

Info Artikel:
Artikel dikirim pada 7 Januari 2013
Artikel diterima pada 7 Januari 2013

PENDAHULUAN Responden wanita dan pria berusia 15-


Remaja adalah suatu masa dimana individu 19 tahun yang menyatakan bahwa gairah seks
berkembang dari saat pertama kali ia menunjukkan meningkat adalah tanda perubahan fisik pada remaja.
tanda-tanda seksual sekundernya sampai saat ia Pengetahuan remaja umur 15-24 tahun tentang masa
mencapai kematangan seksual, individu mengalami subur hanya 26% wanita dan 21% pria yang memberi
perkembangan psikologi dan pola identifikasi dari jawaban benar tentang kesempatan terbesar seorang
kanak-kanak sampai dewasa(1). Pada usia 10- wanita menjadi hamil pada pertengahan siklus haid.
19 tahun kondisi emosional remaja masih labil Sebesar 74,1% wanita dan 70% pria usia 15-19 tahun
dan rentan terhadap pengaruh apapun, sehingga tidak mengetahui gejala Infeksi Menular Seksual(4).
pada remaja sering terjadi perilaku seks bebas(2). Hal ini memberikan bukti rendahnya pengetahuan
Seks bebas berkembang dari suatu budaya Barat remaja tentang kesehatan reproduksi remaja.
yang menekankan pada kebebasan, seperti bebas Data Pusat Studi Seksualitas (PSS) PKBI
melakukan hubungan seksual sebelum menikah, DIY tahun 2008 menemukan fakta bahwa remaja
bebas berganti-ganti pasangan, dan bebas melakukan melakukan perilaku seksual berpelukan dalam
hubungan seksual usia dini(3). pacaran 62,1%, bergandengan tangan 60,5%,

Pemberian Pendidikan Kesehatan Reproduksi Berpengaruh Terhadap Tingkat Pengetahuan Tentang Seks Bebas 23
berciuman bibir 59%, dan saling meraba 60%. terbatas. Selama 3 tahun terakhir sekolah ini sudah
Perilaku seksual beresiko lainnya yang dilakukan mengeluarkan 5 siswi yang hamil akibat seks
remaja adalah membaca buku/majalah porno yaitu bebas. Jumlah siswa dan siswi kelas X dan XI SMK
sebesar 63,7% menonton blue film 46,7% dan Muhammadiyah II Bantul adalah 289 siswa yang
masturbasi mencapai 30,2%(5). terdiri dari 9 kelas. Dari hasil wawancara 10 siswa
Kabupaten Bantul provinsi DIY, angka di SMK Muhammadiyah II Bantul menambahkan
pernikahan dini usia di bawah 20 tahun tergolong bahwa siswa mendapatkan informasi mengenai
tinggi. Dalam satu semester tahun 2009, jumlah kesehatan reproduksi dan seks bebas yang didapat
perkara yang meminta dispensi kawin muda pada dari keluarga, teman dan orang tua sebanyak 7 siswa
Pengadilan Agama (PA) Kabupaten Bantul mencapai dan yang didapat dari internet dan buku sebanyak
65 kasus. Jumlah remaja yang berusia 15 sampai 19 3 siswa. Setelah ditanya mengenai faktor yang
tahun di kabupaten Bantul terdapat 77.386 remaja mempengaruhi perilaku seks bebas adalah pengaruh
dan pada tahun 2009 terdapat 1365 orang yang hamil teman dan lingkungan sekitar (2 siswa), kurangnya
di bawah 20 tahun(6). Tingginya angka pernikahan informasi mengenai seks bebas (4 siswa), kurangnya
pada usia muda dan banyaknya jumlah ibu hamil perhatian dari orang tua atau anak yang mengalami
di bawah 20 tahun tidak dapat dipungkiri bahwa broken home (4 siswa). Ketika ditanya oleh peneliti
sebagian dikarenakan kehamilan pranikah. apakah aborsi dapat menyebabkan kematian, 6
Menurut Pangkahila, kurangnya pemahaman siswa menjawab iya dan 4 siswa lainnya mengatakan
tentang perilaku seksual pada masa remaja tidak. Kemudian setelah ditanya tentang dampak
amat merugikan bagi remaja itu sendiri termasuk seks bebas 9 siswa menjawab kehamilan yang tidak
keluarganya, sebab pada masa ini remaja mengalami diinginkan dan 1 siswa menjawab dikucilkan oleh
perkembangan yang penting yaitu kognitif, emosi, keluarga dan teman.
sosial dan seksual. Perkembangan ini akan Secara umum tujuan penelitian untuk
berlangsung mulai sekitar 12 sampai 20 tahun. mengetahui pengaruh pemberian pendidikan
Kurangnya pemahaman tersebut disebabkan oleh kesehatan reproduksi terhadap tingkat pengetahuan
berbagai faktor antara lain: adat istiadat, budaya, tentang seks bebas pada remaja kelas X dan XI
agama, dan kurangnya informasi dari sumber yang di SMK Muhammadiyah II Bantul. Secara khusus
benar. Hal ini akan mengakibatkan berbagai dampak untuk mengetahui tingkat pengetahuan tentang seks
yang justru amat merugikan kelompok remaja dan bebas pada remaja sebelum mendapat pendidikan
keluarganya(7). kesehatan reproduksi dan untuk mengetahui
Promosi kesehatan reproduksi pada remaja tingkat pengetahuan tentang seks bebas pada
sering dikonotasikan sebagai pendidikan seks di remaja sesudah mendapat pendidikan kesehatan
mana sebagian besar masyarakat di Indonesia masih reproduksi.
mentabukan hal ini. Bahkan ada lembaga pendidikan
formal setingkat sekolah menengah yang masih BAHAN DAN METODE
ragu untuk melaksanakan penyuluhan kesehatan
reproduksi bagi siswanya. Sementara itu, masa Jenis Penelitian ini adalah penelitian pra
remaja adalah fase pertumbuhan dan perkembangan eksperimen dengan rancangan one group pretest
saat individu mencapai usia 10-19 tahun. Dalam posttest. Rancangan ini tidak menggunakan
rentang waktu ini terjadi pertumbuhan fisik yang kelompok pembanding (control), tetapi paling tidak
cepat, termasuk pertumbuhan serta kematangan dari sudah dilakukan observasi pertama (pretest) yang
fungsi organ reproduksi. Bila tidak didasari dengan memungkinkan menguji perubahan-perubahan
pengetahuan yang cukup, mencoba hal baru yang yang terjadi setelah adanya eksperimen (program),
berhubungan dengan kesehatan reproduksi bisa dan dilakukan pengambilan data akhir (posttest)(9).
memberikan dampak yang akan menghancurkan Populasi dalam penelitian ini adalah siswa-siswi
masa depan remaja dan keluarga. kelas X dan XI SMK Muhammadiyah II Bantul yang
Dari hasil studi pendahuluan di SMK berjumlah 289 siswa. Teknik sampling penelitian ini
Muhammadiyah II Bantul pada tanggal 21 Februari dilakukan dengan teknik random sampling, setiap
2012 didapatkan informasi bahwa di sekolah populasi mempunyai kesempatan yang sama untuk
tersebut tidak ada mata pelajaran yang berkaitan dipilih sebagai sampel. Sampel yang digunakan
dengan kesehatan reproduksi. Pelajaran kesehatan merupakan perwakilan dari setiap kelas X dan XI
reproduksi hanya diperoleh dari penyuluhan yang berjumlah 9 kelas yang diambil adalah 43 siswa.
BKKBN yang diadakan setahun sekali, sehingga Penelitian ini dilakukan di SMK Muhammdiyah II
pengetahuan siswa mengenai kesehatan reproduksi Bantu pada tanggal 12 Mei 2012 untuk pretest dan

24 Dian Savitri, Kirnantoro, Siti Nurunniyah, 2013. JNKI, Vol. 1, No. 1, Tahun 2013, 23-28
15 Mei 2012 untuk posttest. Instrumen penelitian Tabel 2. Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan
adalah kuesioner yang berisi tentang pertanyaan tentang Seks Bebas pada Remaja di SMK
Muhammadiyah 2 Bantul Setelah Dilakukan
dan pilihan jawaban yang sudah disediakan dalam
Penyuluhan
bentuk pilihan benar atau salah. Kuesioner sudah
dilakukan uji validitas pada tanggal 18 April 2012 di Tingkat Pengetahuan f %
SMK Nasional Bantul dengan jumlah 35 pertanyaan. Rendah 0 0
Hasil dari uji reliabilitas dengan menggunakan rumus Sedang 8 18,6
spearman brown adalah 0,767. Sehingga r hitung >r Tinggi 35 81,4
tabel maka dapat disimpulkan instrumen tersebut Total 43 100
reliabel dan dapat digunakan untuk penelitian. Dalam Sumber: Data Primer Tahun 2012
penelitian ini yang merupakan variabel independen
adalah pemberian pendidikan kesehatan reproduksi. intervensi. Berdasarkan tabel tersebut, tingkat
Variabel dependen dalam penelitian ini adalah pengetahuan didominasi oleh tingkat pengetahuan
pengetahuan remaja tentang seks bebas. tinggi sebanyak 35 siswa (81,4%), kategori sedang 8
siswa (18,6%) dan kategori rendah 0 responden (0%).
HASIL DAN BAHASAN
Tingkat Pengetahuan tentang Seks Bebas pada
Tingkat Pengetahuan tentang Seks Bebas pada Remaja Di SMK Muhammadiyah 2 Bantul Sebelum
Remaja di SMK Muhammadiyah 2 Bantul Sebelum dan Setelah Dilakukan Penyuluhan
Dilakukan Penyuluhan
Perbandingan tingkat pengetahuan tentang
Distribusi frekuensi tingkat pengetahuan tentang
seks bebas pada remaja di SMK Muhammadiyah 2
seks bebas pada remaja di SMK Muhammadiyah 2
Bantul sebelum dan setelah diberikan penyuluhan
Bantul sebelum diberikan penyuluhan disajikan pada
disajikan pada Tabel 3.
Tabel 1.
Tabel 3. Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan
Tabel 1. Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan
tentang Seks Bebas pada Remaja di SMK
tentang Seks Bebas pada Remaja di SMK
Muhammadiyah 2 Bantul Sebelum dan Setelah
Muhammadiyah 2 Bantul Sebelum Diberikan
Dilakukan Penyuluhan
Penyuluhan
Tingkat
Tingkat Pengetahuan f % Pretest Posttest Keterangan
Pengetahuan
Rendah 6 14,0 Rendah 6 0 Ada Kenaikan
Sedang 10 23,3 Sedang 10 8 Ada Kenaikan
Tinggi 27 62,8 Tinggi 27 35 Ada Kenaikan
Total 43 100 Total 43 43
Sumber: Data Primer Tahun 2012 Sumber: Data Primer Tahun 2012

Berdasarkan Tabel 1 merupakan tabel tingkat Berdasarkan Tabel 3 menunjukkan tingkat


pengetahuan responden tentang seks bebas pengetahuan tentang seks bebas setelah diberikan
pada remaja sebelum diberikan intervensi dimana intervensi pada responden mengalami kenaikan.
sebagian besar responden tergolong memiliki tingkat Berdasarkan tabel tersebut, tingkat pengetahuan
pengetahuan tinggi sebanyak 27 responden (62,8%), tinggi pada saat pretest sebanyak 27 responden dan
kemudian diikuti tingkat pengetahuan sedang pada saat posttest menjadi 35 responden. Kategori
sebanyak 10 responden (23,3%) dan hanya 6 siswi sedang pada saat pretest sebanyak 10 responden
(14,0 %) tergolong rendah. dan posttest menjadi 8 responden, dan kategori
rendah pada saat pretest sebanyak 6 responden dan
Tingkat Pengetahuan tentang Seks Bebas pada pada saat posttest menjadi 0 responden.
Remaja di SMK Muhammadiyah 2 Bantul Setelah
Dilakukan Penyuluhan Pengaruh Pemberian Pendidikan Kesehatan
Distribusi frekuensi tingkat pengetahuan tentang Reproduksi terhadap Tingkat Pengetahuan
seks bebas pada remaja di SMK Muhammadiyah 2 tentang Seks Bebas pada Remaja di SMK
Bantul setelah diberikan penyuluhan disajikan pada Muhammadiyah 2 Bantul
Tabel 2. Untuk mengetahui pengaruh penyuluhan
Berdasarkan Tabel 2 menunjukkan tingkat terhadap tingkat pengetahuan remaja digunakan
pengetahuan tentang seks bebas setelah dilakukan analisis uji wilcoxon seperti pada Tabel 4.

Pemberian Pendidikan Kesehatan Reproduksi Berpengaruh Terhadap Tingkat Pengetahuan Tentang Seks Bebas 25
Tabel 4. Perbedaan Rerata Tingkat Pengetahuan Data tersebut menunjukkan bahwa mayoritas
Tentang Seks Bebas pada Remaja di SMK siswa sudah mengetahui tentang kesehatan
Muhammadiyah 2 Bantul Sebelum dan Setelah
reproduksi. Sebelum diberikan intervensi, mayoritas
diberikan Penyuluhan
siswa sudah dibekali wawasan tentang kesehatan
Tingkat
Mean
Mean
SD
reproduksi. Pengetahuan tersebut diperoleh dari
Pengetahuan Difference berbagai sumber, seperti misalnya melalui internet,
Pretest 24,19 4,48 buku, tenaga kesehatan dan lain-lain. Tetapi
2,30
Posttest 26,49 2,84
pengetahuan tersebut hanya pada tingkatan tahu.
Sumber: Data Primer Tahun 2012 Sedangkan untuk tingkatan sintesis atau bahkan
evaluasi diperlukan informasi-informasi yang lebih
Berdasarkan Tabel 4 menjelaskan tentang detail sebagai dasar pengetahuan seks bebas.
perbedaan rerata tingkat pengetahuan tentang seks Hal ini seperti sejalan dengan pendapat
bebas sebelum dan setelah intervensi, dimana data dari Notoatmodjo yang menyatakan bahwa
tersebut menjelaskan bahwa perbedaan rerata antara pengetahuan itu sendiri banyak dipengaruhi oleh
pretest dan posttest adalah 2,30, sedang perbedaan beberapa faktor, salah satunya yaitu pendidikan
standar deviasi sebesar 1,64. formal(10). Sehingga pengetahuan sangat erat
hubungannya dengan pendidikan yang tinggi,
Tabel 5. Pengaruh penyuluhan terhadap Tingkat
maka orang tersebut akan semakin luas pula
Pengetahuan Tentang Seks Bebas pada Remaja di
SMK Muhammadiyah 2 Bantul pengetahuannya. Akan tetapi bukan berarti
seseorang yang berpendidikan rendah, mutlak
Posttest berpengetahuan rendah pula. Hal ini mengingat
Pretest Sedang Tinggi Total z p-value bahwa, peningkatan pengetahuan tidak mutlak di
f % f % f %
peroleh dari pendidikan non formal. Pengetahuan
Rendah 1 2,3 5 11,6 6 13,9 -3,960 0,000
seseorang tentang suatu obyek mengandung
Sedang 3 7,0 7 16,3 10 23,3
dua aspek yaitu posisif dan negatif. Kedua aspek
Tinggi 4 9,3 23 53,5 27 62,8
ilmiah yang pada akhirnya akan menentukan sikap
Total 8 18,6 35 81,4 43 100
seseorang tentang suatu obyek tertentu. Semakin
Sumber: Data Primer Tahun 2012
banyak aspek positif dan obyek yang diketahui,
maka akan menimbulkan sikap makin positif
Berdasarkan Tabel 5 menjelaskan tentang hasil
terhadap obyek tertentu.
analisis uji wilcoxon. Data tersebut menunjukkan nilai Z
Pada dasarnya tingkat pengetahuan meliputi
sebesar -3,960. Bila taraf kesalahan 0,05 maka harga
tahu, paham, penerapan, analisa, sintesa, dan
z tabel =1,64. Harga z hitung >z tabel (harga (-) tidak
evaluasi. Menurut Nurhidayah memberikan pengertian
diperhitungkan karena harga mutlak), dengan demikian
tentang tingkat kemampuan tahu yaitu kemampuan
Ha diterima. Didapatkan juga nilai p-value 0,000. Maka
responden untuk menghafal, mengingat, mendefinisi,
p-value<0,05. Sehingga dapat dikatakan bahwa ada
mengenali, atau mengidentifikasi informasi tentang fakta,
pengaruh yang signifikan antara sebelum dan sesudah
peraturan prinsip, kondisi, dan syarat yang disajikan
pemberian pendidikan kesehatan reproduksi terhadap
dalam pengajaran(11). Kecilnya persentase tingkat
tingkat pengetahuan tentang seks bebas pada remaja
pengetahuan kesehatan reproduksi kategori kurang dari
di SMK Muhammadiyah 2 Bantul.
penelitian ini sebelum dilakukan intervensi menunjukkan
bahwa informasi tentang kesehatan reproduksi sudah
Tingkat Pengetahuan Tentang Seks Bebas pada
diketahui melalui berbagai sumber walaupun belum
Remaja di SMK Muhammadiyah 2 Bantul Sebelum
pernah dilakukan intervensi sebelumnya.
Penyuluhan
Notoatmodjo mendefinisikan penyuluhan
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui kesehatan merupakan upaya merubah perilaku
tingkat pengetahuan tentang seks bebas pada remaja individu, keluarga, kelompok ataupun masyarakat
di SMK Muhammadiyah 2 Bantul dengan diberikan dalam pencapaian tujuan kesehatan yang optimal(10).
intervensi berupa pemberian pendidikan kesehatan Sehingga individu tidak hanya tahu tentang kesehatan
reproduksi. Sampel yang diambil pada penelitian ini reproduksi, tetapi lebih dari itu, intervensi yang
sebanyak 43 siswa. Sebelum diberikannya intervensi, diberikan diharapkan dapat membentuk perilaku
dari seluruh siswa yang dijadikan sampel, mayoritas sehat sehingga dapat menurunkan angka kesakitan
siswa berpengetahuan tinggi dengan persentase dan kematian.
62,8%, sedangkan untuk siswa berpengetahuan Menurut Notoatmodjo pengetahuan seseorang
rendah sebesar 14,0%. dapat diperoleh dari pengalaman yang berasal dari

26 Dian Savitri, Kirnantoro, Siti Nurunniyah, 2013. JNKI, Vol. 1, No. 1, Tahun 2013, 23-28
media massa, media elektronik, buku, petugas alat reproduksi melalui mata ajar disekolahnya,
kesehatan, orang tua, guru, saudara, teman dan yang terdapat pada mata ajar biologi. Saat duduk di
sebagainya(12). Pengetahuan ini dapat berbentuk bangku SMP pun remaja sudah mendapatkan sedikit
keyakinan tertentu, sehingga seseorang dapat pelajaran mengenai reproduksi manusia pada mata
berperilaku sesuai keinginan sebagai hasil proses ajar biologi. Banyaknya media pemberian informasi
pengaaruh pengideraan terhadap obyek. Ada banyak membuat remaja semakin mudah memahami
cara yang digunakan untuk memberikan informasi intervensi dalam penelitian ini, sehingga hasil yang
dalam rangka peningkatan pengetahuan khususnya diterima 81,4% siswa berpengetahuan tinggi.
tentang pengetahuan kesehatan reproduksi. Salah
satu metode yang sering digunakan dalam ilmu P e n g a r u h P e n y u l u h a n t e r h a d a p Ti n g k a t
kesehatan adalah dengan metode penyuluhan. Pengetahuan Seks Bebas pada Remaja Di SMK
Muhammadiyah 2 Bantul
Tingkat Pengetahuan tentang Perilaku Seks Pengaruh penyuluhan terhadap tingkat
Bebas pada Remaja Di SMK Muhammadiyah 2 pengetahuan seks bebas dapat diketahui dengan
Bantul Setelah Penyuluhan menggunakan uji wilcoxon. Hasil analisis diperoleh
Hasil penelitian diketahui bahwa pengetahuan adanya pengaruh yang signifikan (p=0,000) pemberian
siswa tentang kesehatan reproduksi setelah diberikan pendidikan reproduksi kesehatan terhadap tingkat
intervensi, siswa yang berpengetahuan tinggi menjadi pengetahuan seks bebas pada remaja di SMK
meningkat dengan persentase sebesar 81,4%. Hal ini Muhammadiyah 2 Bantul.
menunjukkan respon responden terhadap pendidikan Pemberian pendidikan kesehatan reproduksi
kesehatan reproduksi cukup tinggi. Sedangkan berpengaruh terhadap tingkat pengetahuan tentang
tingkat pengetahuan yang tergolong rendah menjadi perilaku seks bebas. Jika dilihat nilai perbedaan rata-
tidak ada. rata, nilai rata-rata posttest lebih tinggi dibandingkan
Hasil penelitian dengan memberikan dengan pretest, hal ini menunjukkan adanya peningkatan
intervensi berupa penyuluhan kesehatan reproduksi pengetahuan kearah yang positif, artinya tingkat
dapat merubah pengetahuan, sikap dan perilaku pengetahuan tentang perilaku seks bebas menjadi
kesehatan, hal ini sesuai dengan penelitian yang lebih baik setelah diberi intervensi. Dengan demikian,
dilakukan oleh Pasaribu dalam tesisnya yang intervensi yang diberikan berhasil meningkatkan
berjudul “Perbandingan Penyuluhan Kesehatan pengetahuan remaja di SMK Muhammadiyah 2 Bantul
Metode Ceramah Tanya Jawab dengan Penyuluhan tentang seks bebas. Hasil penelitian ini berbeda dengan
Kesehatan Menggunakan Buku Kecacingan dalam hasil penelitian yang dilakukan oleh Fayana dengan
Mencegah Reinfeksi Ascaris lumbricoides pada judul hubungan pemberiaan pendidikan seks (pre
Anak Sekolah Dasar”, dimana terjadi peningkatan menarche) oleh orang tua terhadap tingkat pengetahuan
pengetahuan setelah dilakukan penyuluhan pada remaja putri tentang menarche di SD Muhammadiyah
kedua metode tersebut(13). Suronatan, dimana hasil penelitiannya menyatakan
Seperti yang telah diketahui bahwa pendidikan tidak ada hubungan yang bermakna antara pemberian
kesehatan reproduksi ditujukan untuk menggugah pendidikan seks oleh orang tua terhadap tingkat
kesadaran, memberikan atau meningkatkan pengetahuan remaja tentang menarche(14).
pengetahuan. Pendidikan kesehatan ini merupakan Penelitian Nisma memperkuat hasil penelitian
proses pendidikan yang tidak terlepas dari proses ini dengan hasil yang menunjukkan adanya pengaruh
belajar. Ketika pengetahuan atau pemahaman penyampaian pendidikan kesehatan reproduksi oleh
remaja tentang kesehatan reproduksi tinggi, dengan kelompok sebaya terhadap pengetahuan kesehatan
sendirinya akan mencegah terjadinya penyimpangan- remaja di SMP Negeri 2 Kasihan Bantul Yogyakarta(14).
penyimpangan seks bebas. Perilaku kesehatan Menurut Notoatmodjo, metode penyuluhan
reproduksi perlu ditumbuh kembangkan dengan kesehatan pada dasarnya merupakan pendekatan
peningkatan pengetahuan tentang kesehatan yang digunakan dalam proses pendidikan untuk
reproduksi itu sendiri. Masalah inilah yang menjadikan menyampaikan pesan kepada sasaran penyuluhan
motivasi tersendiri bagi siswi SMK Muhammadiyah 2 kesehatan, yaitu seperti individu, kelompok,
Bantul dengan ditunjukkan sikap terhadap intervensi keluarga dan masyarakat. Dalam penyampaian
yang dilakukan peneliti, sehingga hasil yang diperoleh informasi yang ingin disampaikan, dapat dilakukan
peningkatan pengetahuan siswi tersebut. dengan menggunakan media sebagai sarana
Informasi yang didapat responden tentang penyampaian pesan atau informasi(10). Alat atau
kesehatan reproduksi cukup tinggi. Pada remaja sarana yang mudah digunakan dan dipahami oleh
SMA rata-rata sudah mendapatkan informasi tentang penyuluh maupun obyek sasaran merupakan nilai

Pemberian Pendidikan Kesehatan Reproduksi Berpengaruh Terhadap Tingkat Pengetahuan Tentang Seks Bebas 27
tambah tersendiri bagi keberhasilan atau efektifnya 3. Irwansyah. Pendidikan Jasmani Olahraga dan
penyuluhan. Kesehatan. Bandung: Grafindo Media Pratama;
2006.
SIMPULAN DAN SARAN 4. Badan Pusat Statistik. Survei Kesehatan
Reproduksi Remaja Indonesia 2007.Jakarta:
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan BPS; 2008.
dapat disimpulkan bahwa tingkat pengetahuan 5. Pusat Studi Seksualitas. Riset Aksi Komunitas
tentang seks bebas pada remaja sebelum diberi PKBI DIY. Yogyakarta: PSS; 2008.
pendidikan kesehatan reproduksi termasuk kategori 6. Dinkes Kabupaten Bantul. Profil Kesehatan
tinggi dengan persentase 62,8%, tingkat pengetahuan Kabupaten Bantul. Bantul: Dinas Kesehatan
tentang seks bebas pada remaja setelah diberi Kabupaten Bantul: 2010.
pendidikan kesehatan reproduksi termasuk kategori 7. Soetjiningsih. Buku Ajar: Tumbuh Kembang
tinggi dengan persentase 81,4%, ada pengaruh yang Remaja dan Permasalahannya. Jakarta: Sagung
signifikan pada (p=0,000) dan nilai z=-3,960 antara Seto; 2004.
pemberian pendidikan kesehatan reproduksi terhadap 8. Aryani R, et al. Kesehatan Remaja: Problem dan
tingkat pengetahuan tentang seks bebas pada remaja Solusinya. Jakarta: Salemba Medika; 2010.
di SMK Muhammadiyah 2 Bantul. 9. Notoatmodjo S. Metodologi Penelitian Kesehatan.
Penelitian ini hendaknya digunakan sebagai Jakarta: PT Rineka Cipta; 2010.
tambahan literatur untuk ilmu kebidanan mengenai 10. Notoatmodjo S. Promosi Kesehatan dan Ilmu
pengetahuan remaja tentang seks bebas. Bagi Siswa Perilaku. Jakarta: PT Rineka Cipta; 2007.
SMK Muhammadiyah 2 Bantul penyuluhan kesehatan 11. Nurhidayah RE. Pendidikan Keperawatan.
mengenai kesehatan reproduksi menunjukkan adanya Medan: USU Press; 2009.
peningkatan pengetahuan, sehingga diharapkan 12. Notoatmodjo S. Metodologi Penelitian Kesehatan.
kepada siswa dapat mengaplikasikan ilmu yang Jakarta: PT Rineka Cipta; 2005.
didapat dalam kehidupan sehari-hari terutama 13. Pasaribu, Hotber ER. Perbandingan Penyuluhan
dalam menyikapi perilaku seks bebas, bagi SMK Kesehatan Metode Ceramah Tanya Jawab Dengan
Muhammadiyah 2 Bantul dari hasil penelitian didapat Penyuluhan Kesehatan Menggunakan Buku
bahwa pengetahuan tentang perilaku seks bebas Kecacingan Dalam Mencegah Reinfeksi Ascaris
meningkat dan dapat merubah kebiasaan siswa SMK lumbricoides Pada Anak Sekolah Dasar, Program
kearah yang lebih baik sehingga bapak atau ibu guru Pascasarjana Universitas Diponegoro; 2005.
dalam hal ini dapat mensosialisasikan penyuluhan 14. Fayana S. Hubungan Pemberian Pendidikan
mengenai kesehatan reproduksi ke siswa siswi untuk Seks (Pre Menarche) oleh Orang Tua terhadap
mengurangi resiko akibat yang ditimbulkan dari seks Tingkat Pengetahuan Remaja Putri tentang
bebas. Menarche di SD Muhammadiyah Suronatan.
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta; 2010.
RUJUKAN 15. Nisma H. Pengaruh Penyampaian Pendidikan
Kesehatan Reproduksi Oleh Kelompok Sebaya
1. Sarwono. Psikologi Remaja. Jakarta: PT Raja
(Peer Group) Terhadap Pengetahuan Kesehatan
GrafindoPersada; 2008.
Reproduksi Remaja di SMP Negeri 2 Kasihan
2. Himawan AH. Bukan Salah Tuhan Mengazab.
Bantul Yogyakarta. Universitas Muhammadiyah
Solo: Tiga Serangkai; 2008.
Yogyakarta; 2008.

28 Dian Savitri, Kirnantoro, Siti Nurunniyah, 2013. JNKI, Vol. 1, No. 1, Tahun 2013, 23-28

Anda mungkin juga menyukai