Makalah Pengendalian Internal
Makalah Pengendalian Internal
NIM: A12.2012.04751
BAB I
PENDAHULUAN
Struktur Pengendalian Intern (SPI) adalah suatu hal yang sangat memegang peranan penting dalam auditing.
Struktur Pengendalian Intern adalah kebijakan dan prosedur yang ditetapkan untuk memberikan keyakinan yang
memadai bahwa tujuan tertentu satuan usaha akan dicapai.
Standar pekerjaan lapangan kedua menyatakan bahwa pemahaman yang memadahi atas struktur
pengendalain intern harus diperoleh untuk merencanakan audit dan menetukan sifat, saat, dan lingkup pengujian
yang akan dilakukan.
Oleh karena itu auditor harus melaksanakan prosedur audit yang antara lain meliputi prosedur untuk
memperoleh pemahaman struktur pengendalian intern. Adapun struktur pengendalian intern digunakan auditor
untuk :
1. Mengidentifikasi salah saji potensial,
2. Mempertimbangkan faktor yang mempengaruhi risiko salah saji material,
3. Merancang pengujian substantif.
Dalam merancang struktur pengendalian intern yang efektif, auditor memiliki tujuan untuk:
1. Menjaga kekayaan dan catatan organisasi.
2. Mengecek ketelitian dan keandalan data akuntansi.
3. Mendorong efisiensi.
4. Mendorong dipatuhnya kebijakan manajemen.
Melihat pentingnya melakukan pemahaman terhadap struktur pengendalian bagi auiditor, maka melalui
makalah ini kami akan membahas lebih dalam mengenai pemahaman terhadap struktur pengendalian intern.
BAB II
TUJUAN DAN MANFAAT MAKALAH
Tujuan Makalah
Tujuan dari makalah ini adalah untuk mengetahui alasan-alasan tentang pentingnya Auditor
memahami pengendalian intern perusahaan klien dan untuk memenuhi tugas yang diberikan
dosen mata kuliah Audit.
Manfaat Makalah
Manfaat dari penulisan makalah ini adalah sebagai penambah wawasan tentang pentingnya
pengendalian bagi auditor.
Metode penulisan Metode penulisan makalah ini hanya memakai metode kepustakaan atau
menyusun dari beberapa buku literatur yang berkaitan dengan pengendalian intern.
2
BAB III
STRUKTUR PENGENDALIAN INTERN
a. Lingkup dan ukuran entitas bisnis semakin kompleks. Hal ini mengakibatkan manajemen
harusmengandalkan laporan dan analisis yang banyak jumlahnya agar peranan pengendalian
dapat berjalan efektif.
b. Pemeriksaan dan penelaahan bawaan dalam sistem yang baik memberikan perlindungan
terhadapkelemahan manusia dan mengurangi kemungkinan kekeliruan dan ketidakberesan yang terjadi.
c. Pengendalian intern yang baik akan mengurangi beban pelaksanaan audit sehingga dapat mengurangi
biaya ataupun fee audit.
Bagi perusahaan, struktur pengendalian intern dapat digunakan secara efektif untuk mencegah penggelapan
maupun penyimpangan. Auditor berkepentingan untuk memperoleh pemahaman atas struktur pengendalian
intern, yang akan digunakan kemudian untuk melakukan penaksiran resiko pengendalian untuk asersi yang
terdapat dalam saldo akun, golongan transaksi, dan komponen pengungkapan dalam laporan keuangan. Setelah
memperoleh pemahaman dan menaksir resiko pengendalian, auditor dapat mencari pengurangan lebih lanjut
tingkat resiko pengendalian taksiran untuk asersi tertentu.
D. KONSEP DASAR
Ada beberapa konsep dasar yang berkaitan dengan struktur pengendalian intern. Konsep dasar tersebut
meliputi:
1. Pertanggungjawaban Manajemen
Manajemen bertanggung jawab untuk menetapkan dan mempertahankan struktur pengendalian intern.
Pengendalian-pengendalian khusus yang harus termasuk pada tiga elemen struktur pengendalian intern untuk
suatu perusahaan tergantung pada besar kecilnya entitas; karakteristik organisasi dan kepemilikan; sifat kegiatan
usahanya; keanekaragaman dan kompleksitas operasinya; metode pemrosesan data; persyaratan perundang-
undangan yang harus dipatuhi.
2. Kewajaran atau Keyakinan Rasional yang Memadai
Manajemen bukan mencari tingkat absolut atau mutlak kualitas struktur pengendalian intern manajemen
mencari tingkat yang ´wajar´. Hal ini digunakan untuk memastikan bahwa sasaran struktur pengendalian intern
dapat tercapai. Ada dua alasan penggunaan kata ´wajar´ dan bukan tingkat absolut. Kedua alasan tersebut adalah:
a) Kriteria biaya-manfaat merupakan suatu titik kritis bagi manajemen dalam setiap pengambilan keputusan
ekonomi.
b) Realisasi bahwa pengendalian tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap efisiensidna
profitabilitas perusahaan.
3. Keterbatasan Bawaan
Struktur pengendalian intern mempunyai keterbatasan bawaan yang melekat pada struktur pengendalian
intern tersebut. Keterbatasan bawaan tersebut diakibatkan antara lain oleh:
a) Faktor manusia yang melakukan fungsi prosedur pengendalian. Keterbatasan ini hanya dapat
diminumkan, tidak dapat dihilangkan sama sekali oleh orang dari dalam maupun dari luar yang
independen. Sebaik-baiknya sistem bagaimanapun, akan dapat dikalahkan oleh kolusi.
b) Pengendalian tidak dapat mengarah pada seluruh transaksi. Pengendalian tidak dapat diterapkan pada
transaksi yang bersifat tidak rutin, seperti kejadian luar biasa, bonus, dan lain sebaginya.
4. Metode Pengolahan Data
Konsep pengendalian yang dibicarakan dapat diterapkan baik untuk sistem pengolahan data manual maupun
terkomputerisasi atau EDP. Sistem manual biasanya dipakai dalam perusahaan kecil. Sedangkan sistem EDP
banyak digunakan dalam bisnis pemanufakturan internasional dan perusahaan multi nasional dan atau
mengglobal.
e. Pemantauan / Monitoring
Pemantauan adalah proses yang menentukan kualitas kinerja pengendalian intern sepanjang waktu.
Pemantauan mencakup penentuan desain dan operasi pengendalian tepat waktu dan pengambilan tindakan
koreksi. Proses ini dilaksanakan melalui kegiatan yang berlangsung secara terus menerus, evaluasi secara terpisah,
atau dengan berbagai kombinasi dari keduanya. Di berbagai entitas, auditor intern atau personel yang melakukan
pekerjaan serupa memberikan kontribusi dalam memantau aktivitas entitas. Aktivitas pemantauan dapat
mencakup penggunaan informasi dan komunikasi dengan pihak luar seperti keluhan pelanggan dan respon dari
badan pengatur yang dapat memberikan petunjuk tentang masalah atau bidang yang memerlukan perbaikan.
Komponen pengendalian intern tersebut berlaku dalam audit setiap entitas. Komponen tersebut harus
dipertimbangkan dalam hubungannya dengan ukuran entitas, karakteristik kepemilikan dan organisasi entitas,
sifat bisnis entitas, keberagaman dan kompleksitas operasi entitas, metode yang digunakan oleh entitas untuk
mengirimkan, mengolah, memelihara, dan mengakses informasi, serta penerapan persyaratan hukum dan
peraturan.
G. IDENTIFIKASI SASARAN PENGENDALIAN
Struktur pengendalian intern suatu perusahaan, pada umumnya dirancang untuk :
1. menjamin dapat dipercayainya catatan keuangan yang dihasilkan system akuntansi,
2. menjaga keamanan aktiva yang dimiliki
Catatan keuangan menyediakan dasar untuk menyusun laporan keuangan baik untuk internmaupun ekstern.
Auditor dalam mengaudit atas laporan keuangan, sangat berkepentingan dengan pengendalian terutama yang
berkaitan dengan laporan untuk pihak ekstern.
Sasaran pengendalian dapat diidentifikasikan atas 5 sasaran berikut :
1. Validitas (Validity)
Transaksi yang dicatat harus mrupakan transaksi yang valid. Diharapkan transaksi yang dicatattidak ada
transaksi yang merupakan transaksi fiktif.
2. Kelengkapan (Completeness
Seluruh transaksi dicatat mewakili seluruh kejadian yang terjadi dan tidak ada satu transaksi punyang
terlewatkan. Ini berarti bahwa semua transaksi yang valid telah tercatat.
3. Keabsahan Pencatatan (Recording Propriety)
Transaksi yang rinci telah dimasukkan dalam pencatatan secara akurat sesuai sumber dokumen.
Transaksi yang telah dinilai, dievaluasi, diklasifikasi, dicatat, dan diposting secara tepat waktu dan benar sesuai
dengan prinsip akuntansi yang lazim.
4. Penjagaan / Pengamanan (Safeguarding)
Aktiva dan dokumen dapat dijaga / diamankan dan diakses hanya oleh pihak yang sesuai dengan otorisasi
manajemen. Tidak ada pihak yang tidak berwenang dapat melakukan akses terhadap aktiva dan dokumen.
5. Purna Tanggung Jawab (Subsequent Accountability)
Saldo tercatat atas setiap aktiva dan hutang dibandingkan dengan wujud yang nyata sari setiap aktiva dan
hutang. Pembandingan tersebut harus dilakukan pada setiap selang waktu tertentu. Selain itu, menurut Arens,
sasaran / tujuan rinci dari suatu struktur pengendalian intern yang harus dicapai untuk mencegah kesalahan pada
pencatatan akuntansi ada tujuh, yaitu :
1. Transaksi yang dicatat adalah sah / valid (validity)
2. Transaksi telah mendapat otorisasi (authorization)
3. Transaksi yang sah telah dicatat (completeness)
4. Transaksi telah dinilai dengan memdai (valuation)
5. Transaksi telah diklasifikasikan dengan beat (classification)
6. Transaksi telah dicatat pada waktunya (timing)
7. Transaksi telah dicatat di buku pembantu dan diringkas dengan benar (posting andsummarization)
J. PENDOKUMENTASIAN PEMAHAMAN
Pendokumentasian pehamaman SPI merupakan satu hal yang disyaratkan oleh Standar Profesional Akuntan
Publik. Pendokumentasian dimaksud ditujukan untuk merencanakan audit. Bentuk dan lingkup dokumentasi
dipengaruhi baik oleh lingkup dan kerumitan suatu usaha, maupun sifat dari struktur pengendalian internnya. Ada
tiga dokumentasi kertas kerja yang dapat digunakan untuk itu, yaitu :
a. Kuisioner Pengendalian Intern
Kuisioner pengendalian intern berisi pertanyaan-pertanyaan mengenai operasi kebijakan
dan prosedur pengendalian intern. Kuisioner merupakan cara yang banyak dipakai auditor
untuk mendokumentasikan pemahaman atas SPI klien. Keuntungan utama penggunaan kuisioner
adalah kemampuannya untuk mendokumentasikan pemahaman secara lengkap. Disamping itu,
kuisioner dapat disiapkan dengan cepat pada permulaan penugasan audit. Kelemahan utama
kuisioner adalah bahwa pemeriksaan bagianind ividual sistem klien, dilaksanakan tanpa
menghasilkan pandangan menyeluruh.
b. Bagan Alir
Bagan alir pengendalian intern merupakan representasi simbolik dalam bentuk diagram yang
menjelaskan mengenai dokumen-dokumen klien, dan alur dokumen tersebut dalam organisasi.
Penggunaan bagan alir ini memungkinkan auditor untuk melakukan penilaian secara tepat mengenai
efektifitas SPI. Disamping itu, auditor dapat menghindari penelaahan secara rinci terhadap uraian
tertulis dan jawaban yang terdapat dalam kuisioner pengendalian intern. Kelemahan cara ini adalah
biasanya memerlukan biaya yang lebih tinggi dibandingkan dengancara lain.
c. Narrative Memoranda Atau Deskripsi Naratif Yang Berisi Komentar Tertulis
Tentang Pertimbangan Auditor Tentang SPI
Deskripsi naratif adalah deskripsi tertulis yang berisi komentar tentang pertimbangan atau penilaian
auditor mengenai SPI. Kebijakan cara ini adalah bahwa penggunaan deskripsi naratif merupakan hal
yang umum karena mudah dan sederhana untuk dilaksanakan. Kelemahannya adalah kesulitan
mendeskripsikan rincian SPI ke dalam kata-kata yang sederhana dan jelas. Deskripsi dalam kata-kata
yang jelas dan sederhana akan membuatnya lebih mudah untuk dipahami, dan menghasilkan
informasi yang memadai untuk menganalisis pengendalian secaraefektif, dan menetapkan risiko
pengendalian.
1
BAB IV
PENUTUP
Kesimpulan
• Dalam akuntansi, SPI yang berlaku dalam perusahaan/entitas merupakan faktor yang
menentukan keandalan laporan keuangan yang dihasilkan oleh entitas tersebut. Oleh karena itu
dalam memberikan pendapat atas kewajaran laporan yang di auditnya, Auditor meletakkan
kepercayaan atas efektivitas SPI dalam mencegah terjadinya kesalahan yang material dalam
proses akuntansi.
• Arti pentingnya SPI bagi manajemen dan auditor independen: karena : manajemen tidak dapat
melakukan pengendalian secara langsung atau secara pribadi terhadap jalannya perusahaan.,
Pengecekan dan review yang melekat pada sistem pengendalian intern yang baik dapat akan pula
melindungi dari kelemahan manusia dan mengurangi kekeliruan dan penyimpngan yang akan
terjadi, tidak praktis bagi auditor untuk melakukan pengauditan secara menyeluruh atau secara
detail untuk hampir semu transaksi perusahaan dalam waktu dan biaya terbatas.
• Pemahaman auditor tentang struktur pengendalian intern yang berkaitan dengan suatu asersi
adalah untuk digunakan dalam kegiatan: mungkin atau tidaknya audit dilaksanakan, salah saji
material yang potensial dapat terjadi, risiko deteksi, perancangan pengujian substantif.
Sasaran pengendalian dapat diidentifikasikan atas 5 sasaran, yaitu: (1) Validitas (Validity), (2)Kelengkapan
(Completeness), (3) Keabsahan Pencatatan (Recording Propriety), (4) Penjagaan /Pengamanan (Safeguarding), (5)
Purna Tanggung Jawab (Subsequent Accountability).