Kuliah Pengantar Latihan Ketrampilan Pemeriksaan Pasien Gangguan Jiwa
Minor dr.Mahar Agusno , Sp.KJ Jumat, 30 April 2018
Noters : Dhita , Amy Editor : Hans
Pendahuluan
• Gangguan jiwa seringkali menyebabkan problem dalam
kemampuan berkomunikasi.
• Hal ini terjadi karena orang dengan gangguan jiwa mengalami
gangguan a.l. dalam:
– berpikir,
– perhatian,
– psikomotor,
– alam perasaan,
– pengambilan keputusan,
– berpersepsi maupun
– berkomunikasi itu sendiri.
• Sehingga dalam berkomunikasi dengan orang dengan gg jiwa
sangat perlu memperhatikan hal2 tsb supaya komunikasi bisa efektif
• Dalam pemeriksaan pasien gg jiwa pemeriksa perlu
memperhatikan:
– Pemeriksa perlu melakukan percakapan pendahuluan (ice
breaking) dengan pasien untuk bisa menjalin hubungan yang komunikatif dengan pasien sehingga pemeriksaan bisa dilakukan dengan lebih mudah.
– Apa yang dikomunikasikan oleh pemeriksa harus
benar-benar bisa dipahami oleh pasien sesuai dengan keadaan pasien pada saat itu. Misalnya di daerah jogja itu orang biasanya ngomong gkvto the point jadi kita harus sabar dan mendengarkan aktif
– Bahasa non verbal pasien sehingga jika diperlukan
pemeriksaan harus dilakukan secara non verbal.
Gangguan jiwa minor (non psikotik)
• Pemakaian istilah gg jiwa minor (non psikotik) dan gg jiwa major
(psikotik) lebih banyak dipakai untuk mempermudah memahami gangguan jiwa.
• Pengelompokan gangguan jiwa menjadi gg jiwa minor (non
psikotik) dan gg jiwa major (psikotik) sudah semakin tidak dipakai lagi. Klasifikasi gg jiwa yang berlaku pada saat ini langsung menunjuk pada kelompok gg jiwa tertentu, (misalnya gg kecemasan, gg obsesif kompulsif, gg yang berhubungan dg trauma dan stressor dsb)
• Gg jiwa minor (non psikotik) secara mudah bisa dikatakan sebagai
gangguan jiwa di mana pasien masih mempunyai daya nilai realitas atau tilikan diri atau insight yg baik.
• Orang dg gg jiwa minor masih mampu membedakan realita dari
fantasinya yang bisa dibuktikan dengan TIDAK DIKETEMUKANnya waham, halusinasi, bicara kacau, tingkah laku kacau atau abnormal termasuk katatonia atau gejala negatif yang bisa mempengaruhi komunikasi.
Keluhan gg jiwa minor
• Pasien dg gg jiwa minor karena menyadari penyakit yang
dideritanya sebagai suatu kelainan maka biasanya pasien dg gg jiwa minor akan datang dengan sukarela untuk meminta pertolongan.
• Keluhan yg dirasakan pasien dg gg jiwa minor bisa berupa
keluhan fisik atau keluhan non fisik.
– Keluhan fisik bisa berupa perasaan nyeri, atau keluhan
lain yang bisa menyangkut semua sistem organ – Keluhan non fisik bisa berupa sulit tidur, perasaan cemas, sedih dsb.
Harus bisa dibedakan dengan keluhan fisik
organik,dimana contohnya pasien keluhan sesak tapi tidak ada mengi ataupun tidak terlihat pernapasan dengan bantuan otot bantu itu biasanya sesaknya bersifat psikogenik,selain itu sesak psikogenik biasanya pasien tetap lancar bercerita dan merasa mendingan setelah bercerita sedangkan asma krn keluhan organik akan susah untuk diajak bicara
Sulit tidur ituu harus dideskripsikan lagi ya teman teman
misalnya sulit tidur seperti apa ,misalnya sulit memulai tidur atau mudah tertidur tetapi sering terbangun
Susah masuk tidur ,sering terbangun : cemas
Mudah tidur tetapi sering terbangun dan tidak dapat tidur
lagi : depresi
Persyaratan ketrampilan/kompetensi yang harus dipunyai supaya bisa
melakukan pemeriksaan gg jiwa
• Persyaratan yg harus dipunyai oleh pemeriksa supaya bisa
melakukan pemeriksaan orang dg gg jiwa dengan baik a.l. adalah:
– Ketrampilan komunikasi dasar (a.l. memberikan salam,
berempati, mendengarkan secara aktif, dan wawancara kasus sensitif)
– Penguasaan dasar2 psikiatri (simtomatologi dan
defence mechanism)
– Penguasaan gajala2 dari tiap gg jiwa secara spesifik.
– Ketrampilan untuk membedakan apakah gejala fisik yg
dikeluhkan disebabkan penyakit organik atau bukan sehingga bisa menyingkirkan adanya penyakit organik. Tahapan utama pemeriksaan gg jiwa:
1. Memberikan salam
2. Lakukan percakapan pendahuluan (ice breaking)
3. Minta izin (informed consent) untuk pemeriksaan
psikiatris yg akan dilakukan
4. Tanyakan alasan utama pasien sehingga dibawa/datang
sudah ke dukun atau blm,sudah pernah diapakan dukun)
9. Ekplorasi riwayat keluarga
10. Ekplorasi riwayat sosial
11. Eksplorasi hal-hal yang memperberat atau meringankan
keluhan tsb.(jadi bisa ditanyain misalnya lagi ada gejala itu pasien biasanya ngapain untuk menguranginya,contohnya pasien bisa menjawab dia biasanya ke tempat tetangga itu bercerita atau ngerumpi gtu trus merasa mendingan
12. Eksplorasi mekanisme koping yang dilakukan atas gejala2
tsb.
13. Pemeriksaan terhadap gejala gangguan jiwa
14. Berikan rangkuman
15. (Jika sesi ini juga merupakan sesi penatalaksanaan