Anda di halaman 1dari 5

1.

Fraktur Mandibula
Fraktur mandibula merupakan salah satu trauma fasial yang sering terjadi dan
menimbulkan gangguan pada fungsi pengunyahan. Fraktur mandibula dapat dibagi
menjadi beberapa lokasi anatomis spesifik yang terdiri dari simfisis, badan, angulus,
ramus, koronoid, dan kondilus mandibula. Menurut Marinho et al, persentase jenis
fraktur mandibula yang sering terjadi berdasarkan lokasi anatomisnya antara lain
kondilus (32.1%), angulus (23.4%), parasimfisis (16.9%), dan simfisis (14.3%).
Selain itu, fraktur mandibula juga dapat dibagi berdasarkan garis fraktur yaitu
greenstick (nondisplaced), displaced atau comminuted (lebih dari satu garis fraktur
yang menyebabkan terdapat beberapa fragmen tulang pada satu daerah tulang
mandibula).1

1.1. Fraktur Kondilus Mandibula


Menurut Schoen et al, persentase frekuensi terjadinya fraktur kondilus
mandibula (dari keseluruhan jenis fraktur mandibular lainnya) mencapai 9-45% pada
pasien dewasa dan 50% pada pasien anak-anak.2 Berdasarkan lokasi anatomisnya,
mayoritas persentase frekuensi fraktur kondilus mandibula yaitu fraktur kondilus
unilateral (84%) yang terdiri dari 72% fraktur subkondilus, 19% fraktur leher
kondilus mandibula, serta 9% fraktur intrakapsular. Gambaran klinis pada fraktur
kondilus unilateral umumnya berupa open bite kontralateral dan terjadi deviasi buka
mulut ke arah ipsilateral. Sementara itu, gambaran klinis pada fraktur kondilus
bilateral berupa open bite anterior dan kontak prematur gigi posterior.3

Fraktur kondilus mandibula dapat disebabkan oleh trauma secara langsung


pada sendi temporomandibular atau tidak langsung pada area dagu, angulus, kondilus,
dan subkondilus mandibula. Pada umumnya, fraktur pada kondilus mandibula
disebabkan oleh trauma tidak langsung pada area dagu. Terdapat 3 tipe energi kinetik
yang dapat menimbulkan fraktur pada kondilus mandibula yaitu energi kinetik yang
berasal dari objek bergerak dan menabrak individu dalam keadaan statis (mis/ berupa
pukulan), energi kinetik yang berasal dari individu bergerak terhadap objek dalam
keadaan statis (mis/ jatuh dari ketinggian atau ke lantai) atau kombinasi dari
keduanya. Pada laporan kasus ini, terlihat gambaran klinis berupa trauma tidak
langsung pada area dagu yang menimbulkan penjalaran energi kinetik besar pada
regio sendi temporomandibula dan menyebabkan fraktur pada kondilus mandibula.4

Fraktur pada kondilus mandibula dapat diklasifikasikan berdasarkan lokasi


anatomis berupa fraktur kepala kondilus (intrakapsular), subkondilus dan leher
kondilus (ekstrakapsular), serta kondisi patologis seperti dislokasi dari kepala
kondilus mandibula. Pada kondisi fraktur kepala kondilus, garis fraktur kemungkinan
terdapat di dalam kapsul ligament temporomandibular. Akan tetapi, fraktur kepala
kondilus umumnya memiliki komponen ekstrakapsular. Beberapa kondisi fraktur
kepala kondilus mengarah pada potongan sagital, sehingga sebagian anatomis dari
kepala kondilus masih intak dengan ramus mandibula. Sementara itu, fraktur
subkondilus berada di dasar prosessus kondilus mandibula atau berada di bawah
sigmoid notch. Fraktur subkondilus dapat diklasifikasikan berdasarkan ketinggian
garis fraktur yaitu high subcondylar fracture (leher kondilus mandibula) dan low
subcondylar fracture.2 Apabila tidak segera ditangani, fraktur pada kondilus
mandibula dapat menyebabkan beberapa komplikasi antara lain timbulnya rasa nyeri,
keterbatasan pergerakan rahang mandibula, spasme otot dan deviasi rahang
mandibula, gangguan oklusi, perubahan patologis pada sendi temporomandibular,
osteonecrosis, asimetri wajah, serta ankylosis.5

Gambar 1. Lokasi Anatomis Fraktur Kondilus Mandibula2

Dalam merencanakan perawatan yang tepat pada fraktur kondilus, diperlukan


evaluasi terkait lokasi anatomis dan keparahan fraktur (mis/ adanya comminution),
derajat displacement serta adanya dislokasi komponen fraktur. Standart minimal
untuk evaluasi gambaran radiografis dari fraktur kondilus berupa proyeksi
anteroposterior seperti proyeksi Reverse-Towne, lateral oblique, dan panoramik
(OPTs). Fraktur pada kepala kondilus mandibula umumnya tidak terlihat pada
proyeksi standart, sehingga diperlukan gold standard untuk diagnostik preoperatif
berupa computed tomography (CT) atau cone beam computed tomography 3D (CBCT
3D).2

Gambar 2. Gambaran CT Scan untuk evaluasi komponen fraktur dari bidang


koronal (kiri) dan aksial (kanan).2

1.1.1. Perawatan Non-Bedah pada Fraktur Kondilus Mandibula


Tatalaksana pada fraktur leher kondilus, subkondilus dan ascending ramus
dapat dilakukan berupa perawatan non-bedah dan bedah (melalui reduksi terbuka dan
fiksasi). Perawatan non-bedah berupa reduksi tertutup diindikasikan pada kondisi
garis fraktur yang tidak bergeser/undisplaced, adanya gangguan fungsi minimal pada
area fraktur, serta kondisi fraktur kepala kondilus dengan prognosis pascaperawatan
jangka panjang yang baik. Selain itu, fiksasi maksilomandibular (MMF)
menggunakan elastik atau kawat untuk menghubungkan arch bar, wire loops,
brackets atau bone-anchored devices (hooks, Intermaxillary Fixation/IMF screw) juga
termasuk ke dalam perawatan non-bedah. Jangka waktu penggunaan MMF dengan
menggunakan elastik umumnya sekitar 2 minggu. Perawatan MMF elastik
diindikasikan pada kondisi fraktur yang menimbulkan gangguan fungsi, oklusi, serta
adanya pergeseran fragmen fraktur. Pemasangan arch bar pada MMF bertujuan untuk
mencapai multicontact interdentation. Kombinasi pemasangan arch bar pada MMF
dengan Alat fiksasi lainnya yang dapat digunakan dalam fiksasi maksilomandibular
berupa kombinasi dua hook transmukosal cekat mini dengan satu sekrup tulang pada
tiap hook atau kombinasi dua sekrup IMF dengan penjangkaran pada anterior aspek
medial pada rahang mandibula dan maksila.2
Gambar 3. Fiksasi Maksilomandibula dengan pemasangan arch bar dan
guiding elastic2

Setelah perawatan non-bedah, fungsi sendi temporomandibular bergantung


terhadap regenerasi area kondilus dan adaptasi jaringan lunak. Pada pasien anak-anak
usia kurang dari 6-8 tahun, perawatan bedah dipilih sebagai tatalaksana fraktur kepala
kondilus dan subkondilus karena potensi regenerasi yang tinggi pada prosessus
kondilus mandibula. Akan tetapi, remodelling tulang sulit dicapai pada kondisi fraktur
subkondilus dengan fragment fraktur bergeser yang cukup parah dan akan
menimbulkan pertumbuhan wajah yang asimetri.2

1.1.2. Perawatan Bedah pada Fraktur Kondilus Mandibula


1.1.2.1. Condylectomy
Referensi:
1. Marinho K, Guevara HAG, Henrique F, et al. Epidemiological Analysis of
Mandibular Fractures Treated in Sao Paulo Brazil. Revista Española de Cirugía
Oral y Maxilofacial. 2015 October–December;37(4):175-81.
2. Ehrenfeld M, Manson PN, Prein J. Principles of Internal Fixation of the
Craniomaxillofacial Skeleton Trauma and Orthognathic Surgery. Switzerland: AO
Foundation; 2012. 159-162 p.
3. Susanto I, Bangun K, Handayani S, et al. Changing of Condylar Fracture Approach
in Cipto Mangunkusumo Hospital. The Indonesian Journal of Plastic
Reconstructive and Aesthetic Surgery. 2012;1(6): 553-58.
4. Endrajana. Case Report: Ankylosis of the temporomandibular joint and mandibular
growth disturbance caused by neglected condylar dractur in childhood. Dental
Journal (Majalah Kedokteran Gigi). June 2010;43(2): 67-71.
5. Valiati R, Ibrahim D, Abreu MER, et al. The treatment of condylar fractures: to
open or not to open? A critical review of this controversy. International Journal
of Medical Sciences. 2008;5(6):313-318.

Anda mungkin juga menyukai