BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
1
dan sebutan lain yang sesuai dengan kekhususannya, serta berpartisipasi
dalam menyelenggarakan pendidikan.
7. Jalur pendidikan adalah wahana yang dilalui peserta didik untuk
mengembangkan potensi diri dalam suatu proses pendidikan yang sesuai
dengan tujuan pendidikan.
8. Jenjang pendidikan adalah tahapan pendidikan yang ditetapkan
berdasarkan tingkat perkembangan peserta didik, tujuan yang akan dicapai,
dan kemampuan yang dikembangkan.
9. Jenis pendidikan adalah kelompok yang didasarkan pada kekhususan
tujuan pendidikan suatu satuan pendidikan.
10. Satuan pendidikan adalah kelompok layanan pendidikan yang
menyelenggarakan pendidikan pada jalur formal, nonformal, dan informal
pada setiap jenjang dan jenis pendidikan.
11. Pendidikan formal adalah jalur pendidikan yang terstruktur dan berjenjang
yang terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan
tinggi.
12. Pendidikan nonformal adalah jalur pendidikan di luar pendidikan formal
yang dapat dilaksanakan secara terstruktur dan berjenjang.
13. Pendidikan informal adalah jalur pendidikan keluarga dan lingkungan.
14. Pendidikan anak usia dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan
kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan
melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan
dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam
memasuki pendidikan lebih lanjut.
15. Pendidikan jarak jauh adalah pendidikan yang peserta didiknya terpisah
dari pendidik dan pembelajarannya menggunakan berbagai sumber belajar
melalui teknologi komunikasi, informasi, dan media lain.
16. Pendidikan berbasis masyarakat adalah penyelenggaraan pendidikan
berdasarkan kekhasan agama, sosial, budaya, aspirasi, dan potensi
masyarakat sebagai perwujudan pendidikan dari, oleh, dan untuk
masyarakat.
2
17. Standar nasional pendidikan adalah kriteria minimal tentang sistem
pendidikan di seluruh wilayah hukum Negara Kesatuan Republik
Indonesia.
18. Wajib belajar adalah program pendidikan minimal yang harus diikuti oleh
Warga Negara Indonesia atas tanggung jawab Pemerintah dan Pemerintah
Daerah.
19. Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan,
isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman
penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan
tertentu.
20. Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan
sumber belajar pada suatu lingkungan belajar.
21. Evaluasi pendidikan adalah kegiatan pengendalian, penjaminan, dan
penetapan mutu pendidikan terhadap berbagai komponen pendidikan pada
setiap jalur, jenjang, dan jenis pendidikan sebagai bentuk
pertanggungjawaban penyelenggaraan pendidikan.
22. Akreditasi adalah kegiatan penilaian kelayakan program dalam satuan
pendidikan berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan.
23. Sumber daya pendidikan adalah segala sesuatu yang dipergunakan dalam
penyelenggaraan pendidikan yang meliputi tenaga kependidikan,
masyarakat, dana, sarana, dan prasarana.
24. Dewan pendidikan adalah lembaga mandiri yang beranggotakan berbagai
unsur masyarakat yang peduli pendidikan.
25. Komite sekolah/madrasah adalah lembaga mandiri yang beranggotakan
orang tua/wali peserta didik, komunitas sekolah, serta tokoh masyarakat
yang peduli pendidikan.
26. Warga negara adalah Warga Negara Indonesia baik yang tinggal di wilayah
Negara Kesatuan Republik Indonesia maupun di luar wilayah Negara
Kesatuan Republik Indonesia.
27. Masyarakat adalah kelompok Warga Negara Indonesia nonpemerintah
yang mempunyai perhatian dan peranan dalam bidang pendidikan.
3
28. Pemerintah adalah Pemerintah Pusat.
29. Pemerintah Daerah adalah Pemerintah Propinsi, Pemerintah Kabupaten,
atau Pemerintah Kota.
30. Menteri adalah menteri yang bertanggung jawab dalam bidang pendidikan
nasional.
BAB II
DASAR, FUNGSI, DAN TUJUAN
Pasal 2
Pasal 3
4
terjerumus ke dalamnya sehingga banyak generasi muda yang memiliki masa depan
suram karena terjerumus kedalam narkoba.
5
BAB II
6
SI Pusat mencita-citakan Negara Islam Indonesia dengan ekonomi
yang kuat ditandai dengan kuatnya Pengusaha pribumi. Jiwa zaman saat itu
pribumi adalah Islam. Hal ini sangat ditentang oleh SI Semarang yang ingin
Negara Indonesia dengan masyarakat tanpa kelas dan tidak ada kapitalisme.
Pengusaha termasuk pengusaha pribumi –menurut mereka adalah kapitalis,
dan kapitalis adalah jahat.
Akhirnya dari tesis SI Pusat lalu ada antithesis SI Semarang
dicapailah sintesis dalam kongres CSI (Centraal Sarekat Islam) ke-2, yaitu
Indonesia yang dicita-citakan adalah Negara Islam Indonesia yang
memerangi kapitalisme yang jahat ( berarti dalam pandangan mereka ada
juga kapitalisme yang baik).
5. Perdebatan di BPUPKI
Perdebatan berikutnya terjadi di BPUPKI tentang perlu atau
tidaknya Islam dijadikan dasar Negara. Pada tanggal 1 Juni 1945 Soekarno
berpidato yang terkenal sebagai peristiwa lahirnya Pancasila. Setelah
BPUPKI dibubarkan, lalu diganti PPKI, lahirlah Piagam Jakarta yang
rencananya akan jadi teks proklamasi kemerdekaan Indonesia. Piagam
Jakarta atau Jakarta Charter lahir dari perdebatan yang keras, sengit,
panjang dan berlarut-larut. Ini merupakan kesepakatan bulat. Dengan sila
pertamanya yang terjenal yaitu “Ketuhanan dengan Kewajiban
Menjalankan Syari’at Islam bagi pemeluk-pemeluknya,” PPKI menyetujui
sebulat-bulatnya rancangan pembukaan UUD yang disusun oleh anggota-
anggotanya: Mohammad Hatta, Muhammad Yamin, Ahmad Soebardjo, AA
Maramis, Abdul Kahar Muzakkir, KHA Wahid Hasyim, Soekarno,
Abikoesno Tjokrosoejoso, dan Haji Agus Salim. Karena rancangan
pembukaan UUD itu ditandatangani oleh Sembilan orang tadi di Jakarta
pada tanggal 22 Juni 1945, maka pembukaan itu disebut Piagam Jakarta,
nama yang diperkenalkan pertama kali oleh Yamin.
Tanggal 11 Juli 1945 Latuharhary menyatakan keberatannya
terhadap Pancasila, lalu dibantah Agus Salim. Soekarno kemudian
7
menengahi dan mengingatkan, “Piagam ini sudah hasil kesepakatan bulat
dan resmi.”
Pada tanggal 14 Juli 1945 Ki Bagus Hadikusumo keberatan dengan
piagam Jakarta dan ingin menjadikannya lebih Islami lagi. Soekarno
kembali mengingatkan bahwa Piagam Jakarta sudah merupakan
kesepakatan bulat antara golongan nasionalis dengan golongan Islam.
Tetapi menjelang tanggal 18 Agustus 1945 Mohammad Hatta
mengatakan bahwa ada perwira Jepang utusan orang Indonesia Timur
meminta tujuh kata dalam sila pertama pancasila versi Piagam Jakarta
dihapus. Kalau tidak, orang Indonesia Timur akan memisahkan diri dari
Indonesia.
Yang mengherankan, Hatta lupa nama perwira Jepang itu. Padahal
Hatta adalah seorang yang daya ingatnya sangat kuat. Masak untuk
persoalan yang sangat penting dan menentukan Hatta lupa. Jangan-jangan
ini hanyalah karangan Hatta belaka.
Hatta kemudian melobi Ki Bagus Hadikusumo dan Kasman
SIngodimejo untuk menghapuskan tujuh kata itu. Kedua tokoh Islam ini
setuju. Bagi sebagian pengamat sejarah, Hatta, Ki Bagus, dan Kasman, telah
mengkhianati Piagam Jakarta, apa yang disebut SOekarno sebagai
kesepakatan bulat hasil perdebatan sengit, lama, keras, antara golongan
Islam dan golongan nasionalis.Sebuah sidang resmi yang menghasilkan
kesepakatan dengan susah payah dihapus hanya oleh lobi, suatu peristiwa
yang sangat ironis.
8
seharusnya tidak berpihak, ia berpihak. Hal ini dikuatkan oleh BJ Boland –
seorang pastor dari Belanda- dalam bukunya Pergumulan Islam di
Indonesia. Kedua, pembentukan Negara dengan ideology apapun baik itu
Komunis, Sosialis, Pancasila, atau Islam dibolehkan dalam UUDS 1950
yang berlaku saat itu, asal memenuhi syarat. Hal ini berlanjut terus dalam
polemic di media massa dan kampanye-kampanye pemilu dari tahun 1953-
1955 dan dilanjutkan dengan perdebatan bebas di Konstituante.
Perdebatan di Konstituante adalah antara yang membela Islam
versus yang membela Pancasila. Hal ini disebabkan karena pertentangan
ideology di antara mereka, yaitu antara nasionalis, komunis, dan non Islam
di satu pihak, semua mengeroyok Islam di pihak lain.
Perbedaan pendapat di antara mereka ini akhirnya membawa mereka
ke dalam pengelompokan pemikiran dalam siding Konstituante. Pertama
kelompok pemikiran Islam. Bagi mereka, mengajukan Islam sebagai dasar
Negara merupakan suatu usaha untuk membentuk tatanan Negara yang
dapat menjalankan ajaran-ajaran Islam dengan aman. Hal itulah yang
mendorong mereka berusaha keras untuk menggolkan keinginan mereka.
Usaha-usaha mereka kandas karena soal teknis, karena suara mereka tidak
mencapai 2/3 dari suara yang disyaratkan untuk disetujui.
Di samping itu, perjuangan menggolkan Islam sebagai dasar Negara
mereka anggap sebagai ibadah. Kedua kelompok pemikiran Pancasila,
Kelompok ini terdiri atas kelompok-kelompok kecil yang alasan mereka
masing-masing saling berbeda untuk mempertahankan Pancasila dan
menolak Islam sebagai dasar Negara.
9
Filsafat pancasila dapat didefinisikan secara ringkas sebagai refleksi kritis dan
rasional tentang Pancasila dalam bangunan bangsa dan Negara Indonesia.
Pancasila sebagai dasar filsafat Negara mengandung makna bahwa nilai-
nilai yang terkandung dalam pancasila menjadi dasar atau pedoman bagi
penyelenggaraan bernegara. Nilai-nilai pancasila pada dasarnya adalah nilai-nilai
filsafati yang sifatnya mendasar. Nilai dasar pancasila bersifat abstrak, normative
dan nilai itu menjadi motivator kegiatan dalam penyelenggaraan bernegara.
10
ada. Kemudian saya membicarakannya lagi hingga mencapai suatu kesepakatan
yang dapat di terima semua rakyat Indonesia.
11
BAB III
12
Provinsi DKI Jakarta mengeluarkan salah satu solusi yaitu dengan
menyediakan sarana transportasi umum yang lebih efisien baik secara waktu
maupun biaya.
Sarana transportasi umum yang dibuat oleh pemerintah adalah
penyediaan Bus Trans Jakarta atau biasa disebut dengan Busway. Bus ini
secara funsinya sama dengan angkutan umum lainnya. Hanya saja, dengan
kebijakan pemerintah Busway ini mendapatkan ‘perlakuan’ khusus yaitu
berupa jalur khusus yang tidak boleh dilewati oleh kendaraan lain.
Tujuannya adalah untuk mempersingkat waktu tempuh karena kemacetan
yang setiap waktu melanda Jakarta.
b. Analisis Formulasi Kebijakan transportasi dijakarta
a. Aktor-aktor Kebijakan
Aktor-aktor yang terlibat dalam sebuah kebijakan sangatlah berpengaruh
dalam proses perumusan kebijakan publik. Aktor-aktor disini tidak hanya
sebagai pembuat kebijakan agar dapat disahkan secara legal saja, namun
juga pihak-pihak yang berpengaruh ketika perencanaannya.
I. Inisiator kebijakan : Gubernur DKI Jakarta yaitu Fauzi Bowo.
II. Pembuat kebijakan dan legislator : DPRD dan Gubernur DKI
Jakarta
III. Pelaksana Kebijakan: Dalam pelaksanaannya, kebijakan ini
bekerjasama dengan pihak swasta yaitu perusahaan-perusahaan jasa yang
mengelola transportasi busway ini sehingga dapat beroperasi setiap hari.
IV. Kelompok sasaran adalah masyarakat karena kebijakan ini dibuat
untuk mengatasi kemacetan yang terjadi di Jakarta
V. Kelompok yang diuntungkan (Beneficiaries Group) Adapun pihak
yang diuntungkan adalah masyarakat sebagai sasaran utama dari kebijakan
ini. Selain itu, ada pihak yang juga diuntungkan yaitu perusahaan yang
bekerjasama dengan Pemprov Jakarta dalam pengoperasian busway ini.
VI. Kelompok Kepentingan: Masyarakat, Karen masyarkat yang
mengalami dmapak kemacetan ini Sehingga kebijakan ini dibuat dengan
sasaran untuk mengurangi kemacetan demi kepentingan masyarakat.
13
VII. Kelompok Penekan: Media massa, karena dengan pemberitaan
dari media massa di publik, maka pemerintah akan mengetahui apa yang
sebenarnya terjadi di dalam masyarakat saat ini
c. Alternatif yang dipilih dalam penyelesaian masalah
a. Proses perumusan
ada empat tahap dalam perumusan kebijakan publik yaitu: perumusan
masalah, agenda kebijakan, pemilihan alternatif kebijakan untuk
memcahkan masalah, dan tahap penetapan kebijakan. Kebijakan ERP ini
merupakan salah satu kebijakan publik yang juga mengalami empat tahap
tersebut. Agar lebih jelas, maka berikut akan dijelaskan mengenai empat
tahap tersebut dalam Kebijakan
i. Tahap pertama: tahap perumusan masalah
Berawal dari masalah publik yang terjadi di Jakarta, yaitu kemacetan.
Hampir setiap hari ibukota Indonesia ini mengalami kemacetan yang parah.
Masalah seperti kemacetan ini merupakan masalah publik karena
mengakibatkan kerugian bagi orang banyak dan harus segera diselesaikan.
Kemacetan di Jakarta diakibatkan oleh padatnya jumlah kendaraan yang
melintas tanpa diimbangi ruas jalan yang cukup, sehingga laju kendaraan
akan menjadi lambat. Lambatnya laju kendaraan inilah yang menyebabkan
kemacetan. Jadi ketika keadaan seperti ini masyarakat membutuhkan sistem
transportasi yang baik di Jakarta. Jika pemerintah ingin menambah panjang
jalan untuk menampung jumlah kendaraan. Sehingga dalam perumusan
masalahnya pemerintah ingin membuat suatu cara agar kemacetan di Jakarta
dapat dikurangi secara signifikan. Cara ini merupakan suatu hal yang belum
pernah diterapkan sebelumnya dan juga harus bisa mengakomodir
kebutuhan masyarakat akan kenyamanan dan keamanan saat bepergian
ii. Tahap kedua: agenda kebijakan
Agenda kebijakan didefinisikan sebagai tuntutan-tuntutan agar para
pembuat kebijakan memilih atau merasa terdorong untuk melakukan
tindakan tertentu (Budi Winarno, 2008:80). Masalah publik masyarakat
Jakarta mengenai kemacetan merupakan masalah publik yang sudah pasti
14
masuk ke dalam agenda kebijakan karena tingkat ‘penting’nya masalah ini
tergolong tinggi. Kemacetan di Jakarta telah dirasakan warganya sudah
lama dan menyebabkan kerugian bagi masyarakatnya, sehingga perlu
adanya penanganan yang serius dari pemerintah DKI Jakarta
iii. Tahap ketiga: pemilihan alternatif kebijakan untuk memecahkan
masalah
Adapun alternatif yang muncul dalam masalah ini adalah Pembangunan
sistem angkutan monorel, transportyasi busway, setelah melalui penilitian
maka dipilih transportyasi busway yang tidak mengeluarkan biaya yang
terlalu besar.
iv. Tahap keempat: tahap penetapan kebijakan
disetujui oleh Gubernur DKI Jakarta untuk dilegalkan sebagai kebijakan
melalui Keputusan Gubernur Propinsi Daerah Khusu Ibukota Jakarta
Nomor 110 tahun 2003 tentang Pembentukan, Organisasi dan Tata Kerja
Badan Pengelola Trans Jakarta-Busway Propinsi Daerah Khusus Ibukota
Jakarta.
b. Model Perumusan Kebijakan
Dari beberapa model perumusan kebijakan menurut para ahli, kebijakan
mengenai Busway termasuk dalam model rasional komprehensif. Berikut
beberapa alasannya:
I. Kemacetan merupakan suatu masalah yang dianggap penting
dan bermakna dibandingkan dengan masalah lainnya.
II. Berbagai alternatif untuk mengatasi masalah perlu diselidiki.
Para pembuat kebijakan Busway telah menyelidiki berbagai alternatif yang
akan dikemukakan dalam pembahasan. Pembuat keputusan memiliki
alternatif beserta konsekuensinya yang memaksimalkan pencapaian tujuan,
nilai atau sasaran-sasaran yang hendak dicapai
d. Rencana Aksi
A. Nilai-nilai yang Berpengaruh dalam Pembuatan Keputusan
ada lima nilai yang dapat membantu dalam mengarahkan perilaku para
pembuat keputusan, yaitu:
15
i. Nilai politik : Dalam sebuah proses pembuatan kebijakan tentu
terdapat maksud-maksud politis yang akan memberikan keuntungan bagi
para pembuatnya yaitu pemerintah Jakarta sendiri
ii. Nilai-nilai organisasi : Kebijakan Busway dikeluarkan dengan
pertimbangan bisa memberikan manfaat yang optimal bagi masyarakat.
iii. Nilai-nilai pribadi : Kebijakan Busway ini dilaksanakan dengan
kerjasama antara pemerintah dan pihak swasta sebagai penyedia layanan
dan pengelolanya
iv. Nilai-nilai kebijakan : Kebijakan Busway ini juga dipengaruhi
dengan pertimbangan moral bahwa dengan adanya kebijakan ini akan bisa
mengakomodir kepentingan masyarakat akan sistem transportasi yang baik
16
BAB IV
2. Ideology terbuka
Ideologi terbuka dapat juga diartikan sebagai ideologi yang tidak
dimutlakkan. Ideologi terbuka merupakan ideologi yang dapat berinteraksi
dari perkembangan zaman dan dinamika yang sifatnya internal. Ideologi
terbuka bersumber dari penjelasan umum 1945 yang berbunyi "... terutama
bagi negara baru dan negara muda, lebih baik hukum dasar yang tertulis
17
itu hanya memuat aturan-aturan, pokok, sedangkan aturan-aturan yang
menyelenggarakan aturan pokok itu diserahkan kepada undang-undang
yang lebih mudah cara membuatnya, mengubahnya dan mencabutnya"
Ciri – ciri ideology terbuka :
Cita-cita hidup dalam masyarakat
Merupakan hasil dari musyawarah dan konsensus rakyatnya
Nilai-nilai dan cita-cita yang berasal dari diri masyarakat
Ideologi terbuka bersifat dinamis dan reformasi
Kapitalisme (Liberalisme)
18
Serikat dan Kanada. Adapun ciri-ciri negara penganut ideologi
kapitalisme adalah sebagai berikut.
Sosialisme
19
Mencita-citakan masyarakat yang didalamnya dapat bekerja sama dan
solidaritas dengan hak-hak yang sama.
Penentuan nasib sendiri bagi semua orang hanya dapat dicapai melalui
solidaritas
Menolak kebebasan yang cenderung berpihak bagi kepentingan hak
milik.
Demokrasi tidak akan berjalan karena penguasa menekan kebebasan
individu.
Komunisme
20
Fasisme
21
3. Berbagai kasus yang terkait dengan penyalahgunaan narkoba dan
yang mengancam eksistensi Pancasila
Factor yang menyebabkan seseorang menggunakan narkoba yaitu :
tersedianya obat-obat terlarang secara bebas di masyarakat, keluarga yang
begitu rumit dengan berbagai masalah sehingga seseorang tersebut
mengambil jalan keluar dengan menggunakan narkoba, dan penyebab
terakhir adalah pergaulan yang salah.
Dampak bagi bangsa kita sendiri yaitu :
Hilangnya rasa Patriotisme atau rasa cinta terhadap bangsa yang
pada giliranya mudah untuk dikuasai oleh negara-negara asing.
Bangsa dan Negara kehilangan identitas yang disebabkan karena
perubahan budaya
Rusaknya Pewaris bangsa yang siap untuk menggantikan
kepemimpinan bangsa
Penyeludupan akan meningkat padahal penyeludupan dalam bentuk
apapun akan Merugikan Negara.
Hal ini merupakan perlakuan yang sangat menyimpang dari Pancasila itu
sendiri, sehingga Pancasila itu sendiri kehilangan jati dirinya karena para
generasi penerus bangsa tersebut merusak nilai dari Pancasila itu sendiri dan
mereka akan mudah di pengaruhi oleh ideology negara asing.
22
eksistensinya baik se ASIA maupun internasional. Karena warga negaranya
sendiri sudah tidak lagi menerapkan Pancasila dalam kehidupannya.
23
BAB V
MENGAPA PANCASILA MERUPAKAN SISTEM
FILSAFAT
24
ramah lingkungan, gotong royong, dan cinta damai di lingkungan
Anda
Contoh dalam lingkungan saya di Komplek Maskarebet dalam
pengembangan pancasilais yaitu :
1. Saat ada seseorang yang sedang sakit di lingkungan saya maka para
warga RT disini akan menjenguk bersama dengan uang konsumsi
yang di kumpulkan saat arisan RT.
2. Untuk menjaga keakraban para warga diadakan kumpul-kumpul
yaitu arisan RT sehingga semua warga di lingkungan ini saling
mengenal dan menjadi sebuah keluarga
3. Jika ada salah satu rumah yang sedang ada acara baik itu pernikahan
ataupun sedekahan maka semua warga disekitar akan dating untuk
membatu tuan rumah yang memiliki acara.
25
Dengan kata lain di dalam Negara Indonesia tidak ada dan tidak boleh
ada paham yang meniadakan Tuhan Yang Maha Esa (atheisme).
Sebagai sila pertama Pancasila, Ketuhanan Yang Maha Esa menjadi
sumber pokok nilai-nilai kehidupan bangsa Indonesia, menjiwai dan
mendasari serta membimbing perwujudan kemanusiaan yang adil dan
beradab.
26
Kedua : makna bangsa dalam arti politis, yaitu bangsa yang hidup di
dalam wilayah tersebut. Indonesia dalam sila III ini ialah Indonesia
dalam pengertian bangsa.
Jadi Persatuan Indonesia ialah persatuan bangsa yang mendiami wilayah
Indonesia. Bangsa yang mendiami wilayah Indonesia ini bersatu karena
didorong untuk mencapai kehidupan kebangsaan yang bebas dalam
wadah negara yang merdeka dan berdaulat.
27
Keadilan Sosial berarti keadilan yang berlaku dalam masyarakat
disegala bidang kehidupan, baik materil maupun spirituil.
Seluruh rakyat Indonesia berarti setiap orang yang menjadi Rakyat
Indonesia, baik yang berdiam diwilayah kekuasaan Republik Indonesia
maupun warga negara Indonesia yang berada diluar negeri.
Jadi : Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia berarti bahwa setiap
orang Indonesia mendapat perlakuan yang adil dalam bidang hukum,
politik, sosial, ekonomi dan kebudayaan. Sesuai dengan UUD 1945
makna keadilan sosial mencakup pula pengertian adil dan makmur.
Sila “keadilan sosial” adalah tujuan dari empat sila yang
mendahuluinya, merupakan tujuan bangsa Indonesia dalam bernegara,
yang perwujudannya ialah tata-masyarakat adil-makmur berdasarkan
Pancasila.
28
BAB VI
29
BAB VII
MENGAPA PANCASILA MENJADI DASAR NILAI
PENGEMBANGAN ILMU
30
menjadi lebih kompleks atau rumit. Karena banyaknya kebudayaan baru yang
datang dan diterima begitu saja, menyebabkan terjadinya penyimpangan
kebudayaan di masyarakat. Belum lagi masalah klasik yang sepele namun
berdampak serius seperti perbedaan suku, agama, ras dan antar golongan yang
semakin memecah belah kesatuan dan kesatuan bangsa Indonesia. Melihat kondisi
seperti ini tentu kita semua tidak boleh pesimis dan patah semangat, Semboyan
negara Bhinneka Tunggal Ika yang berarti berbeda-beda tetapi tetap satu jua,
selamanya akan tetap relevan untuk mengiringi kehidupan bernegara di negeri yang
multikultural ini, karena komposisi kehidupan rakyat Indonesia akan terus beragam
sampai kapanpun. Ketimpangan sosial, kesenjangan ekonomi, perbedaan suku,
agama, ras dan antar golongan di antara kita janganlah dijadikan pembeda.
Perkembangan jaman yang cepat dan masuknya budaya baru biarkanlah berlalu,
karena pada dasarnya kita semua satu, satu bangsa, Bangsa Indonesia. Satu tanah
air, Tanah air Indonesia. Satu bahasa, bahasa Indonesia. Bhinneka Tunggal Ika,
berbeda-beda namun tetap satu jua. Indonesia satu!
31
Teknologi yang seharusnya dipakai untuk kemakmuran umat manusia tetapi
malah digunakan untuk membantai sesama umat manusia
5. Teknologi yang dipakai untuk merusak alam
Teknologi yang seharusnya digunakan untuk menyelamatkan bumi tetapi
malah menghancurkan bumi
32
pembicaraan publik, sehingga masyarakat merasakan bahwa pancasila
masih ada, dan masih dibutuhkan bagi bangsa Indonesia. Revitalisasi nilai-
nilai juga dapat dilakukan dengan cara manifestasi identitas nasional. Hal
tersebut dapat dilihat dari berbagai wawasan, antara lain; spiritual yang
berlandaskan etik, estetika, dan religiusitas sebagai dasar dan arah
pengembangan profesi.
Dalam konteks perguruan tinggi, revitalisasi nilai-nilai pancasila bisa
dilakukan dengan menyiapkan sumber daya manusia yang profesional dan
handal untuk pembangunan nasional yang menumbuhkan kesadaran
nasionalisme serta menemukan jati diri bangsa yang mampu beradaptasi
dengan perubahan, mampu menangkap tantangan sebagai peluang dan
mampu mengatasi segala permasalahan sengan solusiyang baik, serta
mengaktualisasikan diri untuk bangsa dan negara agar lebih maju dan
bermartabat.
Kelurahan dilingkungan saya menjadi lebih baik dari sebelumnya , beliau tak segan
turun dan ikut bekerja bergotong royong membantu penyelesaian mushola ,
membuat piket ronda setiap malamnya , dan juga membuat sarana olahraga bagi
para pemuda di sekitar , setiap malam beliau mengontrol piket ronda , sesuai atukah
masih banyak yang perlu diperbaiki, dari peristiwa yang saya alami , beliau
memiliki sifat keadilan sosial yang tinggi, dan ketuhanan yang cukup baik.
33
bukan merupakan orang jambi asli , beliau selalu memberikan yang terbaik untuk
membuat jambi lebih baik , membantu pembangunan nya , salah satunya
membangun mushola , serta mendidik anak anak disekitar untuk belajar mengaji,
secara geratis , disini saya menenmukan sifat keadilan social yang adil dan bradab
pada sosok ustad dilingkungan saya.
Dan yang terakhir yaitu ilmuan yang pancasilais , di lingkungan saya yaitu
semua guru yang mengajari saya selama ini, tak mudah memberikan ilmu kepada
orang lain, seseorang harus menabahkan hatinya demi itu, tetapi guru guru saya ,
mengajari saya dengan tanpa kenal lelah , dan itu tercantum dalam kerakyatan yang
dipimpin oleh hikmat dalam permusyawaratan perwakilan.
34
DAFTAR PUSTAKA
2015.http://www.seputarpengetahuan.com/2015/08/macam-
macam-ideologi-di-dunia-dan-ciri-cirinya.html . (diakses pada 23
April 2017)
November 2012.
http://apriliadera.blogspot.co.id/2012/11/penggunaan-narkoba-
terhadap-pelanggaran.html . (diakses pada 23 April 2017)
35
Pancasila”. 20 Januari 2011.
http://miyasapc.blogspot.co.id/2011/01/lima-permasalahan-yang-
bertentangan.html .(diakses pada 23 April 2017)
36