Anda di halaman 1dari 36

BAB I

PENGANTAR DAN PENDIDIKAN PANCASILA

1. Ketentuan undang-undang yang mengatur tentang pendidikan


Pancasila lengkap dengan bunyinya

BAB I

KETENTUAN UMUM

Pasal 1

1. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana


belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.
2. Pendidikan nasional adalah pendidikan yang berdasarkan Pancasila dan
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang
berakar pada nilai-nilai agama, kebudayaan nasional Indonesia dan tanggap
terhadap tuntutan perubahan zaman.
3. Sistem pendidikan nasional adalah keseluruhan komponen pendidikan
yang saling terkait secara terpadu untuk mencapai tujuan pendidikan
nasional.
4. Peserta didik adalah anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan
potensi diri melalui proses pembelajaran yang tersedia pada jalur, jenjang,
dan jenis pendidikan tertentu.
5. Tenaga kependidikan adalah anggota masyarakat yang mengabdikan diri
dan diangkat untuk menunjang penyelenggaraan pendidikan.
6. Pendidik adalah tenaga kependidikan yang berkualifikasi sebagai guru,
dosen, konselor, pamong belajar, widyaiswara, tutor, instruktur, fasilitator,

1
dan sebutan lain yang sesuai dengan kekhususannya, serta berpartisipasi
dalam menyelenggarakan pendidikan.
7. Jalur pendidikan adalah wahana yang dilalui peserta didik untuk
mengembangkan potensi diri dalam suatu proses pendidikan yang sesuai
dengan tujuan pendidikan.
8. Jenjang pendidikan adalah tahapan pendidikan yang ditetapkan
berdasarkan tingkat perkembangan peserta didik, tujuan yang akan dicapai,
dan kemampuan yang dikembangkan.
9. Jenis pendidikan adalah kelompok yang didasarkan pada kekhususan
tujuan pendidikan suatu satuan pendidikan.
10. Satuan pendidikan adalah kelompok layanan pendidikan yang
menyelenggarakan pendidikan pada jalur formal, nonformal, dan informal
pada setiap jenjang dan jenis pendidikan.
11. Pendidikan formal adalah jalur pendidikan yang terstruktur dan berjenjang
yang terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan
tinggi.
12. Pendidikan nonformal adalah jalur pendidikan di luar pendidikan formal
yang dapat dilaksanakan secara terstruktur dan berjenjang.
13. Pendidikan informal adalah jalur pendidikan keluarga dan lingkungan.
14. Pendidikan anak usia dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan
kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan
melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan
dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam
memasuki pendidikan lebih lanjut.
15. Pendidikan jarak jauh adalah pendidikan yang peserta didiknya terpisah
dari pendidik dan pembelajarannya menggunakan berbagai sumber belajar
melalui teknologi komunikasi, informasi, dan media lain.
16. Pendidikan berbasis masyarakat adalah penyelenggaraan pendidikan
berdasarkan kekhasan agama, sosial, budaya, aspirasi, dan potensi
masyarakat sebagai perwujudan pendidikan dari, oleh, dan untuk
masyarakat.

2
17. Standar nasional pendidikan adalah kriteria minimal tentang sistem
pendidikan di seluruh wilayah hukum Negara Kesatuan Republik
Indonesia.
18. Wajib belajar adalah program pendidikan minimal yang harus diikuti oleh
Warga Negara Indonesia atas tanggung jawab Pemerintah dan Pemerintah
Daerah.
19. Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan,
isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman
penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan
tertentu.
20. Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan
sumber belajar pada suatu lingkungan belajar.
21. Evaluasi pendidikan adalah kegiatan pengendalian, penjaminan, dan
penetapan mutu pendidikan terhadap berbagai komponen pendidikan pada
setiap jalur, jenjang, dan jenis pendidikan sebagai bentuk
pertanggungjawaban penyelenggaraan pendidikan.
22. Akreditasi adalah kegiatan penilaian kelayakan program dalam satuan
pendidikan berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan.
23. Sumber daya pendidikan adalah segala sesuatu yang dipergunakan dalam
penyelenggaraan pendidikan yang meliputi tenaga kependidikan,
masyarakat, dana, sarana, dan prasarana.
24. Dewan pendidikan adalah lembaga mandiri yang beranggotakan berbagai
unsur masyarakat yang peduli pendidikan.
25. Komite sekolah/madrasah adalah lembaga mandiri yang beranggotakan
orang tua/wali peserta didik, komunitas sekolah, serta tokoh masyarakat
yang peduli pendidikan.
26. Warga negara adalah Warga Negara Indonesia baik yang tinggal di wilayah
Negara Kesatuan Republik Indonesia maupun di luar wilayah Negara
Kesatuan Republik Indonesia.
27. Masyarakat adalah kelompok Warga Negara Indonesia nonpemerintah
yang mempunyai perhatian dan peranan dalam bidang pendidikan.

3
28. Pemerintah adalah Pemerintah Pusat.
29. Pemerintah Daerah adalah Pemerintah Propinsi, Pemerintah Kabupaten,
atau Pemerintah Kota.
30. Menteri adalah menteri yang bertanggung jawab dalam bidang pendidikan
nasional.
BAB II
DASAR, FUNGSI, DAN TUJUAN
Pasal 2

Pendidikan nasional berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara


Republik Indonesia Tahun 1945.

Pasal 3

Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk


watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan
kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar
menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara
yang demokratis serta bertanggung jawab.

2. Fenomena sosial yang menunjukkan urgensi penyelenggaraan mata


kuliah pendidikan Pancasila di perguruan tinggi

Fenomena sosial yang telah menunjukkan urgensi penyelenggaraan mata kuliah


Pancasila di perguruan tinggi salah satunya adalah masalah narkoba karena dari
letak geografisnya Indonesia terletak di tempat yang strategis . letak yang strategis
ini tidak hanya menimbulkan dampak positif namun menimbulkan dampak
negative. Sebagai contoh dampak negative dari letak geografis Indonesia dapat kita
lihat dari kacamata bandar narkoba. Indonesia sangat strategis dalam pemasaran
obat-obat terlarang, tidak sedikit bandar narkoba dari warga negara asing yang
membawa obat-obatan terlarang ke Indonesia. Namun sanksi yang diberikan
kepada mereka tidak membuat mereka jera, sehingga banyak generasi muda yang

4
terjerumus ke dalamnya sehingga banyak generasi muda yang memiliki masa depan
suram karena terjerumus kedalam narkoba.

Selain narkoba, generasi muda jaman sekarang juga telah kehilangan


moralnya akibat dampak globalisasi. Fenomena ini banyak ditunjukkan dalam
media masa, contohnya saja tontonan-tontonan yang ada menunjukkan tontonan
dewasa, seperti kekerasan fisik, penghianatan dan pergaulan bebas. Begitu bnyak
suguhan media masa yang menyuguhkan perbuatan tidak bermoral. Hal ini begitu
ironis karena suguhan tersebut menjadi tontonan yang di senangi oleh mereka
kalangan remaja. Sehingga dapat di tebak bagaimana perilaku menyimpang dari
kalangan remaja semakin meningkat.

5
BAB II

BAGAIMANA PANCASILA DALAM ARUS SEJARAH


INDONESIA

1. Latar belakang sikap beberapa pihak dalam masyarakat yang menolak


Pancasila sebagai dasar negara.

1. Perdebatan Soekarno-Natsir tahun 1930-an sampai 1942.


Natsir berkeinginan mendirikan Negara nasional berdasarkan Islam
justru karena dia seorang democrat sejati. Dalam pandangan Natsir, umat
Islam ada 80% maka wajarlah kalau mereka menginginkan Negara Islam.
Hal ini dibantah Soekarno yang mengatakan bahwa agama Islam
pada bangsa Indonesia hanyalah lapisan tipis belaka dari keyakinan orang-
orang Islam Indonesia. Kalau lapisan itu dikelupas maka yang terlihat
sebagian besarnya adalah animisme dan dinamisme.

2. Perdebatan Soekarno vs Haji Agus Salim


Soekarno jelas-jelas menginginkan nasionalisme sekuler setelah
Indonesia merdeka nanti. Sementara itu Agus Salim menolak pendapat
Soekarno karena ia khawatir itu sangat rentan terjatuh pada chauvinism atau
ultra nasionalisme. Agus Salim lebih menginginkan nasionalisme Islam,
karena lebih bersifat universal.

3. Perdebatan Soekarno dengan Ahmad Hassan


Tema debat mereka adalah pernyataan, “Cinta tanah air adalah
sebagian dari iman.” Menurut Soekarno itu hadits dan sebagai
konsekwensinya umat Islam harus melaksanakan itu, sedangkan menurut
Hassan itu hadits palsu.

4. perdebatan antara SI Pusat dengan SI Semarang.

6
SI Pusat mencita-citakan Negara Islam Indonesia dengan ekonomi
yang kuat ditandai dengan kuatnya Pengusaha pribumi. Jiwa zaman saat itu
pribumi adalah Islam. Hal ini sangat ditentang oleh SI Semarang yang ingin
Negara Indonesia dengan masyarakat tanpa kelas dan tidak ada kapitalisme.
Pengusaha termasuk pengusaha pribumi –menurut mereka adalah kapitalis,
dan kapitalis adalah jahat.
Akhirnya dari tesis SI Pusat lalu ada antithesis SI Semarang
dicapailah sintesis dalam kongres CSI (Centraal Sarekat Islam) ke-2, yaitu
Indonesia yang dicita-citakan adalah Negara Islam Indonesia yang
memerangi kapitalisme yang jahat ( berarti dalam pandangan mereka ada
juga kapitalisme yang baik).

5. Perdebatan di BPUPKI
Perdebatan berikutnya terjadi di BPUPKI tentang perlu atau
tidaknya Islam dijadikan dasar Negara. Pada tanggal 1 Juni 1945 Soekarno
berpidato yang terkenal sebagai peristiwa lahirnya Pancasila. Setelah
BPUPKI dibubarkan, lalu diganti PPKI, lahirlah Piagam Jakarta yang
rencananya akan jadi teks proklamasi kemerdekaan Indonesia. Piagam
Jakarta atau Jakarta Charter lahir dari perdebatan yang keras, sengit,
panjang dan berlarut-larut. Ini merupakan kesepakatan bulat. Dengan sila
pertamanya yang terjenal yaitu “Ketuhanan dengan Kewajiban
Menjalankan Syari’at Islam bagi pemeluk-pemeluknya,” PPKI menyetujui
sebulat-bulatnya rancangan pembukaan UUD yang disusun oleh anggota-
anggotanya: Mohammad Hatta, Muhammad Yamin, Ahmad Soebardjo, AA
Maramis, Abdul Kahar Muzakkir, KHA Wahid Hasyim, Soekarno,
Abikoesno Tjokrosoejoso, dan Haji Agus Salim. Karena rancangan
pembukaan UUD itu ditandatangani oleh Sembilan orang tadi di Jakarta
pada tanggal 22 Juni 1945, maka pembukaan itu disebut Piagam Jakarta,
nama yang diperkenalkan pertama kali oleh Yamin.
Tanggal 11 Juli 1945 Latuharhary menyatakan keberatannya
terhadap Pancasila, lalu dibantah Agus Salim. Soekarno kemudian

7
menengahi dan mengingatkan, “Piagam ini sudah hasil kesepakatan bulat
dan resmi.”
Pada tanggal 14 Juli 1945 Ki Bagus Hadikusumo keberatan dengan
piagam Jakarta dan ingin menjadikannya lebih Islami lagi. Soekarno
kembali mengingatkan bahwa Piagam Jakarta sudah merupakan
kesepakatan bulat antara golongan nasionalis dengan golongan Islam.
Tetapi menjelang tanggal 18 Agustus 1945 Mohammad Hatta
mengatakan bahwa ada perwira Jepang utusan orang Indonesia Timur
meminta tujuh kata dalam sila pertama pancasila versi Piagam Jakarta
dihapus. Kalau tidak, orang Indonesia Timur akan memisahkan diri dari
Indonesia.
Yang mengherankan, Hatta lupa nama perwira Jepang itu. Padahal
Hatta adalah seorang yang daya ingatnya sangat kuat. Masak untuk
persoalan yang sangat penting dan menentukan Hatta lupa. Jangan-jangan
ini hanyalah karangan Hatta belaka.
Hatta kemudian melobi Ki Bagus Hadikusumo dan Kasman
SIngodimejo untuk menghapuskan tujuh kata itu. Kedua tokoh Islam ini
setuju. Bagi sebagian pengamat sejarah, Hatta, Ki Bagus, dan Kasman, telah
mengkhianati Piagam Jakarta, apa yang disebut SOekarno sebagai
kesepakatan bulat hasil perdebatan sengit, lama, keras, antara golongan
Islam dan golongan nasionalis.Sebuah sidang resmi yang menghasilkan
kesepakatan dengan susah payah dihapus hanya oleh lobi, suatu peristiwa
yang sangat ironis.

6. Perdebatan dalam sidang dewan konstituante 1955-1959.


Perdebatann ini dipicu oleh pidato Presiden Soekarno di Amuntai
Kalimantan Selatan, 27 Januari 1953. Pidato inilah penyulut disintegrasi
bangsa, karena reaksi-reaksi yang banyak.
Soekarno mengatakan bahwa jangan sekali-sekali mendirikan
Negara Islam karena akan menyakiti orang-orang non Islam. Kesalahan
Soekarno adalah, Pertama, sebagai pemimpin Negara dan bangsa yang

8
seharusnya tidak berpihak, ia berpihak. Hal ini dikuatkan oleh BJ Boland –
seorang pastor dari Belanda- dalam bukunya Pergumulan Islam di
Indonesia. Kedua, pembentukan Negara dengan ideology apapun baik itu
Komunis, Sosialis, Pancasila, atau Islam dibolehkan dalam UUDS 1950
yang berlaku saat itu, asal memenuhi syarat. Hal ini berlanjut terus dalam
polemic di media massa dan kampanye-kampanye pemilu dari tahun 1953-
1955 dan dilanjutkan dengan perdebatan bebas di Konstituante.
Perdebatan di Konstituante adalah antara yang membela Islam
versus yang membela Pancasila. Hal ini disebabkan karena pertentangan
ideology di antara mereka, yaitu antara nasionalis, komunis, dan non Islam
di satu pihak, semua mengeroyok Islam di pihak lain.
Perbedaan pendapat di antara mereka ini akhirnya membawa mereka
ke dalam pengelompokan pemikiran dalam siding Konstituante. Pertama
kelompok pemikiran Islam. Bagi mereka, mengajukan Islam sebagai dasar
Negara merupakan suatu usaha untuk membentuk tatanan Negara yang
dapat menjalankan ajaran-ajaran Islam dengan aman. Hal itulah yang
mendorong mereka berusaha keras untuk menggolkan keinginan mereka.
Usaha-usaha mereka kandas karena soal teknis, karena suara mereka tidak
mencapai 2/3 dari suara yang disyaratkan untuk disetujui.
Di samping itu, perjuangan menggolkan Islam sebagai dasar Negara
mereka anggap sebagai ibadah. Kedua kelompok pemikiran Pancasila,
Kelompok ini terdiri atas kelompok-kelompok kecil yang alasan mereka
masing-masing saling berbeda untuk mempertahankan Pancasila dan
menolak Islam sebagai dasar Negara.

2. Alasan banyak pihak yang tetap ingin mempertahan Pancasila sebagai


dasar negara Indonesia
Pancasila sebagai dasar filsafat karena pancasila merupakan rumusan filsafati atau
dapat dikatakan nilai-nilai pancasila adalah nilai-nilai filsafat. Oleh karena itu,
harus dibedakan antara filsafat dengan dasar hukum Negara. Pancasila adalah dasar
filsafat Negara sedangkan UUD 1945 adalah dasar hukum Negara Indonesia.

9
Filsafat pancasila dapat didefinisikan secara ringkas sebagai refleksi kritis dan
rasional tentang Pancasila dalam bangunan bangsa dan Negara Indonesia.
Pancasila sebagai dasar filsafat Negara mengandung makna bahwa nilai-
nilai yang terkandung dalam pancasila menjadi dasar atau pedoman bagi
penyelenggaraan bernegara. Nilai-nilai pancasila pada dasarnya adalah nilai-nilai
filsafati yang sifatnya mendasar. Nilai dasar pancasila bersifat abstrak, normative
dan nilai itu menjadi motivator kegiatan dalam penyelenggaraan bernegara.

3. Kemukakan pendapat dan penilaian Anda tentang perbedaan


pandangan tersebut

Pendapat saya tentang perbedaan pendapat yang terjadi antara pejuang-pejuang


nasional tersebut dalam memperjuangkan dasar ideology negara merupakan hal
yang baik karena dari hasil perdebatan yang mereka lakukan menemukan jalan
tegahnya yang membuat dasar negara Indonesia menjadi lebih baik dan dapat
mempersatukan seluruh perbedaan yang ada di semua rakyat Indonesia. Jika tidak
adanya musyawarah dan perbedaan pendapat mungkin banyak rakyat Indonesia
saat ini mungkin terpecah belah contohnya saja bung karno yang menginginkan
hadist menjadi dasar hokum Indonesia bagaimana jika itu benar tejadi maka agama
lain akan merasa diasingkan dan mungkin mereka akan membuat negara sendiri
ataupun mengumpulkan kelompok untuk menyerang negaranya sendiri.
Beruntunglah hasil perdebatan mereka menghasilkan dasar negara yang baik untuk
mempersatukan seluruh umat beragama di Indonesia dengan sila ke-satu Pancasila.
Sehingga sem,ua rakyat Indonesia dapat hidup rukun dan damai.

4. Bagaimana sikap Anda dalam menghadapi perbedaan tersebut?

Pandangan saya terhadap perbedaan tersebut yaitu mencoba menerima semua


pendapat tersebut kemudian merenungkan serta mempertimbangkan semua
keputusan yang akan saya ambil, setelah saya fikir dengan matang maka saya akan
mengambil jalan tengah yang terbaik untuk semua pendapat serta keputusan yang

10
ada. Kemudian saya membicarakannya lagi hingga mencapai suatu kesepakatan
yang dapat di terima semua rakyat Indonesia.

11
BAB III

MENGAPA PANCASILA MENJADI DASAR NEGARA


REPUBLIK INDONESIA

1. Analisis kebijakan public


a. Latar Belakang
Kemacetan di ibukota DKI Jakarta tidak dapat dihindari, terutama pada
titik-titik persimpangan baik di jalan-jalan protokol hingga di jalan
lingkungan. Semakin hari, kemacetan di Jakarta semakin parah. Menurut
sebuah penelitian, kemacetan tersebut membuat masyarakat Jakarta
mengalami kerugian hingga Rp 48 triliun per tahun (Detik News, 26 Nop
2008). Puncak kemacetan diperkirakan terjadi pada jam sibuk di pagi hari
(sekitar pukul 6.30-9.00 WIB) dan sore hari (sekitar pukul 16.30-19.30
WIB). Kemacetan ini mengakibatkan stres yang tinggi pada pengguna jalan,
meningkatnya polusi udara kota, hingga terganggunya kegiatan bisnis.
Berbagai upaya telah dilakukan oleh Pemerintah Provinsi (Pemprov)
Jakarta untuk mengatasi masalah ini. Mulai dari diberlakukannya program
three in one, pembangunan jalan layang. namun, hasil yang diharapkan tidak
dapat terlaksana. Faktanya, Jakarta tetap menjadi kota dengan transportasi
yang buruk. Sampai pada tingkat dunia, Jakarta menjadi kota paling padat
dan macet, setara dengan kepadatan Kota Tokyo dan Bangkok. Hanya
bedanya Kota Tokyo dan Bangkok mempunyai sistem transportasi yang
baik sehingga padatnya kendaraan tidak menjadikan masalah kemacetan.
Masyarakat Indonesia, khususnya masyarakat Jakarta memang tidak
terbiasa menggunakan angkutan umum yang tersedia. Mereka lebih senang
menggunakan kendaraan pribadi dengan alasan lebih nyaman, aman dan
cepat daripada angkutan umum. Pemerintah memang yang bertanggung
jawab atas kondisi yang rumit seperti ini. Untuk itu, sebagai solusi dari
masalah kemacetan yang semakin menjadi tersebut, maka Pemerintah

12
Provinsi DKI Jakarta mengeluarkan salah satu solusi yaitu dengan
menyediakan sarana transportasi umum yang lebih efisien baik secara waktu
maupun biaya.
Sarana transportasi umum yang dibuat oleh pemerintah adalah
penyediaan Bus Trans Jakarta atau biasa disebut dengan Busway. Bus ini
secara funsinya sama dengan angkutan umum lainnya. Hanya saja, dengan
kebijakan pemerintah Busway ini mendapatkan ‘perlakuan’ khusus yaitu
berupa jalur khusus yang tidak boleh dilewati oleh kendaraan lain.
Tujuannya adalah untuk mempersingkat waktu tempuh karena kemacetan
yang setiap waktu melanda Jakarta.
b. Analisis Formulasi Kebijakan transportasi dijakarta
a. Aktor-aktor Kebijakan
Aktor-aktor yang terlibat dalam sebuah kebijakan sangatlah berpengaruh
dalam proses perumusan kebijakan publik. Aktor-aktor disini tidak hanya
sebagai pembuat kebijakan agar dapat disahkan secara legal saja, namun
juga pihak-pihak yang berpengaruh ketika perencanaannya.
I. Inisiator kebijakan : Gubernur DKI Jakarta yaitu Fauzi Bowo.
II. Pembuat kebijakan dan legislator : DPRD dan Gubernur DKI
Jakarta
III. Pelaksana Kebijakan: Dalam pelaksanaannya, kebijakan ini
bekerjasama dengan pihak swasta yaitu perusahaan-perusahaan jasa yang
mengelola transportasi busway ini sehingga dapat beroperasi setiap hari.
IV. Kelompok sasaran adalah masyarakat karena kebijakan ini dibuat
untuk mengatasi kemacetan yang terjadi di Jakarta
V. Kelompok yang diuntungkan (Beneficiaries Group) Adapun pihak
yang diuntungkan adalah masyarakat sebagai sasaran utama dari kebijakan
ini. Selain itu, ada pihak yang juga diuntungkan yaitu perusahaan yang
bekerjasama dengan Pemprov Jakarta dalam pengoperasian busway ini.
VI. Kelompok Kepentingan: Masyarakat, Karen masyarkat yang
mengalami dmapak kemacetan ini Sehingga kebijakan ini dibuat dengan
sasaran untuk mengurangi kemacetan demi kepentingan masyarakat.

13
VII. Kelompok Penekan: Media massa, karena dengan pemberitaan
dari media massa di publik, maka pemerintah akan mengetahui apa yang
sebenarnya terjadi di dalam masyarakat saat ini
c. Alternatif yang dipilih dalam penyelesaian masalah
a. Proses perumusan
ada empat tahap dalam perumusan kebijakan publik yaitu: perumusan
masalah, agenda kebijakan, pemilihan alternatif kebijakan untuk
memcahkan masalah, dan tahap penetapan kebijakan. Kebijakan ERP ini
merupakan salah satu kebijakan publik yang juga mengalami empat tahap
tersebut. Agar lebih jelas, maka berikut akan dijelaskan mengenai empat
tahap tersebut dalam Kebijakan
i. Tahap pertama: tahap perumusan masalah
Berawal dari masalah publik yang terjadi di Jakarta, yaitu kemacetan.
Hampir setiap hari ibukota Indonesia ini mengalami kemacetan yang parah.
Masalah seperti kemacetan ini merupakan masalah publik karena
mengakibatkan kerugian bagi orang banyak dan harus segera diselesaikan.
Kemacetan di Jakarta diakibatkan oleh padatnya jumlah kendaraan yang
melintas tanpa diimbangi ruas jalan yang cukup, sehingga laju kendaraan
akan menjadi lambat. Lambatnya laju kendaraan inilah yang menyebabkan
kemacetan. Jadi ketika keadaan seperti ini masyarakat membutuhkan sistem
transportasi yang baik di Jakarta. Jika pemerintah ingin menambah panjang
jalan untuk menampung jumlah kendaraan. Sehingga dalam perumusan
masalahnya pemerintah ingin membuat suatu cara agar kemacetan di Jakarta
dapat dikurangi secara signifikan. Cara ini merupakan suatu hal yang belum
pernah diterapkan sebelumnya dan juga harus bisa mengakomodir
kebutuhan masyarakat akan kenyamanan dan keamanan saat bepergian
ii. Tahap kedua: agenda kebijakan
Agenda kebijakan didefinisikan sebagai tuntutan-tuntutan agar para
pembuat kebijakan memilih atau merasa terdorong untuk melakukan
tindakan tertentu (Budi Winarno, 2008:80). Masalah publik masyarakat
Jakarta mengenai kemacetan merupakan masalah publik yang sudah pasti

14
masuk ke dalam agenda kebijakan karena tingkat ‘penting’nya masalah ini
tergolong tinggi. Kemacetan di Jakarta telah dirasakan warganya sudah
lama dan menyebabkan kerugian bagi masyarakatnya, sehingga perlu
adanya penanganan yang serius dari pemerintah DKI Jakarta
iii. Tahap ketiga: pemilihan alternatif kebijakan untuk memecahkan
masalah
Adapun alternatif yang muncul dalam masalah ini adalah Pembangunan
sistem angkutan monorel, transportyasi busway, setelah melalui penilitian
maka dipilih transportyasi busway yang tidak mengeluarkan biaya yang
terlalu besar.
iv. Tahap keempat: tahap penetapan kebijakan
disetujui oleh Gubernur DKI Jakarta untuk dilegalkan sebagai kebijakan
melalui Keputusan Gubernur Propinsi Daerah Khusu Ibukota Jakarta
Nomor 110 tahun 2003 tentang Pembentukan, Organisasi dan Tata Kerja
Badan Pengelola Trans Jakarta-Busway Propinsi Daerah Khusus Ibukota
Jakarta.
b. Model Perumusan Kebijakan
Dari beberapa model perumusan kebijakan menurut para ahli, kebijakan
mengenai Busway termasuk dalam model rasional komprehensif. Berikut
beberapa alasannya:
I. Kemacetan merupakan suatu masalah yang dianggap penting
dan bermakna dibandingkan dengan masalah lainnya.
II. Berbagai alternatif untuk mengatasi masalah perlu diselidiki.
Para pembuat kebijakan Busway telah menyelidiki berbagai alternatif yang
akan dikemukakan dalam pembahasan. Pembuat keputusan memiliki
alternatif beserta konsekuensinya yang memaksimalkan pencapaian tujuan,
nilai atau sasaran-sasaran yang hendak dicapai
d. Rencana Aksi
A. Nilai-nilai yang Berpengaruh dalam Pembuatan Keputusan
ada lima nilai yang dapat membantu dalam mengarahkan perilaku para
pembuat keputusan, yaitu:

15
i. Nilai politik : Dalam sebuah proses pembuatan kebijakan tentu
terdapat maksud-maksud politis yang akan memberikan keuntungan bagi
para pembuatnya yaitu pemerintah Jakarta sendiri
ii. Nilai-nilai organisasi : Kebijakan Busway dikeluarkan dengan
pertimbangan bisa memberikan manfaat yang optimal bagi masyarakat.
iii. Nilai-nilai pribadi : Kebijakan Busway ini dilaksanakan dengan
kerjasama antara pemerintah dan pihak swasta sebagai penyedia layanan
dan pengelolanya
iv. Nilai-nilai kebijakan : Kebijakan Busway ini juga dipengaruhi
dengan pertimbangan moral bahwa dengan adanya kebijakan ini akan bisa
mengakomodir kepentingan masyarakat akan sistem transportasi yang baik

16
BAB IV

MENGAPA PANCASILA MENJADI IDEOLOGI PANCASILA

1. Berbagai konsep dan pengertian dan karakter tentang ideologi besar


dunia, kuhusnya tentang ideologi tertutup dan ideologi terbuka.
1. Ideology tertutup
Ideologi tertutup dapat diartikan sebagai ideologi yang dimutlakkan.
Ideologi tertutup merupakan. Kebenaran dari ideologi tertutup tidak
dipermasalahkan dalam nilai-nilai atau prinsip-prinsip moral yang lain.
Ideologi tertutup memiliki sifat yang dogmatis dan apriori. Arti dogmatis
adalah mempercayai terhadap suatu keadaan tanpa daya yang valid.
Sedangkan arti apriori adalah berprasangka terlebih dahulu terhadap suatu
keadaan. Ideologi tertutup memakai pemaksaan dalam pemberlakuan yang
dipatuhi setiap masyarakat yang kordinir oleh masyarakat elit atau
kelompok masyarakat. hal ini berarti bersifat otoriter yang dijalankan
dengan totaliter.
Ciri – ciri ideology tertutup :
 Bukan cita-cita yang hidup dalam diri masyarakat
 Tidak bersifat nilai atau cita-cita
 Kepercayaan dan kesetiaan yang sifatnya kaku
 Terdiri dari tuntutan konkret dan operasional secara mutlak

Contoh ideology tertutup ialah : Fanisme, Komunisme

2. Ideology terbuka
Ideologi terbuka dapat juga diartikan sebagai ideologi yang tidak
dimutlakkan. Ideologi terbuka merupakan ideologi yang dapat berinteraksi
dari perkembangan zaman dan dinamika yang sifatnya internal. Ideologi
terbuka bersumber dari penjelasan umum 1945 yang berbunyi "... terutama
bagi negara baru dan negara muda, lebih baik hukum dasar yang tertulis

17
itu hanya memuat aturan-aturan, pokok, sedangkan aturan-aturan yang
menyelenggarakan aturan pokok itu diserahkan kepada undang-undang
yang lebih mudah cara membuatnya, mengubahnya dan mencabutnya"
Ciri – ciri ideology terbuka :
 Cita-cita hidup dalam masyarakat
 Merupakan hasil dari musyawarah dan konsensus rakyatnya
 Nilai-nilai dan cita-cita yang berasal dari diri masyarakat
 Ideologi terbuka bersifat dinamis dan reformasi

Contoh ideology terbuka ialah : Pancasila, Liberalisme

3. Ideology – ideology besar dunia

Kapitalisme (Liberalisme)

Kapitalisme yakni berasal dari bahasa Latin yang akar katanya


“caput” yang berarti kepala. Pada abad 12 dan 13 kata tersebut diartikan
dengan dana, persediaan barang, sejumlah uang, atau uang bunga pinjaman.
Dalam abad 18 istilah tersebut diartikan sebagai kapital produktif. Karl
Marx menyatakan istilah tersebut menjadi suatu konsep sentral yang disebut
dengan “cara produksi”. Adapun Max Weber menganggap kapitalisasi
sebagai suatu kegiatan ekonomi yang ditujukan pada suatu pasar dan dipacu
untuk menghasilkan laba dengan adanya pertukaran pasar.

Sejarah perkembangan kapitalisme dibagi menjadi 3 fase yaitu


sebagai berikut:

 Kapitalisme awal (1500-1750)


 Kapitalisme klasik ( 1750-1914)
 Kapitalisme lanjut (1914-sekarang)

Berawal dari kapitalisme liberal akhirnya berkembang


menjadi ideologi liberal. Ideologi ini banyak dianut oleh negara-negara
Eropa dan Amerika, seperti Inggris, Spanyol, Italia, Belanda, Amerika

18
Serikat dan Kanada. Adapun ciri-ciri negara penganut ideologi
kapitalisme adalah sebagai berikut.

 Kebebasan warga negara dijunjung tinggi. Warga negara bebas


melakukan apa saja asalkan tidak melanggar tertib hukum.
 Negara hanya bertindak sebagai pengawas jalannya tertib hukum.
 Pada kapitalis monopolis mengesampingkan nilai-nilai agama
sehingga melahirkan sekulerisme (paham yang memisahkan
agama dengan negara).

Sosialisme

Sosialisme merupakan doktrin atau ajaran ekonomi yang berdasarkan


pada ekonomi kolektivisme. Doktrin ini menentang kepemilikan pribadi dan
mendukung pemakaian milik tersebut untuk kesejahteraan umum. Adapun
yang menjadi dasar dari sosialisme adalah:

 Kontrol kolektivitas atas sekurang-kurangnya alat-alat produksi, dan


 Perluasan dari fungsi dan aktivitas negara

Menurut ideologi sosialisme bahwa suatu komunitas atau


kelompok yang terorganisir memiliki kewenangan atau hak dalam mengelola
modal, tanah, mekanisme produksi, pendistribusian barang-barang, dan hal-hal
yang dianggap perlu bagi kesejahteraan umum secara mandiri. Intinya
ekonomi yang bersifat kolektif lebih mampu bersikap adil. Produksi secara
bebas dan kompetitif harus dihilangkan.

Adapun ciri-ciri ideologi sosialisme adalah sebagai berikut:

 Menolak kapitalisme dan berusaha menghapuskannya lewat perjuangan


kaum buruh, tetapi menerima demokrasi parlementer.
 Merencanakan masyarakat berdasarkan dorongan kerja sama dan tidak
ada hak milik perseorangan. Tidak ada kelas kaya dan miskin, ataupun
kelas majikan dan buruh, sebab semua sama.

19
 Mencita-citakan masyarakat yang didalamnya dapat bekerja sama dan
solidaritas dengan hak-hak yang sama.
 Penentuan nasib sendiri bagi semua orang hanya dapat dicapai melalui
solidaritas
 Menolak kebebasan yang cenderung berpihak bagi kepentingan hak
milik.
 Demokrasi tidak akan berjalan karena penguasa menekan kebebasan
individu.

Komunisme

Pada awalnya sosialisme dan komunisme mempunyai arti yang sama.


Namun komunisme lebih bersifat radikal. Komunisme berdasarkan pada teori
Marxis. Menurut Marxis bahwa pengawasan alat produksi tidak saja sebagai
kunci kekuasaan ekonomi tetapi juga kunci kekuasaan politik dalam negara.
Negara dipandang sebagai alat pemaksa yang diciptakan oleh pengawas
masyarakat kapitalis untuk kepentingan mereka sendiri.

Dalam memindahkan alat-alat produksi ke tangan negara, dilakukan


dengan cara kediktatoran.
Ideologi komunisme memiliki ciri-ciri antara lain sebagai berikut:

 Menghapus hak milik pribadi atas alat-alat produksi, dan beralih ke


tangan negara.
 Hak milik seperti mobil, rumah dan tanah tidak di akui negara.
 Mendirikan masyarakat tanpa perbedaan kelas apapun.
 Kepentingan warga nomor dua setelah kepentingan negara.
 Bersifat materialistis.
 Menyangkal adanya jiwa, roh dan Tuhan, serta menindas kebebasan
pribadi dan agama.
 Menyangkal semua nilai-nilai dan kebutuhan rohani.

20
Fasisme

Fasisme mempunyai konsep dasar bahwa negara memiliki suatu


kehidupan, kesatuan dan kewenangan yang tidak selalu sama seperti yang
diinginkan individu. Orang dibuat seragam dan menjalani disiplin tertentu
dalam rangka meraih tujuan moral. Pemerintah atas nama negara diberi
wewenang untuk mengendalikan kegiatan warga negaranya.

Buruh dan pemilik modal harus dapat bekerja samadan dalam


pengawasanserta tekanan dari negara. Rakyat sebagai kekuatan bagi tentara
modern dan industri. Tujuan akhir adalah terwujudnya masyarakat yang
bertingkat dengan golongan elite sebagai pemimpin yang memimpin secara
bebas dari segala tekanan.

Adapun ciri-ciri ideologi fasisme adalah sebagai berikut:

 Pemerintahan bersifat otoriter dan totaliter.


 Sistem pemerintahan satu partai.
 Negara dijadikan alat permanen untuk mencapai tujuan negara.
 Mempercayai adanya perbedaan antara orang yang memerintah dan yang
diperintah, antara elite dan massa.
 Membenci kemerdekaan berbicara dan berkumpul.

2. Pancasila sebagai ideologi, termasuk bersifat tertutup atau terbuka,


berikan argumen Anda.
Pancasila merupakan ideology yang bersifat terbuka, seperti yang kita
ketahui bahwa ideology terbuka itu memiliki otoritas dasar, dan di
terjemahkan kedalam tujuan-tujuan dan norma-norma yang disesuaikan
dengan nilai dan prinsip dasar moral yang dikembangkan dalam
masyarakat. Sedangkan Pancasila merupakan ideology yang juga memiliki
otoritas dasar yaitu Pancasila itu sendiri dan memiliki prinsip dasar moral
yang dikembangkan dalam masyarakat yaitu UUD 1945, maka dari itu
Pancasila dapat dikatakan ideology terbuka.

21
3. Berbagai kasus yang terkait dengan penyalahgunaan narkoba dan
yang mengancam eksistensi Pancasila
Factor yang menyebabkan seseorang menggunakan narkoba yaitu :
tersedianya obat-obat terlarang secara bebas di masyarakat, keluarga yang
begitu rumit dengan berbagai masalah sehingga seseorang tersebut
mengambil jalan keluar dengan menggunakan narkoba, dan penyebab
terakhir adalah pergaulan yang salah.
Dampak bagi bangsa kita sendiri yaitu :
 Hilangnya rasa Patriotisme atau rasa cinta terhadap bangsa yang
pada giliranya mudah untuk dikuasai oleh negara-negara asing.
 Bangsa dan Negara kehilangan identitas yang disebabkan karena
perubahan budaya
 Rusaknya Pewaris bangsa yang siap untuk menggantikan
kepemimpinan bangsa
 Penyeludupan akan meningkat padahal penyeludupan dalam bentuk
apapun akan Merugikan Negara.

Hal ini merupakan perlakuan yang sangat menyimpang dari Pancasila itu
sendiri, sehingga Pancasila itu sendiri kehilangan jati dirinya karena para
generasi penerus bangsa tersebut merusak nilai dari Pancasila itu sendiri dan
mereka akan mudah di pengaruhi oleh ideology negara asing.

4. Berbagai kasus yang terkait dengan terorisme yang mengancam


eksitensi ideologi Pancasila
Terorisme merupakan kekerasan terhadap penduduk sipil maupun non sipil
skala kecil dari perang untuk mencapai kedudukan politik. Terorisme ini
seakan menggerus Pancasila yang selama ini digunakan sebagai landasan
hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
Di Indonesia terorisme tumbuh subur bersama dengan masyarakat yang
bertentangan dengan filosofi Pancasila sebagai landasan hidupnya sendiri,
jika berlangsung terus menerus seperti ini maka Pancasila akan kehilangan

22
eksistensinya baik se ASIA maupun internasional. Karena warga negaranya
sendiri sudah tidak lagi menerapkan Pancasila dalam kehidupannya.

5. Berbagai kasus yang terkait dengan korupsi di Indonesia yang


mengancam eksistensi ideologi Pancasila.
Korupsi di Indonesia sudah tidak asing lagi untuk di dengar, karena korupsi
di Indonesia sudah sangat marak terjadi bahkan Indonesia merupakan
negara dengan koruptor terbanyak. Tidak dapat di pungkiri lagi bahwa uang
dapat membuat manusia itu melakukan segalanya untuk mendapatkannya
baik itu menjadi seorang koruptor. Bahkan banyak masyarakat melakukan
suap menyuap demi mendapatkan kedudukan di bidang politik. Apabila hal
seperti ini terus terjadi dan menurun kepada generasi selanjutnya maka
Indonesia sendiri tidak akan mengalami kemajuan bahkan Pancasila sendiri
akan memudar sebagai dasar negara dan ideology negara. Maka dari itu
mulai dari sejak dini menanamkan Pancasila sebagai landasan kehidupan
bermasyarakat dalam generasi penerusnya dan menanamkan nilai agama
sehingga generasi seterusnya tidak melakukan tindakkan korupsi sehingga
eksistensi Pancasila akan terus terjaga.

23
BAB V
MENGAPA PANCASILA MERUPAKAN SISTEM
FILSAFAT

1. Berbagai konsep dan pengertian kearifan lokal dalam kehidupan


masyarakat di Indonesia yang terkait dengan sikap inklusif,
toleran, dan gotong royong dalam keragaman agama dan budaya.
Kearifan lokal dalam bahasa asing sering dikonsepsikan sebagai
kebijakan setempat (local wisdom), pengetahuan setempat (local
knowledge) atau kecerdasan setempat (local genious). Kearifan lokal
juga dapat dimaknai sebuah pemikiran tentang hidup. Pemikiran
tersebut dilandasi nalar jernih, budi yang baik, dan memuat hal-hal
positif. Kearifan lokal dapat diterjemahkan sebagai karya akal budi,
perasaan mendalam, tabiat, bentuk perangai, dan anjuran untuk
kemuliaan manusia. Penguasaan atas kearifan lokal akan mengusung
jiwa mereka semakin berbudi luhur.
Konsep kearifan local yaitu :
1. kearifan lokal adalah sebuah pengalaman panjang, yang diendapkan
sebagai petunjuk perilaku seseorang;
2. kearifan lokal tidak lepas dari lingkungan pemiliknya; dan
3. kearifan lokal itu bersifat dinamis, lentur, terbuka, dan senantiasa
menyesuaikan dengan zamannya.

Konsep demikian juga sekaligus memberikan gambaran bahwa kearifan


lokal selalu terkait dengan kehidupan manusia dan lingkungannya.
Kearifan lokal muncul sebagai penjaga atau penyaring iklim global yang
melanda kehidupan manusia. Kearifan adalah proses dan produk budaya
manusia, dimanfaatkan untuk mempertahankan hidup.

2. Berbagai kasus yang terkait dengan pengembangan karakter


Pancasilais, seperti jujur, disiplin, tanggungjawab, peduli, santun,

24
ramah lingkungan, gotong royong, dan cinta damai di lingkungan
Anda
Contoh dalam lingkungan saya di Komplek Maskarebet dalam
pengembangan pancasilais yaitu :
1. Saat ada seseorang yang sedang sakit di lingkungan saya maka para
warga RT disini akan menjenguk bersama dengan uang konsumsi
yang di kumpulkan saat arisan RT.
2. Untuk menjaga keakraban para warga diadakan kumpul-kumpul
yaitu arisan RT sehingga semua warga di lingkungan ini saling
mengenal dan menjadi sebuah keluarga
3. Jika ada salah satu rumah yang sedang ada acara baik itu pernikahan
ataupun sedekahan maka semua warga disekitar akan dating untuk
membatu tuan rumah yang memiliki acara.

3. Contoh tentang keputusan yang diambil berdasar pada prinsip


musyawarah dan mufakat di lingkungan sekitar Anda
Contoh yang terjadi dalam lingkungan perumahan saya iyalah dalam
pemilihan ketua RT maka akan dilakukan secara musyawarah dalam
pemilihannya, selain itu apabila ada acara di hari besar seperti 17
agustus makan dalam mngadakan acaranya akan ditentukan secara
musyawarah.

4. Berbagai konsep dan pengertian yang terkait dengan pemahaman


atas hakikat sila-sila Pancasila dan bagaimana pengaktualisasian
nilai-nilai yang terkandung di dalamnya sebagai paradigma
berpikir, bersikap dan berperilaku masyarakat?
1. Sila Pertama : Ketuhanan Yang Maha Esa.
Ketuhanan berasal dari kata Tuhan, ialah Alloh, pencipta segala yang
ada dan semua makhluk. Atas keyakinan yang demikianlah, maka
Negara Indonesia memberikan jaminan kebebasan kepada setiap
penduduk untuk beribadat menurut agamanya dan kepercayaannya itu.

25
Dengan kata lain di dalam Negara Indonesia tidak ada dan tidak boleh
ada paham yang meniadakan Tuhan Yang Maha Esa (atheisme).
Sebagai sila pertama Pancasila, Ketuhanan Yang Maha Esa menjadi
sumber pokok nilai-nilai kehidupan bangsa Indonesia, menjiwai dan
mendasari serta membimbing perwujudan kemanusiaan yang adil dan
beradab.

2. Sila Kedua : Kemanusiaan yang adil dan beradab


Kemanusiaan berasal dari kata manusia, yaitu makhluk berbudi yang
memiliki potensi pikir, rasa, karya dan cipta. Kemanusiaan terutama
bersifat manusia yang merupakan esensi dan identitas manusia karena
martabat kemanusiaannya. Adil terutama mengandung arti, bahwa suatu
keputusan dan tindakan didasarkan atas norma-norma yang objektif,
jadi tidak subjektif apalagi sewenang-wenang. Beradab berasal dari kata
adab, yang berarti budaya, jadi beradab arti kebudayaan.
Jadi kemanusiaan yang adil dan beradab adalah kesadaran sikap dan
perbuatan manusia didasarkan kepada potensi budi nurani manusia
dalam hubungan dengan norma-norma dan kebudayaan umumnya, baik
terhadap diri pribadi, sesama manusia maupun terhadap alam dan
hewan.
Pada prinsipnya kemanusiaan yang adil dan baradab adalah sikap dan
perbuatan manusia yang sesuai dengan kodrat dan hakikat manusia yang
berbudi, sadar nilai, dan berbudaya.

3. Sila Ketiga : Persatuan Indonesia


Persatuan berasal dari kata satu, yang berarti utuh tidak terpecah belah.
Persatuan mengandung pengertian bersatunya bermacam corak yang
beraneka ragam menjadi satu kesatuan
Pertama : makna geografis, yang berarti sebagian bumi yang
membentang dari 950–1410 Bujur Timur dan dari 60 Lintang Utara
sampai 110 Lintang Selatan.

26
Kedua : makna bangsa dalam arti politis, yaitu bangsa yang hidup di
dalam wilayah tersebut. Indonesia dalam sila III ini ialah Indonesia
dalam pengertian bangsa.
Jadi Persatuan Indonesia ialah persatuan bangsa yang mendiami wilayah
Indonesia. Bangsa yang mendiami wilayah Indonesia ini bersatu karena
didorong untuk mencapai kehidupan kebangsaan yang bebas dalam
wadah negara yang merdeka dan berdaulat.

4. Sila Keempat : Kerakyatan Yang Dipimpin Oleh Hikmat


Kebijaksanaan Dalam Permusyawaratan/Perwakilan.
Kerakyatan berasal dari kata Rakyat, yang berarti sekelompok manusia
yang berdiam di suatu wilayah tertentu.
Hikmat kebijaksanaan berarti penggunaan pikiran atau rasio yang sehat
dengan selalu mempertimbangkan persatuan dan kesatuan bangsa.
Permusyawaratan adalah suatu tata cara khas kepribadian Indonesia
untuk merumuskan dan atau memutuskan suatu hal yang berdasarkan
kehendak rakyat, hingga tercapai keputusan yang berdasarkan kebulatan
pendapat atau mufakat.
Perwakilan adalah suatu sistem dalam arti tata cara (prosedur)
mengusahakan turut sertanya rakyat mengambil bagian dalam
kehidupan bernegara. Antara lain dilakukan dengan melalui badan-
badan perwakilan.
Jadi : Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan berarti, bahwa rakyat dalam menjalankan
kekuasaannya melalui sistem perwakilan dan keputusan-keputusannya
diambil dengan jalan musyawarah yang dipimpin oleh pikiran yang
sehat serta penuh tanggung jawab, baik kepada Tuhan Yang Maha Esa
maupun kepada rakyat dan wakilnya.

5. Sila kelima : Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia

27
Keadilan Sosial berarti keadilan yang berlaku dalam masyarakat
disegala bidang kehidupan, baik materil maupun spirituil.
Seluruh rakyat Indonesia berarti setiap orang yang menjadi Rakyat
Indonesia, baik yang berdiam diwilayah kekuasaan Republik Indonesia
maupun warga negara Indonesia yang berada diluar negeri.
Jadi : Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia berarti bahwa setiap
orang Indonesia mendapat perlakuan yang adil dalam bidang hukum,
politik, sosial, ekonomi dan kebudayaan. Sesuai dengan UUD 1945
makna keadilan sosial mencakup pula pengertian adil dan makmur.
Sila “keadilan sosial” adalah tujuan dari empat sila yang
mendahuluinya, merupakan tujuan bangsa Indonesia dalam bernegara,
yang perwujudannya ialah tata-masyarakat adil-makmur berdasarkan
Pancasila.

28
BAB VI

BAGAIMANA PANCASILA MENJADI SISTEM ETIKA

1. Beberapa kasus yang memperlihatkan keterampilan individu atau


kelompok dalam merumuskan solusi atas problem moralitas bangsa
(misalnya, mencegah korupsi) dengan pendekatan Pancasila
Upaya Pencegahan (Preventif)
1. Menanamkan semangat nasional yang positif dengan mengutamakan
pengabdian pada bangsa dan negara melalui pendidikan formal,
informal dan agama.
2. Melakukan penerimaan pegawai berdasarkan prinsip keterampilan
teknis.
3. Para pejabat dihimbau untuk mematuhi pola hidup sederhana dan
memiliki tanggung jawab yang tinggi.
4. Para pegawai selalu diusahakan kesejahteraan yang memadai dan ada
jaminan masa tua.
5. Menciptakan aparatur pemerintahan yang jujur dan disiplin kerja yang
tinggi.
6. Sistem keuangan dikelola oleh para pejabat yang memiliki tanggung
jawab etis tinggi dan dibarengi sistem kontrol yang efisien.
7. Melakukan pencatatan ulang terhadap kekayaan pejabat yang mencolok.
8. Berusaha melakukan reorganisasi dan rasionalisasi organisasi
pemerintahan melalui penyederhanaan jumlah departemen beserta
jawatan di bawahnya.

29
BAB VII
MENGAPA PANCASILA MENJADI DASAR NILAI
PENGEMBANGAN ILMU

1. Pancasila sebagai dasar nilai pengembangan ilmu yang terbentuk dalam


sikap inklusif, toleran dan gotong royong dalam keragaman agama dan
budaya
Setiap warganegara hakekatnya dituntut untuk dapat hidup berguna dan bermakna
bagi negara dan bangsanya. Untuk itu diperlukan bekal ilmu pengetahuan,
teknologi dan seni (IPTEKS) yang berlandaskan pada nilai-nilai agama, moral dan
budaya bangsa. Fungsinya adalah sebagai panduan dan pegangan dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Dalam konteks Pendidikan
Kewarganegaraan nilai budaya bangsa menjadi pijakan utama, karena tujuan
pembelajaran ialah untuk menumbuhkan wawasan dan kesadaran bernegara, juga
sikap dan perilaku cinta tanah air yang bersendikan budaya bangsa.
Setiap penduduk Indonesia harus memandang bahwa perbedaan tradisi, bahasa, dan
adat-istiadat antara satu etnis dengan etnis lain sebagai, antara satu agama dengan
agama lain, sebagai aset bangsa yang harus dihargai dan dilestarikan. Pandangan
semacam ini akan menumbuhkan rasa saling menghormati, menyuburkan semangat
kerukunan, serta menyuburkan jiwa toleransi dalam diri setiap individu.
Bila setiap warga negara memahami makna Bhinneka Tunggal Ika, meyakini akan
ketepatannya bagi landasan kehidupan berbangsa dan bernegara, serta mau dan
mampu mengimplementasikan secara tepat dan benar, Negara Indonesia akan tetap
kokoh dan bersatu selamanya.
Bhineka Tunggal Ika pada era Glablisasi saat ini, Indonesia pada saat ini banyak
mengalami kemunduran persatuan dan kesatuan. Penyebabnya adalah adanya
ketimpangan sosial, kesenjangan ekonomi, belum stabilnya kondisi politik
pemerintahan di Indonesia menjadikan rakyat tumbuh menjadi rakyat yang apatis
terhadap pemerintah. Dampak buruk globalisasi yang membawa kebudayaan-
kebudayaan baru menjadikan komposisi kebudayaan masyarakat Indonesia

30
menjadi lebih kompleks atau rumit. Karena banyaknya kebudayaan baru yang
datang dan diterima begitu saja, menyebabkan terjadinya penyimpangan
kebudayaan di masyarakat. Belum lagi masalah klasik yang sepele namun
berdampak serius seperti perbedaan suku, agama, ras dan antar golongan yang
semakin memecah belah kesatuan dan kesatuan bangsa Indonesia. Melihat kondisi
seperti ini tentu kita semua tidak boleh pesimis dan patah semangat, Semboyan
negara Bhinneka Tunggal Ika yang berarti berbeda-beda tetapi tetap satu jua,
selamanya akan tetap relevan untuk mengiringi kehidupan bernegara di negeri yang
multikultural ini, karena komposisi kehidupan rakyat Indonesia akan terus beragam
sampai kapanpun. Ketimpangan sosial, kesenjangan ekonomi, perbedaan suku,
agama, ras dan antar golongan di antara kita janganlah dijadikan pembeda.
Perkembangan jaman yang cepat dan masuknya budaya baru biarkanlah berlalu,
karena pada dasarnya kita semua satu, satu bangsa, Bangsa Indonesia. Satu tanah
air, Tanah air Indonesia. Satu bahasa, bahasa Indonesia. Bhinneka Tunggal Ika,
berbeda-beda namun tetap satu jua. Indonesia satu!

2. Beberapa kasus yang terkait dengan kedudukan Pancasila sebagai dasar


nilai pengembangan ilmu yang memperlihatkan sikap bertanggung jawab
atas keputusan yang diambil berdasar pada prinsip musyawarah dan
mufakat dalam kehidupan ilmiah.
1. Penyalahgunaan ilmu pengetahuan dan teknologi
Pengembangan iptek sudah sangat pesat dari teknologi yang sederhana
hingga sekarang ke teknologi yang lebih canggih
2. Teknologi yang dibuat tanpa didasari nilai kemanusiaan
Teknologi yang digunakan untuk menyakiti sesame manusia sehingga tidak
terwujudnya kedamaian
3. Penggunaan teknologi secara berlebihan
Teknologi apabila digunakan secara berlebihan maka akan menciptakan
budaya menunduk yang anti sosial atau bahkan membuat kita merasa tidak
hidup tanpanya serta menciptakan pribadi yang lebih mementingkan ego
4. Teknologi untuk menyakiti sesame

31
Teknologi yang seharusnya dipakai untuk kemakmuran umat manusia tetapi
malah digunakan untuk membantai sesama umat manusia
5. Teknologi yang dipakai untuk merusak alam
Teknologi yang seharusnya digunakan untuk menyelamatkan bumi tetapi
malah menghancurkan bumi

3. Beberapa contoh tentang perumusan Pancasila sebagai karakter


keilmuan Indonesia
Beberapa contoh tentang perumusan Pancasila sebagai karakter keilmuan
Indonesia yaitu di sisi ilmu itu sendiri, pancasila sudah mencakup dari
semua segi aspek kehidupan , mulai dari sila pertama yang mencakup segi
ketuhanan dalam menuntut ilmu yaitu dalam menuntut ilmu utamakan lah
ilmu yang bermanfaat dan bisa dibagi dan diberikan kepada orang lain,
sampai keadilan sosisal yang mengajarkan kita menuntut ilmu dengan
seadil-adilnya dan saya artikan , dalam menunttut ilmu juga harus adil ,
yaitu dalam menuntut ilmu , jangan hanya satu ilmu yang dipelajari , juga
harus menguasai ilmu yang lain , dalam penguasaan ilmu, jangan hanya
ilmu di dunia, tapi kuasai juga ilmu sebagai bekal di akhirat.
Di segi penuntut ilmu, sebagai penuntut akan ilmu, dalam pancasila juga
diajarkan harus adanya sifat kemanusia’an yang terdapat pada sila ke dua ,
yaitu kemanusiaan yang adil dan beradab , sebagai penuntut kita harus
mengedepankan sisi kemanusiaan dalam mencari ilmu, maksudnya , jangan
memaksakan suatu ilmu hingga mengorbankan orang lain dalam mencapai
tujuan tersebut.

4. Beberapa ilustrasi tentang karakter keilmuan berdasar Pancasila.


Dari beberapa ilustrasi tersebut, secara bertahap, nilai-nilai pancasila akan
benar-benar menginternalisasi dan membumi dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Revitalisasi nilai-nilai pancasila
bisa dimulai dengan menjadikan dasar negara ini kembali sebagai

32
pembicaraan publik, sehingga masyarakat merasakan bahwa pancasila
masih ada, dan masih dibutuhkan bagi bangsa Indonesia. Revitalisasi nilai-
nilai juga dapat dilakukan dengan cara manifestasi identitas nasional. Hal
tersebut dapat dilihat dari berbagai wawasan, antara lain; spiritual yang
berlandaskan etik, estetika, dan religiusitas sebagai dasar dan arah
pengembangan profesi.
Dalam konteks perguruan tinggi, revitalisasi nilai-nilai pancasila bisa
dilakukan dengan menyiapkan sumber daya manusia yang profesional dan
handal untuk pembangunan nasional yang menumbuhkan kesadaran
nasionalisme serta menemukan jati diri bangsa yang mampu beradaptasi
dengan perubahan, mampu menangkap tantangan sebagai peluang dan
mampu mengatasi segala permasalahan sengan solusiyang baik, serta
mengaktualisasikan diri untuk bangsa dan negara agar lebih maju dan
bermartabat.

5. Menggambarkan model pemimpin, warganegara dan ilmuwan yang


Pancasilais di lingkungan sekitar Anda.
Menurut pengamatan saya seorang pemimpin yang pancasilais
dilingkungan saya adalah sorang ketua RT , khususnya dilingkungan saya ,
bagaimana bias saya mengatakan seperti itu? , saya berpendapat bahwa ketua RT
dilingkungan saya memiliki standar pancasilais yang cukup tinggi, karena , bias
dilihat dari prilaku , setiap pekerjaan dan setiap program yang dikerjakan beliau.

Kelurahan dilingkungan saya menjadi lebih baik dari sebelumnya , beliau tak segan
turun dan ikut bekerja bergotong royong membantu penyelesaian mushola ,
membuat piket ronda setiap malamnya , dan juga membuat sarana olahraga bagi
para pemuda di sekitar , setiap malam beliau mengontrol piket ronda , sesuai atukah
masih banyak yang perlu diperbaiki, dari peristiwa yang saya alami , beliau
memiliki sifat keadilan sosial yang tinggi, dan ketuhanan yang cukup baik.

Warganegara yang pancasilais dilingkungan saya , saya dapat


menyebutkan satu nama , yaitu , bapak ustad dilingkungan saya , meskipun beliau

33
bukan merupakan orang jambi asli , beliau selalu memberikan yang terbaik untuk
membuat jambi lebih baik , membantu pembangunan nya , salah satunya
membangun mushola , serta mendidik anak anak disekitar untuk belajar mengaji,
secara geratis , disini saya menenmukan sifat keadilan social yang adil dan bradab
pada sosok ustad dilingkungan saya.

Dan yang terakhir yaitu ilmuan yang pancasilais , di lingkungan saya yaitu
semua guru yang mengajari saya selama ini, tak mudah memberikan ilmu kepada
orang lain, seseorang harus menabahkan hatinya demi itu, tetapi guru guru saya ,
mengajari saya dengan tanpa kenal lelah , dan itu tercantum dalam kerakyatan yang
dipimpin oleh hikmat dalam permusyawaratan perwakilan.

34
DAFTAR PUSTAKA

Aditya, Kresna.”Perdebatan Pancasila Sebagai Dasar Negara”. 23 September 2013.

http://krsndty.blogspot.co.id/. (diakses pada 23 April 2017).

Anonym. “Alasan Bangsa Indonesia Mengangkat Pancasila Sebagai Filsafat

Indonesia”. 27 Februari 2012. http://dotcom-


internet.blogspot.co.id/2012/02/alasannya-bangsa-indonesia-
mengangkat.html . (diakses pada 23 April 2017)

Anonym. “Macam-Macam dan Ciri-Ciri Ideologi Dunia Lengkap”. 5 Agustus

2015.http://www.seputarpengetahuan.com/2015/08/macam-
macam-ideologi-di-dunia-dan-ciri-cirinya.html . (diakses pada 23
April 2017)

Dera, Aprilia.”Penggunaan Narkoba dalam Pelanggaran Nilai Pancasila”. 13

November 2012.
http://apriliadera.blogspot.co.id/2012/11/penggunaan-narkoba-
terhadap-pelanggaran.html . (diakses pada 23 April 2017)

Dukusiam, Pamungkas. “Contoh dan Analisis Kebijakan Publik”.19 April 2011.


http://khafidsociality.blogspot.co.id/2011/04/contoh-dan-analisis-
kebijakan-publik.html .(diakses pada 23 April 2017)
Neruja, Nadjan. “Kearifan Lokal”. 7 juli 2014.
https://nadjaneruda.wordpress.com/2014/07/07/kearifan-lokal/
(diakses pada 23 April 2017)
Suprio, Muhammad. “Pancasila dan Aspeknya”. 11 Januari 2015.
http://muhammadsuprio.blogspot.co.id/2015/01/pancasila-dan-
berbagai-aspeknya.html (diakses pada 23 April 2017)
Wayan, I Miyasa. “Lima Permasalahan yang Bertentangan dengan Ideologi

35
Pancasila”. 20 Januari 2011.
http://miyasapc.blogspot.co.id/2011/01/lima-permasalahan-yang-
bertentangan.html .(diakses pada 23 April 2017)

36

Anda mungkin juga menyukai