Anda di halaman 1dari 3

REED SOLOMON CODE

Reed-Solomon codes adalah kode error correcting berbasis blok yang memiliki range lebar
pada aplikasi komunikasi dan penyimpanan digital.

Reed Solomon encoder mengambil satu blok data digital dan menambahkan bit-bit “redudansi”.
Kesalahan terjadi selama transmisi atau penyimpanan karena sejumlah alasan (misalnya gangguan
suara atau interferensi, goresan pada CD, dll). Decoder Reed-Solomon memproses setiap blok dan
mencoba untuk memperbaiki kesalahan dan memulihkan data asli. Jumlah dan jenis kesalahan
yang dapat dikoreksi tergantung pada karakteristik kode Reed-Solomon.

Kode Reed Solomon adalah bagian dari kode BCH dan merupakan kode blok linear.
Sebuah kode Reed-Solomon ditetapkan sebagai RS (n, k) dengan simbol-simbol s-bit. Ini berarti
bahwa encoder mengambil symbol data “k” dari setiap data-data “s” dan menambahkan symbol
paritas untuk membuat n symbol codeword.

Gambar ini menunjukkan codeword dari Reed Solomon (ini diketahui sebagai Systematic
code karena data yang tersisa tidak dirubah dan paritas symbol ditambahkan):

Contoh: kode Reed solomon popular adalah RS (255,223) dengan 8-bit symbol. Setiap
codeword berisikan 255 codeword bytes, dimana 223 bytes adalah data dan 32 bytes adalah
paritas. Untuk kode ini:
n = 255, k = 223, s = 8
2t = 32, t = 16

Dekoder dapat memperbaiki 16 kesalahan simbol apa pun dalam codeword: yaitu
kesalahan hingga 16 byte di mana pun dalam codeword dapat dikoreksi secara otomatis.

Dengan ukuran simbol s, panjang codeword maksimum (n) untuk kode Reed-Solomon adalah
n = 2s – 1
REED SOLOMON CODE PADA DVB-T
Sistem proteksi terhadap kesalahan tersusun atas deretan pengode Reed-Solomon (RS),
interleaving, dan pengode Trellis 4 state. Dua lapis pengodean untuk deteksi dan koreksi
kesalahan, yaitu RS dan Trellis 4 state, memberikan proteksi rangkap terhadap aliran data video
yang dikirimkan. Sedangkan interleaving – proses pengubahan urutan byte pada pemancar yang
kemudian ditata kembali pada penerima – bertujuan mengubah error yang bersifat burst atau
berderetan yang bisa terjadi karena fading menjadi error yang lebih bersifat acak yang lebih mudah
untuk ditanggulangi. Jika digunakan enhanced mode, maka proteksi terhadap error ini dibuat
berlapis lebih banyak dengan adanya pengode RS dan pengode konvolusional pada tambahan.
Enhanced mode juga memberikan dua opsi yang memungkinkan kompromi terhadap laju data
untuk menjaga kualitas penerimaan yang baik, terutama pada lingkungan dengan kondisi
propagasi yang buruk. Untuk tujuan ini tersedia beberapa pilihan tingkat laju data.

Jika tahap demi tahap dalam proses proteksi pada main service ditelusuri, maka tahap
pertama adalah pengacakan data. Pengacak data (data randomizer) bertugas mengacak seluruh data
input atau payload. Pengacak ini menghubungkan byte data yang akan dikirim melalui gerbang
XOR dengan deret biner acak semu (pseudo random binary sequence atau PRBS) yang berformat
M sequence 16 bit.

Keluaran dari pengacak ini kemudian masuk ke dalam pengode RS (207, 187). Teknik
pengodean RS memiliki kemampuan mengoreksi kesalahan byte yang berderetan (burst error)
sebagai akibat dari proses fading. Pada sistem ATSC, ukuran blok data yang masuk ke pengode
adalah 187 byte yang kemudian mendapat tambahan 20 byte paritas RS untuk koreksi kesalahan
sehingga terdapat total 207 byte output. Dengan menerapkan ukuran kode di atas dapat dilakukan
koreksi kesalahan sampai 10 byte per blok [Rappaport, 2002].
DAFTAR PUSTAKA
https://www.cs.cmu.edu/~guyb/realworld/reedsolomon/reed_solomon_codes.html
Buku Sistem TV Digital dan Prospeknya di Indonesia
(http://repository.its.ac.id/1221/1/Buku%20Sistem%20TV%20Digital%20dan%20Prospeknya%
20di%20Indonesia.pdf)

Anda mungkin juga menyukai