Anda di halaman 1dari 52

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia merupakan Negara berkembang yang memiliki banyak

masalah dan kekurangan. Salah satu masalah yang dihadapi bangsa Indonesia

adalah masalah ekonomi karena pemerintah cenderung memfokuskan

pertumbuhan ekonomi tanpa memandang pemerataan ekonomi itu sendiri.

Selain tentang masalah ekonomi, masalah mengenai ledakan penduduk juga

merupakan salah satu yang harus ditangani oleh pemerintah Indonesia.

Kepadatan penduduk yang tidak merata dapat berpengaruh pada ketimpangan

dan kesenjangan sosial serta mempengaruhi tingkat kesejahteraan

masyarakat. Salah satu upaya pemerintah dalam menangani masalah

kependudukan ini adalah dengan membuat program Keluarga Berencana

(KB) dengan slogan “dua anak cukup”. Dengan adanya program tersebut,

pemerintah berharap agar angka kelahiran dapat ditekan sehingga secara tidak

langsung juga memperbaiki kesenjangan ekonomi yang ada.

Kontrasepsi adalah mencegah terjadinya kehamilan sebagai akibat

bertemunya sel sperma dengan sel telur yang sudah siap dibuahi. Berdasarkan

metode yang digunakan, kontrasepsi terbagi menjadi tiga, yaitu metode

jangka panjang, metode efektif, dan metode sederhana. Metode Kontrasepsi


2

Jangka Panjang (MKJP) meliputi alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR),

kontrasepsi mantap, metode operasi wanita (MOW/tubektomi), dan metode

operasi pria (MOP/vasektomi). Metode efektif meliputi pil KB dan suntikan

KB. Metode sederhana terbagi menjadi dua, yaitu dengan alat dan tanpa alat.

Metode sederhana yang menggunakan alat meliputi kondom, diafragma,

tablet berbusa (vaginal tablet), dan intravag (tissue KB). Untuk metode

sederhana yang tanpa alat atau tanpa obat adalah dengan cara senggama

terputus (BKKBN-Jatim, 2005).

Pada pencapaian MDGs 2015 menempatkan manusia sebagai fokus

utama pembangunan yang mencakup semua komponen kegiatan dengan

tujuan akhir kesejahteraan masyarakat. KB merupakan indikator pencapaian

target ke-5 MDGs 2015 dengan meningkatkan kesehatan ibu melalui

peningkatan akses wanita usia 15-49 tahun yang telah menikah menjadi

akseptor KB dengan MKJP (Manurung, 2013).

Berdasarkan Informasi Data Pokok Kota Surabaya (IDPKS) Tahun

2012, diantara sekian banyak jenis kontrasepsi yang banyak digunakan oleh

akseptor KB adalah pil KB (88.366 akseptor), IUD (50.469 akseptor), dan

MOW (31.884 akseptor). Sedangkan jenis kontrasepsi yang paling sedikit

peminatnya adalah MOP yang hanya diikuti oleh 805 akseptor (IDPKS,

2012). Prinsip dasar program keluarga berencana (KB) ini adalah

mengedepankan hak-hak reproduksi, pemberdayaan wanita, dan kesetaraan

gender yang telah disepakati oleh semua Negara pada Konferensi

Kependudukan dan Pembangunan di Kairo pada tahun 1994. Dari data


3

tersebut diketahui bahwa akseptor KB terbanyak adalah perempuan

sedangkan laki-laki kurang mengambil bagian dalam program yang dibuat

oleh pemerintah ini dalam menekan jumlah kelahiran (Anggraeni, Hartati,

dan Ryan, 2007).

Peran suami dalam pemilihan jenis kontrasepsi mempunyai pengaruh

yang cukup kuat untuk menentukan metode kontrasepsi yang akan digunakan

oleh istri. Hal tersebut sangat penting karena pengambilan keputusan tentang

jenis kontrasepsi yang akan digunakan adalah merupakan tanggung jawab

kedua belah pihak baik suami maupun istri. Dalam beberapa kasus yang

sering ditemui kebanyakan para suami menyerahkan seluruh keputusan dalam

hal pemilihan jenis kontrasepsi hanya kepada istri karena kurangnya

pengetahuan suami dan kurang pedulinya suami terhadap jenis kontrasepsi

yang digunakan oleh istri (Anggraeni, Hartati, dan Ryan, 2007).

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, pengetahuan adalah segala

sesuatu hal yang diketahui yang dikaitkan dengan kepandaian (KBBI). Dalam

hal ini yang dibahas adalah mengenai pengetahuan istri yang bertindak

sebagai akseptor KB sehingga harus memiliki pengetahuan tentang

kontrasepsi dan juga memiliki peran yang sangat penting dalam penentuan

jenis kontrasepsi yang akan digunakan. Hal tersebut menjadi penting karena

setiap keputusan pemilihan jenis kontrasepsi harus disertai dengan pemikiran

dampak yang akan timbul. Misalnya alat kontrasepsi dengan preparat pil

dapat menimbulkan efek berupa perdarahan, tekanan darah tinggi, perubahan

berat badan, air susu berkurang, penurunan libido, pusing, dan sakit kepala.
4

Efek samping yang timbul tersebut tentu berbeda antara akseptor satu dengan

akseptor yang lain sesuai dengan kondisi fisik akseptor tersebut (BKKBN-

Jatim, 2005).

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Mekar Dwi Anggraeni, Hartati,

dan Ryan di Puskesmas Purwokerto Timur pada tahun 2007 menunjukkan

bahwa “70 orang (72,16%) responden menyatakan bahwa yang bertanggung

jawab terhadap pemilihan jenis kontrasepsi adalah istri, sedangkan 4 orang

(4,12%) responden menyatakan bahwa pemilihan alat kontrasepsi merupakan

tanggung jawab suami, dan hanya 14 orang (14,4%) responden yang

menyatakan bahwa pemilihan alat kontrasepsi merupakan tanggung jawab

suami dan istri”. Dari hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa peran

suami dalam membantu menentukan jenis kontrasepsi yang digunakan sangat

rendah, kebanyakan para suami melimpahkan tanggung jawab sepenuhnya

kepada istri dalam pemilihan jenis kontrasepsi yang akan digunakan

(Anggraeni, Hartati, dan Ryan, 2007).

Penelitian yang dilakukan oleh Imas Sugiarti, Siti Novianti, dan Nurlina

di Kelurahan Cipari Kota Tasikmalaya menggunakan distribusi responden

berdasarkan tingkat pengetahuan. Hasilnya dibagi menjadi dua katagori yaitu

berpengetahuan baik dan berpengetahuan cukup. Hasil penelitian tersebut

menunjukkan bahwa “Pengetahuan responden yang memiliki tingkat

pengetahuan baik sebanyak 49 responden (52,1%) dan responden yang

memiliki pengetahuan cukup sebanyak 45 responden (47,9%)” (Sugiarti, Siti,

dan Nurlina, 2012).


5

Dari uji data yang telah dilakukan sebelumnya tergambar bahwa

akseptor KB di lingkungan wilayah kerja puskesmas Dukuh Kupang

Surabaya sudah cukup aktif dalam keterlibatan program keluarga berencana,

namun terlihat perbedaan yang sangat signifikan antara akseptor yang

menggunakan alat kontrasepsi jangka panjang dengan akseptor yang

menggunakan alat kontrasepsi non jangka panjang. Dengan pemaparan latar

belakang diatas maka penulis tertarik untuk mengambil judul penelitian

“Pengaruh Peran Suami dan Pengetahuan Istri Terhadap Pemilihan Metode

Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP) Dan Non Metode Kontrasepsi Jangka

Panjang (NON MKJP) di Wilayah Kerja Puskesmas Dukuh Kupang

Surabaya”

B. Rumusan Masalah

Apakah ada pengaruh peran suami dan pengetahuan istri terhadap pemilihan

Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP) dan Non Metode Kontrasepsi

Jangka Panjang (NON MKJP) di wilayah kerja puskesmas Dukuh Kupang

Surabaya?
6

C. Tujuan Penelitian

1. Umum

Untuk mengetahui pengaruh peran suami dan pengetahuan istri terhadap

pemilihan Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP) dan Non Metode

Kontrasepsi Jangka Panjang (NON MKJP) di wilayah kerja puskesmas

Dukuh Kupang Surabaya.

2. Khusus

a. Untuk mengetahui pengaruh peran suami terhadap pemilihan jenis

kontrasepsi.

b. Untuk mengetahui pengaruh pengetahuan istri terhadap pemilihan

jenis kontrasepsi.

c. Untuk mengetahui macam-macam alat kontrasepsi MKJP.

d. Untuk mengetahui macam-macam alat kontrasepsi non MKJP.

D. Manfaat penelitian

1. Bagi Peneliti

Penelitian ini dapat menambah pengetahuan penulis tentang KB dan

berbagai macam ilmu yang berkaitan dengan kontrasepsi.

2. Bagi Pengembangan Ilmu Pengetahuan

Penelitian ini dapat menambah pengetahuan informasi tentang peran suami

dan pengetahuan istri terhadap pemilihan Metode Kontrasepsi Jangka


7

Panjang (MKJP) dan Non Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (NON

MKJP).

3. Bagi Institusi Terkait

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi institusi

pemerintahan terkait seperti BKKBN untuk memberikan tambahan

informasi mengenai peran suami dan pengetahuan istri terhadap pemilihan

Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP) dan Non Metode Kontrasepsi

Jangka Panjang (NON MKJP).

4. Bagi Peneliti Lain

Hasil penelitian ini juga dapat digunakan sebagai acuan dasar untuk

melakukan penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan kontrasepsi dan

faktor-faktor yang mempengaruhinya.


8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kontrasepsi

1. Pengertian kontrasepsi

Kontrasepsi adalah pencegahan terjadinya pembuahan sel telur

oleh sperma atau mencegah menempelnya sel telur yang telah dibuahi ke

dinding rahim (implantasi). Keberhasilan kontrasepsi tergantung masing-

masing individu mulai dari kepatuhan mengonsumsi, kepatuhan kontrol,

dan cara pemakaian yang benar (M, Daniel R, 2007). Kontrasepsi adalah

upaya untuk mencegah terjadinya kehamilan. Upaya ini dapat bersifat

sementara maupun bersifat permanen, dan upaya ini dapat dilakukan

dengan cara alat atau obat–obatan (Proverawati, 2010)

Tidak ada metode kontrasepsi yang aman dan efektif bagi semua

akseptor karena masing-masing mempunyai kesesuaian dan kecocokan

individual bagi setiap akseptor KB. Namun, secara umum persyaratan

metode kontrasepsi ideal adalah sebagai berikut (Meilani, 2010):

a. Aman, artinya tidak akan menimbulkan komplikasi jika digunakan.

b. Berdaya guna, dalam arti jika digunakan sesuai dengan aturan akan

dapat mencegah kehamilan.


9

c. Dapat diterima, bukan hanya oleh klien melainkan juga oleh

lingkungan budaya di masyarakat.

d. Terjangkau harganya oleh masyarakat.

e. Bila metode tersebut dihentikan penggunaannya, klien akan segera

kembali kesuburannya, kecuali untuk kontrasepsi mantap.

2. Tujuan Kontrasepsi

Pelayanan kontrasepsi mempunyai 2 tujuan, yaitu (Pinem, 2009):

a. Tujuan umum: pemberian dukungan dan pemantauan penerimaan

gagasan KB yaitu dihayatinya (Norma Keluarga Kecil Bahagia

Sehjahtera) NKKBS.

b. Tujuan pokok: penurunan angka kelahiran yang bermakna.

Guna mencapai tujuan tersebut ditempuh kebijaksanaan

menggolongkan pelayanan KB kedalam 3 fase, yaitu:

1) Fase menunda kehamilan/kesuburan

Pasanga usia subur dengan usia kurang dari 20 tahun dianjurkan

untuk menunda kehamilannya karena usia dibawah 20 tahun

adalah usia yang sebaiknya tidak mempunyai anak terlebih

dahulu karena berbagai alasan.

2) Fase menjarangkan kehamilan

Pada fase usia istri antara 20-35 tahun merupakan periode usia

yang paling baik untuk hamil dan melahirkan dengan jumlah


10

anak 2 orang dan jarak antar kehamilan 2-4 tahun yang dikenal

sebagai catur warga.

3) Fase menghentikan/mengakhiri kehamilan/kesuburan

Usia istri diatas 30 tahun, terutama diatas 35 tahun sebaiknya

mengakhiri kesuburan setelah memiliki 2 anak. Alasan

mengakhiri kesuburan adalah karena alasan medis. Pilihan

utama adalah kontrasepsi mantab. Pil oral kurang dianjurkan

karena usia ibu relatif tua dan mempunyai resiko kemungkinan

timbulnya efek samping dan komplikasi.

3. Cara Kerja Kontrasepsi

Umumnya kontrasepsi bekerja dengan cara sebagai berikut, yaitu

(BKKBN-Jawa Timur, 2005):

a. Mengusahakan agar tidak terjadi ovulasi.

b. Melumpuhkan sperma.

c. Menghalangi pertemuan sel telur dengan sperma.

4. Macam-macam Metode Kontrasepsi (BKKBN-Jawa Timur, 2005)

Pada umunya kontrasepsi dibagi menjadi tiga metode, yaitu metode

efektif jangka panjang, metode efektif, dan metode sederhana.

a. Metode Efektif Jangka Panjang

1) Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR)


11

Adalah suatu alat kontrasepsi yang dimaksukkan ke dalam

rahim yang bentuknya bermacam-macam, terdiri dari plastik

(polietiline). Ada yang dililit tembaga (Cu), ada pula yang tidak,

tetapi adapula yang dililit dengan tembaga bercampur perak

(Ag). Selain itu ada pula yang batangnya berisi hormon

progresteron.

a) Jenis-jenis AKDR yang Beredar

A. IUD generasi pertama, berbentuk spiral atau huruf S

ganda terbuat dari plastik (polyethiline).

B. IUD generasi kedua

1. Cu 200 B, berbentuk T yang batangnya dililit

tembaga (Cu).

2. Cu 7, berbentuk angka 7 yang batangnya dililit

tembaga.

3. MI Cu 250, berbentuk 2/3 lingkaran elips bergerigi

yang batangnya dililit tembaga.

C. IUD generasi ketiga

1. Cu T 350 A, berbentuk T dengan lilitan perak dan

tembaga lebih banyak.

2. MI Cu 375, batangnya dililit tembaga berlapis perak.

3. Nova T, batang dan lengannya dililit tembaga.


12

b) Cara kerja

A. Meninggikan getaran saluran telur sehingga pada waktu

blastokista sampai ke rahim, endometrium belum siap

untuk menerima nidasi hasil konsep (blastokista).

B. Menimbulkan reaksi jaringan, sehingga terjadi

serbukan sel darah putih (lekosit), yang melarutkan

blastokista.

C. lilitan logam menyebabkan reaksi anti fertilitas.

c) Kontraindikasi

A. Kehamilan

B. Gangguan perdarahan

C. Peradangan alat kelamin

D. Kecurigaan tumor ganas di alat kelamin

E. Tumor jinak rahim

F. Kelainan bawaan rahim

2) Susuk KB

Alat kontrasepsi bawah kulit atau implant adalah kontrasepsi

yang disusupkan di bawah kulit. Preparat yang terdapat saat ini

adalah implant dengan nama dagang "NORPLANT" maupun

"IMPLANON"
13

a) Dosis

Norplant terdiri dari 6 kapsul silastik, setiap kapsulnya

berisi levornorgestrel sebanyak 36 mg. Sedang Implanon

terdiri 1 kapsul silastik yang berisi etonogestrel sebanyak 68

mg, yang dilepas tiap hari kurang lebih 30 mikrogram/hari.

b) Cara kerja

Dengan disusupkannya 6 kapsul/1 kapsul silastik implant di

bawah kulit, maka setiap hari dilepaskan secara tetap

sejumlah leveonorgestrel ke dalam darah melalui proses

difusi dari kapsul-kapsul yang terbuat dari bahan silastik.

Besar kecilnya levonogestrel yang dilepas tergantung besar

kecilnya permukaan kapsul silastik dan ketebalan dari

dinding kapsul tersebut.

Satu set Implant yang terdiri dari 6 kapsul dapat bekerja

secara efektip selama 5 tahun, sedangkan Implanon yang

terdiri dari 1 kapsul dapat bekerja secara efektip selama 3

tahun.

c) Kontraindikasi

A. Hamil atau diduga hamil

B. Tumor

C. Penyakit jantung

D. Kelainan haid

E. Darah tinggi
14

F. Kencing manis

3) Kontrasepsi Mantab

Yang dimaksud dengan kontrasepsi mantap ialah salah satu cara

kontrasepsi dengan tindakan pembedahan yang mengakibatkan

orang atau pasangan yang bersangkutan tidak akan memperoleh

keturunan lagi. Kontrasepsi mantab meliputi metode operasi

wanita (MOW/tubektomi) dan metode operasi pria

(MOP/vasektomi). Dilakukan atas permohonan pasangan suami-

istri yang bersangkutan, tanpa paksaan dari pihak lain dalam

bentuk apapun. Jadi, untuk mencegah keadaan yang tidak

diinginkan, seperti misalnya penyesalan setelah mendapat

pelayanan kontrasepsi mantap, maka perlu ditetapkan persaratan

bagi mereka yang akan memperoleh pelayanan kontrasepsi

mantap.

b. Metode Efektif

1) Pil KB

a) Jenis pil menurut kandungan hormon esterogennya (dosis)

A. Pil dosis tinggi (High Dose) : Berisi 50 mcg

Adalah yang mengandung estrogen 50–150 mcg dan

progesteron 1 – 10 mg.
15

Yang termasuk jenis ini adalah sebagai berikut:

Pil KB Noriday (dari Population Council)

Pil KB Kimia Farma

Pil KB Ovostat (PT Organon)

B. Pil Dosis rendah (Low Dose) : Berisi 30 mcg

Adalah pil yang mengadung 30–50 mcg estrogen dan

kurang dari 1 mg progesteron.

Yang termasuk jenis ini adalah :

Pil KB Microgynon 30 (PT Schering)

Pil KB Marvelon (PT Organon)

C. Pil Mini

Adalah pil yang mengandung hormon progesteron

sebesar kurang dari 1 mg. Yang termasuk jenis ini

adalah Pil KB exluton.

b) Cara kerja

A. Menekan ovulasi yang akan mencegah lepasnya sel

telur wanita dari indung telur.

B. Mengendalikan lendir mulut rahim sehingga sel

mani/sperma tidak dapat amasuk ke dalam

rahim.

C. Menipiskan lapisan endometriun.


16

c) Kontraindikasi

A. Menyusui, kecuali pil mini

B. Pernah sakit jantung

C. Tumor/keganasan

D. Kelainan jantung, varises dan darah tinggi

E. Perdarahan pervaginan (perdarahan melalui liang

sanggama, keculai tidak diketahui penyebabnya.

F. Migrain ( pusing kepala yang hebat ).

2) Suntikan KB

a) Dosis

Suntik KB berisi hanya hormon progesteron. Jenis yang

beredar di Indonesia adalah Depo Provera 150 mg,

Noristerat 200mg, Depo Progestin 150 mg, Depo Geston

150 mg

b) Cara kerja

A. Mencegah lepasnya sel telur dari indung telur wanita.

B. Mengentalkan lendir mulut rahim, sehingga

spermatozoa (sel mani) tidak dapat masuk ke dalam

rahim.

C. Menipiskan endometrium, sehingga tidak siap untuk

kehamilan.
17

c) Kontraindikasi

A. Terindikasi hamil

B. Perdarahan akibat kelainan ginekologi (perdarahan dari

liang senggama) yang tidak diketahui penyebabnya.

C. Tumor / keganasan

D. Penyakit jantung, hati, darah tinggi, kencing manis,

(penyakit metabolisme) paru berat.

c. Metode Sederhana

Metode kontrasepsi sederhana adalah suatu cara yang dapat

dikerjakan sendiri oleh pasangan suami istri / anggota keluarga

berencana tanpa pemeriksaan medis terlebih dahulu. Hasil yang

diperoleh dengan cara ini umumnya kurang efektif dibandingkan

dengan cara-cara yang lain.

1) Macam-macam kontrasepsi metode sederhana

Metode kontrasepsi sederhana ini terdiri dari 2 macam, yaitu

metode kontrasepsi sederhana tanpa obat dan metode

kontrasepsi sederhana dengan obat / alat.

a) Senggama terputus

Senggama dilakukan sebagaimana biasa tetapi pada puncak

senggama, kemaluan pria (zakar) dikeluarkan dari vagina,

sehingga mani keluar di luar vagina. Cara ini tidak

berbahaya, baik secara fisik maupun mental, namun cara ini


18

tidak dapat diandalkan karena memerlukan penguasaan diri

yang kuat dan kemungkinan kegagalan cukup besar.

b) Pantangan berkala

Ialah tidak melakukan sanggama pada masa subur seorang

wanita yaitu sekitar waktu terjadinya ovulasi.

5. Berdasarkan lama efektivitasnya, kontrasepsi dapat dibagi menjadi :

a. Non MKJP (Non Metode Kontrasepsi Jangka Panjang), yang

termasuk dalam kategori ini adalah kondom, pil, suntik, dan metode-

metode lain selain metode yang termasuk dalam MKJP.

b. MKJP (Metode Kontrasepsi Jangka Panjang), yang termasuk dalam

kategori ini adalah jenis susuk/implant, IUD, MOP, dan MOW

(Kusumaningrum, 2009).

Pada pencapaian MDGs 2015 menempatkan manusia sebagai fokus

utama pembangunan yang mencakup semua komponen kegiatan dengan

tujuan akhir kesejahteraan masyarakat. KB merupakan indikator

pencapaian target ke-5 MDGs 2015 dengan meningkatkan kesehatan ibu

melalui peningkatan akses wanita usia 15-49 tahun yang telah menikah

menjadi akseptor KB dengan MKJP (Manurung, 2013).


19

B. Faktor-faktor dalam memilih metode kontrasepsi

1. Umur istri

Umur dalam hubungannya dengan pemakaian KB berperan sebagai

faktor intrinsik. Umur berhubungan dengan struktur organ, fungsi faaliah,

komposisi biokimiawi termasuk sistem hormonal seorang wanita.

Perbedaan fungsi faaliah, komposisi biokimiawi, dan sistem hormonal

pada suatu periode umur menyebabkan perbedaan pada kontrasepsi yang

dibutuhkan (Kusumaningrum, 2009).

Masa reproduksi (kesuburan) dibagi menjadi 3, yaitu (Proverawati,

2010):

a. Masa menunda kehamilan (kesuburan), usia < 20 tahun

b. Masa mengatur kesuburan (menjarangkan), usia 20-35 tahun

c. Masa menakhiri kesuburan (tidak hamil lagi), usia >35 tahun

Masa reproduksi ini merupakan dasar dalam pola penggunaan

kontrasepsi rasional.

Pada hasil penelitian yang dilakukan oleh Syamsiah (2002) diperoleh

bahwa sebagian besar responden yang memakai kontrasepsi (65,7%)

berumur 20-35 tahun. Hasil analisis hubungan antara umur responden

dengan pemakaian kontrasepsi IUD dan non-IUD diperoleh bahwa

responden berumur >35 tahun (68,6%) memakai IUD lebih besar

dibandingkan dengan non-IUD (31,4%). Dengan demikian dapat

diketahui bahwa ada hubungan antara umur dan pemilihan alat


20

kontrasepsi, responden yang berumur >35 tahun berpeluang 3,23 kali

dibandingkan dengan responden yang berumur 20-35 tahun, hal ini

mungkin disebabkan responden yang berumur >35 tahun menggunakan

kontrasepsi dengan tujuan mengakhiri kesuburan karena mereka sudah

mempunyai anak sesuai dengan yang diinginkan keluarga sehingga tidak

ingin memiliki anak lagi.

2. Jumlah anak

Program KB selain upaya untuk mewujudkan keluarga berkualitas

melalui promosi, perlindungan, dan bantuan dalam mewujudkan hak-hak

reproduksi juga untuk penyelenggaraan pelayanan, pengaturan, dan

dukungan yang diperlukan untuk membentuk keluarga dengan usia

kawin yang ideal - mengatur jumlah, jarak dan usia ideal melahirkan

anak (Kusumaningrum, 2009).

3. Ekonomi keluarga

Tinggi rendahnya status sosial dan keadaan ekonomi penduduk Indonesia

akan mempengaruhi perkembangan dan kemajuan program KB di

Indonesia. Kemajuan program KB, tidak bisa lepas dari tingkat ekonomi

masyarakat karena berkaitan dengan kemampuan untuk membeli alat

kontrasepsi yang digunakan (Manurung, 2013).

4. Tingkat pendidikan

Menurut KBBI, Pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tata

laku seseorang atau kelompok orang dengan usaha mendewasakan


21

manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan. Pendidikan merupakan

salah satu faktor yang sangat menentukan pengetahuan dan persepsi

seseorang terhadap pentingnya sesuatu hal. Dalam hubungan dengan

pemakaian kontrasepsi pendidikan akseptor dapat mempengaruhi dalam

hal pemilihan jenis kontrasepsi yang secara tidak langsung akan

mempengaruhi kelangsungan pemakaiannya (Annisa Rahma, 2011).

5. Pengetahuan istri

Menurut KBBI, pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui yang

berhubungan dengan kepandaian seseorang. Dalam teori WHO,

dijelaskan bahwa pengetahuan dipengaruhi oleh pengalaman seseorang,

faktor-faktor luar orang tersebut (lingkungan), baik fisik maupun non

fisik dan sosial budaya yang kemudian pengalaman tersebut diketahui,

dipersepsikan, diyakini sehingga menimbulkan motivasi, niat untuk

bertindak dan pada akhirnya terjadi perwujudan niat berupa perilaku

(Annisa Rahma, 2011).

Pengetahuan istri sangat penting dalam hal pemilihan jenis kontrasepsi.

hal ini menjadi penting karena sebagian besar pengguna atau akseptor

KB adalah wanita sehingga wanita atau istri wajib mengetahui tentang

jenis-jenis kontrasepsi dengan maksud agar dapat memilih kontrasepsi

yang sesuai dengan keadaan kesehatan dan kondisi fisik serta mental istri

sebagai pemakai alat kontrasepsi. Perlu juga diketahui dampak atau efek

samping yang akan timbul dari masing-masing jenis kontrasepsi agar


22

dapat memperisapkan diri dan mental dengan adanya perubahan yang

diakibatkan oleh pemakaian alat kontrasepsi yang dipilih tersebut.

6. Peran suami

Menurut BKKBN, peran atau partisipasi suami istri dalam Keluarga

Berencana (KB) antara lain menyangkut:

a. Pemakaian alat kontrasepsi

b. Tempat mendapatkan pelayanan

c. Lama pemakaian

d. Efek samping dari penggunaan kontrasepsi

e. Siapa yang harus menggunakan kontrasepsi

Partisipasi pria dalam kesehatan reproduksi adalah tanggung jawab pria

dalam kesehatan reproduksi terutama dalam pemeliharaan kesehatan dan

kelangsungan hidup ibu dan anak, serta berprilaku seksual yang sehat dan

aman bagi dirinya, istri, dan keluarganya. Peningkatan partisipasi pria

dalam KB dan kesehatan reproduksi adalah langkah yang tepat dalam

upaya mendorong kesetaraan gender (Suparyanto, 2011).

Pada hasil penelitian yang dilakukan oleh Syamsiah (2002),

menunjukkan adanya hubungan antara dukungan suami dengan

pemilihan IUD. Responden yang mendapat dukungan suami mempunyai

peluang memilih IUD 41 kali dibandingkan responden yang tidak

mendapat dukungan suami. Dukugan suami merupakan faktor yang

paling dominan dalam memilih alat kontrasepsi.


23

7. Agama

Millennium Development Goals (MDGs) 2000 lebih menegaskan agar

pelaksanaan KB disesuaikan dengan kedaulatan tiap negara, sejalan

dengan hukum dan prioritas pembangunan, menghargai nilai-nilai agama,

etika dan latar belakang budaya bangsa, serta sesuai dengan hak asasi

manusia. KB bukan hanya masalah demografi dan klinis tetapi juga

mempunyai dimensi sosial-budaya dan agama, khususnya perubahan

sistim nilai dan norma masyarakat (BKKBN-Papua Barat, 2009).

Para ulama yang membolehkan KB sepakat bahwa KB yang dibolehkan

syariat adalah usaha pengaturan atau penjarangan kelahiran atau usaha

pencegahan kehamilan sementara atas kesepakatan suami-istri. Islam

membolehkan KB karena penting untuk menjaga kesehatan ibu dan anak,

menunjang program pembangunan kependudukan lainnya dan menjadi

bagian dari hak asasi manusia (BKKBN-Sumatra Barat, 2009).


24

BAB III

KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN

A. Kerangka Konsep

UMUR ISTRI PEMILIHAN


JENIS
KONTRASEPSI
JUMLAH ANAK

EKONOMI KELUARGA
MKJP
TINGKAT PENDIDIKAN

NON MKJP
PENGETAHUAN ISTRI

PERAN SUAMI

AGAMA

Gambar III.1 Kerangka Konsep

Keterangan : Variabel yang diteliti

Variabel yang tidak diteliti


25

Variabel bebas : Variabel terikat :

Pengetahuan istri Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP)

Dukungan suami Non Metode Kontrasepsi Jangka Panjang

(Non MKJP)

Terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi pasangan usia subur

(PUS) dalam pemilihan metode kontrasepsi, diantaranya yaitu umur istri,

jumlah anak, ekonomi keluarga, tingkat pendidikan, pengetahuan istri,

dukungan suami, dan agama. Adapun jenis metode kontrasepsi berdasarkan

lama efektivitasnya ada 2, yaitu Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP)

dan Non Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (Non MKJP).

B. Hipotesis Penelitian

1. Terdapat pengaruh peran suami terhadap pemilihan Metode Kontrasepsi

Jangka Panjang (MKJP) dan Non Metode Kontrasepsi Jangka Panjang

(Non MKJP) di wilayah kerja Puskesmas Dukuh Kupang Surabaya.

2. Terdapat pengaruh pengetahuan istri terhadap pemilihan Metode

Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP) dan Non Metode Kontrasepsi

Jangka Panjang (Non MKJP) di wilayah kerja Puskesmas Dukuh Kupang

Surabaya.
26

BAB IV

METODE PENELITIAN

A. Rancangan Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian observasional dengan menggunakan

desain penelitian cross sectional atau potong lintang. Peneliti meneliti

pengaruh peran suami dan pengetahuan istri terhadap pemilihan metode

kontrasepsi dalam waktu yang bersamaan.

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di kelurahan Gunung Sari kecamatan Dukuh

Pakis Surabaya yang masih merupakan lingkungan wilayah kerja Puskesmas

Dukuh Kupang Surabaya. Penelitian ini dilaksanakan pada Desember 2014

selama periode penelitian.

C. Populasi dan Sampel/Subyek Penelitian

1. Populasi

a. Identifikasi dan batasan populasi atau subjek penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh akseptor KB

wanita usia 20-34 tahun di wilayah kerja Puskesmas Dukuh Kupang


27

Surabaya dengan jumlah sebanyak 544 akseptor. (Data Puskesmas

Dukuh Kupang Surabaya, 2014).

b. Kriteria inklusi dan eksklusi

1) Kriteria inklusi

a) Bersedia berpartisipasi dalam penelitian

b) Bertempat tinggal Kelurahan Gunung Sari Kecamatan

Dukuh Pakis Surabaya

c) Peserta KB wanita aktif yang berusia 20-34 tahun

2) Kriteria eksklusi

a) Tidak berada di tempat pada waktu pengumpulan data

b) Dalam keadaan berhalangan misalnya sakit, sehingga tidak

dapat ditemui

c) Akseptor dengan penyakit tertentu

2. Sampel

Sampel yang digunakan adalah akseptor KB wanita aktif usia 20-

34 tahun yang bertempat tinggal di Kelurahan Gunung Sari Kecamatan

Dukuh Pakis Surabaya.

a. Besar sampel

Besar sampel diambil dengan menggunakan rumus untuk populasi

penelitian sebagai berikut, yaitu:

𝑍 2 ∝𝑝𝑞 𝑍 2 𝑝 (1−𝑝)
𝑛= =
𝑑2 𝑑2
(Snedecor GW & Cochran WG, 1967)
(Lemeshowb dkk, 1997)
28

Keterangan:
n : jumlah sampel minimal yang diperlukan
p : populasi akseptor KB yang berusia 20-34 tahun kel. Gunung Sari
q : (1 - p) populasi akseptor KB usia 20-34 tahun
d : limit dari error / presisi absolute (10 %)
jika ditetapkan = 0,05 atau Z1 - /2 = 1,96 atau Z

𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑎𝑘𝑠𝑒𝑝𝑡𝑜𝑟 𝐾𝐵 𝑢𝑠𝑖𝑎 20 − 34 𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛 𝑘𝑒𝑙. 𝐺𝑢𝑛𝑢𝑛𝑔 𝑆𝑎𝑟𝑖


𝑝=
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ 𝑎𝑘𝑠𝑒𝑝𝑡𝑜𝑟 𝐾𝐵 𝑢𝑠𝑖𝑎 20 − 34 𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛

Berdasarkan data yang diperoleh, maka perhitungan jumlah sampel

di dapatkan sebagai berikut:

127
𝑝= = 0,2
544

𝑞 = 0,8

(1,96)𝑥(1,96)𝑥(0,2)𝑥(0,8)
𝑛= = 62
(0,1)2

Jadi, dalam penelitian ini besar sampel sebanyak 62 orang.

b. Prosedur dan teknik pengambilan sampel

Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan secara

bertahap, yang pertama adalah dengan menggunakan cluster

sampling yaitu dengan mengambil sampel sesuai kewilayahan.

Wilayah yang diambil adalah kelurahan Gunung Sari kecamatan

dukuh pakis Surabaya, kemudian dilakukan proportional sampling

yaitu dengan mengambil sampel akseptor yang berusia 20-34 tahun

atau akseptor golongan 2 sesuai dengan pembagian kategori akseptor

pada program KB Puskesmas Dukuh Kupang Surabaya.


29

D. Variabel Penelitian

1. Variabel bebas :

a. peran suami

b. pengetahuan istri

2. Variabel terikat : Metode Kontrasepsi

3. Variabel moderator :

a. Umur istri

b. Jumlah anak

c. Ekonomi keluarga

d. Tingkat pendidikan

e. Agama

4. Variabel rambang : Lama pemakaian alat kontrasepsi

E. Definisi Operasional

Untuk menghindari kesalahpahaman didalam penulisan proposal tugas akhir

ini, maka dijelaskan pula batasan-batasan sebagi berikut:

No. Variabel Definisi Operasional Alat Ukur Hasil Ukur Jenis Data
1. Peran suami Keterlibatan atau Kuisioner 1 = Pasif, bila Nominal
keaktifan suami dan data menjawab (c)
dalam pengambilan sekunder atau (d) pada
keputusan ataupun pertanyaan poin
membantu 3 dan 4, serta
menentukan pilihan memberi alasan
berkaitan dengan yang kurang
metode kontrasepsi tepat pada
yang akan pertanyaan poin
digunakan 5.
30

2 = Aktif, bila
menjawab (a)
atau (b) pada
pertanyaan poin
3 dan 4, serta
memberi alasan
yang tepat pada
pertanyaan poin
5.

2. Pengetahuan pemahaman tentang Kuisioner 1 = Cukup, bila nominal


istri jenis-jenis dan data hanya
kontrasepsi, cara sekunder mengetahui
pemakaian, metode/alat KB
kontraindikasi, dan ≤2,
efek samping yang
ditimbulkan. 2 = Baik, bila
mengetahui
metode/alat KB
>2

3. Metode Beberapa cara Kuisioner 1 = Non MKJP, Nominal


kontrasepsi pencegahan dan data bila memilih alat
kehamilan pada istri sekunder KB yang
yaitu:
termasuk
a. Non MKJP
seperti: kategori non
1) Pil KB MKJP
2) KB suntik
2 = MKJP, bila
b. MKJP seperti: memilih alat KB
1) Alat yang termasuk
Kontrasepsi
kategori MKJP
Dalam Rahim
(AKDR)
2) Susuk KB
3) Kontrasepsi
mantab
(MOW /
MOP)

4. Akseptor KB Adalah orang yg Kuisioner Akseptor ordinal


menerima serta dan data golongan 2 (usia
mengikuti sekunder 20-34 tahun)
31

(pelaksanaan)
program keluarga
berencana.

Tabel 4.1 Definisi Operasional

F. Prosedur Penelitian

1. Alur prosedur penelitian

Langkah pertama adalah mencari sampel penelitian, kemudian

dilanjutkan dengan meminta ketersediaan sampel dalam keterlibatan

penelitian dengan terlebih dahulu memberi surat persetujuan penelitian.

Kemudian peneliti melakukan wawancara dan memberikan kuesioner

melalui kunjungan rumah sampel tentang penilaian variabel yang akan

diteliti. Jika sudah kemudian melakukan analisis data secara bivariat

dengan menggunakan uji statistik berdasarkan variabel yang diteliti.


32

PERSIAPAN PENELITIAN

Mencari sampel penelitian

Identifikasi sampel yang berpotensi masuk ke dalam kriteria penelitian

Informed consent

Tidak bersedia
Bersedia

Penelitian lebih lanjut

Tidak memenuhi kriteria


Memenuhi kriteria

Mendapatkan data primer dari sampel penelitian tentang


penilaian variabel peran suami dan pengetahuan istri dari
wawancara yang dilakukan

Analisis data primer

Gambar IV.1: alur prosedur penelitian


33

2. Jadwal dan waktu pengumpulan data

Jadwal pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dalam beberapa

bulan. Data sekunder penelitian yang diambil dari data Puskesmas Dukuh

Kupang Surabaya dilaksanakan pada bulan Oktober 2014, sedangkan

data primer yang diperoleh langsung dari wawancara dengan responden

di lapangan menggunakan kuisioner dilaksanakan pada bulan Desember

2014.

G. Analisis data

Analisis data yang digunakan adalah analisis data bivariat yang

diperlukan untuk mengetahui pengaruh antar kedua variabel, yaitu variabel

bebas dan variabel terikat. Metode bivariat dalam penelitian ini dengan

menggunakan uji statistik Chi Square dan SPSS 16.0.


34

BAB V

HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS DATA

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 15-29 Maret 2015 di daerah

Gunung Sari Surabaya. Pemilihan lokasi penelitian berdasarkan data yang

diperoleh dari puskesmas Dukuh Kupang Surabaya. Puskesmas Dukuh

Kupang Surabaya memiliki fasilitas pelayanan antara lain balai pengobatan

umum, poli gigi, poli KIA, laboratorium, apotek, poli kesehatan lingkungan

dan gizi. Puskesmas Dukuh Kupang Surabaya membawahi beberapa wilayah

disekitarnya, yaitu Dukuh Kupang, Dukuh Pakis, Gunung Sari, Prada, dan

Luil. Poli KIA di Puskesmas Dukuh Kupang Surabaya juga melayani

program keluarga berencana (KB). Hampir seluruh masyarakat

memanfaatkan dengan baik seluruh fasilitas yang ada di Puskesmas Dukuh

Kupang Surabaya terutama pada pelayanan KB. Tercatat sebanyak 6.873

akseptor yang memanfaatkan pelayanan KB di Puskesmas Dukuh Kupang

Surabaya.

Responden yang terlibat dalam penelitian ini adalah akseptor KB

wanita yang berusia 20-34 tahun dengan jumlah sampel yang diambil

sebanyak 62 responden.
35

B. Hasil Penelitian

Berdasarkan hasil pengumpulan data ditemukan distribusi responden

sebagai berikut.

1. Data Umum

Pengumpulan data umum responden berupa usia responden dengan

rentang usia 20-34 tahun yang disajikan dalam tabel distribusi frekuensi

sebagai berikut:

Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Usia


Responden

No. Usia Frekuensi Persentase (%)


1. 20-24 Tahun 11 18
2. 25-29 Tahun 20 32
3. 30-34 Tahun 31 50
Jumlah 62 100

Berdasarkan Tabel 5.1 diatas dapat diketahui bahwa sebanyak 11

(18%) responden yang berusia 20-24 tahun, sebanyak 20 (32%)

responden berusia 25-29 tahun, sedangkan 31 (50%) responden berusia

30-34 tahun.

2. Karakterstik responden

Data ini menggambarkan karakteristik responden yang meliputi peran

suami, pengetahuan istri, dan metode kontrasepsi yang digunakan oleh

masing-masing responden.
36

a. Distribusi Responden Berdasarkan Peran Suami

Dalam data hasil penelitian, peran suami dibedakan menjadi dua

yaitu pasif dan aktif. Yang dimaksud dengan peran suami pasif

adalah suami yang jarang atau tidak pernah berperan dalam

mendampingi istri untuk mengikuti konseling dan membantu istri

untuk menentukan alat kontrasepsi yang akan digunakan, sedangkan

peran suami aktif adalah suami yang selalu atau sering berperan

dalam mendampingi istri untuk mengikuti konseling dan membantu

istri untuk menentukan alat kontrasepsi yang akan digunakan.

Dibawah ini adalah tabel distribusi frekuensi responden.

Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Peran


Suami

No. Peran Suami Frekuensi Persentase (%)


1. Pasif 44 71
2. Aktif 18 29
Jumlah 62 100

Berdasarkan tabel 5.2 menunjukkan bahwa sebagian besar

peran suami bersifat pasif yang berjumlah 44 (71%) responden,

sedangkan yang bersifat aktif hanya 18 (29%) responden.

b. Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan Istri

Dalam data hasil penelitian, pengetahuan istri dibedakan menjadi

dua yaitu cukup dan baik. Yang dimaksud dengan pengetahuan istri

cukup jika kurang mengetahui tentang kegunaan KB dan mengetahui

kurang dari 2 alat kontrasepsi, sedangkan istri dengan pengetahuan


37

baik jika mengetahui tentang kegunaan KB dan mengetahui minimal

2 alat kontrasepsi. Di bawah ini adalah tabel distribusi frekuensi

responden.

Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan


Pengetahuan Istri

No. Pengetahuan Istri Frekuensi Persentase (%)


1. Cukup 6 10
2. Baik 56 90
Jumlah 62 100

Berdasarkan tabel 5.3 diketahui bahwa istri yang mempunyai

pengetahuan yang cukup hanya 6 (10%) responden, sedangkan

responden yang memiliki pengetahuan baik jauh lebih banyak yaitu

berjumlah 56 (90%) responden.

c. Distribusi Responden Berdasarkan Metode Kontrasepsi

Dalam data hasil penelitian, metode kontrasepsi dibedakan menjadi

dua yaitu Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP) dan Non

Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (Non MKJP). Dibawah ini

adalah tabel distribusi frekuensi responden.

Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan


Metode Kontrasepsi

No. Metode Kontrasepsi Frekuensi Persentase


1. Non MKJP 47 76
2. MKJP 15 24
Jumlah 62 100
38

Berdasarkan Tabel 5.4 dapat diketahui bahwa jumlah yang

menggunakan Non Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (Non

MKJP) didapatkan sebanyak 47 (76%) responden, sedangkan jumlah

yang menggunakan Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP)

hanya 15 (24%) responden.

C. Analisis Data

1. Pengaruh peran suami terhadap pemilihan Metode Kontrasepsi Jangka

Panjang (MKJP) dan Non Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (Non

MKJP) di wilayah kerja puskesmas Dukuh Kupang Surabaya.

Untuk melihat adanya pengaruh peran suami terhadap pemilihan

metode kontrasepsi, maka dilakukan tabulasi silang antara peran suami

dan metode kontrasepsi yang digunakan.

Tabel 5.5 Tabulasi Silang Pengaruh Peran Suami Terhadap


Pemilihan Metode Kontrasepsi

No. Peran Suami Metode Kontrasepsi Total


Non MKJP MKJP
1. Pasif 39 5 44
2. Aktif 8 10 18
Jumlah 47 15 62

Berdasarkan Tabel 5.5 dapat diketahui bahwa jumlah responden

dengan peran suami pasif yang menggunakan metode kontasepsi Non

MKJP ada sebanyak 39 responden dan yang menggunakan metode

kontrasepsi MKJP sebanyak 5 responden. Sedangkan responden dengan

peran suami aktif yang menggunakan metode kontrasepsi Non MKJP


39

sebanyak 8 responden dan yang menggunakan metode kontrasepsi MKJP

sebanyak 10 responden.

Berdasarkan hasil uji Chi-Square didapatkan nilai p=0,001, maka p

< α, dengan α=0,05 yang artinya H0 ditolak yang menunjukkan bahwa

adanya hubungan antara peran suami dengan pemilihan metode

kontrasepsi jangka panjang (MKJP) dan Non metode kontrasepsi jangka

panjang (Non MKJP).

2. Pengaruh pengetahuan istri terhadap pemilihan Metode Kontrasepsi

Jangka Panjang (MKJP) dan Non Metode Kontrasepsi Jangka Panjang

(Non MKJP) di wilayah kerja puskesmas Dukuh Kupang Surabaya.

Untuk melihat adanya pengaruh pengetahuan istri terhadap

pemilihan metode kontrasepsi, maka dilakukan tabulasi silang antara

pengetahuan istri dan metode kontrasepsi yang digunakan.

Tabel 5.6 Tabulasi Silang Pengaruh Pengetahuan Istri Terhadap


Pemilihan Metode Kontrasepsi

No. Pengetahuan Istri Metode Kontrasepsi Total


Non MKJP MKJP
1. Cukup 4 2 6
2. Baik 43 13 56
Jumlah 47 15 62

Berdasarkan Tabel 5.6 dapat diketahui bahwa jumlah responden

dengan pengetahuan istri cukup yang menggunakan metode kontasepsi

Non MKJP ada sebanyak 4 responden dan yang menggunakan metode

kontrasepsi MKJP sebanyak 2 responden. Sedangkan responden dengan


40

pengetahuan istri baik yang menggunakan metode kontrasepsi Non

MKJP sebanyak 43 responden dan yang menggunakan metode

kontrasepsi MKJP sebanyak 13 responden.

Berdasarkan hasil uji Chi-Square didapatkan nilai p=0,626, maka p

> α, dengan α=0,05 yang artinya H0 diterima yang menunjukkan bahwa

tidak adanya hubungan antara pengetahuan istri dengan pemilihan

metode kontrasepsi jangka panjang (MKJP) dan Non metode kontrasepsi

jangka panjang (Non MKJP).


41

BAB VI

PEMBAHASAN

A. Pembahasan Hasil Penelitian

Pada penelitian ini didapatkan jumlah sampel sebanyak 62 responden

yang merupakan akseptor KB wanita dengan jumlah akseptor yang

menggunakan Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP) sebanyak 15

(24,2%) akseptor dan yang menggunakan Non Metode Kontrasepsi Jangka

Panjang (Non MKJP) sebanyak 47 (75,8%) akseptor. Metode kontrasepsi

berdasarkan lama efektivitasnya secara garis besar dibagi menjadi 2, yaitu

Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP) dan Non Metode Kontrasepsi

Jangka Panjang (Non MKJP). Yang termasuk MKJP meliputi IUD, MOP,

MOW, dan susuk/implant, sedangkan yang termasuk Non MKJP meliputi pil,

suntik, dan metode lain yang tidak termasuk dalam metode MKJP

(Kusumaningrum, 2009).

Indonesia yang merupakan Negara berkembang saat ini mengalami

masalah yang serius berkaitan dengan jumlah penduduk. Menurut UU

Republik Indonesia Nomor 52 Tahun 2009 tentang Perkembangan

Kependudukan dan Pembangunan Keluarga mengamanatkan perlunya

melakukan pengendalian jumlah penduduk demi mencapai kesejahteraan

masyarakat Indonesia. Pada prinsipnya, program KB dilaksanakan untuk


42

mensejahterakan keluarga Indonesia dengan semboyan “dua anak cukup”.

Menurut BPMKB kota Tangerang dalam Tangerang ekspres, mengatakan

bahwa saat ini, MKJP adalah metode kontrasepsi yang dianjurkan pemerintah

mengingat mempunyai banyak kelebihan terutama tingkat akurasi fungsi

pencegahan kehamilan yang sangat baik dengan tingkat kegagalan yang

rendah.

Faktor yang mempengaruhi dalam pemilihan metode kontrasepsi antara

lain adalah umur istri, jumlah anak, ekonomi keluarga, tingkat pendidikan,

pengetahuan istri, peran suami, dan agama (Kusumaningrum, 2009). Pada

penelitian ini diambil 2 faktor yang mempengaruhi pemilihan metode

kontrasepsi sebagai variabel bebas, yaitu peran suami dan pengetahuan istri.

1. Pengaruh Peran Suami Terhadap Pemilihan Metode Kontrasepsi

Dari sebanyak 62 responden pada penelitian ini dibagi menjadi 2

kategori peran suami, yaitu peran suami aktif dan peran suami pasif.

Keterlibatan suami dalam ber-KB di definisikan sebagai partisispasi

dalam proses pengambilan keputusan, pengetahuan tentang KB, dan

penggunaan kontrasepsi pada pria/suami. Dari definisi diatas dapat

disimpulkan bahwa peran suami tidak hanya dalam pemakaian alat

kontrasepsi saja tetapi juga dalam hal pemilihan keputusan ber-KB yang

akan digunakan,baik yang akan digunakan oleh istri maupun suami.

Bentuk peran suami dalam Keluarga Berencana dapat dilakukan secara

langsung maupun tidak langsung. Yang termasuk peran suami secara


43

langsung adalah dengan menggunakan salah satu cara atau metode

kontrasepsi. sedangkan untuk peran suami tidak langsung dapat berupa

bentuk dukungan dalam ber-KB dan sebagai motivator sesuai dengan

pengetahuan tentang KB yang dimilikinya (Sukardi, 2011).

Ada beberapa alasan yang menyebabkan peran suami/partisipasi

pria dalam ber-KB sangat rendah. Hal ini menurut Soemarji dikarenakan

keterbatasan pengetahuan suami tentang kesehatan reproduksi serta

paradigma yang banyak dianut di masyarakat Indonesia bahwa peran istri

lebih besar daripada peran suami dalam urusan ber-KB. Selain itu, sudah

tercipta mindset di masyarakat bahwa penggunaan alat kontrasepsi adalah

urusan wanita (Dila, 2013).

Pada tabel 5.5 dapat dilihat bahwa dari 62 akseptor yang memilih

metode kontrasepsi jangka panjang (MKJP) sebanyak 15 akseptor,

sedangkan yang memilih non metode kontrasepsi jangka panjang (Non

MKJP) sebanyak 47 akseptor. Berdasarkan peran suami didapatkan data

sebanyak 44 (70.96%) akseptor dengan peran suami pasif, 5 diantaranya

memilih metode kontrasepsi jangka panjang (MKJP) dan 39 akseptor

lainnya memilih non metode kontrasepsi jangka panjang (Non MKJP).

Sedangkan akseptor dengan peran suami aktif sebanyak 18 (29,04%)

akseptor, 10 diantaranya memilih metode kontrasepsi jangka panjang

(MKJP) dan 8 lainnya memilih non metode kontrasepsi jangka panjang

(Non MKJP).
44

Berdasarkan hasil uji Chi-Square didapatkan nilai p=0,001, maka p

< α, dengan α=0,05 yang artinya H0 ditolak yang menunjukkan bahwa

adanya hubungan antara peran suami dengan pemilihan metode

kontrasepsi jangka panjang (MKJP) dan Non metode kontrasepsi jangka

panjang (Non MKJP) di wilayah kerja Puskesmas Dukuh Kupang

Surabaya. Hasil ini bertolak belakang dengan penelitian yang dilakukan

oleh (Sugiarti, Siti, Nurlina, 2012) yang menunjukkan tidak adanya

hubungan antara peran atau dukungan suami terhadap pemilihan metode

kontrasepsi MKJP dan Non MKJP. Hasil ini dapat berbeda karena

dimungkinkan adanya beberapa perbedaan faktor dalam pelaksanaan

penelitian dan kondisi lain akseptor yang bersangkutan.

Pada hasil penelitian ini, didapatkan peran suami berpengaruh

terhadap pemilihan Metode Kontrasespsi Jangka Panjang (MKJP) dan

Non Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (Non MKJP). Namun,

pengaruh yang terlihat adalah mengarah pada penggunaan Non MKJP

sedangkan target pemerintah kedepan untuk pencapaian program KB

adalah pada penggunaan Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP).

Untuk mengatasi hal ini, maka pemerintah dapat melakukan pembekalan

atau sosialisasi terhadap para suami tentang MKJP sehingga kedepan

target pemerintah berkaitan dengan penggunaan MKJP pada akseptor KB

dapat tercapai.
45

2. Pengaruh Pengetahuan Istri Terhadap Pemilihan Metode Kontrasepsi

Dari sebanyak 62 responden pada penelitian ini dibagi menjadi 2

kategori pengetahuan istri, yaitu pengetahuan istri baik dan pengetahuan

istri cukup. Pengetahuan yang dimaksud dalam penelitian ini mencakup

pengetahuan tentang pengertian dan tujuan dari kontrasepsi, metode dan

jenis-jenis kontrasepsi. Dalam teori WHO, dijelaskan bahwa pengetahuan

dipengaruhi oleh pengalaman seseorang, faktor-faktor luar orang tersebut

(lingkungan), baik fisik maupun non fisik dan sosial budaya yang

kemudian pengalaman tersebut diketahui, dipersepsikan, diyakini

sehingga menimbulkan motivasi, niat untuk bertindak dan pada akhirnya

terjadi perwujudan niat berupa perilaku (Annisa Rahma, 2011).

Pada tabel 5.6 dapat dilihat bahwa dari 62 akseptor yang memilih

metode kontrasepsi jangka panjang (MKJP) sebanyak 15 akseptor,

sedangkan yang memilih non metode kontrasepsi jangka panjang (Non

MKJP) sebanyak 47 akseptor. Berdasarkan pengetahuan istri didapatkan

data sebanyak 6 (9,7%) akseptor dengan pengetahuan istri cukup, 2

diantaranya memilih metode kontrasepsi jangka panjang (MKJP) dan 4

akseptor lainnya memilih non metode kontrasepsi jangka panjang (Non

MKJP). Sedangkan akseptor dengan pengetahuan istri baik sebanyak 56

(90,3%) akseptor, 13 diantaranya memilih metode kontrasepsi jangka

panjang (MKJP) dan 43 lainnya memilih non metode kontrasepsi jangka

panjang (Non MKJP).


46

Berdasarkan hasil uji Chi-Square didapatkan nilai p=0,626, maka p

> α, dengan α=0,05 yang artinya H0 diterima yang menunjukkan bahwa

tidak adanya hubungan antara pengetahuan istri dengan pemilihan

metode kontrasepsi jangka panjang (MKJP) dan Non metode kontrasepsi

jangka panjang (Non MKJP) di wilayah kerja Puskesmas Dukuh Kupang

Surabaya. Hasil ini bertolak belakang dengan penelitian yang dilakukan

oleh (Sugiarti, Siti, Nurlina, 2012) yang menunjukkan adanya hubungan

yang signifikan antara pengetahuan istri terhadap pemilihan metode

kontrasepsi MKJP dan Non MKJP. Hasil ini dapat berbeda karena

dimungkinkan adanya beberapa perbedaan faktor dalam pelaksanaan

penelitian antara lain pada penelitian tersebut menggunakan responden

yang mencakup semua usia WUS (Wanita Usia Subur), berbeda dengan

penelitian ini yang hanya membatasi responden hanya pada usia 20-34

tahun. Alasan lain juga bisa berasal dari kondisi responden yang

bersangkutan. Selain itu, alasan lain yang bersangkutan dengan tidak

adanya pengaruh antara pengetahuan istri terhadap pemilihan Metode

Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP) dan Non Metode Kontrasepsi

Jangka Panjang (Non MKJP) adalah sebagaian besar data dilapangan

didapatkan bahwa dalam penentuan penggunaan alat kontrasepsi tidak

hanya diputuskan oleh pihak istri, suami, maupun keduanya, namun

ditemukan pula pada beberapa akseptor dalam pemilihan alat kontrasepsi

yang digunakan berasal dari pendapat ibu, baik ibu kandung maupun ibu

mertua.
47

B. Keterbatasan Penelitian

Keterbatasan yang dialami peneliti dalam penyusunan Tugas Akhir ini

antara lain adalah sebagai berikut:

1. Instrument penelitian berupa kuisioner yang memungkinkan adanya

kelemahan data karena bisa tidak diisi dengan keadaan sebenarnya.

Seperti misalnya, suami yang jarang mengatarkan istrinya konseling

tentang KB tetapi mengisi kuisioner dengan selalu mengantar istrinya

dikarenakan malu kepada peneliti atau karena faktor penyebab yang lain.

2. Metode penelitian dengan mekanisme door to door seringkali saat

penelitian responden yang bersangkutan tidak berada di tempat.


48

BAB VII

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Dari penelitian yang dilakukan di daerah Gunung Sari yang merupakan

wilayah kerja Puskesmas Dukuh Kupang Surabaya tahun 2015 didapatkan

kesimpulan sebagai berikut:

1. Akseptor KB wanita di wilayah kelurahan Gunung Sari Surabaya

sebagian besar masih memiliki suami dengan peran pasif dalam hal

pemilihan metode kontrasepsi.

2. Hampir seluruh akseptor KB wanita di wilayah kelurahan Gunung Sari

Surabaya memiliki pengetahuan yang baik tentang kontrasespsi yang

meliputi pengetahuan dan tujuan kontrasespi serta metode dan jenis-jenis

kontrasepsi.

3. Sebagian besar akseptor KB wanita di wilayah Gunung Sari Surabaya

mengguanakan Non Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (Non MKJP)

daripada Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP).

4. Terdapat pengaruh peran suami terhadap pemilihan Metode Kontrasepsi

Jangka Panjang (MKJP) dan Non Metode Kontrasepsi Jangka Panjang

(Non MKJP) di wilayah kerja Puskesmas Dukuh Kupang Surabaya.

5. Tidak terdapat pengaruh pengetahuan istri terhadap pemilihan Metode

Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP) dan Non Metode Kontrasepsi


49

Jangka Panjang (Non MKJP) di wilayah kerja Puskesmas Dukuh Kupang

Surabaya.

B. Saran

1. Bagi Tenaga Kesehatan

Dikarenakan target pemerintah mengarah pada penggunaan MKJP dalam

pemilihan metode kontrasepsi, maka untuk tenaga kesehatan dapat

meningkatkan penyuluhan yang melibatkan suami tentang perlunya peran

suami dalam kegiatan ber-KB agar kesetaraan gender dapat tercapai.

Selain itu, penyuluhan tentang perlunya pengetahuan istri tentang MKJP

juga perlu ditingkatkan agar target pemerintah dapat tercapai dengan

baik.

2. Bagi Institusi Pendidikan

Lebih memperdalam ulasan atau bahasan tentang peran suami dalam ber-

KB agar generasi penerus dapat dengan mudah mempraktekan peran

suami atau partisipasi pria dalam ber-KB sehingga kesetaraan gender

dapat dengan mudah tercapai.

3. Bagi Masyarakat

Hendaknya meningkatkan kesadaran dan pemahaman tentang seluk-

beluk program KB sehingga program KB daoat berjalan dengan lebih

baik dari sebelumnya.


50

DAFTAR PUSTAKA

Adhyani, Annisa Rahma. 2011. Faktor-faktor yang berhubungan dengan


pemilihan kontrasepsi non IUD pada akseptor KB wanita usia 20-39
tahun. [online]. eprints.undip.ac.id/32865/1/Annisa_Rahma.pdf (diakses
tanggal 7oktober 2014)

Anonim. 2013. Peraturan Gubernur Jawa Timur No. 78 Tahun 2013 Tentang
Upah Minimum Kabupaten/Kota di Jawa Timur Tahun 2014. [online].
disnakertransduk.jatimprov.go.id/pdf/Pergub-Nomor-78-Tahun-2013.pdf
(diakses tanggal 1 Februari 2015)
Anonim. 2014. BPMKB Kota Tangerang Dongkrak Penggunaan MKJP. [online].
http://tangerangekspres.com/bpmkb-kota-tangerang-dongkrak-pengguna-
an-mkjp/ (diakses tanggal 8 Agustus 2015)
Anggraeni, Hartati, Ryan. 2007. Peran Suami dalam Penggunaan Alat Kontra-
sepsi yang Berwawasan Gender. Volume 2, No. 2. Hal. 76-77. [online].
jos.unsoed.ac.id/index.php-/keperawatan/article/download/264/109
(diakses tanggal 15 juni 2014)
BKKBN Jawa Timur. Cara-cara Kontrasepsi yang digunakan Dewasa ini.
[online]. http://www.bkkbn-jatim.go.id/bkkbn-jatim/html/cara.htm
(diakses tanggal 21 juli 2014)

BKKBN Papua Barat. 2009. Peranan agama dalam program KB. [online].
http://papuabarat.bkkbn.go.id/Lists/Berita/DispForm.aspx?ID=269&Conte
ntTypeId=0x0100A28EFCBF520B364387716414DEECEB1E (diakses
tanggal 7 oktober 2014)

BKKBN Sumatra Barat. 2009. KB itu mengatur keturunan. [online].


http://sumbar.bkkbn.go.id/Lists/Artikel/DispForm.aspx?ID=12&ContentT
ypeId=0x01003DCABABC04B7084595DA364423DE7897 (diakses
tanggal 7 oktober 2014)

Dila, Fadilah. 2013. Partisipasi Pria dalam Pelaksanaan Keluarga Berencana


Khususnya Penggunaan Alat Kontrasepsi. [online]. https://www.acade-
mia.edu/6051020/ Partisipasi_pria_dalam_pelaksanaan_keluarga_beren-
cana_khususnya_penggunaan_alat_kontrasepsi (diakses tanggal 1 agustus
2015)
51

Halib, Idham. 2013. Definisi populasi dan sampel menurut para ahli. [online].
http://www.statistika-unhalu.org/berita-145-definisi-populasi-dan-sampel-
menurut-para-ahli.html (diakses tanggal 7 oktober 2014)

Kusumaningrum, Raditya. 2009. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pemilihan


Jenis Kontrasepsi yang Digunakan pada Pasangan Usia Subur. [online].
eprints.undip.ac.id/19194/1/Radita_Kusumaningrum.pdf (diakses tanggal
20 mei 2014)

Manurung, SS. 2013. Bab II Tinjauan Pustaka. [online]. repository.usu.ac.id/bit-


stream/123456789/38519/3/Chapter%20II.pdf (diakses tanggal 7 oktober
2014)

Manurung, Suryani. 2013. Model Pengambilan Keputusan Meningkatkan


Akseptor Keluarga Berencana Metode Kontrasepsi Jangka Panjang.
Politeknik Kesehatan Kementrian Kesehatan Jakarta I. Jakarta. Artikel
Telaahan.

Medicastore.com. Kontrasepsi. [online]. http://medicastore.com/penyakit/3356/


Kontrasepsi.html (diakses tanggal 21 juli 2014)

Meilani, Niken, dkk. 2010. Pelayanan Keluarga Berencana (dilengkapi dengan


penuntun belajar), cetakan I. Fitramaya, Yogyakarta, hal. 161.

Pinem S. 2009. Kesehatan Reproduksi dan Kontrasepsi. Jakarta: Trans Info


Media, hal. 188-189.
Proverawati Atikah, dwi Islaily, dan Siti Aspuah. 2010. Panduan Memilih
Kontrasepsi. Yogyakarta: Nuha Medika, hal. 01.

Sugiarti, Siti, Nurlina. 2012. Faktor Pasangan yang Mempengaruhi Pemilihan


Jenis Kontrasepsi pada Wanita Usia Subur. [online] http://www.share-
pdf.com/2013/12/11/f964239976f0493a8cdcf1561831bd1f/201210841010
77.htm (diakses tanggal 17 juni 2014)

Sukardi. 2011. Partisipasi Pria dalam Keluarga Berencana. [online]. http://sul-


bar.bkkbn.go.id/Lists/Artikel/DispForm.aspx?ID=112 (diakses tanggal 2
agustus 2015)

Suparyanto. 2011. Konsep Suami. [online]. https://ml.scribd.com/doc/118923755-


/KONSEP-SUAMI (diakses tanggal 7 oktober 2014)
52

Syamsiah. 2002. Peranan Dukungan Suami dalam Pemilihan Alat Kontrasepsi


pada Peserta KB di Kelurahan Serasan Jaya Soak Baru dan Balai Agung
Kecamatan Musi Banyuasin Sumatera Selatan. Universitas Indonesia.
Jakarta. Tesis.
Widisudharta. Metodelogi Penelitian. [online]. http://widisudharta.weebly.com-
/metode-penelitian-skripsi.html (diakses tanggal 7 oktober 2014)

http://kbbi.web.id

Anda mungkin juga menyukai