Anda di halaman 1dari 19

Departemen Keperawatan Medikal Bedah (KMB)

LAPORAN PENDAHUALUAN LIMFOMA MALIGNA


DIRUANGAN LONTARA SATU ATAS DEPAN RSUP DR
WAHIDIN SUDIROHUSODO MAKASSAR

OLEH

SARINA WARDANIA, S.Kep

17.04.087

CI LAHAN CI INSTITUSI

( ) ( )
I. KONSEP DASAR MEDIS
A. Pengertian Limfoma maligna
Limfoma (kanker kelenjar getah bening) merupakan bentuk
keganasan dari sistem limfatik yaitu sel-sel limforetikular seperti sel B,
sel T dan histiosit sehingga muncul istilah limfoma malignum
(maligna = ganas).
Dalam kondisi normal, sel limfosit merupakan salah satu sistem
pertahanan tubuh. Sementara sel limfosit yang tidak normal (limfoma)
bisa berkumpul di kelenjar getah bening dan menyebabkan
pembengkakan. Sel limfosit ternyata tak cuma beredar di dalam
pembuluh limfe, sel ini juga beredar ke seluruh tubuh di dalam
pembuluh darah karena itulah limfoma bisa juga timbul di luar kelenjar
getah bening. Dalam hal ini, yang tersering adalah di limpa dan
sumsum tulang. Selain itu, bisa juga timbul di organ lain seperti perut,
hati, dan otak.
B. Etiologi
Penyebab pasti belum diketahui. Empat kemungkinan penyebabnya
adalah:
1. faktor keturunan
2. kelainan sistem kekebalan
3. Infeksi virus atau bacteria (HIV, virus human T-cell leukemia /
lymphoma (HTLV), Epstein-Barr virus (EBV), Helicobacter Sp)
4. toksin lingkungan (herbisida, pengawet dan pewarna kimia).
C. Patofisiologi
Sel ganas pada penyakit NHL adalah limfosit yang berada pada
salah satu tingkat diferensiasinya dan berproliferasi secara banyak.
Apabila sel limfosit dirangsang oleh antigen, akan bertransformasi
melalui berbagai tingkatan untuk dapat mencapai bentuk yang
berfungsi sesuai dengan tugasnya.
Limfosit bahkan berdeferensiasi menjadi sel plasma yang
membentuk antibodi, sedangkan limfosit akan berdiferensiasi menjadi
bentuk sel aktif, jadi ada limfoma Non Hodkin’s yang berasal dari
limfosit B dan ada yang berasal dari limfosit T.
1. Transformasi limfosit B
Menurut Luke’s, limfosit B yang dirangsang pertama kali
mengalami lekukan pada intinya. Sel-sel yang intinya melekuk
berangsur-angsur membesar dan memperoleh bingkai sitoplasma
yang kecil. Dengan demikian menjadi sel-sel besar dengan
molekul.
Pada tahap berikutnya lekukan pada inti menghilang, inti sel
menjadi bulat atau lonjong, kromatinnya menajdi halus, anak inti
muncul. Sel-sel pada tahap transformasi ini disebut sel-sel kecil
dengan inti molekul. Sel-sel inti terus membesar sampai ukurannya
menjadi kira-kira empat kali atau lebih dari ukuran limfosit semula.
Pada tahap ini anak inti menjadi mencolok dan terletak didekat
membran inti. Sel-sel tersebut kemudian bergerak keluar dari
folikel dan masuk kedalam daerah interfolikel, akhirnya sel-sel ini
berubah menjadi immunobias.
Sel-sel yang terakhir ini mempunyai anak inti yang lebih
mencolok dan intinya eksentrik. Sel yang letak intinya tidak
molekul dan immunobias adalah sel yang berproliferasi secara aktif
berproliferasi secara aktif immunoblas-immunoblas itu kemudian
berubah menjadi limfosit-limfosit kecil yang non aktif jika
rangsangan penyabab proliferasi mereda.
2. Transformasi Limfosit T
Laurent dan lukes mengemukakan bahwa bila limfosit T
berhubungan dengan antigen untuk pertama kalinya sel itu akan
berubah menjadi immunoblas. Selanjutnya immunoblas ini akan
berproliferasi dan berdiferensiasi menjadi limfosit T kecil yang
mengatur reaksi sel B (sel T herper) melakukan fungsi imunitas
seluler seperti hiperaktifitas lambat, reaksi sitotoksik terhadap yang
terinfeksi virus dan sebagainya (Soeparman, 1990).
D. Klasifikasi
Ada dua jenis penyakit yang termasuk limfoma malignum yaitu :
1. penyakit Hodgkin (PH)
2. limfoma non Hodgkin (LNH)
Keduanya memiliki gejala yang mirip. Perbedaannya dibedakan
berdasarkan pemeriksaan patologi anatomi dimana pada PH
ditemukan sel Reed Sternberg, dan sifat LNH lebih agresif.
E. Gejala pada Limfoma
Secara fisik dapat timbul benjolan yang kenyal, mudah digerakkan
(pada leher, ketiak atau pangkal paha). Pembesaran kelenjar tadi dapat
dimulai dengan gejala penurunan berat badan, demam, keringat
malam. Hal ini dapat segera dicurigai sebagai Limfoma. Namun tidak
semua benjolan yang terjadi di sistem limfatik merupakan Limfoma.
Bisa saja benjolan tersebut hasil perlawanan kelenjar limfa dengan
sejenis virus atau mungkin tuberkulosis limfa.
Gejala lainnya timbul berdasarkan lokasi pertumbuhan sel-sel
limfoma. Terdapat 3 gejala spesifik pada Limfoma antar lain:
1. Demam berkepanjangan dengan suhu lebih dari 38 Oc
2. Sering keringat malam
3. Kehilangan berat badan lebih dari 10% dalam 6 bulan
4. Penurunan nafsu makan
5. Kehilangan berat badan lebih dari 10 % selama 6 bulan (anorexia)
6. Kelemahan, keletihan
7. Anemia, infeksi, dan pendarahan dapat dijumpai pada kasus yang
mengenai sumsum tulang secara difus
F. Pembagian stadium
Penentuan stadium bertujuan untuk mengetahui status penyakit dan
memilih pengobatan yang relevan serta memudahkan evaluasi hasil
terapi dari satu sentrum pengobatan lain. Pembagian stadium yang
dipakai untuk penyakit NHL adalah menurut Nelson (2000), sistem
penentuan tingkat Non Hodkin’s Limfoma adalah :
1. Stadium I
Satu tumor ekstra nodal (single) atau area anatomis tunggal
(nodal), dengan pengecualian mediastinum atau abdomen.
2. Stadium II
Satu tumor ekstra nodal dengan keterlibatan kelenjar regional
dua atau lebih area nodal pada sisi yang sama dari diafragma
dua tumor tunggal (ekstranodal) dengan atau tanpa keterlibatan
kelenjar regional pada sisi yang sama diafragma. Satu tuumor
fraktur gastrointestinal primer, biasanya area viosekal dengan
atau tanpa keterlibatan kelenjar mesentrik yang berkaitan saja,
yang harus (>90%) direseksi secara kasar.
3. Stadium III
Dua tumor tunggal ekstranodal pada sisi berseberangan dari
diafragma. Dua atau lebih area nodal diatas dan dibawah
diafgarma, setiap tumor intrathoraks primer (mediastinum,
pelura,thymus). Setiap penyakit intra abdomen primer yang
luas.
G. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan Darah
a. Eritrosit
Biasanya anemia normokromik normositik, tetapi anemia,
autoimun juga dapat terjadi. Angka sedimen eritrosit meninggi
selama stadium akhir dan selanjtnya inflamasi atau penyakit
maligna.
b. Kimia Darah
Sistem alkaline phosphatase meningkat, mungkin menunjukkan
bertambah parahnya penyakit serum kalsium meningkat
bilamana mneunjukkan keterlibatan tulang, serum uric acid
juga meningkat
c. Pada penyakit lanjut dengan keterlibatan sumsum bisa
mendapat neutropina, trombositopenia atau gambaran
leukoeritroblastik\
d. Sel limfoma (sel “limfoma folikuler” atau “limfosarkoma”)
dengan abnormalisasi inti yang bervariasi dapat ditemukan
dalam darah pada beberapa pasien.
e. Biopsi trefin sumsum menunjukkan keterlibatan sarang (focal
infilvement) pada kira-kira 20 % kasus infiltrat difus yang
disertai fibrosis dapat terjadi. Keterlibatan sumsum tulang akan
ditemukan lebih serius pada limfoma dengan keganasan tingkat
rendah.
2. Penemuan Immunologi
Pemeriksaan penanda limfosit menunjukkan bahwa
kebanyakan limfoma maligna adalah tumor sel B monoklonal dan
kadang-kadang terdapat para protein monoklonal, biasanya IgM
atau IgG. Pada sedikit klien, khususnya anak-anak dengan massa
mediastinum dan morfologi limfoblastik penyakit berasal dari tius
dan tumor lain, misalnya sindroma sezary, terdiri dari sel T yang
lebih matang.
a. Pemeriksaan hati dan ginjal
BUN mungkin meningkat dengan adanya keterlibatan ginjal,
pemeriksaan creatinin clearance, serum creatinin, bilirubin,
SGOT dan sebagainya dilakukan untuk mengetahui keterlibatan
organ tubuh.
b. X-ray dada
danya pelebaran jantung atau hilar adeno pathy dan efusi
pleura.

3. Komplikasi
a. 50% penderita NHL, kemudian akan agresif setelah 8 tahun
diagno.
b. Menggandakan diri terjadi dalam 3 hari tumor akan
menghambat saluran gastrointestinal, uretra, sistem saraf dan
sumsum tulang belakang.
c. Terjadi kegagalan hati
d. Komplikasi dari terapi radiasi dan kemoterapi
e. Penyakit ini tergantung dari lokasi dan penyebaran dini tumor
maligna tetapi dapat termasuk splenomegali, hepatomegali,
komplikasi tromboembolik, dan kompresi sumsum tulang
belakang.
H. Penatalaksanaa
Pada pemilihan terapi NHL yang penting adalah stadium, malignancy
dan umur penderita.
1. Penatalaksanaan Keperawatan ( Netrina, Sandra M.2001 )
a. Untuk melindungi kulit dari radiasi, hindari mengusap,
memberi bedak, deodoran, lotion atau salep kecuali
doresepkan atau kompres panas/dingin
b. Anjurkan pasien untuk tetap bersih dan kering dan untuk
memandikan area yang terkena radiasi dengan lembut
menggunakan air hangat dan sabun yang ringan.
c. Anjurkan memakai pakaian yang longgar dan untuk
melindungi kulit dari pemencaran sinar matahari, kerosin dan
suhu ekstrim
d. Untuk melindungi membran mukosa oral dan traktus
gastrointestinal, anjurkan makan sedikit tapi sering,
menggunakan diet lemak pada suhu dingin.
e. Ajari pasien untuk menghindari konsumsi alkohol, tembakau,
bumbu makanan pedas, panas.
f. Berikan dan ajari penggunaan obat-obat nyeri atau anti emetik
sebelum makan dan minum (kalau perlu).
g. Anjurkan perawatan mulut sedikitnya 2 kali, sikat dengan
lembut.
h. Untuk diare ganti diet rendah sisa dan berikan anti diare
2. Penatalaksanaan Medis
a. Pengobatan limfoma NHL derajat keganasan rendah tingkat I
dan II hanya kira-kira 10 % penderita NHL derajat keganasan
rendah mengidap penyakit ini. Radioterapi ialah pengobatan
pilihan untuk penderita ini dan pengelolaan penyakit setempat
dapat dipertahankan selama bertahun-tahun.
b. Pengobatan NHL derajat keganasan tingkat III dan IV dalam
pertumbuhan tumor yang cepat, kemoterapi Cyclopusnamide,
Vincristin, Prednison (CVP) dapat diberikan. Apabila
penyakit berkembang lanjut selama berbulan-bulan,
pengobatan tunggal dengan obat berdaya alkalisasi biasanya
cukup memuaskan. Obat-obatan ini biasanya tidak dilanjutkan
apabila tidak lagi didapati gejala klinis.
c. Pengobatan NHL derajat keganasan menengah tingkat
penyakit I dan II penyinaran daerah yang terjangkit ditandai
regional-regional di sekitarnya yang berhubungan langsung.
Dianjurkan untuk pemberian pengobatan kombinasi bersifat
milti modalitas pada penderita tingkat penyakit ke Ii.
Diharapkan pemberian kemoterapi ( CUP, CMPb, BACOP)
setelah radioterapi dapat dipertinggi angka penyembuhannya.
d. Pengobatan NHL derajat menengah penyakit tingkat III dan
IV dapat diobati dengan kemoterapi. Radioterapi total pada
seluruh gelas bening tidak dianjurkan, oleh karena umumnya
penderita tingkat penyakit ke III telah mempunyai jangkitan
pada tempat-tempat di luar lapangan radio konvensional.
e. Pengobatan NHL derajat tinggi kemoterapi kombinai
merupakan tulang punggung pengobatan untuk semua
penyakit. Kombinasi obat yang paling efektif adalah terdiri
atas Vinkristin, Mtx, Cyclofosfamide dosis. Pengurangan
massa tumor sebanyak mungkin dengan pembedahan dan
penyinaran, untuk penderita dengan penyakit intraabdomen
Kn memberikan hasil yang lebih baik.
3. KONSEP DASAR KEPERAWATAN
A. Pengkajian
Gejala pada Limfoma secara fisik dapat timbul benjolan yang
kenyal, tidak terasa nyeri, mudah digerakkan (pada leher,
ketiak atau pangkal paha). Pembesaran kelenjar tadi dapat
dimulai dengan gejala penurunan berat badan, demam, keringat
malam. Hal ini dapat segera dicurigai sebagai Limfoma.
Namun tidak semua benjolan yang terjadi di sistem limfatik
merupakan Limfoma. Bisa saja benjolan tersebut hasil
perlawanan kelenjar limfe dengan sejenis virus atau mungkin
tuberculosis limfa. Pada pengkajian data yang dapat ditemukan
pada pasien limfoma antara lain:
B. Data subjektif
Demam berkepanjangan dengan suhu lebih dari 38Oc
1. Sering keringat malam.
2. Cepat merasa lelah
3. Badan Lemah
4. Mengeluh nyeri pada benjolan
5. Nafsu makan berkurang
C. Data Obyektif
1. Timbul benjolan yang kenyal,mudah digerakkan pada
leher,ketiak atau pangkal paha.
2. Wajah pucat
D. Kebutuhan dasar
Aktivitas/Istirahat
Gejala :
1. Kelelahan, kelemahan atau malaise umum
2. Kehilangan produktifitasdan penurunan toleransi latihan
3. Kebutuhan tidaur dan istirahat lebih bantak
Tanda : Penurunan kekuatan, bahu merosot, jalan lamban
dan tanda lain yang menunjukkan kelelahan
E. Sirkulasi
Gejala : Palpitasi, angina/nyeri dada
Tanda : Takikardia, disritmia.
Sianosis wajah dan leher (obstruksi drainase vena karena
pembesaran nodus limfa adalah kejadian yang jarang) Ikterus
sklera dan ikterik umum sehubungan dengan kerusakan hati
dan obtruksi duktus empedu dan pembesaran nodus
limfa(mungkin tanda lanjut) Pucat (anemia), diaforesis,
keringat malam.
F. Integritas Ego
Gejala :
1. Faktor stress, misalnya sekolah, pekerjaan, keluarga
2. Takut/ansietas sehubungan dengandiagnosis dan
kemungkinan takut mati
3. Takut sehubungan dengan tes diagnostik dan modalitas
pengobatan (kemoterapi dan terapi radiasi)
4. Masalah finansial : biaya rumah sakit, pengobatan mahal,
takut kehilangan pekerjaan sehubungan dengan kehilangan
waktu kerja.
5. Status hubungan : takut dan ansietas sehubungan menjadi
orang yang tergantung pada keluarga.
Tanda : Berbagai perilaku, misalnya marah, menarik diri,
pasif
G. Eliminasi
Gejala :
1. Perubahan karakteristik urine dan atau feses.
2. Riwayat Obstruksi usus, contoh intususepsi, atau sindrom
malabsorbsi (infiltrasi dari nodus limfa retroperitoneal)
Tanda :

1. Nyeri tekan pada kuadran kanan atas dan pembesaran pada


palpasi (hepatomegali)
2. Nyeri tekan pada kudran kiri atas dan pembesaran pada
palpasi (splenomegali)
3. Penurunan haluaran urine urine gelap/pekat, anuria
(obstruksi uretal/ gagal ginjal).
4. Disfungsi usus dan kandung kemih (kompresi batang
spinal terjadi lebih lanjut)
H. Makanan/Cairan
Gejala :
1. Anoreksia/kehilangna nafsu makan
2. Disfagia (tekanan pada easofagus)
3. Adanya penurunan berat badan yang tak dapat dijelaskan
sama dengan 10% atau lebih dari berat badan dalam 6
bulan sebelumnya dengan tanpa upaya diet.

Tanda :

1. Pembengkakan pada wajah, leher, rahang atau tangan


kanan (sekunder terhadap kompresi venakava superior oleh
pembesaran nodus limfa)
2. Ekstremitas : edema ekstremitas bawah sehubungan
dengan obtruksi vena kava inferior dari pembesaran nodus
limfa intraabdominal (non-Hodgkin)
3. Asites (obstruksi vena kava inferior sehubungan dengan
pembesaran nodus limfa intraabdominal)
I. Neurosensori
Gejala :
1. Nyeri saraf (neuralgia) menunjukkan kompresi akar saraf
oleh pembesaran nodus limfa pada brakial, lumbar, dan
pada pleksus sakral
2. Kelemahan otot, parestesia

Tanda :

1. Status mental : letargi, menarik diri, kurang minatumum


terhadap sekitar.
2. Paraplegia (kompresi batang spinaldari tubuh vetrebal,
keterlibatan diskus pada kompresiegenerasi, atau kompresi
suplai darah terhadap batng spinal
J. Nyeri/Kenyamanan
Gejala :
1. Nyeri tekan/nyeri pada nodus limfa yang terkena misalnya,
pada sekitar mediastinum, nyeri dada, nyeri punggung
(kompresi vertebra), nyeri tulang umum (keterlibatan
tulang limfomatus).
2. Nyeri segera pada area yang terkena setelah minum
alkohol.

Tanda : Fokus pada diri sendiri, perilaku berhati-hati.

K. Pernapasan
Gejala : Dispnea pada kerja atau istirahat; nyeri dada.
Tanda :
Dispnea, takikardia
1. Batuk kering non-produktif
2. Tanda distres pernapasan, contoh peningkatan frekwensi
pernapasan dan kedaalaman penggunaan otot bantu,
stridor, sianosis.\Parau/paralisis laringeal (tekanan dari
pembesaran nodus pada saraf laringeal).
L. Keamanan
Gejala :
1. Riwayat sering/adanya infeksi (abnormalitasimunitas
seluler pwencetus untuk infeksi virus herpes sistemik, TB,
toksoplasmosis atau infeksi bakterial)
2. Riwayat monokleus (resiko tinggi penyakit Hodgkin pada
pasien yang titer tinggi virus Epstein-Barr).
3. Riwayat ulkus/perforasi perdarahan gaster.
4. Pola sabit adalah peningkatan suhu malam hari terakhir
sampai beberapa minggu (demam pel Ebstein) diikuti oleh
periode demam, keringat malam tanpa menggigil.
5. Kemerahan/pruritus umum

Tanda :

1. Demam menetap tak dapat dijelaskan dan lebih tinggi


dari 38oC tanpa gejala infeksi.
2. Nodus limfe simetris, tak nyeri,membengkak/membesar
(nodus servikal paling umum terkena, lebih pada sisi kiri
daripada kanan, kemudian nodus aksila dan mediastinal)
3. Nodus dapat terasa kenyal dan keras, diskret dan dapat
digerakkan.
4. Pembesaran tosil
5. Pruritus umum.
6. Sebagian area kehilangan pigmentasi melanin (vitiligo)
M. Seksualitas
Gejala :
1. Masalah tentang fertilitas/ kehamilan (sementara penyakit
tidak mempengaruhi, tetapi pengobatan mempengaruhi)
2. Penurunan libido.
N. Penyuluhan/Pembelajaran
Gejala :
1. Faktor resiko keluargaa (lebih tinggi insiden diantara
keluarga pasien Hodgkin dari pada populasi umum)
2. Pekerjaan terpajan pada herbisida (pekerja kayu/kimia)
O. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri b.d agen cedera biologi
2. Hyperthermia b.d tidak efektifnya termoregulasi sekunder
terhadap inflamasi
3. Ketidakseimbangan nutrisi ; kurang dari kebutuhan tubuh
b.d mual, muntah
4. Kurang pengetahuan b.d kurang terpajan informasi
P. Intervensi
1. Nyeri b.d agen cedera biologi
Tujuan : Setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan
nyeri klien berkurang/hilang .
Kriteria Hasil :
a. Skala nyeri 0-3
b. Wajah klien tidak meringis
c. Klien tidak memegang daerah nyeri
Intervensi Rasional
1. Kaji skala nyeri dengan 1. untuk mengetahui skala
PQRST nyeri klien dan untuk
mempermudah dalam
menentukan intervensi
selanjutnya
2. Ajarkan klien teknik 2. teknik relaksasi dan
relaksasi dan distraksi distraksi yang diajarkan
3. Kolaborasi dalam kepada klien, dapat
pemberian obat analgetik membantu dalam
mengurangi persepsi klien
terhadap nyeri yang
dideritanya
3. obat analgetik dapat
mengurangi atau
menghilangkan nyeri yang
diderita oleh klien

2. Hyperthermia b.d tidak efektifnya termoregulasi sekunder


terhadap inflamasi
Tujuan : Setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan
suhu tubuh klien turun / dalam keadaan normal.
kriteria hasil : suhu tubuh dalam batas normal (35,9-37,5
derajat celcius)

Intervensi Rasional
1. Observasi suhu tubuh 1. dengan memantau suhu tubuh
klien klien dapat mengetahui keadaan
2. Berikan kompres hangat klien dan juga dapat mengambil
pada dahi, aksila, perut tindakan dengan tepat
dan lipatan paha 2. kompres dapat menurunkan
3. Anjurkan dan berikan suhu tubuh klien
minum yang banyak 3. dengan banyak minum
kepada klien (sesuai diharapkan dapat membantu
dengan kebutuhan cairan menjaga keseimbangan cairan
tubuh klien) dalam tubuh klien
4. Kolaborasi dalam 4. antipiretik dapat menurunkan
pemberian antipiretik suhu tubuh

3. Ketidakseimbangan nutrisi ; kurang dari kebutuhan tubuh


b.d mual, muntah
Tujuan : Setelah diberikan asuhan keperawatan selam 3 x
24 jam diharapkan kebutuhan nutrisi klien dapat terpenuhi
dengan
criteria hasil :
a. Menunjukkan peningkatan berat badan/berat badan
stabil
b. Nafsu makan klien meningkat
c. Klien menunjukkan perilaku perubahan pola hidup
untuk mempertahankan berat badan yang sesuai

Intervensi rasional
1. Kaji riwayat nutrisi, 1. mengidentifikasi defisiensi
termasuk makanan yang nutrisi dan juga untuk intervensi
disukai selanjutnya
2. Observasi dan catat 2. mengawasi masukan kalori
masukan makanan klien 3. mengawasi penurunan berat
3. Timbang berat badan klien badan dan efektivitas intervensi
tiap hari nutrisi
4. Berikan makan sedikit 4. meningkatkan pemasukan kalori
namun frekuensinya sering secara total dan juga untuk
5. Kolaborasi dalam mencegah distensi gaster nutrisi
pemberian suplemen nutrisi 5. meningkatkan masukan protein
dan kalori
4. Kurang pengetahuan b.d kurang terpajan informasi
Tujuan : Setelah diberikan asuhan keperawatan sela 1 x 24
jam diharapkan diharapkan klien dan keluarganya dapat
mengetahui tentang penyakit yang diderita oleh klien
dengan
criteria hasil :
a. Klien dan keluarga klien dapat memahami proses
penyakit klien
b. Klien dan keluarga klien mendapatkan informasi yang
jelas tentang penyakit yang diderita oleh klien
c. Klien dan keluarga klien dapat mematuhi proses
terapiutik yang akan dilaksanakan

Intervensi rasional
1. Berikan komunikasi 1. memudahkan dalam
terapiutuk kepada klien melakukan prosedur terpiutuk
dan keluarga klien kepada klien
2. Berikan KIE mengenai
proses penyakitnya 2. klien dan keluarga klien dapat
kepada klien dan keluarga mengetahui proses penyakit
klien yang diderita oleh klien
DAFTAR PUSTAKA

Amori. 2007. Jurnal Nasional : Pengobatan tepat untuk Limfoma.


www.jurnalnasional/limfoma/44356.com. Diakses pada tanggal 15
Oktober 2009.
Anonymous. 2006. Limfoma Maligna. www.wordpress.com. Diakses pada
tanggal 15 Oktober 2009.
Carpenito, Lynda Juall. 2001. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Jakarta.
: EGC

Doenges, Marilyn E, et all. 1993. Nursing Care Plans : Guidelines for


Planning and
Documenting Patient Care, Edition 3, F.A. Davis Company, Philadelphia.

Hoffbrand, A.V, et all. 2002. Kapita Selekta Hematologi. Jakarta : EGC


Vinjamaran. 2007. Lymphoma, Non-Hodgkin. www.emedicine.com.
Diakses pada tanggal 15 Oktober 2009.

Anda mungkin juga menyukai