Anda di halaman 1dari 4

Paru-Paruku

Satu demi satu, dua demi dua, tiga demi tiga


Seratus sudah aku menanammu
Setiap hari aku merawatmu
Kami hidup
Kami sehat
Semua karnamu,
Paru-paruku

Tapi sekarang, mereka kejam denganmu


Kau hanya semacam kertas yang bisa dipotong-
potong, diinjak-injak
Mereka tak pernah peduli dengan masa depannya
Tak pernah peduli dengan anak cucunya akan
hidup bagaimana nanti
Rasa peduli mereka hanya untuk uang

Paru-paruku,
Buatlah mereka sadar akan penting adanya
engkau
Puisi lingkungan Hidup ( Kerusakan Alam )

Kau yang kini tertawa


Bermandikan harta
Berkawankan kemewahan
Dari mana kau dapatkan semuanya?

Dari pohon yang kau tebang


Dari hewan yang kau bunuh
Dari tanah yang kian tandus
Dari air yang kian kering
Dari sungai yang kian kerontang
Dari hutan yang kau jadikan kebakaran
Dari asap tebal pohon yang di bakar

Apakah kau tak ingat


Masih ada anak cucu kita
Yang mengharap udara segar
Mengharap kesejukan alam
Mengharap Keindahan dunia
Mengharap hijaunya daun
Mengharap rindanya pepohonan

Tidak kaah kau sadar,


Ada banyak nyawa yang kau ambil
Ada banyak harapan yang kau renggut
Wahai para perusak alam
Ingatlah pada hukum alam
Kita butuh alam yang indah
Kita butuh alam yang sejuk
Kita hidup dalam alam
Dan kita bergantung pada alam

Jagalah alam, seperti kau menjaga rumahmu sendiri


Karena alam kita adalah alam anak cucu kita
Puisi Lingkungan Hidup Keindahan Alam
Indahnya Potongan Surga
Indonesia, negeriku tercinta
Berjuta warna dalam satu negara
Di tanah air tumpah darah bangsa
Kita hidup di atas potongan surga

terhampar dari sabang hingga merauke


berjejer pulau pulau indah
dengan pantai dengan permadani hamparan pasir
Biru langitku, biru lautku

Gunung gunung megah tampak berdiri dengan gagah


Perkasa berhiaskan pohon - pohon hijau
Disana ada mutiara hidup para penghuninya
Tempat dimana mereka menikmati kedamaian

Indahnya negeriku
Menjelajah kepulauan yang luas
Dibawah langit tuhan
Dibawah selaksa awan yang beriringan

Indonesia, alam dari surga


Secuil keindah surgawi
yang hinggap di negeri kita
Persamaan
Alam adalah kuil dimana pilar-pilarnya berjiwa
Kadang-kadang menggaungkan gebalau kata-kata;
Insane lalu di sana lintas rimba lambing dan tanda,
Yang menyuguhinya pandangan bagai seorang saudara.

Bagai gema-gema panjang yang berhimpun di kejauhan


Dalam suatu pumpunan yang dalam dan gelita,
Luas seperti malam dan laksana siang megahnya,
Aneka wangi, warna dan bunyi lalu berjaawab-jawaban.

Ada bauan ssegar, bagai daging kanak-kanak menghawa.


Manis bagai seruling, hijau seperti padang-padang
-dan juga si kaya busuk dan serba megah,

Yang bagai hal-hal abadi, menyan dan cendana.


Bagai ambar dan kesturi di dalam kembang,
Yang menyanyikan gairah dari nafsu dan jiwa

Anda mungkin juga menyukai