Anda di halaman 1dari 6

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Definisi
Abortus didefinisikan sebagai ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi
sebelum janin dapat hidup di luar kandungan. Sebagai batasan, yaitu kehamilan
kurang dari 20 minggu atau berat janin kursang dari 500 gram.1
Abortus yang berlangsung tanpa tindakan disebut abortus spontan,
sedangkan abortus yang terjadi dengan sengaja melakukan tindakan tertentu
disebut abortus provokatus. Abortus provokatus ini kemudian dibagi menjadi 2
kelompok, yaitu abortus provokatus medisinalis dan abortus provokatus
kriminalis.1

2.2. Epidemiologi
Angka kejadian abortus cukup sering, yaitu sekitar 10% dari seluruh
kehamilan. Diperikirakan 80% dari seluruh kejadian abortus terjadi pada trimester
pertama kehamilan.2

2.3. Klasifikasi dan Diagnosis Abortus


2.3.1. Abortus Iminens
Abortus iminens merupakan abortus tingkat permulaan dan merupakan
ancaman terjadinya abortus. Diagnosis abortus iminens biasanya diawali dengan
keluhan perdarahan pervaginam pada umur kehamilan kurang dari 20 minggu.
Ostium uteri masih tertutup, besarnya uterus masih sesuai dengan umur kehamilan
dan tes kehamilan urin masih positif. Pada abortus iminens, perdarahan biasanya
terjadi pertama, yang kemudian diikuti nyeri abdomen baik beberapa jam atau
beberapa hari kemudain.1
2.3.2. Abortus Insipiens
Abortus insipiens adalah abostus yang sedang mengancam, yandg ditandai
dengan serviks telah mendatar dan ostium uteri telah membuka. Akan tetapi, hasil
konsepsi masih berada di dalam kavum uteri dan dalam proses pengeluaran.
Penderita akan merasakan nyeri abdomen karena kontraksi yang sering dan kuat,
perdarahannya bertambah sesuai dengan pembukaan serviks uterus dan umur
kehamilan. Besar uterus masih sesuai dengan umur kehamilan dengan tes urin
kehamilan yang masih positif. Pada pemeriksaan USG akan didapati pembesaran
uterus yang masih sesuai dengan umur kehamilan, gerak janin, dan denyut jantung
janin masih jelas walaupun mungkin sudah mulai tidak normal.1

2.3.3. Abortus Kompletus


Abortus kompletus ditandai dengan telah keluarnya seluruh hasil konsepsi
dari kavum uteri pada kehamilan kurang dari 20 minggu atau berat janin kurang
dari 500 gram. Semua hasil konsepsi telah dikeluarkan, ostium uteri telah
menutup, uterus sudah mengecil sehingga perdarahan sedikit. Besar uterus tidak
sesuai dengan usia kehamilan. Pemeriksaan USG tidak perlu dilakukan. Tes
kehamilan urin biasanya masih positif sampai 7-10 hari pasca abortus.1

2.3.4. Abortus Inkompletus


Abortus ini ditandai dengan sebagian hasil konsepsi yang telah keluar dari
kavum uteri dan masih ada yang tertinggal. Pada pemeriksaaan vagina, kanalis
servikalis masih terbuka dan teraba jaringan dalam kavum uteri atau menonjol
pada ostium uteri eksternum. Jumlah perdarahan biasanya bergantung pada
seberapa banyak jaringan yang tersisa.1

2.3.5. Missed Abortion


Abortus ini ditandai dengan embrio atau fetus yang telah meninggal dalam
kandungan sebelum kehamilan 20 minggu dan hasil konsepsi seluruhnya masih
tertahan di dalam kandungan. Penderita missed abortion umumnya tidak
merasakan keluhan apapun kecuali merasakan pertumbuhan kehamilannya tidak
sesuai. Bila kehamilan berada di antara usia 12 sampai 20 minggu, penderita
umumnya merasakan rahim yang semakin mengecil dengan tanda-tanda
kehamilan sekunder mulai menghilang. Pada pemeriksaan tes urin kehamilan
biasanya negatif setelah satu minggu dari terhentinya pertumbuhan kehamilan.
Pada pemeriksaan USG akan didapatkan uetrus yang mengecil, kantong gestasi
yang mengecil dan bentuknya tidak beraturan, disertai gambaran fetus tanpa
tanda-tanda kehidupan.1 Gambaran USG missed abortion dapat dilihat pada
gambar 2.1.

Gambar 2.1. USG transvaginal menunjukkan gambaran kantong anekoik tanpa


disertai adanya embrio.3

2.3.6. Abortus Infeksiosus, Abortus Septik


Abortus infeksiosus ialah abortus yang disertai infeksi pada alat genitalia,
sedangkan abortus septik ialah abortus yang disertai penyebaran infeksi pada
peredaran darah sistemik atau peritoneum. Kejadian ini merupakan salah satu
komplikasi tindakan abortus yang paling sering terjadi apalagi bila dilakukan
dengan kurang memperhatikan asespsis dan antisepsis.1
Diagnosis kedua abortus ini ditegakkan dengan anamnesis yang cermat
tentang upaya tindakan abortus yang tidak menggunakan peralatan steril. Tanda
dan gejala dapat berupa demam tinggi, takikardia, perdarahan pervaginam yang
berabu, uterus yang membesar dan lembut, serta nyeri tekan. Pada laboratorium
didapatkan tanda infeksi berupa leukositosis.1
LAPORAN OPERASI
(KURETASE)

1. Pasein dibaringkan di meja ginekologi dengan posisi litotomi dengan infus


terpasang baik.
2. Dilakukan tindakan anestesi spinal
3. Operator mencuci tangan dengan cara Fuerbinger dan memakai alat
pelindung diri, yaitu cap. Masker, apron, sepatu boots, baju steril dan
sarung tangan steril.
4. Dilakukan tindakan aseptik dan antiseptik pada lapangan operasi dengan
povidone iodine dan alkohol 70% pada dinding vagina. Lalu lapangan
operasi ditutup dengan doek steril.
5. Dilakukan pemasangan kateter untuk mengosongkan kandung kemih.
6. Dilakukan pemasangan spekulum atas dan bawah, kemudian portio dijepit
dengan tenakulum pada arah jam 11, dan lepas sims atas.
7. Lakukan businasi porsio dengan alat busi sebelum dilakukan sayatan
uterus.
8. Dilakukan dengan sondase uterus sepanjang +/- 7 cm,
9. Dilanjutkan dengan kuretas searah jarum jam dan dilanjutkan dengan
sondase tajam. Kesan: bersih.
10. Tenakulum dilepas dan sims spekulum dilepas.
11. Kondisi ibu post kuretase stabil.
DAFTAR PUSTAKA

1. Prawirohardjo S. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka. 2010.


2. ACOG. Early pregnancy loss, Practice Bulletin No. 150. Obstet Gynecol.
2015;125:1258-67.
3. Cunningham FG, Leveno KJ, Bloom SL, Spong CY, Dashe JS, Hoffman
BL, et al. Williams Obstetrics. 24th edition. New York: McGraw-Hill
Education. 2014.

Anda mungkin juga menyukai