Anda di halaman 1dari 8

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kekerasan terhadap anak adalah kekerasan yang korbannya adalah anak yang
umumnya terjadi di dalam lingkungan rumah tangga. Kekerasan yang paling
sering terjadi adalah kekerasan yang justru dilakukan oleh orang yang paling
dekat dengan si anak, misalnya pemerkosaan terhadap anak oleh ayah
kandungnya sendiri dan berbagai kekerasan fisik lainnya. Kondisi tersebut
sungguh ironis dengan cukup memadainya peraturan perundang-undangan yang
mengatur tentang perlindungan, kepentingan dan hak asasi anak.1
Kekerasan terhadap anak lebih banyak dipicu oleh masalah sepele yang
sesungguhnya disebabkan karena tidak bertanggung jawabnya orang tua terhadap
pendidikan, perkembangan dan kebutuhan anak. Di satu sisi, anak membutuhkan
berbagai keperluan baik untuk kepentingan sekolah maupun untuk pengembangan
dirinya dan di sisi lain orang tua dalam keadaan kurang mampu dari segi
ekonomi.1
Salah satu definisi tentang kekerasan dikemukakan oleh mansour fakih yang
menyatakan,kekerasan adalah serangan atau invasi terhadap fisik maupun
integritas mental psikologis seseorang.1 Johan Galtung mendefinisikan kekerasn
sebagai segala sesuatu yang menyebabkan orang terhalang untuk
mengaktualisasikan potensi diri secara wajar. 2
Kekerasan yang dialami anak sering dilakukan oleh keluarganya sendiri, mulai
dari kekerasn yang berisfat fisik (physical abuse) seperti memukul, menendang,
menampar, mencubit dan bentuk-bentuk penganiayaan lainnya yang dapat
menyebabkan si anak meninggal dunia, hingga kekerasan yang bersifat seksual
(sexual abuse) seperti incest, perkosaan, eksploitasi seksual.3

1.2 Tujuan
Tulisan ini bertujuan untuk memaparkan tentang kekerasan pada anak

1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi
Abuse adalah kata yang biasa diterjemahkan menjadi kekerasan,
penganiayaan, penyiksaan, atau perlakuan yang salah, perilaku tidak layak yang
mengakibatkan kerugian atau bahaya secara fisik, psikologis, atau finansial, baik
dialami individu atau kelompok.4
Kekerasan pada anak adalah istilah yang sering digunakan untuk
menyebutkan kekerasan terhadap anak, kadang-kadang disebut juga sebagai child
maltreatment. Dalam Encyclopedia Article from Encarta, kekerasan pada anak
didefinisikan sebagai perbuatan disengaja yang menimbulkan kerugian atau
bahaya terhadap anak-anak secara fisik ataupun emosional. Istilah kekerasan pada
anak meliputi berbagai macam tingkah laku,dari tindakan ancaman fisik secara
langsung oleh orang tua atau orang dewasa lainnya sampai pada penelantaran
kebutuhan-kebutuhan dasar anak.4
Kekerasan pada anak didefinisikan juga sebagai tindakan melukai yang
berulang-ulang secara fisik dan emosional terhadap anak melalui desakan hasrat,
hukuman badan yang tidak terkendali, degradasi, dan cemoohan permanen atau
kekerasan seksual serta penelantaran sehingga anak kehilangan kesempatan untuk
mengembangkan potensi-potensi uniknya sebagai manusia secara optimal.4
Kekerasan pada anak terjadi tidak terbatas pada golongan atau kelas sosial
tertentu. Pada masyarakat kelas bawah hingga menengah, kekerasan pada anak
terjadi disebabkan oleh kemiskinan, sedangkan pada masyarakat kelas menengah
ke atas disebabkan oleh ambisi orang tua untuk membentuk anak mereka menurut
kehendak mereka berdasarkan pemahaman bahwa kehendak orangtua adalah yang
terbaik untuk anak-anak mereka.4

2
2.2 Klasifikasi
Terdapat 4 tipe utama yang terdapat dalam kekerasan pada anak, yaitu
physical abuse (kekerasan fisik), sexual abuse (kekerasan seksual), emotional
abuse (kekerasan emosional), dan neglect (kelalaian).4

2.2.1 Physical Abuse (kekerasan fisik)


Physical Abuse merupakan kekerasan yang dilakukan terhadap anak
sehingga anak mengalami luka fisik yang bukan disebabkan oleh kecelakaan.
Luka fisik yang bukan karena kecelakaan antara lain adalah pukulan, luka bakar,
gigitan, cekikan, dan pemanasan yang mengakibatkan memar, patah tulang, luka
parut dan luka dalam yang serius. Beberapa tipe spesifik dari physical abuse,
yaitu kekerasan oleh saudara kandung atau tiri, goncangan bayi, pemberian obat
yang salah dan penggunaan obat-obatan serta alkohol selama masa kehamilan dan
menyusui.5
Physical abuse berbeda dengan physical punishment (hukuman fisik),
tetapi hukuman fisik dapat dengan mudah menjadi tidak terkendali menjadi
kekerasan fisik. Beberapa indikator fisik yang dapat digunakan untuk melihat
suatu tindakan sebagai physical abuse, yaitu:5
1) Tanda gigitan
2) Memar yang tidak biasa karena pukulan atau tamparan
3) Luka bakar karena rokok, air panas, atau benda-benda panas lainnya.
4) Luka, bengkak pada muka dan ekstremitas

Anggota keluarga dekat adalah pelaku pada 55% kasus penyiksaan. Ayah
adalah pelaku yang paling sering (21%), ibu (21%), teman kencan ibu (9%),
pengasuh bayi (8%) dan ayah tiri (25%). Usia rata-rata pelaku adalah 25 tahun.
Beberapa indikator yang dapat digunakan untuk melihat keluarga atau orang tua
yang berisiko melakukan physical abuse diantaranya adalah:6
1) Masalah pribadi perkawinan
2) Tekanan ekonomi
3) Orang tua yang mengalami kekerasan dimasa kecil

3
4) Nilai moral yang terlalu tinggi
5) Riwayat penggunaan obat-obatan dan alkohol
6) Memandang anak sebagai penjahat
7) Bermusuhan,curiga dan takut pada orang lain
8) Tidak merespon kesakitan anak
9) Memikulkan kesalahan anak
10) Sedikit atau sama sekali tidak tertarik pada perkembangan anak

2.2.2 Sexual Abuse (kekerasan seksual)


Sexual abuse adalah setiap aktivitas seksual antara orang dewasa dan anak.
Sexual abuse termasuk oral-genital, genital-genital, genital-rektal,tangan-
genital,tangan-rektal atau kontak tangan-payudara, pemaparan anatomi seksual,
melihat dengan paksa anatomi seksual, dan menunjukkan pornografi. Tindakan
tersebut disebut sebagai sexual abuse jika tindakan dilakukan oleh anggota
keluarga, ayah, ibu, pengasuh, guru atau orang lain yang berada di lingkungan
rumah anak. Jika tindakan dilakukan oleh orang asing maka disebut penyerangan
seksual (sexual assault).7
Tindakan sexual abuse dapat dibagi atas 3 kategori yaitu perkosaan yang
biasa terjadi dengan didahului oleh ancaman pelaku dengan memperlihatkan
kekuatannya pada anak, incest didefinisikan sebagai hubungan seksual antara
individu yang mempunyai hubungan dekat, dan eksploitasi meliputi prostitusi dan
pornografi. Incest, kekerasan seksual antara anggota keluarga merupakan kasus
yang paling sering dilaporkan.
Sexual abuse harus dipertimbangkan sebagai akibat gejala-gejala atau
perilaku fisik yang menyertai.
Gejala-gejala akibat sexual abuse adalah:
1) Nyeri vagina, penis dan rektum, perdarahan
2) Disuria kronik, gerakan usus yang tidak disengaja
3) Pubertas prematur pada wanita

4
2.2.3 Emotional Abuse ( kekerasan emosi)
Emotional abuseI didefinisikan sebagai setiap tindakan atau tingkah laku
yang mengganggu perkembangan mental dan sosial anak. Emotional abuse sering
juga disebut verbal abuse ( kekerasan verbal). Emotional abuse hampir selalu
terjadi bersamaan dengan bentuk kekerasan yang lain.
Emotional abuse meliputi penghardikan, penyampaian kata-kata kasar dan
kotor, memarahi, mengomel, membentak dan memaki anak dengan cara
berlebihan serta merendahkan martabak anak,memperlihatkan buku,gambar atau
film pornografi pada anak.
2.3 Solusi mencegah terjadinya Kekerasan pada Anak
Agar anak terhindar dari bentuk kekerasan seperti diatas perlu adanya
pengawasan dari orang tua, dan perlu diadakannya langkah-langkah sebagai
berikut :
a) Orang tua menjaga agar anak-anak tidak menonton / meniru adegan
kekerasan karena bisa menimbulkan bahaya pada diri mereka. Beri penjelasan
pada anak bahwa adegan tertentu bisa membahayakan dirinya. Luangkanlah
waktu menemani anak menonton agar para orang tua tahu tontonan tersebut buruk
atau tidak untuk anak.
b) Jangan sering mengabaikan anak, karena sebagian dari terjadinya
kekerasan terhadap anak adalah kurangnya perhatian terhadap anak. Namun hal
ini berbeda dengan memanjakan anak.
c) Tanamkan sejak dini pendidikan agama pada anak. Agama mengajarkan
moral pada anak agar berbuat baik, hal ini dimaksudkan agar anak tersebut tidak
menjadi pelaku kekerasan itu sendiri.
d) Sesekali bicaralah secara terbuka pada anak dan berikan dorongan pada
anak agar bicara apa adanya/berterus terang. Hal ini dimaksudkan agar orang tua
bisa mengenal anaknya dengan baik dan memberikan nasihat apa yang perlu
dilakukan terhadap anak, karena banyak sekali kekerasan pada anak terutama
pelecehan seksual yang terlambat diungkap.
e) Ajarkan kepada anak untuk bersikap waspada seperti jangan terima ajakan
orang yang berkurang dikenal dan lain-lain.

5
f) Sebaiknya orang tua juga bersikap sabar terhadap anak. Ingatlah bahwa
seorang anak tetaplah seorang anak yang masih perlu banyak belajar tentang
kehidupan dan karena kurangnya kesabaran orang tua banyak kasus orang tua
yang menjadi pelaku kekerasan terhadap anaknya sendiri.

6
BAB III
KESIMPULAN

Kekerasan pada anak merupakan hal yang sangat sering terjadi,hal ini
terjadi bisa saja dengan sengaja maupun tidak sengaja,kekerasan pada pada anak-
anak paling banyak dilakukan oleh orang tua (ayah dan ibu),pengasuh anak/bayi.
Orang tua merupakan faktor penentu pencegah anak sebagai korban kekerasan.
Upaya pencegahan itu tentu berawal dari rumah tanggan, bagaimana orang tua
memperlakukan anaknya dengan sebaik-baiknya dengan menempatkan anak
sebagai aset masa depan baik bagi orang tua maupun bagi masyarakat.

7
DAFTAR PUSTAKA

1. Mansour Fakih, 2006, Analisis Gender dan Transfornwasi Sosiat


Pembangunan, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, hal 34.
2. Thomas Santoso, 2007, Jeon Kekerasan, Ghalia Indonesia, Jakarta, hal
184.
3. Abu Huraerah, Kekerasan Terhadap Anak, (Bandung: Nuansa
Cendekia,2012), hal 22.
4. Cameron, A. 2007. Pediactric Dentistry. 2nd Ed. Toronto: Mosby
5. Pressel DM. Evalution of physical abuse in children. Am Fam Physician
2008;6:3057-64
6. Tim Editor, 2006, Percikan Permenungan Filsafat dan Kata-Kata Mutiara,
MitraUtama, Jakarta, hal 47.
7. Giardino AP. Child abuse and neglect: physical abuse. Emedicine Journal
2010;21-13.

Anda mungkin juga menyukai