Anda di halaman 1dari 5

PEMBAHASAN

Askep harus disertai dengan PEMBAHASAN tentang kesenjangan teori dan hasil
jurnal penelitian keperawatan gerontik (sesuai kasus) meliputi :
A. Pengkajian
Pengkajian di mulai pada hari senin tanggal 2 April 2018 dengan
diagnosa Osteoarthritis, dimulai dengan biodata lansia bernama Ny. H
berumur 78 tahun, seorang perempuanhal ini sesuai dengan hasil penelitian
Sonjaya (2015) bahwa kelompok usia 56-65 tahun merupakan kelompok usia
dengan kejadian osteoartritis lutut primer yang paling banyak. Osteoartritis
sendi umumnya terjadi dua kali lipat pada wanita dibanding pria.Wanita
dengan dengan umur diatas 50 tahun dapat meningkatkan risiko terjadinya
osteoarthritis lutut. Hal tersebut dikarenakan pada usia 50-80 tahun wanita
mengalami pengurangan hormone estrogen yang signifikan (Sudoyo, 2010).
Setelah itu riwayat kesehatan dengan keluhan nyeri, P : pada saat banyak
bergerak, Q : seperti cenut – cenut, kaku, kebas dan jimpe, R : pada kedua
lutut, S : skala nyeri 4 dari 10, T : nyeri hilang timbul, Ny.H juga kesulitan
saat berjalan dan harus dibantu dengan kursi roda jika mau berjalan. Tampak
ekspresi Ny.H meringis dan memegangi lutut. Riwayat penyakit dahulu Ny. H
pernah mempunyai riwayat operasi Ca Mamae Dekstra dan riwayat jatuh
terpleset di sumur beberapa tahun yang lalu dan sampai sekarang kakinya sulit
untuk berjalan dan keterbatasan saat mobilisasi.

B. Diagnosa
Diagnosa keperawatan yang diambil ada dua yaitu Nyeri akut
berhubungan dengan agen cidera biologis karena Lansia yang mengalami
nyeri sendi jika tidak diatasi maka akan mempunyai efek yang
membahayakan disamping ketidaknyamanan yang disebabkannya, factor
paliatif meliputi faktor provocate nyeri sebagian besar responden disebabkan
karena udara dingin di pagi dan malam hari dan Hambatan mobilitas fisik
berhubungan dengan nyeri dan program pembatasan gerak. Aktivitas fisik
berupa ROM akan mengurangi sensasi nyeri pada persendian. Bennell et al,
(2012) menyatakan bahwa aktivitas fisik dapat meningkatkan kualitas hidup
penderita arthritis. Selain itu, aktifitas fisik akan memberikan efek yang
positif pada kekuatan otot dan fungsinya, serta mood pada lansia.

C. Intervensi
Intervensi yang di berikan selama 3 hari yaitu nyeri akut dengan
kriteria hasi pain control meliputi lansia melaporkan nyeri sudah terkontrol,
lansia mengatakan nyeri berkurang menjadi skala 1, lansia mampu
menggunakan metode non analgetik untuk mengurangi nyeri, Pain
Management dengan lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif meliputi
aktivitas yang meringankan dan memberatkan rasa nyeri, kualitas, lokasi,
skala dan waktu, memberikan posisi nyaman untuk mengatasi nyeri,
mengajarkan lansia untuk menggunakan teknik relaksasi maupun distraksi
saat nyeri timbul, dan berkolaborasi dalam pemberian terapi lainnya dengan
intervensi. Nyeri merupakan gejala yang paling sering ditemukan pada
gangguan muskuloskeletal. Kebanyakan pasien dengan penyakit atau kondisi
traumatik, baik yang terjadi pada otot, tulang, dan sendi biasanya mengalami
nyeri. Rasa nyeri berbeda dari satu individu ke individu yang lain berdasarkan
atas ambang nyeri dan toleransi nyeri masing-masing pasien (Warsito,
2012&Helmi, 2014). sedangkan untuk hambatan mobilitas fisik dengan
kriteria hasil : joint movement : active dengan meningkatkan aktivitas,
mobilitas baik, dan kekuatan otot meningkat dengan intervensi Exercise
Therapy : Mobilisasi meliputi memonitor vital sign, mengkaji kemampuan
lansia dalam mobilisasi, melatih lansia untuk mobilisasi dan berkolaborasi
dalam pemberian terapi lainnya. Olahraga rentang gerak (Range of Motion)
yang disertakan dalam aktifitas harian dapat melibatkan satu atau seluruh
sendi tubuh (Potter & Perry, 2015).Latihan Range Of Motion (ROM) dapat
digunakan sebagai terapi non farmakologis dalam menurunkan nyeri lutut
pada lansia yang mengalami osteoartritis (Bell, 2014).

D. Implementasi
Implementasi yang dilakukan untuk mengatasi nyeri yaitu relaksasi
dengan teknik nafas dalam dan distrakis pengalihan menggunakan senam jari,
ROM, mnegatur posisi lansia senyaman mungkin, Aktivitas fisik berupa ROM
akan mengurangi sensasi nyeri pada persendian. Ambardini (2013) menyatakan
bahwa manfaat latihan fisik adalah mobilitas sendi dan memperkuat otot yang
menyokong dan melindungi sendi, mengurangi nyeri dan kaku sendi, serta
dapat mengurangi pembengkakan. Latihan ROM dapat digunakan sebagai
terapi non farmakologis dalam menurunkan nyeri lutut pada lansia yang
mengalami osteoartritis, pergerakan pada persendian menyebabkan
peningkatan aliran darah dan suplai nutrisi ke dalam jaringan tulang rawan
pada persendian tetap terjaga dengan baik dan tidak menekan syaraf
disekitarnya, sehingga nyeri berkurang (Bell, 2014). Sedangkan untuk
mengatasi hambatan mobilitas fisik dengan melakukan mobilisasi dengan
ROM aktif hal ini sesuai dengan penelitian Safaah (2013) dan Mudrikhah
(2012), penelitian ini menunjukkan bahwa latihan Range Of Motion aktif
merupakan salah satu latihan yang efektif terhadap peningkatan kekuatan otot
pada lansia, khususnya lansia dengan penyakit degeneratif osteoarthritis.
Tidak hanya itu latihan ini juga bermanfaat dilakukan untuk lansia lainnya,
dengan gerakan yang mudah dan dapat dilakukan secara mandiri dirumah.
Sehingga perlu adanya upaya bagi pihak terkait untuk dapat membuat suatu
program latihan Range Of Motion(ROM) aktifbaik secara individual maupun
secara berkelompok.
E. Evaluasi
Evaluasi yang didapatkan dari pengkajian, diagnosa, intervensi dan
implementasi dari nyeri akut Ny.H mengatakan jika nyeri sedikit berkurang
dengan latihan dan relaksasi maupun distraksi, dari skala 4 menjadi 2, tetapi
nyeri maish hilang timbul, untuk hambatan mobilitas fisik dengan adanya
ROM aktif Ny. H bisa mempraktikkan setiap hari agar kekuatan ototnya tidak
menurun. Oleh karena itu, diperlukan adanya penatalaksanaan untuk
osteoarthritis. Banyak terapi non farmakologi yang dapat dilakukan, salah
satunya yaitu fisioterapi, untuk mengurangi nyeri dan mempertahankan atau
meningkatkan kekuatan otot.Latihan dan aktivitas fisik pada lansia dapat
mempertahankan kenormalan pergerakan persendian, tonus otot dan
mengurangi masalah fleksibilitas. Range of Motion (ROM) merupakan salah
satu indikator fisik yang berhubungan dengan fungsi pergerakan.
DAFTAR PUSTAKA

Ambardini, R.L. (2013). Peran latihan fisik dalam manajemen terpadu


osteoartritis.dari http://staff.uny.ac.id/sites
Bell, P. A. (2014). Pengaruh latihan (range of motion) terhadap intensitas nyeri lutut
pada lansia yang mengalami osteoartritis (Doctoral disertation, Widya
Mandala Catholic University Surabaya).diakses 5 Februari 2016 dari
http://repository.wima.ac.id/179/9
Bennell, K. L.,Crossley, K. M., Cowan, S. M., & McConnell, J. (2012). Knee flexion
during stair ambulation is altered in individuals with patellofemoral pain.
Journal of Orthopaedic Research, 22(2), 267-274.
Helmi.(2014) .Buku Ajar Gangguan Muskuloskeletal. Salemba Medika : Jakarta
Potter, P.A. & Perry, A.G (2015).Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep,
Proses, dan Praktik. Jakarta: EGC.
Mudrikhah.(2012) dalam Safa’ah, Nurus.(2013). Pengaruh Latihan Range Of Motion
Terhadap Peningkatan Kekuatan Otot Lanjut Usia di UPT Pelayanan Sosial
Lanjut Usia (Pasuruan) Kec. Babat Kab. Lamongan. Jurnal SainMed. 2 : 62-
65.
Sonjaya, M.R., Rukanta, D. & Widayanto, W. (2015).Karakteristik Pasien
Osteoarthritis Lutut Primer di Poliklinik Ortopedi Rumah Sakit Al-Islam
Bandung Tahun 2014.Prosiding Pendidikan Dokter.506-512.
Sudoyo, A.W., Setiohadi, B., Alwi, I., Simadibrata, K.M., Setiati, S. (2010). Buku
Ajar Ilmu Penyakit Dalam.Jilid III Edisi V, Interna Publishing. Jakarta
Warsito, B.E., (2012). Pemberian Intervensi Senam Lansia pada Lansia dengan Nyeri
Lutut. Jurnal Keperawatan Diponegoro. 1(1),60-65.

Anda mungkin juga menyukai