Anda di halaman 1dari 8

Klasifikasi Batubara

Jumat, Oktober 25, 2013 Coal, Mining, Practice of Mining, Theory of Mining No

Dari tinjauan beberapa senyawa dan unsur yang terbentuk pada saat
proses coalification (proses pembatubaraan), maka dapat dikenal beberapa jenis batubara,
yaitu :

1. Antrasit

Antrasit merupakan kelas batubara tertinggi, dnegna warna hitam berkilauan (luster)
metalik, mengandung antara 86-98% unsur karbon (C) dengan kadar air kurang dari 8%.
Nilai panas yang dihasilkan hampir 15.000 BTU per pon.
Ciri-ciri :

 warna hitam mengkilat

 material terkompaksi dengan kuat

 mempunyai kandungan air rendah

 mempunyai kandungan karbon padat tinggi

 mempunyai kandungan karbon terbang rendah

 relatif sulit teroksidasi

 nilai panas yang dihasilkan tinggi


2. Bituminus
Bituminus mengandung 68-86% unsur karbon (C) serta berkadar air 8-10% dari
beratnya. Nilai panas yang dihasilkan antara 10.500 sampai 15.500 BTU per pon.
Ciri-ciri :

 warna hitam

 material sudah terkompaksi

 mempunyai kandungan air yang sedang

 mempunyai kandungan karbon padat sedang

 mempunyai kandungan karbon terbang sedang

 sifat oksidasi menengah

 nilai panas yang dihasilkan sedang

3. Sub-Bituminus
Sub-bituminus mengandung sedikit karbon dan banyak air, oleh karenanya menjadi
sumber panas yang kurang efisien dibandingkan dengan bituminus, dengan kandungan
karbon 35-45% dan menghasilkan nilai panas antara 8.300 hingga 13.000 BTU per pon.
Meskipun nilai panasnya rendah, batubara ini umumnya memiliki kandungan belerang
yang lebih rendah daripada jenis lainnya, yang membuatnya disukai untuk dipakai karena
hasil pembakarannya yang lebih bersih.
Ciri-ciri :

 warna hitam

 material sudah terkompaksi

 mempunyai kandungan air yang sedang

 mempunyai kandungan karbon padat sedang

 mempunyai kandungan karbon terbang sedang

 sifat oksidasi menengah

 nilai panas yang dihasilkan sedang


4. Lignit atau Batubara Coklat
Lignit atau biasa dikenal dengan brown coal adalah batubara yang sangat lunak yang
mengandung air 35-75% dari beratnya. Lignit merupakan batubara geologis muda yang
memiliki kandungan karbon terendah, 25-35%. Nilai panas yang dihasilkan berkisar
antara 4.000 hingga 8.300 BTU per pon.

Ciri-ciri :

 warna kecoklatan

 material terkompaksi namun sangat rapuh

 mempunyai kandungan air yang tinggi

 mempunyai kandungan karbon padat rendah

 mempunyai kandungan karbon terbang tinggi

 mudah teroksidasi

 nilai panas yang dihasilkan rendah

5. Gambut (C60H6O34)
Gambut berpori dan memiliki kadar air diatas 75% serta nilai kalori yang paling rendah.
Ciri-ciri :

 warna coklat

 material belum terkompaksi

 mempunyai kandungan air yang sangat tinggi

 mempunyai kandungan karbon padat yang sangat rendah

 mempunyai kandungan karbon terbang sangat tinggi

 sangat mudah teroksidasi

 nilai panas yang dihasilkan amat rendah


SUMBER :

http://www.michanarchy.com/2013/10/klasifikasi-batubara.html
(Mark, 2011)

Klasifikasi Batubara Secara Umum


Secara umum batubara digolongkan menjadi lima tingkatan, yaitu:

1. Peat

Peat ditandai dengan kondisi fisik berwarna kecoklatan dan struktur berpori, memiliki kadar
air sangat tinggi, nilai kalori sangat rendah, kandungan sulfur sangat tinggi, dan kandungan abu
sangat tinggi. Nilai kalori peat adalah 1.700-3.000 kcal/kg.

2. Lignite

Lignite ditandai dengan kodisi fisik berwara hitam dan sangat rapuh, nilai kalori rendah, kandungan
air tinggi, kandungan abu tinggi, dan kandungan sulfur tinggi. Nilai kalori lignite adalah 1.500-4.500
kcal/kg.

3. Bituminous/ sub-bituminous coal

Bituminous/ sub-bituminous ditandai dengan warna hitam mengkilat, struktur kurang kompak,
kandungan karbon tinggi, nilai kalori tinggi, kandungan air sedikit, kandungai abu sedikit, dan kandungan
sulfur sedikit. Nilai kalori bituminous/ sub-bituminous adalah 7.000-8.000 kcal/kg.

4. Anthracite

Anthracite ditandai dengan warna hitam sangat mengkilat, struktur kompak, kandungan karbon
sangat tinggi, nilai kalor sangat tinggi, kandungan air sangat sedikit, kandungan abu sangat sedikit,
dan kandungan sulfur sangat sedikit. Nilai kalori anthacite lebih besar atau sama dengan 8.300
kcal/kg.
Klasifikasi Batubara Menurut ASTM
ASTM atau American Society for Testing and Material merupakan suatu organisasi internasional yang
mengembangkan standarisasi teknik untuk material, produk, sistem, dan jasa. ASTM membagi batubara
berdasarkan tingkat pembatubaraanya. Urutan batubara dari tingkat tertinggi sampai terendah adalah
anthracite, bituminous, sub-bituminous, dan lignite. Semakin tinggi kualitas batubara, maka kadar
karbon tetap (fixed carbon) akan meningkat sedangkan zat terbang (volatatile matter) dan moisture
(kelembaban) akan turun. Batubara kualitas rendah seperti lignite dan sub-bituminous akan memiliki
karbon tetap yang rendah dan zat terbang dan kelembaban yang tinggi. Semakin tinggi jenis batubara
maka energi yang dihasilkan lebih besar dan bentuknya semakin keras dan berwarna semakin hitam.

Parameter dasar yang digunakan dalam klasifikasi ASTM, yaitu:

1. Batubara berperingkat tinggi (fixed carbon > 69%) menggunakan parameter jumlah karbon tetap
(fixed carbon) dan zat terbang (volatile matter).

2. Batubara berperingkat rendah (fixed carbon < 69%) menggunakan parameter berdasarkan nilai
kalorinya.
Klasifikasi Batubara Berdasarkan Nilai Kalor
Klasifikasi batubara berdasarkan nilai kalor dibagi menjadi tiga, yaitu:

1. Batubara tingkat tinggi (high rank) Batubara tingkat tinggi meliputi meta anthracite, anthracite, dan
semi anthracite.

2. Batubara tingkat menengah (moderate rank) Batubara tingkat menengah meliputi low volatile
bituminous coal, dan high volatile coal.

3. Batubara tingkat rendah (low rank) Batubara tingkat rendah meliputi sub-bituminous coal, dan
lignite.

REFERENSI: Badan Standarisasi Nasional, 1998, Klasifikasi Sumberdaya dan Cadangan Batubara, SNI
5014:1998. Muchidin, 2006, Pengendalian Mutu Dalam Industri Batubara, ITB, Bandung.
Sukandarrumidi, 2005, Batubara dan Pemanfaatannya, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta

Di bawah ini adalah klasifikasi yang banyak dipergunakan orang

1. ASTM Classification

Sistem klasifikasi ini mempergunakan volatile matter (dmmf), fixed carbon (dmmf) dan calorific value
(dmmf) sebagai patokan.

Untuk anthracite, fixed carbon (dmmf) merupakan patokan utama, sedangkan volatile matter (dmmf)
sebagai patokan kedua. Bituminous mempergunakan volatile matter (dmmf) sebagai patokan kedua.
Lignite mempergunakan calorific value (dmmf) sebagai patokan.

2. Ralston’s Classification

Ralston’s mempergunakan hasil analisa ultimate yang sudah dinormalisasi (C + H + O = 100). Ditampilkan
dalam bentuk triaxial plot. Band yang terdapat pada triaxial plot tersebut ialah area dimana batubara
berada.

3. Seyler’s Classification

System klasifikasi ini mempergunakan % carbon (dmmf) dan % hydrogen (dmmf) sebagai dasar utama.
Klasifikasi ini ditampilkan dalam bentuk beberapa grafik kecil yang bertumpu pada grafik utama. Grafik
utama menghubungkan % carbon (dmmf) dengan % hydrogen (dmmf). sedangkan grafik kecil
menggambarkan hubungan calorific value (dmmf) dengan % volatile matter (dmmf) dan % moisture
(adb), menggambarkan % oxygen (dmmf), crucible swelling number dan rasio O/H=8.
Ditengah grafik tersebut terdapat band yang menggambarkan yang menggambarkan area dimana 95%
batubara inggris akan berada serta menunjukkan jenisnya.Batubara yang jatuh di atas band disebut per-
hydrous sedangkan yang jatuh di bawahnya disebut sub-hyrous. Seyler’s chart ini tidak cocok untuk low
rank coal.

4. ECE Classification

ECE membuat system klasifikasi yang dapat dipergunakan secara luas, pada tahun 1965 yang kemudian
menjadi standar international.Sistem ini mengelompokkan batubara dalam class, group dan sub-group.

Coal class mempergunakan calorific value atau volatile matter sebagai patokan. Coal group
mempergunakan Gray-king coke type atau maximum dilatation pada Audibert-Arnu dilatometer test
sebagai patokan, sedangkan coal sub-group mempergunakan crucible swelling number dan Roga test
sebagai patokan.

Sistem ini mampu menunjukkan coal rank dan potensi penggunaannya, terutama coal group dan coal
sub-group yang menjelaskan perilaku batubara jika dipanaskan secara perlahan maupun secara cepat
sehingga dapat memberikan gambaran kemungkinan penggunaannya. Pada tahun 1988 sistem ini
dirubah dengan lebih menekankan pada pengukuran petrographic.

5. International Classification of Lignites

ISO 2960:1974 “Brown Coals and Lignites. Classification by Type on the Basis of Total Moisture content
and Tar Yield”. Mengelompokkan batubara yang mempunyai heating value (moist,ash free) lebih kecil
dari 5700 cal/g. Batubara dikelompokkan dalam coal class dengan patokan total moisture dan coal group
dengan patokan tar yield.

Tar yield diukur dengan Gray-King Assay, dimana batubara didestilasi dan hasilnya berupa gas, air,
cairan, tar dan char dilaporkan dalam persen. Tar yield mempunyai korelasi dengan hydrogen dan
pengukuran ini cukup baik sebagai indicator komposisi petrographic

http://idhamds.wordpress.com/2008/09/18/klasifikasi-batubara/

Anda mungkin juga menyukai