PENDAHULUAN
Latar Belakang
1
sensorik kranial di mana badan sel saraf berkelompok, dan menetapseumur hidup
(yaitu, infeksi laten) di neuron sensorik tersebut. Akibatnya, akar dorsal dan
ganglia sensoris kranial dari semua orang yang pernah menderita cacar air
terinfeksi secara laten dengan VVZ, yang mana mengandung DNA genomik
VVZ, tetapi bukan virus yang menular.9
Gejala Herpes Zoster berlangsung 1-5 hari. Keluhan biasanya diawali
dengan nyeri pada daerah dermatom yang akan timbul lesi dan dapat berlangsung
dalam waktu yang bervariasi. Nyeri bersifat segmental dan dapat berlangsung
terus-menerusatau sebagai serangan yang hilang timbul. Keluhan bervariasi dari
rasa gatal, kesemutan, panas, pedih, nyeri tekan, hiperestesi sampai rasa ditusuk-
tusuk.5
Pengobatan untuk Herpes Zoster terdiri dari dua cara yaitu, non-
farmakologi dan terapi farmakologi. Banyak pasien hanya memerlukan dasar
intervensi untuk mengurangi risiko infeksi dan meminimalkan rasa sakit.
Orang lain mungkin memerlukan terapi antiviral oral atau intravena untuk
mempercepat penyembuhan dan mengurangi rasa sakit. Untuk pasien dengan
infeksi herpes zoster berat, dapat dipertimbangkan untuk rawat inap dan terapi
dengan parenteral untuk terapi antivirus.4
Berdasar dari hal tersebut, tulisan ini dibuat dimaksudkan untuk
menambah pemahaman mahasiswa tentang penyakit Herpes Zoster, mulai dari
definisi, etiologi, patogenesis, gejala klinis, diagnosis, hingga penatalaksanaan.
Setelah pembuatan tulisan ini diharapkan mahasiswa dapat memiliki informasi
yang semakin banyak tentang penyakit Herpes Zoster.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Menurut Janniger, C. (2018), Herpes Zoster (Shingles) adalah infeksi virus
akut kulit yang disebabkan oleh reaktivasi virus VaricellaZoster (VVZ), virus
Herpes yang merupakan penyebab varicella (cacar air). Perbedaan dalam
manifestasi klinis antara Varicella dan Herpes Zoster tampaknya tergantung pada
status kekebalan individu; mereka yang tidak pernah terpapar VVZ, paling umum
anak-anak, mengembangkan sindrom klinis Varicella, sedangkan mereka dengan
antibodi Varicella yang bersirkulasi mengembangkan luapan lokal, Zoster.1
Menurut Gupta et al (2015), Herpes Zoster adalah penyakit lokal yang
ditandai dengan nyeri radikuler unilateral dan ruam vesikuler yang terbatas pada
area kulit yang dipersarafi oleh satu akar dorsal atau ganglion sensoris kranial.
Sedangkan Varicella, atau cacar air, hasil dari infeksi VVZ eksogen primer,
Herpes Zoster disebabkan oleh reaktivasi VVZ endogen yang telah bertahan
dalam bentuk laten dalam sensorikganglia setelah episode cacar sebelumnya.6
2.2 Epidemiologi
Herpes Zoster dapat muncul disepanjang tahun karena tidak dipengaruhi
oleh musim dan tersebar merata di seluruh dunia, angka kesakitan meningkat
dengan peningkatan usia. Di negara maju seperti Amerika, penyakit ini
dilaporkan sekitar 6% setahun, di Inggris 0,34% setahun sedangkan di
Indonesia lebih kurang 1% setahun. Herpes Zoster terjadi pada orang yang pernah
menderita Varicella sebelumnya karena Varicella dan Herpes Zoster
disebabkan oleh virus yang sama yaitu VVZ. Setelah sembuh dari Varicella,
virus yang ada di ganglion sensoris tetap hidup dalam keadaan tidak aktif
dan aktif kembali jika daya tahan tubuh menurun.4
3
Tingginya infeksi Varicella di Indonesia terbukti pada studi yang
dilakukan. Jufri, et. al. tahun 1995-1996, dimana 2/3 dari populasi berusia 15
tahun seropositive terhadap antibodi Varicella. Dari total 2.232 pasien Herpes
Zoster pada 13 rumah sakit pendidikan di Indonesia (2011-2013). Puncak kasus
Herpes Zoster terjadi pada usia 45-64 : 851(37,95 % dari total kasus Herpes
Zoster). Trend Herpes Zoster cenderung terjadi pada usia yang lebih muda.
Gender Wanita cenderung mempunyai insiden lebih tinggi. Total kasus Neuralgia
Pasca Herpetik (NPH) adalah 593 kasus (26,5% dari total kasus Herpes Zoster).
Puncak kasus NPH pada usia 45-64 yaitu 250 kasus NPH (42% dari total kasus
NPH).5
4
Grafik 2. Insiden Neuralgia Pasca Herpetik Berdasarkan Usia.5
2.3 Etiologi
Herpes Zoster disebabkan oleh infeksi VVZ. VVZ adalah virus DNA
beruntai ganda yang tertutup dalam keluarga Herpes viridae; genomnya
mengkodekan sekitar 70 protein. Pada manusia, infeksi primer dengan VVZ
terjadi ketika virus kontak dengan mukosa saluran pernafasan atau konektor. Dari
situs-situs ini, didistribusikan ke seluruh tubuh. Setelah infeksi primer, virus
bermigrasi sepanjang serabut saraf sensoris ke sel-sel satelit dari ganglia akar
dorsal di mana ia menjadi ditinggalkan.1
5
Gambar 1. Virus Varicella Zoster.4
Reaktivasi VVZ tetap tidak aktif di ganglia akar dorsal, seringkali selama
beberapa dekade setelah pajanan awal pasien terhadap virus dalam bentuk
Varicella (cacar air), menghasilkan Herpes Zoster. Persis apa yang memicu
reaktivasi ini belum ditentukan secara tepat, tetapi kemungkinan seorang kandidat
(Diri, atau dalam kombinasi) termasuk yang berikut:
Paparan eksternal terhadap virus
Proses penyakit akut atau kronis (terutama keganasan dan infeksi)
Obat-obatan berbagai jenis
Stres emosional.1
Virus Varicella Zoster adalah virus Herpes yang merupakan penyebab dari
dua penyakit berbeda yaitu Varicella (juga dikenal cacar air) dan Herpes Zoster
(juga dikenal sebagai Shingles/cacar ular/cacar api/dompo).Virus Varicella Zoster
merupakan anggota dari keluarga Herpes viridae, seperti Herpes Simplex Virus
(HSV) tipe 1 dan 2, Cytomegalovirus (CMV), Epstein-Barr Virus (EBV), Human
Herpes Virus 6 (HHV-6), Human Herpes Virus 7 (HHV-7), dan Human Herpes
Virus 8 (HHV-8).5
6
2.4 Patogenesis
Infeksi primer dengan VVZ menyebabkan Varicella (cacar air). Virus
kemudian berpindah dari kulit ke saraf sensoris. Sekali dalam saraf sensorik, virus
berpindah ke ganglia sensori di mana ia menjadi laten. Jika diaktifkan kembali,
virus berpindah dari ganglia sensoris kembali ke kulit di mana ia menghasilkan
infeksi Herpes Zoster, biasa disebut Shingles (Gambar 2). Cara penularannya
adalah melalui udara atau kontak langsung dengan lesi yang terinfeksi, dengan
kemungkinan masuknya melalui saluran pernapasan. Sebagian besar,
infeksiprimer VVZ dan infeksi berulang bersifat simtomatik, dan pelepasan virus
tanpa gejala tampaknya tidak terjadi dengan VVZ.3
Gambaran histopatologis dari lesi kulit Herpes Zoster dan cacar air adalah
identik: keduanya mengandung sel raksasa multinukleus dengan badan inklusi
intranukleus eosinofilik. Ruam Herpes Zoster terbatas pada satu area kulit di satu
sisi tubuh sepanjang dermatom yang diinervasi oleh ganglion di mana virus laten
telah diaktifkan kembali. Selain itu juga, lesi Herpes Zoster terdiri dari vesikula
yang berkelompok secara dekat pada dasar eritematosa, sedangkan pada cacar air
lesinya bersifat individu dan terdistribusi secara acak. Perbedaan-perbedaan ini
mencerminkan penyebaran virus menyebar ke kulit di Herpes Zoster, berbeda
dengan penyebaran viremiapada cacar air.3
7
Virus Varicella Zoster menginfeksi inang manusia ketika partikel virus
mencapai situs mukosa epitel di pintu masuk. Replikasi lokal diikuti oleh
penyebaran ke tonsil dan jaringan limfoid regional lainnya, di mana VVZ
memperoleh akses ke sel T. Sel T yang terinfeksi kemudian mengirimkan virus ke
situs replikasi kutaneous. VVZ membentuk latensi di ganglia sensoris setelah
transportasi ke inti neuronal sepanjang akson neuron atau oleh viremia. Reaktivasi
dari latensi memungkinkan replikasi fase kedua terjadi pada kulit, yang biasanya
menyebabkan lesi pada dermatom yang dipersarafi oleh ganglion sensorik yang
terpengaruh.8
8
Gambar 4. Replikasi virus Varicela Zoster.8
9
2.5 Gejala Klinis
Varisela biasanya dimulai dengan demam prodromal virus, nyeri otot, dan
kelelahan selama 1 sampai 2 hari sebelum erupsi kulit.11 Inisial lesi kutaneus
sangat gatal, makula dan papula eritematosa pruritus yang dimulai pada wajah dan
menyebar ke bawah.11 Papula ini kemudian berkembang cepat menjadi vesikel
kecil yang dikelilingi oleh halo eritematosa, yang dikenal sebagai “tetesan embun
pada kelopak mawar” ( “dew drop on rose petal” ).11 Setelah vesikel matang,
pecah membentuk krusta.11 Lesi pada beberapa tahapan evolusi merupakan
karakteristik dari varisela.11
Manifestasi dari herpes zoster biasanya ditandai dengan rasa sakit yang
sangat dan pruritus selama beberapa hari sebelum mengembangkan karakteristik
erupsi kulit dari vesikel berkelompok pada dasar yang eritematosa.11
Gejala lain dapat berupa rasa terbakar dangkal10,15, malaise, demam, nyeri
kepala, dan limfadenopati, gatal10,15, tingling.10 Lebih dari 80% pasien biasanya
diawali dengan prodormal, gejala tersebut umumnya berlangsung beberapa hari
sampai 3 minggu sebelum muncul lesi kulit.10
10
Lesi kulit yang paling sering dijumpai adalah vesikel dengan eritema di
sekitarnya16 herpetiformis berkelompok dengan distribusi segmental unilateral.10
Erupsi diawali dengan plak eritematosa terlokalisir atau difus kemudian
makulopapuler muncul secara dermatomal.10
Lesi baru timbul selama 3-5 hari.16 Bentuk vesikel dalam waktu 12 sampai
24 jam dan berubah menjadi pustule pada hari ketiga.13 Pecahnya vesikel serta
pemisahan terjadi dalam 2 – 4 minggu.16 dan akan menjadi Krusta dalam 7 – 10
hari.13 Pada umumnya krusta bertahan dari 2 sampai 3 minggu.13 Pada orang yang
normal, lesi – lesi baru bermunculan pada 1 sampai 4 hari ( biasanya sampai
selama 7 hari).13 Rash lebih berat dan bertahan lama pada orang yang lebih tua.,
dan lebih ringan dan berdurasi pendek pada anak – anak.13
Dermatom atau area kulit yang dipersarafi terutama oleh satu saraf
spinalis, Masing masing saraf menyampaikan rangsangan dari kulit yang
dipersarafinya ke otak. Dermatom pada dada dan perut seperti tumpukan cakram
yang dipersarafi oleh saraf spinal yang berbeda, sedangkan sepanjang lengan dan
kaki, dermatom berjalan secara longitudinal sepanjang anggota badan. Dermatom
sangat bermanfaat dalam bidang neurologi untuk menemukan tempat kerusakan
saraf saraf spinalis. Virus yang menginfeksi saraf tulang belakang seperti infeksi
herpes zoster (shingles), dapat mengungkapkan sumbernya dengan muncul
sebagai lesi pada dermatom tertentu
11
Gambar 6. Gambar Dermatom Sensorik Tubuh Manusia17
12
2.6 Pemeriksaan Penunjang
Tes awal pilihan adalah apusan sitologi (Tzanck smear).15 Tes tersebut
tidak membedakan herpes simpleks dan varicella.11,15 Dasar dari lesi pertama kali
dikerok dan diwarnai dengan hematoxylin-eosin, Giemsa, Wright’s, toluidine biru,
atau tinta papanicolaou.15 Sel raksasa multinuklear dan sel epitel yang
mengandung inklusi intranuklear asidofilik dapat terlihat.15
2.7 Diagnosis
13
penyebab rasa nyeri lainnya, misalnya pleuritis, infark miokard, kolesistitis,
apendisitis, kolik renal, dan sebagainya.13 Namun bila erupsi sudah terlihat,
diagnosis mudah ditegakkan. Karakteristik dari erupsi kulit pada herpes zoster
terdiri atas vesikel-vesikel berkelompok, dengan dasar eritematosa, unilateral, dan
mengenai satu dermatom.
2. Varisela
3. Herpes Simplek
4. Pemfigus Vulgaris
14
2.9 Komplikasi
Neuralgia paska herpetik adalah rasa nyeri yang timbul pada daerah bekas
penyembuhan. Neuralgia ini dapat berlangsung selama berbulan-bulan sampai
beberapa tahun. Keadaan ini cenderung timbul pada umur diatas 40 tahun,
persentasenya 10 - 15 % dengan gradasi nyeri yang bervariasi. Semakin tua umur
penderita maka semakin tinggi persentasenya.
15
Gambar 8. Gambar Herpes Zoster Oral.13
Sindrom Ramsay Hunt terjadi karena gangguan pada nervus fasialis dan
otikus, sehingga memberikan gejala paralisis otot muka (paralisis Bell),
kelainan kulit yang sesuai dengan tingkat persarafan, tinitus, vertigo,
gangguan pendengaran, nistagmus, nausea, dan gangguan pengecapan.
Paralisis motorik dapat terjadi pada 1-5% kasus, yang terjadi akibat
perjalanan virus secara kontinuitatum dari ganglion sensorik ke sistem
saraf yang berdekatan. Paralisis ini biasanya muncul dalam 2 minggu sejak
munculnya lesi. Berbagai paralisis dapat terjadi seperti: di wajah,
diafragma, batang tubuh, ekstremitas, vesika urinaria dan anus. Umumnya
akan sembuh spontan.
16
2.10 Penatalaksanaan12
Pengobatan Umum
Selama fase akut, pasien dianjurkan tidak keluar rumah, karena dapat
menularkan kepada orang lain yang belum pernah terinfeksi varisela dan orang
dengan defisiensi imun. Usahakan agar vesikel tidak pecah, misalnya jangan
digaruk dan pakai baju yang longgar. Untuk mencegah infeksi sekunder jaga
kebersihan badan.
3. Lokal :
Pengobatan Khusus
1. Acyclovir
17
c. Carbamazepin : 200 mg sehari 1-2 kali.
2.11 Prognosis
Infeksi primer herpes virus merupakan penyakit yang dapat sembuh spontan,
biasanya berlangsung selama 1-2 minggu. Kematian dapat terjadi pada masa
neonates, anak dengan malnutrisi berat, kasus meningo-ensefalitis, dan eksema
herpetikum yang berat, diluar keadaan ini biasanya prognosis baik. Mungkin
sering ditemukan serangan berulang,tetapi serangan ulang tersebut jarang berat,
kecuali serangan ulang pada mata yang dapat menyebabkan timbulnya jaringan
parut pada kornea dan menimbulkan kebutaan.
18
BAB III
RINGKASAN
Herpes zoster (shingles) adalah infeksi virus akut kulit yang disebabkan
oleh reaktivasi virus varicellazoster (VZV), virus herpes yang merupakan
penyebab varicella (cacar air). Perbedaan dalam manifestasi klinis antara varicella
dan herpes zoster tampaknya tergantung pada status kekebalan individu; mereka
yang tidak pernah terpapar VZV, paling umum anak-anak, mengembangkan
sindrom klinis varicella, sedangkan mereka dengan antibodi varicella yang
bersirkulasi mengembangkan luapan lokal, zoster.
Herpes zoster merupakan hasil dari reaktivasi virus varisela zoster yang
memasuki saraf kutaneus selama episode awal chicken pox. Shingles adalah nama
lain dari herpes zoster. Virus ini tidak hilang tuntas dari tubuh setelah infeksi
primernya dalam bentuk varisela melainkan dorman pada sel ganglion dorsalis
sistem saraf sensoris yang kemudian pada saat tertentu mengalami reaktivasi dan
bermanifestasi sebagai herpes zoster.
Manifestasi dari herpes zoster biasanya ditandai dengan rasa sakit yang
sangat dan pruritus selama beberapa hari sebelum mengembangkan karakteristik
erupsi kulit dari vesikel berkelompok pada dasar yang eritematosa.
Salah satu faktor risiko yang kuat adalah usia lebih tua. Lesi kulit yang
paling sering dijumpai adalah vesikel dengan eritema di sekitarnya herpetiformis
berkelompok dengan distribusi segmental unilateral. Dermatom yang terlibat :
biasanya tunggal dermatom dorsolumbal merupakan lokasi yang paling sering
19
terlibat, diikuti oleh trigeminal oftalmika, kemudian servikal dan sakral.
Ekstremitas merupakan lokasi yang paling jarang terkena.
20
DAFTAR PUSTAKA
11. Schalock C.P, Hsu T.S, Arndt, K.A. Viral Infection of the Skin. In :
Lippincott’s Primary Care Dermatology. Philadelphia : Walter Kluwer
Health. 2011 .p. 148 -151.
12. Odom, R.B., et al. Andrews Disease Of The Skin. 9thed. Philadelpia :
WB Saundersw Company.2000.
13. Wolff K, Goldsmith LA, Katz SI, Gilchrest BA, Paller AS, Leffel DJ.
Varicella and Herpes Zoster. In : Fitzpatrick. Dermatology in General
Medicine. 7 thed. New York : McGraw Hill Company.2008.p. 1885.
21
14. Marks James G Jr, Miller Jeffrey. Herpes Zoster. In: J Lookingbill and
Marks’ Principles of Dermatology. 4th ed. Philadelphia : Elseiver
Saunders. 2006 .p.145-148.
15. Habif P.Thomas. Warts, Herpes Simplex, and Other Viral Infection. In :
Clinical Dermatology. 5 thed. United States of America : Elseiver
Saunders. 2010.p. 479 – 490.
16. Mandal BK, dkk. Lecture Notes :Penyakit Infeksi.6th ed. Jakarta :
Erlangga Medical Series. 2008 : 115 – 119.
22