Disusun Oleh
dr. Wiwit Rahayu
Pembimbing
dr. Anggi Cristian
dr. Syska Martala Dewi
dr. Esther Meylina Sipahutar
LAPORAN KASUS
Disusun oleh:
dr. Wiwit Rahayu
dr. Anggi Christian dr. Syska Martala Dewi dr. Esther Meylina Sipahutar
STATUS PASIEN
I. Identitas Pasien
• MR No. :-
• Nama : An. G
• Umur : 3 Bulan
• Jenis kelamin : Perempuan
• Agama : Islam
• Alamat : Bungin
III. Anamnesa
Keluhan Utama :
Mencret
Keluhan tambahan :
Muntah dan demam
Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien datang dibawa oleh orang tuanya ke UGD RSUD Bekasi dengan
keluhan mencret sejak 1 hari sebelum masuk rumah sakit. Mencret kurang
lebih 10 kali/hari. Mencret cair menyemprot, tidak ada ampas dan berwarna
kuning. Mencretnya ada sedikit bercampur dengan lendir tetapi darah
disangkal. Bau tinjanya seperti biasa tidak berbau asam maupun berbau
busuk.
± 10 jam sebelum masuk rumah sakit pasien muntah sebanyak ± 1x berisi
makanan yang dimakan sebanyak ± setengah gelas aqua. Muntahannya tidak
menyemprot. Selain itu juga pasien ada demam yang timbul tiba-tiba dan
terus menerus. Demamnya tidak terlalu tinggi, tidak menggigil dan tidak
sampai membuat pasien kejang. Buang air kecil masih ada waktu terakhir
pasien mencret.
Pada awalnya anak rewel dan terus menangis disertai tambah sering menetek
(seperti kehausan) namun lama kelamaan anak mulai malas untuk menetek
dan tampak mengantuk. Orang tua pasien belum mengobati keluhan –
keluhannya ini tetapi langsung membawa ke RS.
Riwayat Kelahiran :
Cara lahir : spontan
Tempat lahir : rumah bersalin
Ditolong oleh : bidan
Masa gestasi : cukup bulan
Berat lahir : 3100 gram
Panjang lahir : 49 cm
Lahir normal, langsung nangis, sianosis (-), kejang (-)
Kelainan bawaan :
(-)
Riwayat imunisasi :
Ibu pasien mengaku rutin membawa anaknya untuk imunisasi sesuai jadwal.
Vaksin Umur
0 bulan 1 bulan 2 bulan 4 bulan 6 bulan 9 bulan 18 bulan
BCG √
DPT √
Polio √ √
Campak
Hepatitis B √ √
Data Antropoemetri
√ Berat Badan : 5 kg
√ Panjang Badan : 55 cm
Kesan : status gizi normal
Kepala
• Kepala : bulat, normocephli, Ubun-ubun cekung (+)
• Rambut : Hitam, distribusi merata, tidak mudah dicabut
• Mata : cekung (+), konjungtiva tidak pucat, sklera tidak
ikterik
, pupil isokor, simetris,
refleks cahaya +/+, air mata (-)
• Telinga : Normotia,liang telinga lapang/lapang, serumen -/-,
sekret -/-
• Hidung : Lapang, sekret -/-, deviasi septum (-),
pernafasan cuping hidung (-)
• Bibir : Mukosa bibir kering, sianosis (-)
• Gigi geligi : tidak ada kelainan
• Lidah : tidak hiperemis
• Tonsil : T1 – T1, tenang : tenang, tidak hiperemis
• Faring : tidak hiperemis
• Leher : Kelenjar Getah bening tidak teraba membesar
Toraks
• Inspeksi : Pergerakan dinding dada kiri dan kanan simetris
Retraksi (-)
• Palpasi : Vokal fremitus kiri dan kanan sama
• Perkusi : Perkusi perbandingan kiri dan kanan sama sonor
• Auskultasi : Bising napas dasar vesikuler
Ronki -/-, Wheezing -/-
Bunyi Jantung I dan II normal, murmur (-), gallop (-)
Abdomen
• Inspeksi : Perut tampak datar
• Auskultasi : Bising usus meningkat
• Palpasi : supel, nyeri tekan (-), undulasi (-), turgor kembali
lambat
• Perkusi : Timpani, nyeri ketok (-), pekak alih (-)
V. Pemeriksaan Penunjang
Tidak dilakukan.
VI. Resume
Pasien datang dibawa oleh orang tuanya dengan keluhan mencret sejak 1 hari
sebelum masuk rumah sakit. Mencret kurang lebih 10 kali/hari. Mencret cair
menyemprot, ampas (-) dan berwarna kuning. Mencretnya ada sedikit bercampur
dengan lendir tetapi darah disangkal. Bau tinjanya seperti biasa tidak berbau asam
maupun berbau busuk. ± 10 jam sebelum masuk rumah sakit pasien muntah
sebanyak ± 1x berisi makanan yang dimakan sebanyak ± setengah gelas aqua.
Muntahannya tidak menyemprot. Selain itu juga pasien ada demam yang timbul
tiba-tiba dan terus menerus. Demamnya tidak terlalu tinggi, tidak menggigil dan
tidak sampai membuat pasien kejang.. Orang tua pasien belum mengobati keluhan
– keluhannya ini.
IX. Penatalaksanaan
- Rawat inap
• Rehidrasi via NGT 20 cc/kg/jam (selama 6 jam)100 cc oralit
• Infus RL@30cc/kgBB dalam 1 jam (150 x 60) /60= 150 tetes/menit
• Dilanjutkan Infus RL 70cc/kgbb dalam 5 jam (350 x 60)/300 = 70
tetes/menit
• Dilanjutkan Infus RL (500 cc/ 24 jam= 20 tetes/menit
• Parasetamol inf 50 mg jika suhu >40 °C
• Paracetamol drop 4x60 mg (0,6 cc)
• Zinc 1 x 10 mg
• L-Bio 2x1
• Oralit 50 cc tiap mencret
• ASI lanjutkan
Edukasi kepada orang tua
Observasi TTV dan tanda-tanda dehidrasi berat
X. Pemeriksaan Anjuran
Pemeriksaan darah dan elektrolit
Kultur tinja
XI. Follow Up
Tanggal Perjalanan penyakit Terapi
XII. Prognosis
A. Definisi
Diare adalah buang air besar (defekasi) dengan tinja berbentuk cair
atau setengah cair (setengah padat), kandungan air tinja lebih banyak dari
biasanya, lebih dari 200 gram atau 200 ml/24 jam. Menurut WHO (1980),
diare adalah buang air besar encer lebih dari 3x sehari baik disertai lendir dan
darah maupun tidak.1
Diare akut adalah buang air besar pada bayi atau anak lebih dari 3 kali
per hari, disertai dengan perubahan konsitensi tinja menjadi cair dengan atau
tanpa lender dan darah yang berlangsung kurang dari satu minggu.1
B. Epidemologi
Di Indonesia dilaporkan bahwa setiap anak mengalami diare sebanyak
1-2 episode per tahun (Depkes, 2003).Berdasarkan survei demografi
kesehatan Indonesia tahun 2002-2003, prevalensi diare pada anak –
anak dengan usia kurang dari 5 tahun di Indonesia adalah : laki-laki 10,8%
dan perempuan 11,2%. Berdasarkan umur, prevalensi tertinggi terjadi pada
usia 6-11 bulan (19,4%), 12-23 bulan (14,8) dan 24-35 bulan (12,0) (Biro
pusat statistik,2003).
E. Patofisiologi
Mukosa usus halus adalah epitel berpori, yang dapat dilalui oleh air
dan elektrolit dengan cepat untuk mempertahankan tekanan osmotik antara
lumen usus dengan cairan ekstrasel. Adanya bahan yang tidak diserap,
menyebabkan bahan intraluminal pada usus halus bagian proksimal
tersebut bersifat hipertoni dan menyebabkan hiperosmolaritas. Akibat
perbedaan tekanan osmose antara lumen usus dan darah maka pada segmen
usus jejunum yang bersifat permeable, air akan mengalir kea rah jejunum,
sehingga akan banyak terkumpul air dalam lumen usus. Na akan mengikuti
masuk ke dalam lumen, dengan demikian akan terkumpul cairan
intraluminal yang besar dengan kadar Na normal. Sebagian kecil cairan ini
akan dibawa kembali, akan tetapi lainya akan tetap tinggal di lumen oleh
karena ada bahan yang tidak dapat diserap seperti Mg, glukosa, sucrose,
lactose, maltose di segmen ileum dan melebihi kemampuan absorbs kolon,
sehinga terjadi diare. Bahan-bahan seperti karbohidrat dan jus buah, atau
bahan yang mengandung sorbitol dalam jumlah berlabihan akan
memberikan dampak yang sama.1
2. Diare Sekretorik
Diare sektorik disebabkan oleh sekresi air dan elektrolit ke dalam usus
halus yang terjadi akibat gangguan absorbs natrium oleh vilus saluran
cerna, sedangkan sekresi klorida tetap berlangsung atau meningkat.
Keadaan ini menyebabkan air dan elektrolit keluar dari tubuh sebagai tinja
cair. Diare sekretorik ditemukan diare yang disebabkan oleh infeksi bakteri
akbat rangsangan pada mukosa usus halus oleh toksin E.coli atau V.
cholera.01.7
Sifat tinja:
Volume Sedang Sedikit Sedikit Banyak Sedikit Banyak
Frekuensi 5-10x/hari >10x/hari Sering Sering Sering Terus menerus
Konsistensi Cair Lembek Lembek Cair Lembek Cair
Darah - + Kadang - + -
Bau Langu - Busuk - - Amis khas
Warna Kuning Merah-hijau Kehijauan Tak berwarna Merah-hijau Seperti air
Leukosit hijau + + - - cucuian beras
Lain-lain - Kejang+ Sepsis + Meteorismus Infeksi sistemik+ -
anorexia -
1. Anamnesis
2. Pemeriksaan fisik
Pada pemeriksaan fisik perlu diperiksa : berat badan, suhu tubuh,
frekuensi denyut jantung dan pernapasan serta tekanan darah. Selanjutnya
perlu dicari tanda-tanda tambahan lainya:ubun-ubun besar cekung atau
tidak, mata: cowong atau tidak, ada atau tidak adanya air mata, bibir,
mukosa mulut dan lidah kering atau basah.1
Pernpasan yang cepat dan dalam indikasi adanya asiodosis metabolic.
Bising usus yang lemah atau tidak ada bila terdapat hipokalemia.
Pemeriksaan ekstremitas perlu karena perfusi dan capillary refill dapat
menentukan derjat dehidrasi yang terjadi. Penilaian beratnya atau derajat
dehidrasi dapat ditentukan dengan cara: objektif yaitu dengan
membandingkan berat badan sebelum dan sesudah diare. Subjektif dengan
menggunakan criteria WHO dan MMWR.1
Symptom Minimal atau tanpa Dehidrasi ringan sedang, Dehidrasi berat, kehilangan
dehidrasi, kehilangan kehilangan BB 3%-9% BB>9%
BB<3%
Kesadaran Baik Normal, lelah, gelisah, Apatis, letargi, idak sadar
irritable
Denyut jantung Normal Normal meningkat Takikardi, bradikardi, (kasus
berat)
Kualitas nadi Normal Normal melemah Lemah, kecil tidak teraba
Pernapasan Normal Normal-cepat Dalam
Mata Normal Sedikit cowong Sangat cowong
Air mata Ada Berkurang Tidak ada
Mulut dan lidah Basah Kering Sangat kering
Cubitan kulit Segera kembali Kembali<2 detik Kembali>2detik
Cappilary refill Normal Memanjang Memanjang, minimal
Ekstremitas Hangat Dingin Dingin,mottled, sianotik
Kencing Normal Berkurang Minimal
darah : darah lengkap, serum elketrolit, analisa gas darah, glukosa darah,
kultur dan tes kepekaan terhadap antibiotika
tinja:
a. Pemeriksaan makroskopik
b. Pemeriksaan mikroskopik
H. Tata laksana
Antibiotik selektif
Edukasi
I. Komplikasi1,3
1. Gangguan elektrolit
Hiponatremia, Anak dengan diare yang hanya minum air putih atau
cairan yang hanya mengandung sedikit garam, dapat terjadai
hiponatremia ( Na<130 mmol/L). Hiponatremia sering terjadi pada
anak dengan Shigellosis dan pada anak malnutrisi berat dengan
odema. Oralit aman dan efekstif untuk terapi dari hamper semua anak
dengan hiponatremi. Bila tidak berhasil, koreksi Na dilakukan
bersamaan dengan koreksi cairan rehidrasi yaitu : memakai ringer
laktat atau normal saline. Kadar Na koreksi (mEq/L)=125- kadar Na
serum yang diperiksa dikalikan 0,6 dan dikalikan berat badan.
Separuh diberikan dalam 8 jam, sisanya diberikan dalam 16 jam.
Peningkatan serum Na tidak boleh melebihi 2 mEq/L/jam.1
2. Demam
Demam sering terjadi pada infeksi shigella disentriae dan rotavirus. Pada
umunya demam akan timbul jika penyebab diare mengadakan invasi ke
dalam sel epitel usus. Demam juga dapat terjadi karena dehidrasi. Demam
yang timbul akibat dehidrasi pada umunya tidak tinggi dan akan menurun
setelah mendapat hidrasi yang cukup. Demam yang tinggi mungkin
diikuti kejang demam. Pengobatan: kompres dan/ antipiretika. Antibiotika
jika ada infeksi.3
3. Edema/overhidrasi
Terjadi bila penderita mendapat cairan terlalu banyak. Tanda dan gejala
yang tampak biasnya edema kelopak mata, kejang-kejang dapat terjadi
bila ada edema otak. Edema paru-paru dapat terjadi pada penderita
dehidrasi berat yang diberi larutan garan faali. Pengobatan dengan
pemberian cairan intravena dan atau oral dihentikan, kortikosteroid jika
kejang.3
4. Asidosis metabolic
5. Ileus paralitik
Komplikasi yang penting dan sering fatal, terutama terjadi pada anak
kecil sebagai akibat penggunaan obat antimotilitas. Tanda dan gejala
berupa perut kembung, muntah, peristaltic usu berkurang atau tidak ada.
Pengobatan dengan cairan per oral dihentikan, beri cairan parenteral yang
mengandung banyak K.3
6. Kejang3
kejang demam
Hipernatremia dan hiponatremia
penyakit pada susunan saraf pusat, yang tidak ada hubungannya
dengan diare, seperti meningitis, ensefalitis atau epilepsy.
7. Malbasorbsi dan intoleransi laktosa
Pada penderita malabsorbsi atau intoleransi laktosa, pemberian susu
formula selama diare dapat menyebabkan:3
Volume tinja bertambah
berat badan tidak bertambah atau gejala/tanda dehidrasi memburuk
dalam tinja terdapat reduksi dalam jumlah cukup banyak
8. Malabsorbsi glukosa
Jarang terjadi. Dapat terjadi penderita diare yang disebabkan oleh
infeksi, atau penderita dengan gizi buruk. Tindakan: pemberian oralit
dihentikan, berikan cairan intravena3
9. Muntah
Muntah dapat disebabkan oleh dehidrasi, iritasi usus atau gastritis yang
menyebabkan gangguan fungsi usus atau mual yang berhubungan
dengan infeksi sistemik. Muntah dapat juga disebabkan karena
pemberian cairan oral terlalu cepat. Tindakan: berikan oralit sedikit-
sedikit tetapi sering (1 sendok makan tiap 2-3 menit), antiemetic
sebaiknya tidak diberikan karena sering menyebabkan penurunan
kesadaran.3
J. Pencegahan
1. Mencegah penyebaran kuman pathogen penyebab diare
Kuman-kuman patoggen penyebab diare umumnya disebarkan secara
fekal oral. Pemutusan penyebaran kuman penyebab diare perlu difokuskan
pada cara penyebaran ini. Upaya pencegahan diare yang terbukti efektif
meliputi:
a. Pemberian ASI yang benar
b. Memperbaiki penyiapan dan penyimpanan makanan pendamping
ASI
c. Menggunakan air bersih yang cukup
d. Membudayakan kebiasaan mencuci tangan dengan sabun sehabis
buang air besar dan sebelum makan
e. Penggunaan jamban yang bersih dan higienis oleh seluruh anggota
keluarga
f. Membuang tinja bayi yang benar
2. Memperbaiki daya tahan tubuh pejamu
Cara-cara yang dapat dilakukan untuk meningkatkan daya tahan tubuh
anak dan dapat juga mengurangi resiko diare antara lain:
K. Prognosis
Bila kita menatalaksanakan diare sesuai dengan 4 pilar diare, sebagian besar
(90%) kasus diare pada anak akan sembuh dalam waktu kurang dari 7 hari,
sebagian kecil (5%) akan melanjut dan sembuh dalam kurang dari 7 hari, sebagian
kecil (5%( akan menjadi diare persisten.8
DAFTAR PUSTAKA
1. Subagyo B dan Santoso NB. Diare akut dalam Buku Ajar Gastroenterologi-
Hepatologi Jilid 1, Edisi 1. Jakarta: Badan penerbit UKK Gastroenterologi-
Hepatologi IDAI. 2010:87-110
2. WHO. Diarrhoeal Disease (Updated February 2009). In
http:www.Who.int/vaccine_research/disease/diarrhoeal/en/index html.
[diunduh tanggal 10 Juli 2007]
3. Suraatmaja Sudaryat. Diare dalam Kapita Selekta Gastroenterologi Anak.
Jakarta: Sagung Seto. 2007:1-24
4. Soenarto et al. Burden of Severe Rotavirus Diarrhea In Indonesia. The
Journal of Infectious disease 200: S188-94, 2009.
5. Suraatmaja Sudaryat. Masalah Rehidrasi Oral dalam Kapita Selekta
Gastroenterologi Anak. Jakarta: Sagung Seto. 2007:44-53
6. Pickering LK. Gastroenteritis in Nelson textbook of pediatrics 19th edition.
United Stated of Amrica, Lippincot wiliams
7. Gaurino et al. European Society for Pediatric Gastroenterology, Hepatology
and Nutrition/European Society for Paediatric Infectious disease Evidenced
Based Guidelines for Management of Acute Gastroenteritis in Children in
Europe. Journal of Pediatric Gastroenterology and Nutrition 46: S81-
184.2008.
8. Firmansyah A dkk. Modul pelatihan Tata laksana diare pada anak. Jakarta:
Badan Koordinasi Gastroenterologi Anak Indonesia.2005.
9. Berkes et al. Intestinal Epithelial responses to enteric pathogens: effect on the
tight junction barrier, ion transport and inflammation. Dalam
http:www.glut.bmj.com.[diunuduh tanggal 10 Juli 2011].
10. WHO. Diare dalam Buku Saku Pelayanan Kesehatan Anak di Rumah Sakit
Pedoman Bagi Rumah Sakit Rujukan Tingkat Pertama di Kabupaten Kota.
Jakarta: WHO Indonesia.2009.
11. UNICEF. Oral Rehydration Salt (ORS) A New Reduced Osmolality
Formulation. Http:www// rehydrate/ors/oral rehydration salt.htm.2002.
[diunduh tanggal 16 Juli 2011].
12. Suandi IKG. Manajemen nutrisi pada gastroenteritis dalam Kapita Selekta
Gastroenterologi Anak. Jakarta: Sagung Seto. 2007:84-100.
13. Aggarwal et al. Role of Zinc Administration in Prevention of Childhood
Diarrhea and respiratory illness. A merk analisis. Pediatric 2007 ;119:1120.
14. Isolaun E. Probiotics : A role in the treatment of intestinal infection and
inflammation. Gut.2002,50 (Supple III):III:54-1159
15. Arimbawa dkk. Peranan probiotik pada keseimbangan flora normal usus
dalam Kapita Selekta Gastroenterologi Anak. Jakarta: Sagung Seto. 2007:100-
111
16. Comitte Infection Disease. Prevention of Rotavirus Diseases: Upadated
Guidelines for use of Rotavirus Vaccine. Pediatrics 123,1412,2009.
17. Boom et al. Effectiveness of Pentavalent Rotavirus Vaccine in a large Urban
population in The United States. Pediatrics:125e,e199,2010.
18. Purniti dkk. Imunisasi penyakit Enteral dalam Kapita Selekta
Gastroenterologi Anak. Jakarta: Sagung Seto. 2007:122-31