Anda di halaman 1dari 16

Rahasia Kedokteran Terhadap Penyakit Menular Seksual Pasien

Marisa Theana Tabaleku


102013333
C5
Mahasiswi Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
Jalan Arjuna Utara No. 6 Jakarta Barat 11510

 Pendahuluan

Di dalam praktek kedokteran terdapat aspek etik dan aspek hukum yang sangat luas,
yang sering tumpang-tindih pada suatu issue tertentu, seperti pada informed consent, wajib
simpan rahasia kedokteran, profesionalisme, dan lain-lain. Bahkan di dalam praktek kedokteran,
aspek etik seringkali tidak dapat dipisahkan dari aspek hukumnya, oleh karena banyaknya norma
etik yang telah diangkat menjadi norma hukum, atau sebaliknya norma hukum yang
mengandung nilai-nilai etika.Aspek etik kedokteran yang mencantumkan juga kewajiban
memenuhi standar profesi mengakibatkan penilaian perilaku etik seseorang dokter yang
diadukan tidak dapat dipisahkan dengan penilaian perilaku profesinya. Etik yang memiliki
sanksi moral dipaksa berbaur dengan keprofesian yang memiliki sanksi disiplin profesi yang
bersifat administratif.
Keadaan menjadi semakin sulit sejak para ahli hukum menganggap bahwa standar
prosedur dan standar pelayanan medis dianggap sebagai domain hukum, padahal selama ini
profesi menganggap bahwa memenuhi standar profesi adalah bagian dari sikap etis dan sikap
profesional. Dengan demikian pelanggaran standar profesi dapat dinilai sebagai pelanggaran etik
dan juga sekaligus pelanggaran hukum.Kemungkinan terjadinya peningkatan ketidakpuasan
pasien terhadap layanan dokter atau rumah sakit atau tenaga kesehatan lainnya dapat terjadi
sebagai akibat dari semakin tinggi pendidikan rata-rata masyarakat sehingga membuat mereka
lebih tahu tentang haknya dan lebih asertif, semakin tingginya harapan masyarakat kepada
layanan kedokteran sebagai hasil dari luasnya arus informasi, komersialisasi dan tingginya biaya
layanan kedokteran dan kesehatan sehingga masyarakat semakin tidak toleran terhadap layanan
yang tidak sempurna, dan provokasi oleh ahli hukum dan oleh tenaga kesehatan sendiri.

1
 Pembahasan
 Skenario 5
Seorang pasien laki-laki datang ke praktek dokter. Pasien ini dan keluarganya adalah
pasien lama dokter tersebut, dan sangat akrab serta selalu mendiskusikan kesehatan keluarganya
dengan dokter tersebut. Kali ini pasien laki-laki ini datang sendirian dan mengaku telah
melakukan hubungan dengan wanita lain seminggu yang lalu. Sesudah itu ia masih tetap
berhubungan dengan istrinya. Dua hari terakhir ia mengeluh bahwa alat kemaluannya
mengeluarkan nanah dan terasa nyeri. Setelah diperiksa ternyata ia menderita GO. Pasien tidak
ingin diketahui istrinya tahu, karena bisa terjadi pertengkaran diantaranya keduanya. Dokter tahu
bahwa mengobati penyakit tersebut pada pasien ini tidaklah sulit, tetapi oleh karena ia telah
berhubungan juga dengan istrinya maka mungkin istrinya juga sudah tertular.Istrinya juga harus
diobati.

 Etika Kedokteran
Etika adalah disiplin ilmu yang mempelajari baik buruk atau benar salahnya suatu sikap
dan atau perbuatan seseorang individu atau institusi dilihat dari moralitas. Ada dua macam etika
yang harus kita pahami bersama dalam menentukan baik dan buruknya perilaku manusia
terutamanya apabila menyangkut ilmu profesi kedokteran yang berhadapan dengan pasien:
A. Etika deskriptif, yaitu etika yang berusaha meneropong secara kritis dan rasional sikap dan
prilaku manusia dan apa yang dikejar oleh manusia dalam hidup ini sebagai sesuatu yang
bernilai. Etika deskriptif memberikan fakta sebagai dasar untuk mengambil keputusan
tentang prilaku atau sikap yang mau diambil.
B. Etika normative, yaitu etika yang berusaha menetapkan berbagai sikap dan pola prilaku ideal
yang seharusnya dimiliki oleh manusia dalam hidup ini sebagai sesuatu yang bernilai. Etika
normatif memberi penilaian sekaligus memberi norma sebagai dasar dan kerangka tindakan
yang akan diputuskan.1
Kode Etik Kedokteran Internasional berisikan tentang kewajiban umum, kewajiban
terhadap pasien, kewajiban terhadap sesama dan kewajiban terhadap diri sendiri. Selanjutnya,
Kode Etik Kedokteran Indonesia dibuat dengan mengacu kepada Kode Etik Kedokteran
Internasional. Selain Kode Etik Profesi di atas, praktek kedokteran juga berpegang kepada
prinsip-prinsip moral kedokteran, prinsip-prinsip moral yang dijadikan arahan dalam membuat

2
keputusan dan bertindak, arahan dalam menilai baik-buruknya atau benar-salahnya suatu
keputusan atau tindakan medis dilihat dari segi moral. Pengetahuan etika ini dalam
perkembangannya kemudian disebut sebagai etika biomedis. Etika biomedis memberi pedoman
bagi para tenaga medis dalam membuat keputusan klinis yang etis (clinical ethics) dan pedoman
dalam melakukan penelitian di bidang medis.
Di dalam menentukan tindakan di bidang kesehatan atau kedokteran, keputusan
hendaknya mempertimbangkan Etika Profesi Kedokteran. Etika adalah disiplin ilmu yang
mempelajari baik buruk atau benar salahnya suatu sikap dan atau perbuatan seseorang individu
atau institusi dilihat dari moralitas. Penilaian baik-buruk, benar-salah dari sisi moral tersebut
menggunakan pendekatan teori etika yang cukup banyak jumlahnya. Terdapat dua teori etika
yang paling banyak dianut orang adalah teori deontologi dan teleologi. Deontologi mengajarkan
bahwa baik-buruknya suatu perbuatan harus dilihat dari perbuatannya itu sendiri sedangkan
teleologi mengajarkan untuk menilai baik-buruk tindakan dengan melihat hasil atau akibatnya.
Deontologi lebih mendasarkan kepada ajaran agama, tradisi dan budaya, sedangkan teologi lebih
kearah penalaran (reasoning) dan pembenaran (justifikasi) kepada azas manfaat. 1,2
Kaidah dasar (prinsip) Etika / Bioetik adalah aksioma yang mempermudah penalaran
etik. Prinsip-prinsip itu harus spesifik. Pada praktiknya, satu prinsip dapat dibersamakan dengan
prinsip yang lain. Tetapi pada beberapa kasus, karena kondisi berbeda, satu prinsip menjadi lebih
penting dan sah untuk digunakan dengan mengorbankan prinsip yang lain. Keadaan terakhir
disebut dengan prima facie. Konsil Kedokteran Indonesia, dengan mengadopsi prinsip etika
kedokteran barat, menetapkan bahwa, praktik kedokteran Indonesia mengacu kepada 4 kaidah
dasar moral (sering disebut kaidah dasar etika kedokteran atau bioetika), juga prima facie dalam
penerapan praktiknya.

Prinsip-Prinsip Etika Profesi. Beauchamp and childress (1994) menguraikan bahwa untuk
mencapai suatu keputusan etis diperlukan empat kaedah dasar moral dan beberapa rules
dibawahnya, yaitu:1
A. Prinsip beneficence, yaitu prinsip moral yang mengutamakan tindakan yang ditunjukan
kepada kebaikan pasien. Dokter harus mengusahakan agar pasien yang dirawatnya terjaga
keadaan kesehatannya. Pengertian berbuat baik di sini adalah bersikap ramah atau menolong,
lebih dari sekedar memenuhi kewajibannya. Tindakan konkrit dari beneficience meliputi:

3
1. Mengutamakan altruisme (menolong tanpa pamrih, rela berkorban untuk kepentingan
orang lain)
2. Menjamin nilai pokok harkat dan martabat manusia
3. Memandang pasien/keluarga/sesuatu tidak hanya sejauh menguntungkan dokter
4. Mengusahakan agar kebaikan/manfaatnya lebih banyak dibandingkan dengan
keburukannya
5. Paternalisme bertanggung jawab/berkasih sayang
6. Menjamin kehidupan baik
7. Pembatasan “goal based”
8. Maksimalisasi pemuasan kebahagiaan / preferensi pasien
9. Minimalisasi akibat buruk
10. Kewajiban menolong pasien gawat darurat
11. Menghargai hak-hak pasien secara keseluruhan
12. Tidak menarik honorarium di luar kepantasan
13. Maksimalisasi kepuasan tertinggi secara keseluruhan
14. Mengembangkan profesi secara terus-menerus
15. Memberikan obat berkhasiat namun murah
16. Menerapkan Golden Rule Principle, dimana kita harus memperlakukan orang lain seperti
kita ingin diperlakukan oleh orang lain.

B. Prinsip non-maleficence, yaitu prinsip moral yang melarang tindakan yang memperburuk
keadaan pasien. Prinsip ini dikenal sebagai ‘primum non nocere’ atau ‘do not harm’.
Tindakan konkrit dari non-maleficence meliputi:
1. Menolong pasien emergensi
2. Kondisi untuk menggambarkan criteria ini adalah:
3. Mengobati pasien yang luka
4. Tidak membunuh pasien (tidak melakukan euthanasia)
5. Tidak menghina/mencaci maki/memanfaatkan pasien
6. Tidak memandang pasien hanya sebagai objek
7. Mengobati secara tidak proporsional
8. Mencegah pasien dari bahaya

4
9. Menghindari misinterpretasi dari pasien
10. Tidak membahayakan kehidupan pasien karena kelalaian
11. Memberiksan semangat hidup
12. Melindungi pasien dari serangan
13. Tidak melakukan white collar crime dalam bidang kesehatan/ kerumah-sakitan yang
merugikan pihak pasien/ keluarganya.

C. Prinsip autonomy, yaitu prinsip moral yang menghormati hak-hak pasien (the rights to self
determinations). Maksudnya tiap individu harus diperlakukan sebagai makhluk hidup yang
memiliki otonomi (hak untuk menentukan nasibnya sendiri). Tindakan konkrit dari autonomi
meliputi:2
1. Menghargai hak menentukan nasibnya sendiri
2. Tidak mengintervensi pasien dalam membuat keputusan (pada kondisi elektif)
3. Berterus terang
4. Menghargai privasi
5. Menjaga rahasi pasien
6. Menghargai rasionalitas pasien
7. Melaksanakan informed consent
8. Membiarkan pasien dewasa dan kompeten mengambil keputusan sendiri
9. Tidak mengintervensi atau menghalangi autonomi pasien
10. Mencegah pihak lain ,emgintervensi pasien dalam membuat keputusan, termasuk
keluarga pasien sendiri
11. Sabar menunggu keputusan yang akan diambil pasien pada kasus non emergensi
12. Tidak berbohong kepada pasien meskipun demi kebaikan pasien
13. Menjaga hubungan.

D. Prinsip justice, yaitu prinsip moral yang mementingkan fairness dan keadilan dalam
mendistribusikan sumber daya (distributive justice). Maksudnya adalah memperlakukan
semua pasien sama dalam kondisi yang sama. Tindakan konkrit yang termasuk justice
meliputi:
1. Memberlakukan segala sesuatu secara universal

5
2. Mengambil porsi terakhir dari proses membagi yang telah ia lakukan
3. Memberi kesempatan yang sama terhadap pribadi dalam posisi yang sama
4. Menghargai hak sehat pasien (affordability, equality, accessibility, availability, quality)
5. Menghargai hak hukum pasien
6. Menghargai hak orang lain
7. Menjaga kelompok yang rentan (yang paling merugikan)
8. Tidak membedakan pelayanan pasien atas dasar SARA, status social, dll
9. Tidak melakukan penyalahgunaan
10. Memberikan kontribusi yang relative sama dengan kebutuhan pasien
11. Meminta partisipasi pasien sesuai kemampuannya
12. Kewajiban mendistribusi keuntungan dan kerugian (biaya, beban, sanksi) secara adil
13. Mengembalikan hak kepada pemiliknya pada saat yang tepat dan kompeten
14. Tidak memberi beban berat secara tidak merata tanpa alasan sah/tepat
15. Menghormati hak populasi yang sama-sama rentan penyakit/gangguan kesehatan
16. Bijak dalam makroalokasi.1,3

 Hak dan kewajiban dokter


Dokter merupakan profesi yang dianggap membanggakan pada sebagian besar
masyarakat. Namun, pada pelaksanaannya dokter memiliki tanggung jawab besar yang harus
ditunaikan dimana hal ini tak semudah yang dipikirkan oleh masyarakat. Sebagai dokter, ia
berkewajiban untuk menangani hal-hal yang berhubungan dengan bidangnya yaitu sebagai
tenaga medis. Tak dipungkiri pula, jika ada tugas atau perintah dari Negara, seyogyanya seorang
dokter dapat melaksanakannya, karena hal itu merupakan kewajibannya kepada Negara sebagai
tenaga medis. Selain itu, terlepas dari profesinya sebagai seorang dokter, ia harus melaksanakan
hak dan kewajibannya yang akan dibahas dibawah ini.
UU No. 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran Pasal 50 dan 51, Hak dan Kewajiban
Dokter:

Hak
1. Memperoleh perlindungan hukum sepanjang melaksanakan tugas sesuai standar profesi
dan standar operasional prosedur.
2. Memberikan pelayanan medis sesuai standar profesi dan standar operasional prosedur.

6
3. Memperoleh informasi yang lengkap dan jujur dari pasien atau keluarganya.
4. Menerima imbalan jasa.

Kewajiban

1. Memberikan pelayanan medis sesuai standar profesi dan standar operasional prosedur
serta kebutuhan medis.
2. Apabila tidak tersedia alat kesehatan atau tidak mampu melakukan suatu
pemeriksaan/pengobatan, bisa merujuk pasien ke dokter/sarana kesehatan lain yang
mempunyai kemampuan lebih baik.
3. Merahasiakan segala sesuatu yang diketahuinya tentang pasien, bahkan setelah pasien
itu meninggal dunia.
4. Melakukan pertolongan darurat atas dasar perikemanusiaan, kecuali bila ia yakin ada
orang lain yang mampu melakukannya.
5. Mengikuti perkembangan ilmu kedokteran.

UU No. 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran Pasal 52 dan 53, Hak dan Kewajiban
Pasien:

Hak
1. Mendapatkan penjelasan lengkap tentang rencana tindakan medis yang akan dilakukan
dokter.
2. Bisa meminta pendapat dokter lain (second opinion).
3. Mendapat pelayanan medis sesuai dengan kebutuhan.
4. Bisa menolak tindakan medis yang akan dilakukan dokter bila ada keraguan.
5. Bisa mendapat informasi rekam medis.

Kewajiban

1. Memberikan informasi yang lengkap, jujur dan dipahami tentang masalah kesehatannya.
2. Mematuhi nasihat dan petunjuk dokter.
3. Mematuhi ketentuan yang berlaku di sarana pelayanan kesehatan.
4. Memberikan imbalan jasa atas pelayanan yang diterima

7
 Hak dan kewajiban pasien

Hak pasien dalam memperoleh pelayanan kesehatan termasuk perawatan tercantum pada UU
Kesehatan no 23 tahun 1992 yaitu :

1. Pasal 14 mengungkapkan bahwa setiap orang berhak untuk mendapatkan


kesehatan optimal.
2. Pasal 53 menyebutkan bahwa setiap pasien berhak atas informasi, rahasia kedokteran,
dan hak opini kedua.
3. Pasal 55 menyebutkan bahwa setiap pasien berhak mendapatkan ganti rugi karena
kesalahan dan kelalaian petugas kesehatan.

Secara rinci, hak dan kewajiban pasien adalah sebagai berikut :

a. Hak Pasien

1. Mendapatkan pelayanan kesehatan optimal /sebaik-baiknya sesuai dengan standar profesi


kedokteran.
2. Hak atas informasi yang jelas dan benar tentang penyakit dan tindakan medis yang akan
dilakukan dokter/ suster.
3. Hak memilih dokter dan rumah sakit yang akan merawat sang pasien.
4. Hak atas rahasia kedokteran / data penyakit, status, diagnosis dll.
5. Hak untuk memberi persetujuan / menolak atas tindakan medis yang akan dilakukan pada
pasien.
6. Hak untuk menghentikan pengobatan.
7. Hak untuk mencari pendapat kedua / pendapat dari dokter lain / Rumah Sakit lain.
8. Hak atas isi rekaman medis / data medis.
9. Hak untuk didampingi anggota keluarga dalam keadaan kritis.
10. Hak untuk memeriksa dan menerima penjelasan tentang biaya yang dikenakan / dokumen
pembayaran / bon /bill.
11. Hak untuk mendapatkan ganti rugi kalau terjadi kelalaian dan tindakan yang tidak
mengikuti standar operasi profesi kesehatan.

8
b. Kewajiban Pasien
1. Memberi keterangan yang jujur tentang penyakit dan perjalanan penyakit kepada petugas
kesehatan.
2. Mematuhi nasihat dokter dan perawat
3. Harus ikut menjaga kesehatan dirinya.
4. Memenuhi imbalan jasa pelayanan.

 Rekam Medis
Pasal 46

1. Setiap dokter atau dokter gigi dalam menjalankan praktik kedokteran wajib membuat
rekam medis.

2. Rekam medis sebagaimana dimaksud pada ayat 1 harus segera dilengkapi setelah pasien
selesai menerima pelayanan kesehatan.

3. Setiap catatan rekam medis harus dibubuhi nama, waktu, dan tanda tangan petugas yang
memberikan pelayanan atau tindakan.
Pasal 47

1. Dokumen rekam medis sebagaimana dimaksud dalam Pasal 46 merupakan milik dokter,
dokter gigi, atau sarana pelayanan kesehatan, sedangkan isi rekam medis merupakan
milik pasien.

2. Rekam medis sebagaimana dimaksud pada ayat 1 harus disimpan dan dijaga
kerahasiaannya oleh dokter atau dokter gigi dan pimpinan sarana pelayanan kesehatan.

3. Ketentuan mengenai rekam medis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat 2 diatur
dengan Peraturan Menteri.

9
 Rahasia Kedokteran
Rahasia kedokteran adalah suatu norma yang secara tradisional dianggap sebagai norma
dasar yang melindungu hubungan dokter dan pasien. Sesuai dengan sumpah dokter, kode etik
kedokteran internasional, dan peraturan oemerintah no.10 tahun 1966 yang mengatur kewajiban
simpan rahasia kedokteran oleh seluruh tenaga kesehatan. Namun dalam PP ini diberikan
pengecualian apaiba terdapat Peraturan Perundang-undangan (PP) yang sederajat atau lebih
tinggi (UU), dalam pasal 48 ayat (2):5
 Untuk kepentingan kesehatan pasien
 Untuk memenuhi permintaan aparat penegak hukum dalam rangka penegakan hukum
 Permintaan pasien sendiri
 Berdasarkan ketentuan undang-undang
Peraturan lain yang membenarkan pembukaan rahasia kedokteran antara lain adalah ketentuan
pasal 50 KUHAP, pasal 51 KUHAP, pasal 48 KUHAP, dan pasal 49 KUHAP. Dalam permenkes
no.749a, rekam medis boleh dibuka untuk pendidikan dan penelitian.
Dalam kaitannya dengan keadaan memaksa, dikenal dua keadaan yaitu:5
1. Overmacth: pengaruh daya paksa yang memadai
2. Noodtoeestand: keadaan yang memaksa
Dapat diakibatkan pertentangan antara dua kepentingan hukum, pertentangan antara
kepentingan hukum dan kewajiban hukum, dan pertentangan antara dua kewajiban
hukum. Salah satu contoh noodtoestand adalah kasus dokter yang menemukan child
abuse yang berat dan dicurigai akan bertambah parah dihari kemudian.
Untuk memahami rahasia jabatan ditilik dari sudut hukum,tingkah laku seorang
dokter dibagi menjadi 2 jenis :
1. Tingkah laku yang bersangkutann dalam pekerjaan sehari-hari
Dalam hal ini yang harus diperhatikan ialah :
a. Pasal 322 KUHP yang berbunyi :
(1) Barang siapa dengan sengaja membuka suatu rahasia, yang menurut jabatan atau
pekerjaannya, baik yang sekarang maupun yang dahulu ia diwajibkan untuk

10
menyimpannya, dihukum dengan pidana perkara paling lama sembilan bulan atau
denda paling banyak sembilan ribu rupiah
(2) Jika kejahatan itu dilakukan terhadap seorang yang tertentu,maka perbuatan itu
hanya dituntut atas pengaduan orang tersebut.

2. Tingkah laku dalam keadaan khusus


Menurut hukum, setiap warga Negara dapat dipanggil oleh pengadilan untuk didengar
sebagai saksi. Selain itu, seorang yang mempunyai keahlian dapat dipanggil sebagai ahli.
Dengan demikian, dapatlah terjadi, bahwa seorang yang mempunyai keahlian,
umpamanya seorang dokter, dipanggil sebagai saksi, sebagai ahli sekaligus sebagai saksi
ahli.3
Sebagai saksi atau saksi ahli mungkin sekali ia diharuskan memberi keterangan tentang
seorang yang sebelum itu telah menjadi pasien yang diobatinya. Ini berarti ia seolah-olah
diharuskan melanggar rahasia pekerjaannya. Kejadian ini bertentangan dan dapat
dihindarkan karena adanya hak undur diri seperti yang tercantum dalam pasal 277
reglemen Indonesia yang diperbaharui, bunyinya :
(1) Barang siapa yang martabatnya, pekerjaannya atau jabatannya yang sah,
diwajibkan menyimpan rahasia, boleh minta mengundurkan ddari memberi
penyaksian, akan tetapi hanya dan terutama mengenai hal yang diketahuinya dan
dipercayakan kepadanya karena martabatnya, pekerjaannya atau jabatannya itu.

Dalam pasal 48 undang-undang No 29 tahun 2004 tentang praktik kedokteran


pada paragraph 4 mengenai rahasia kedokteran, dinyatakan bahwa ‘setiap dokter atau
dokter gigi dalam melaksanakan praktik kedokteran wajib menyimpang rahasia
kedokteran. Rahasia kedokteran dapat dibuka hanya untuk kepentingan pasien,
memenuhi permintaan aparatur penegak hukum dalam rangka penegakan hukumn
permintaan pasien sendiri atau berdasarkan ketentuan undang-undang.3

Kewajiban seorang dokter untuk menyimpan rahasia kedokteran telah diatur dalam,4
A. PP.No.10 tahun 1966.

11
1. Pasal 1 PP No 10/1966. Yang dimaksud dengan rahasia kedokteran ialah segala sesuatu
yang diketahui oleh orang-orang tersebut dalam pasal 3 pada waktu atau selama
melakukan pekerjaannya dalam lapangan kedokteran.
2. Pasal 2 PP No 10/1966. Pengetahuan tersebut pasal 1 harus dirahasiakan oleh orang-
orang yang tersebut dalam pasal 3, kecuali apabila sautu peraturan lain yang sederajat
atau lebih tinggi dari pada PP ini menentukan lain.
3. Pasal 3 PP No 10/1966. Yang diwajibkan menyimpan rahasia yang dimaksud dalam
pasal 1 ialah:
a. Tenaga kesehatan menurut pasal 2 UU tentang tenaga kesehatan
b. Mahasiswa kedokteran, murid yang bertugas dalam lapangan pemeriksan, pengobatan
dan atau perawatan dan orang lain yang ditetapkan oleh menteri kesehatan.
4. Pasal 4 PP No/1966. Terhadap pelanggaran ketentuan mengenai wajib simpan rahasia
yang tidak atau dapat dipidana menurut pasal 322 atau pasal 112 KUHP, menteri
kesehatan dapat melakukan tindakan administratif berdasakan pasal UU tentang tenaga
kesehatan.
5. Pasal 5 PP No 10/1966. Apabila pelanggaran yang dimaksud dalam pasal 4 dilakukan
oleh mereka yang disebut dalam pasal 3 huruf b, maka menteri kesehatan dapat
mengambil tindakan-tindakan berdasarkan wewenang dan kebijaksanaannya.

B. Kode Etik Kedokteran Indonesia (KODEKI)6


1. Pasal 7c. Seorang dokter harus menghormati hak-hak pasien, hak-hak sejawatnya, dan
hak tenaga kesehatan lainnya, dan harus menjaga kepercayaan pasien.
2. Pasal 12. Setiap dokter wajib merahasiakan segala sesuatu yang diketahuinya tentang
seorang pasien, bahkan juga setelah pasien itu meninggal dunia.
Pada dasarnya rahasia kedokteran harus tetap disimpan walaupun pasien tersebut telah
meninggal. Rahasia kedokteran ini begitu dijunjung tinggi dalam masyarakat, sehingga walaupun
dalam pengadilan meminta seorang dokter untuk membuka rahasia kedokteran, seorang dokter
memiliki hak tolak (verschoningsrecht). Hak ini telah diatur dalam pasal 170 KUHAP, yang
menentukan bahwa mereka yang diwajibkan menyimpan rahasia pekerjaan/jabatan dapat minta
dibebaskan dari kewajiban untuk memberi keterangan sebagai saksi. Namun ayat kedua dari
pasal 170 KUHAP tersebut membatasi hak tolak sesuai dengan pertimbangan hakim. Hal ini

12
tentunya diterapkan bila kepentingan yang dilindungi pengadilan lebih tinggi dari rahasia
kedokteran.2

 Penatalaksanaan
Gonorrhea atau di kalangan masyarakat umum dikenal dengan nama GO adalah penyakit
menular seksual yang disebabkan oleh bakteri Neisseria gonorrhea. Penyakit ini terutama
menyerang mereka yang sering bergonta ganti pasangan seksual. Karena sifat penularannya yang
mudah dan cepat, maka seorang pengidap GO sudah mampu menularkan penyakitnya hanya
dengan sekali berhubungan seksual.
Gonorrhea adalah sebuah penyakit infeksi yang disebabkan oleh Neisseria gonorrhea
yang penularannya melalui hubungan kelamin baik melalui genito-genital, oro-genital, ano-
genital. Bakteri ini dapat hidup dan mudah berkembang dengan cepat di dalam saluran
pembiakan / peranakan seperti pangkal rahim (cervix), rahim (uterus), dan tuba fallopi (saluran
telur) bagi wanita dan juga saluran kencing (urine canal) bagi wanita dan lelaki. Sehingga pada
laki-laki gejalanya adalah kencing bernanah sedangkan pada wanita seringkali tidak bergejala
karena letak rahim yang di dalam.8
- Gejala GO
Pada wanita, GO tidak menimbulkan gejala apapun sehingga sering luput dari
diagnosa dokter. Hal ini menyebabkan seorang wanita pengidap GO tidak menyadari
dirinya terinfeksi lalu menularkannya ke orang lain. Sebaliknya pada laki laki, GO dapat
menimbulkan gejala yang sangat hebat seperti rasa terbakar pada saat kencing, gangguan
frekuensi kencing dan keluar nanah dari ujung penis. Bila GO tidak tertangani dengan
baik maka pada laki laki dapat menimbulkan peradangan pada ‘pabrik’ sperma berupa
epididymitis dan orchitis. GO juga sering menimbulkan gejala sistemik seperti rasa nyeri
pada persendian, demam, bercak bercak pada kulit dan lain lain.
Gejala GO juga bisa mengenai tenggorokan (faringitis) terutama bagi mereka
yang gemar melakukan oral seks. Gejala pada anus juga bisa terjadi bila hubungan
seksual dilakukan secara anal.
Gejala GO pada laki laki akan timbul sekitar 4 sampai 8 hari setelah melakukan
kontak seksual dengan penderita GO, walaupun terkadang pada beberapa kasus
memerlukan waktu yang lebih panjang dari itu.

13
- Mendiagnosa GO
Gonorrhea dapat dengan mudah didiagnosa dengan melakukan pemeriksaan
mikroskopis pada lendir atau nanah yang keluar dari penis. GO juga bisa didiagnosa dari
biakan lendir yang berasal dari saluran kencing, anus atau tenggorokan. Pada pasien
dengan gejala sistemik seperti nyeri pada sendi atau gejala pada kulit, kuman GO bisa
dibiakan dari bahan darah. Saat ini beberapa metode tes diagnostik secara cepat sudah
banyak dikembangkan sehingga waktu yang dibutuhkan untuk mendiagnosa GO menjadi
lebih singkat.
- Pengobatan GO
Pengobatan GO tanpa komplikasi, cukup dengan sekali suntikan ceftriakson
125mg. Sayangnya saat ini sudah banyak strain kuman GO yang resisten atau kebal
terhadap beberapa jenis antibiotika. Beberapa antibiotika alternatif yang bisa menjadi
pilihan adalah Cefixime 400mg, Ciprofloxacin 500mg, Ofloxacin 400mg, dan
Levofloxacin 250mg yang diberikan dengan dosis tertentu setiap hari. Pengobatan GO
sebaiknya dalam pengawasan dokter agar pengobatan berlangsung dengan tepat untuk
mencegah terjadinya resistensi kuman.
- Edukasi
Bila kebetulan yang menderita GO adalah pasangan suami istri dan selama
menderita GO mereka melakukan hubungan seksual aktif maka keduanya harus berobat
meskipun sang istri tidak menimbulkan gejala apapun. Hal ini untuk mencegah terjadinya
‘fenomena pingpong’ yaitu bila hanya suami yang diobati maka ia akan dapat tertular
kembali oleh istrinya demikian sebaliknya.

14
 Kesimpulan
Seorang pasien laki-laki yang datang ke praktek dokter keluarganya mengeluh dua
hari terakhir bahwa alat kemaluannya mengeluarkan nanah dan terasa nyeri,yang didapatkan
nya akibat perselingkuhan dengan wanita lain,pasien tidak ingin diketahui istrinya tahu,
karena bisa terjadi pertengkaran diantara keduanya,disini dokter tahu bahwa mengobati
penyakit tersebut pada pasien ini tidaklah sulit,tetapi oleh karena ia telah berhubungan juga
dengan istrinya maka mungkin istrinya juga sudah tertular.Istrinya juga harus diobati.
Disini yang harus dijaga oleh seorang dokter adalah untuk tetap menjaga rahasia
kedokteran ialah pertama-tama dokter harus menjelaskan kepada pasien bahwa pengobatan
penyakit tersebut sebenarnya tidak sulit, tetapi karena ia telah berhubungan juga dengan
istrinya, maka kemungkinan istrinya juga sudah tertular dan harus diobati. Dokter juga
menjelaskan adanya kemungkinan-kemungkinan dimana AIDS bisa saja tertular melalui
hubungan seksual yang tidak sehat,karena dokter memegang prinsip rahasia kedokteran
pasien, maka dokter tidak boleh membocorkan apapun yang dialami pasien kepada siapapun
termasuk kepada sang istri.Dokter seharusnya hanya bisa menyarankan agar pasien berusaha
jujur dan bertanggung jawab atas apa yang dilakukan nya,tetapi semua keputusan tetap di
tangan pasien tersebut,karena dokter tidak bisa memaksa sesuai hak Autonomy seorang
pasien dan sesuai rahasia jabatan kedokteran.

 Daftar Pustaka
1. Sampurna B, Syamsu Z, Siswaja TD. Bioetik dan hukum kedokteran pengantar bagi
mahasiswa kedokteran dan hukum. Pustaka Dwipar; Jakarta: 2007. h. 8-12,30-32,53-
5,62-7,77-9
2. Budiyanto arif,Widiatmaka Wibisana,dkk .Peraturan Perundang-Undangan Bidang
Kedokteran edisi 2. Jakarta : Bagian Kedokteran Forensik Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia;1994 h 20-36
3. Peraturan perundang-undangan bidang kedokteran. cetakan kedua. Bagian Kedokteran
Forensik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta; 1994, hal 17
4. Kode Etik Kedokteran. http://www.ilunifk83.com/t130-kode-etik-kedokteran-indonesia.
18 Januari 2009. Diunduh 8 Januari 2018..

15
5. Samil, Suprapti R. Etika kedokteran indonesia. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo, 2001.
6. Rekam Medis dan Informed Consent.
http://repository.ui.ac.id/contents/koleksi/11/b6fa37a62692182ad455b08bac8ac3d8bc639
f55.pdf. 27 April 2009. Diunduh 8 Januari 2018.
7. Majelis Kehormatan Etik Kedokteran Indonesia Ikatan Dokter Indonesia. dikti.go.id.
2006. Diunduh 8 Januari 2018.
8. Centers for Disease Control and Prevention. Sexual Transmitted Disease – Gonorrhea.
Edisi 2010. Diunduh dari http://www.cdc.gov/std/gonorrhea/stdfact-gonorrhea.htm, 8
Januari 2018.

16

Anda mungkin juga menyukai