Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN
a. Latar Belakang
Sampai saat ini telah di ketahui beberapa nyamuk sebagai vector dengue, walaupun
Ae.aegypti di perkirakan sebagai vector utama penyakit dengue hemorrahagic fever (DHF),
pengamatan epidemiologis dan percobaan penularan di laboratorium membuktikan bahwa
Ae.Scuttelaris dan Ae.Polinesiensis yang terdapat di kepulauan pasifik selatan dapat menjadi
vector demam dengue. Di kepulauan Rotuma di daerah Fiji padawa itu terjadi wabah demam
dengue pada tahun 1971 – 1972. Ae.retumae di laporkan satu-satunya vector yang ditemukan. Di
pulauponape, kepulauan caroline sebelah timur pada tahun 1974 terjadi letupan wabah dengue;
virus dengue tipe 1 telah berhasil diisolasi pada stadium akut dari darah penderita dan ternyata
Ae.hakansoni merupakan vektornya. Ae, cooki di duga merupakan vector pada waktu terjadi
pada wabah demam dengue di niue.Di Indonesia, walaupun vector DHF belum di selidiki secara
luas. Ae.Aegypti diperkirakan sebagai vector terpenting di daerah perkotaan, sedangkan
Ae.albopictus di daerah pedesaan.
Di Indonesia Dengue Hemorrhagic Fever pertama kali di curigai di Surabaya pada tahun
1968, tetapi konfirmasi virology baru di peroleh pada tahun 1970. Setelah itu berturut-turut di
laporkan kasus dari kota di Jawa maupun dari luar Jawa, dan pada tahun 1994 telah menyebar
keseluruh propinsi yang ada. Pada saat ini Dengue Hemorrhagic Fever sudah endemis di banyak
kota besar, bahkan sejak 1975 penyakit ini telah berjangkit di daerah pedesaan. Oleh karena itu
sudah seharusnya semua tenaga medis yang bekerja di Indonesia untuk mampu mengenali dan
mendiagnosisnya, kemudian dapat melakukan penatalaksanaan, sehingga angka kematian akibat
Demam Berdarah Dengue dapat ditekan.
Infeksi virus dengue pada manusia terutama pada anak mengakibatkan suatu spectrum
manifestasi klinis yang bervariasi antara penyakit ringan (mild undifferentiated febrile illness),
dengue fever, dengue hemorrhagic fever (DHF) dan dengue shock syindrome (DSS); yang
terakhir dengan mortalitas tinggi di sebabkan renjatan dan perdarahan hebat . gambaran
manifestasi klinis yang bervariasi ini dapat di samakan dengan sebuah gunung es. DHF dan DSS
sebagai kasus - kasus yang dirawat di rumah sakit merupakan puncak gunung es yang kelihatan
di atas permukaan laut, sedangkan kasus - kasus dengue ringan (demam dengue dan silent
dengue infection) merupakan dasar gunung es. Di perkirakan untuk setiap kasus renjatan yang

1
dijumpai di Rumah sakit, telah terjadi 150 – 200 kasus silent dengue infection.Demam dengue
adalah demam virus akut yang di sertai sakit kepala, nyeri otot, sendi dan tulang, penurunan
jumlah sel darah putih dan ruam-ruam.Demam berdarah dengue/dengue hemorrhagic fever
(DHF) adalah demam dengue yang di sertai pembesaran hati dan manifestasi perdarahan.Pada
keadaan yang parah bisa terjadi kegagalan sirkulasi darah dan pasien jatuh dalam syok
hipovolemik akibat kebocoran plasma. Keadaan ini di sebut dengue shock syndrome (DSS).

b. Tujuan
Tujuan umum
Setelah mengikuti seminar ini, di harapkan mahasiswa dapat memberikana asuhan
keperawatan pada anak dengan penyakit DHF (dengue hemorrhagic fever)
Tujuan khusus
1. Mahasiswa dapat memahami anatomi fisiologi system hematologi
2. Mahasiswa dapat menjelaskan Definisi penyakit DHF
3. Mahasiswa dapat menjelaskan etiologi DHF
4. Mahasiswa dapat menjelaskan manifestasi klinis DHF
5. Mahasiswa dapat menjelaskan patofisiologi DHF
6. Mahasiswa dapat menyebutkan pemeriksaan penunjang penyakit DHF
7. Mahasiswa dapat menjelaskan pencegahan penyakit DHF
8. Mahasiswa dapat menerapkan penatalaksanaan penyakit DHF
9. Mahasiswa dapat memberikan asuhan keperawatan pada anak dengan penyakit
DHF 
C. RUMUSAN MASALAH
1. Apa pengertian definisi dhf ?
2. Apa etiologi dan manifistase?
3. Bagaimana patofisiologi DHF ?
4. Apa komplikasi dari DHF?
5. Bagaimana cara pencegahan DHF?
6. Apa data penunjang DHF?
7. Bagaimana penatalaksanaan medis DHF?
8. asuhan keperawatan DHF?

2
BAB II
PEMBAHASAN
1. Definisi
DHF atau dikenal dengan istilah demam berdarah adalah penyakit yang disebabkan oleh
Arbovirus ( arthro podborn virus ) dan ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes (Aedes
Albopictus dan Aedes Aegepty).Dengue Haemoragic Fever (DHF) adalah penyakit demam akut
yang disertai dengan adanya manifestasi perdarahan, yang bertendensi mengakibatkan renjatan
yang dapat menyebabkan kematian (Arief Mansjoer &Suprohaita; 2000; 419).Dengue
Haemoragic Fever (DHF) adalah infeksi akut yang disebabkan oleh Arbovirus (arthropodborn
virus) dan ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes Aegypti dan Aedes Albopictus. (Ngastiyah,
1995 ; 341).
Dengue Haemoragic Fever (DHF) adalah suatu penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus
dengue dengan tipe I – IV dengan infestasi klinis dengan 5 – 7 hari disertai gejala perdarahan dan
jika timbul tengatan angka kematiannya cukup tinggi (UPF IKA, 1994 ; 201)
1. Etiologi
Virus Dengue sejenis arbovirus. Sekurang-kurangnya ada empat tipe antigenik virus
dengue yang berbeda. Lagipula, tiga virus yang dibawa arthopoda (arbo) lain menyebabkan
penykit demam serupa atau identik ruam. Dengue 1 dan 2 ditemukan di Irian ketika
berlangsungnya perang dunia ke II, sedangkan dengue 3 dan 4 ditemukan pada saat wabah di
Filipina tahun 1953-1954. Virus dengue berbentuk batang, bersifat termoragil, sensitif terhadap
in aktivitas oleh diatiter dan natrium diaksikolat, stabil pada suhu 70oC. Keempat serotif tersebut
telah di temukan pula di Indonesia dengan serotif ke 3 sebagai serotif yang paling banyak.
2. Manifestasi Klinis
a. Demam tinggi selama 5 – 7 hari
b. Mual, muntah, tidak ada nafsu makan, diare, konstipasi.
c. Perdarahan terutama perdarahan bawah kulit, ptechie, echymosis, hematoma.
d. Epistaksis, hematemisis, melena, hematuri.
e. Nyeri otot, tulang sendi, abdoment, dan ulu hati.
f. Sakit kepala.
g. Pembengkakan sekitar mata.

3
h. Pembesaran hati, limpa, dan kelenjar getah bening.
i. Tanda-tanda renjatan (sianosis, kulit lembab dan dingin, tekanan darah menurun, gelisah,
capillary refill lebih dari dua detik, nadi cepat dan lemah).

3. PATOFISIOLOGI
Setelah virus dengue masuk ke dalam tubuh, pasien akan mengalami keluhan dan gejala
karena viremia, seperti demam, sakit kepala, mual, nyeri otot, pegal seluruh badan, hiperemi
ditenggorokan, timbulnya ruam dan kelainan yang mungkin muncul pada system
retikuloendotelial seperti pembesaran kelenjar-kelenjar getah bening, hati dan limpa. Ruam pada
DHF disebabkan karena kongesti pembuluh darah dibawah kulit. Fenomena patofisiologi utama
yang menentukan berat penyakit dan membedakan DF dan DHF ialah meningginya
permeabilitas dinding kapiler karena pelepasan zat anafilaktosin, histamin dan serotonin serta
aktivasi system kalikreain yang berakibat ekstravasasi cairan intravaskuler. Hal ini berakibat
berkurangnya volume plama, terjadinya hipotensi, hemokonsentrasi, hipoproteinemia, efusi dan
renjatan.
Adanya kebocoran plasma ke daerah ekstravaskuler ibuktikan dengan ditemukannya cairan
dalam rongga serosa, yaitu dalam rongga peritoneum, pleura dan perikard. Renjatan hipovolemik
yang terjadi sebagai akibat kehilangan plasma, bila tidak segera teratasi akan terjadi anoxia
jaringan, asidosis metabolic dan kematian. Sebab lain kematian pada DHF adalah perdarahan
hebat. Perdarahan umumnya dihubungkan dengan trombositopenia, gangguan fungsi trombosit
dan kelainan fungsi trombosit.Fungsi agregasi trombosit menurun mungkin disebabkan proses
imunologis terbukti dengan terdapatnya kompleks imun dalam peredaran darah. Kelainan system
koagulasi disebabkan diantaranya oleh kerusakan hati yang fungsinya memang tebukti terganggu
oleh aktifasi system koagulasi. Masalah terjadi tidaknya DIC pada DHF/ DSS, terutama pada
pasien dengan perdarahan hebat

4
4. PATHWAY

5. Komplikasi
Menurut (Warsidi, E, 2009) Komplikasi dari penyakit demam berdarah diantaranya :
a. Ensepalopati : demam tinggi,gangguan kesadaran disertai atau tanpa kejang
b.

Disorientasi dan penurunan kesadaran


Penurunan kesadaran pada penderita terjadi pada derajat IV yang ditandai dengan nadi
yang tidak teraba dan
yang sulit diukur.
c. Perdarahan luas.
Perdarahan pada DHF disebabkan adanya perubahan vaskuler,penurunan jumlah trombosit
(trombositopenia) <100.000 /mm³ dan koagulopati, trombositopenia, dihubungkan dengan
meningkatnya megakoriosit muda dalam sumsum tulang dan pendeknya masa hidup

5
trombosit. Tendensi perdarahan terlihat pada uji tourniquet positif, peteke, purpura,
ekimosis, dan perdarahan saluran cerna, hematemesis dan melena
d. Shock atau renjatan dan dapat terjadi Anoksia jaringan
DSS (Dengue Syok Sindrom) biasanya terjadi sesudah hari ke 2–7, disebabkan oleh
peningkatan permeabilitas vaskuler sehingga terjadi kebocoran plasma, efusi cairan serosa
ke rongga pleura dan peritoneum, hipoproteinemia, hemokonsentrasi dan hipovolemi yang
mengakibatkanberkurangnya aliran balik vena (venous return), prelod, miokardium volume
sekuncup dan curah jantung, sehingga terjadi disfungsi atau kegagalan sirkulasi dan
penurunan sirkulasi jaringan. DSS juga disertai dengan kegagalan hemostasis
mengakibatkan perfusi miokard dan curah jantung menurun, sirkulasi darah terganggu dan
terjadi iskemia jaringan dan kerusakan fungsi sel secara progresif dan irreversibel, terjadi
kerusakan sel dan organ sehingga pasien akan meninggal dalam 12-24 jam.

6. Pencegahan
Menurut (Warsidi, E, 2009) upaya pencegahan harus dilakukan dengan cara yang terbaik, murah,
mudah dan dapat pula dilakukan oleh masyarakat umum. Upaya pencegahan tersebut meliputi:
a.Pencegahan dengan prinsip 3 M:
1)Menguras: tempat penyimpanan air seperti bak mandi, sekurang-kurangnya seminggu
sekali.
2)Menutup: tempat penyimpanan air agar nyamuk tidak masuk dan berkembang.
3)Mengubur: barang-barang bekas, seperti kaleng bekas yang dapat menampung air hujan,
agartiak menjadi tempat perkembang biakan nyamuk.
b.Lipatlah pakaian / kain yang tergantunagar nyamuk tidak himggap.
c.Untuk tempat-tempat air yang sulit untuk dikuras, taaburkan bubuk abate kedalam genangan air
tersebut untuk membunuh jentik-jentik nyamuk. Ulangi 2-3 bulan sekali.
d.Memberantas nyamuk Aedes aegepti, dengan cara: penyemprotan dengan bahan kimia,
pengasapan dengan bahan insektisida (fogging).
e.Memberantas jentik nyamuk dengan menggunakan serbuk abate, dengan cara:
1)Untuk 10 liter air, cukup dengan 1 gram serbuk abate.

6
2)Bila memerlukan abate kurang dari 10 gram caranya: ambil 1 sdm abate dan tuangkan
pada selembar kertas, lalu bagilah abate menjadi 2,3 atau 4 bagian sesuai dengan takaran
yang dibutuhkan
3)Setelah dibubuhkan abate, selama 3 bulan bubuk abate tersebut mampu membunuh jentik
nyamuk, hendaknya jangan menyikat dinding penampungan air selama 3 bulan setelah
dibubuhi abate, dan air yang dibubuhi abate selama takarannya benar tetap aman di gunakan

7. data penunjang

Untuk mendiagnosis Dengue Haemoragic Fever (DHF) dapat dilakukan pemeriksaan dan
didapatkan gejala seperti yang telah dijelaskan sebelumnya juga dapat ditegakan dengan
pemeriksaan laboratorium yakni :
- Trombositopenia (< 100.000 / mm3) , Hb dan PCV meningkat (> 20%) leukopenia
(mungkin normal atau leukositosis), isolasi virus, serologis (UPF IKA, 1994).
- Pemeriksaan serologik yaitu titer CF (complement fixation) dan anti bodi HI
(Haemaglutination ingibition) (Who, 1998 ; 69), yang hasilnya adalah
a. Pada infeksi pertama dalam fase akut titer antibodi HI adalah kurang dari 1/20
dan akan meningkat sampai < 1/1280 pada stadium rekovalensensi pada infeksi kedua
atau selanjutnya, titer antibodi HI dalam fase akut > 1/20 dan akan meningkat dalam
stadium rekovalensi sampai lebih dari pada 1/2560.
b. Apabila titer HI pada fase akut > 1/1280 maka kadang titernya dalam stadium
rekonvalensi tidak naik lagi. (UPF IKA, 1994 ; 202)
c. Pada renjatan yang berat maka diperiksa : Hb, PCV berulangkali (setiap jam atau
4-6 jam apabila sudah menunjukan tanda perbaikan) faal haemostasis x-foto dada, elektro
kardio gram, kreatinin serum.
d. Laboratorium:
Trombositopenia (< 100.000/ uL) dan terjadi hemokonsentrasi lebih dari 20%.

Secara singkat, pemeriksaan penunjang yang menunjukkan DHF :


a. Darah
1) Trombosit menurun.
2) HB meningkat lebih 20 %

7
3) HT meningkat lebih 20 %
4) Leukosit menurun pada hari ke 2 dan ke 3
5) Protein darah rendah
6) Ureum PH bisa meningkat
7) NA dan CL rendah

b. Serology : HI (hemaglutination inhibition test).


1) Rontgen thorax : Efusi pleura.
2) Uji test tourniket (+)

8. Penatalaksanaan
Pada dasarnya pengobatan pasien Dengue Haemoragic Fever (DHF) bersifat simtomatis dan
suportif (Ngastiyah, 12995 ; 344)
Dengue Haemoragic Fever (DHF) ringan tidak perlu dirawat, Dengue Haemoragic Fever (DHF)
sedang kadang – kadang tidak memerlukan perawatan, apabila orang tua dapat diikutsertakan
dalam pengawasan penderita di rumah dengan kewaspadaan terjadinya syok yaitu perburukan
gejala klinik pada hari 3-7 sakit ( Purnawan dkk, 1995 ; 571)
Indikasi rawat tinggal pada dugaan infeksi virus dengue (UPF IKA, 1994 ; 203) yaitu:
a. Panas 1-2 hari disertai dehidrasi (karena panas, muntah, masukan kurang) atau
kejang–kejang.
b. Panas 3-5 hari disertai nyeri perut, pembesaran hati uji torniquet positif/negatif,
kesan sakit keras (tidak mau bermain), Hb dan Ht/PCV meningkat.
c. Panas disertai perdarahan- perdarahan.
d. Panas disertai renjatan.

ASUHAN PADA ANAK DENGAN DHF


Pengkajian
1. Idntitas pasien
Nama , umur (pada DHF sering menyerang anak pada usia kurang dari 15 taun) , jenis kelamin ,
alamat , pendidikan , nama orang tua , pendididkan orang tua , dan pekerjaan orang tua.
2. Keluhan utama

8
Alasan / keluhan yang menojol pada pasien DHF untuk datang ke rumah sakit adalah panas
tinggi dan anak lemah.
3. Riwayat penyakit sekarang
Didapatkan adanya keluhan panas mendadak yang disertai menggigil , kesadaran saat demam
kompos mentis. Turunnya panas terjadi anatara hari ke-3 dan ke-7 , dan anak semakin lemah.
Kadang – kadang disertai dengan batuk , pilek , nyeri telan , mual ,muntal , anoreksia , diare /
konstipasi , sakit kepala , nyeri otot dan persendian , nyeri ulu hati dan pergerakan bola mata
terasa pegal , serta adanya manifestasi perdarahan pada kulit , gusi (grade III , IV) , melena atau
hematemesis.
4. Riwayat penyakit yang pernah diderita
Penyakit apa saja yang pernah diderita pada DHF , anak bisa mengalami serangan ulang DHF
dengan tipe virus yang lain.
5. Riwayat imunisasi
Apabila anak mempunyai kekebalan yang baik , maka kemungkinan akan timbulnya komplikasi
dapat dihindarkan.
6. Riwayat gizi
Status gizi pada anak yaang menderita DHF dapat bervariasi . Semua anak dengan status gizi
baik maupun buruk dapat beresiko , pabila terdapat faktor predisposisisnya. Anak yang
menderita DHF sering mengalami keluhan mual , muntah , dan nafsu makan menurun . Apabila
kondisi ini berlanjut dan tidak disertai dengan pemenuhan nutrisi yang mencukupi , maka anak
dapat mengalami penurunan berat badan sehingga status gizinya menjadi kurang.
7. Kondisi lingkungan
Sering terjadi pada daerah yang padat penduduk dan lingkungan yang kurang bersih (seperti air
yang menggenang dan gantungan baju di kamar)
8. Pola kebiasaan
1) Nutrisi dan metabolisme : frekuensi , jenis , pantangan , nafsu makan berkurang , dan
nafsu makan menurun.
2) Eliminsi alvi (BAB) . Kadang – kadang anak mengalami diare / kontipsi.Sementara DHF
graade IV bisa terjadi melena.
3) Eliminasi urine (BAK) perlu dikaji apakah sering kencing terjadi hematuria.

9
4) Istirahat tidur . Anak sering mengalami kurang tidur karena sakit / nyeri otot dan
persendian sehingga kuantitas dan kualitas tidur maupun istirahatnya kurang.
5) Kebersihan . Upaya keluarga untuk menjaga kebersihan diri dan lingkungan cenderung
terutama pembersihan tempat sarang nyamuk aedes aegypti.
6) Perilaku dan tanggapan bila ada keluarga yang sakit serta upaya untuk menjaga
kesehatan.
9. Pemeriksaan fisik , meliputi inspeksi , palpasi , auskultasi , dan perkusi dari ujung rambut
hingga ujung kaki. Berdasarkan tingkatan (grade) DHF , keadaan fisik anak adalah sebagai
berikut :
1) Grade I : kesadaran kompos mentis , keadaan umum lemah , TTV dan nadi lemah.
2) Grade II : kesadaran kompos mentis , keadaan umum lemah , ada perdarahan spontan
ptekia , perdarahan pada gusi dan telinga , nadi lemah , kecil , dan tidak teratur , serta tensi turun.
3) Grade III : kesadaran apatis , somnolen , keadaan umum lemah , nadi lemah , kecil , dan
tidak teratur , serta tensi menurun.
4) Grade IV : kesadaran koma , TTV : nadi tidak teraba , tensi tidak terukur , pernafasan
tidak teratur , ekstremkitas dingin , berkeringat , dan kulit tampak biru.
10. Sistem integumen
1) Adanya petekia pada kulit , turgor kulit menurun , dan muncul keringat dingin , dan
lembab.
2) Kuku sianosis / tidak
3) Kepala dan leher
Kepala terasa nyeri , muka tampak kemerahan karena demam (flusy) , mata anemis , hidung
kadang mengalami perdarahan (epistaksis) pada grade II , III , IV. Pada mulut didapatkan bahwa
mukosa mulut kering , terjadi perdrahan pada gusi , dan nyeri telan. Sementara tenggorokan
mengalami hyperemia pharing dan terjadi perdarahan telinga (pada grade II , III , IV)
4) Dada
Bentuk simetris dan kadang – kadang terasa sesak.
5) Abdomen . Mengalami nyeri tekan , pembesaran hati (hepatomegali) , dan asites.
6) Ekstremitas. Akral dingin , serta terjadi nyeri otot , sendi , dan tulang.
11. Pemeriksaan laboratorium
1) Hb dan PCV meningkat

10
2) Trambositopenia
3) Leukopenia (mungkin normal atau lekositosis)
4) Ig . D . dengue positif
5) Hasil pemeriksaan kimia darah menujukkan : hipoproteinemia , hipokloremia , dan
hiponatremia.
6) Urium dan Ph darah mungkin meningkat.
Masalah / Diagnosis
1. Diagnosis medis : dugaan (suspect) DHF.
2. Masalah yang dapat ditemukan pda pasien DHF antara lain :
1) Peningkatan suhu tubuh (hipertermia)
2) Nyeri
3) Gangguan pemenuhan bebutuhan nutrisi , sehingga kurang dari bebutuhan.
4) Potensi terjadi perdarahan intra bdominal.
5) Gngguan keseimbamgan cairan dan elektrolit
6) Kurangnya pengetahuan tentang proses penyakit , diet , dan perawatan paien DHF.
7) Gangguan aktivitas sehari- hari.
8) Potensial untuk terjadinya reaksi transfusi.
Perencanaan
Apabila terdapat tanda – tanda DHF , segegera rujuk ke rumh sakit untu mendapakan
penanganan segera. Sementara untuk mengatasi permasalahannya , perencanaan yang diperlukan
adalah :
1. Peningkatan suhu tubuh
1) Kajilah saat timbulnya demam.
2) Observsi TTV : suhu , nadi , tensi , dan pernafasan setiap 3 jam atau lebih sering lagi.
3) Berikan penjelasan tentang penyebab demam atau peningkatan suhu tubuh.
4) Berikan penjelasan kepada pasien / keluarga tentang hal-hal yang dapat dilakukan untuk
mengatasi demam dan menganjurkan kepada pasien / keluarga untuk bersikap kooperatif.
5) Jelaskan pentingnya tirah baring bagi pasien dan akibatnya jika hal tersebut tidak
dilakukan.
6) Anjurkan pasien untuk banyak minum , paing tidak 2,5 liter tiap 24 jam dan jelaskan
manfaatnya bagi pasien.

11
7) Berikan kompres dingin pada daerah axilla dan lipatan paha.
8) Anjurkan agar pasien tidak memakai selimut dari pakaian yang tebal.
9) Catatlah asupan dan keluaran cairan.
10) Berikan terapi cairan intravena dan obat-obatan sesuai engan program dokter.
2. Gangguan rasa aman nyeri :
1) Kajilah tingkat nyeri yang dialami pasien dengan menggunakan skala nyeri (0 - 10).
2) Berikan posisi yang nyaman dan usahakan situasi yang tenang.
3) Berikan susana yg gembira pada pasien , alihkan perhatian pasien dae\ri rasa nyeri
(libatkan keluarga) misalnya : membaca buku , mendengarkan musik , dan menonton TV.
4) Berikan kesempatan pada pasien untuk berkomunikasi dengan teman-temannya atau
orang terdekat.
5) Berikan obat-obat analgetik (kolaborasi dengan dokter)
3. Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi (kurang dari kebutuhan) :
1) Kajilah keluhan mual , sakit menelan , dan muntah yang dialami pasien.
2) Berikan makanan yang mudah ditelan , seperti bubur dan tim , serta dihidangkan selagi
masih hangat.
3) Berikan makanan dalam porsi kecil dan frekuensi sering.
4) Jelaskan manfaat makanan / nutrisi bagi pasien terutama saat sakit.
5) Catatlah jumlah / porsi makanan yang dihabiskan oleh pasien setiap hari.
4. Potensial terjadinya perdarahan lebih lanjut sehubungan dengan trombositopenia :
1) Monitor tanda penurunan trombosit yang disertai dengan tanda klinis.
2) Monitor jumlah trombosit setiapa hari
3) Berikan penjelasan mengenai pengaruh trombositopenia pada pasien.
4) Anjurkan pasien untuk banyak istirahat.
5. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit :
1) Monitor keadaan umum pasien
2) Observasi TTV setiap 2 jam sekali
3) Perhatikan keluhan pasien , seperti mata berkunang – kunang , pusing , lemah ,
ekstremitas dingin , dan sesak nafas.
4) Apabila terjdi tanda-tanda syok hipovelemik , baringkan pasien terlentang tanpa bantal.

12
5) Pasang infus dan beri terapi cairan intrvena jika terjadi perdarahan (kolaborasi dengan
dokter).

6. Kurangnya pengetahuan keluarga tentang proses penyakit , diet , dan perawatan :

1) Berikan kesempatan pada pasien / keluarga untuk menanyakan hal-hal ang ingin
diketahui sehubungn dengan penyakitnya.
2) Jelaskan semua prosedur yang akan dilakukan dan manfaatnya bagi pasien dan keluarga.
3) Jelaskan tentang proses penyakit , diet , perawatan , dan obat-obatan pada pasien dengan
bahasa dan kata-kata yang mudah dimengerti.
7. Gangguan aktivitas sehari – hari :
1) Bantulah pasien untuk memenuhi kebutuhan aktivitasnya sehari-hari seperti : mandi ,
makan dan eliminasi sesuai dengan tingkat keterbatasan pasien.
2) Berikan penjelasan mengenai hal-hal yang dapat membantu dan meningkatkan kekuatan
fisik pasien.
3) Siapkan bel di dekat pasien.
8. Potensial untuk terjadinya reaksi transfusi :
1) Pesan darah / komponen darah sesuai dengan instruksi medis.
2) Cek ulang formulir permintaan darah sebelum dikirim.
3) Sebelum pemberian transfusi yakinkan bahwa pada daerah tusukan infus tidak tampak
taanda-tanda plebitis dan aliran infus lancar.
4) Gunakan blood set untuk pemberian transfusi.
5) Berikan cairan normal saline (NaCl) sebelum pemberian transfusi.
6) Jangan tunda pemberian transfusi lebih dari 30 menit setelah darah diterima dari bank
darah.
7) Cek uang / yakinkan bahwa darah yang akan diberikan sesuai dengan kebutuhan pasien
(perhatikan jenis darah , golonan darah , jumlah darah , dan masa kadaluarsa) . Perhatikan
dan cocokan kode yang tertulis pada kantung darah dengan label darah yang ada.
8) Minta perawat lain untuk bersama – sama mengecek ulang , jangan mengecek seorang
diri.
9) Jelaskan tentang tanda-tanda atau reaksi yang mungkin terjadi selama pemberian
transfusi.

13
10) Anjurkan pasien / keluarga untuk segera melapor jika ada tanda-tanda atau reaksi
transfusi.

Daftar Pustaka

14
Carpenito, Lynda Juall. (1999). Rencana Asuhan & Dokumentasi Keperawatan. Edisi 2.
(terjemahan). Penerbit buku Kedokteran EGC. Jakarata.
Carpenito, Lynda Juall. (2000.). Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 8. (terjemahan).
Penerbit buku Kedokteran EGC. Jakarta.
Doenges, Marilynn E. (1999). Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi 3. (terjemahan). Penerbit
buku Kedokteran EGC. Jakarta.
Engram, Barbara. (1998). Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah. Volume 2,
terjemahan). Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta.
Junadi, Purnawan. (1982). Kapita Selekta Kedokteran, Jakarta: Media Aesculapius Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia.
Long, Barbara C. (1996). Perawatan Medikal Bedah. Volume I. (terjemahan). Yayasan Ikatan
Alumni Pendidikan Keperawatan Pajajaran. Bandung.
Mansjoer, Arif & Suprohaita. (2000). Kapita Slekta Kedokteran Jilid II. Fakultas Kedokteran UI
: Media Aescullapius. Jakarta.
Ngastiyah (1997). Perawatan Anak Sakit. Penerbit buku Kedokteran EGC. Jakarta.
Soeparman. (1987). Ilmu Penyakit Dalam Jilid I Edisi kedua. Penerbit FKUI. Jakarta.
Soetjiningsih. (1995). Tumbuh Kembang Anak. Penerbit buku Kedokteran EGC, Jakarta.
Suharso Darto (1994). Pedoman Diagnosis dan Terapi. F.K. Universitas Airlangga. Surabaya.
(1994). Pedoman Diagnosis Dan Terapi Ilmu Kesehatan Anak. Fakultas Kedokteran
Unair & RSUD dr Soetomo Surabaya
Warsidi,E,2009. Bahaya dan pencegahan DBD,Bekasi; Mitra utama

15

Anda mungkin juga menyukai

  • Dokumen Etika
    Dokumen Etika
    Dokumen6 halaman
    Dokumen Etika
    Dyan pratama
    Belum ada peringkat
  • Askep Osteoatrhtitis
    Askep Osteoatrhtitis
    Dokumen21 halaman
    Askep Osteoatrhtitis
    Dyan pratama
    Belum ada peringkat
  • Askep Osteoatrhtitis
    Askep Osteoatrhtitis
    Dokumen21 halaman
    Askep Osteoatrhtitis
    Dyan pratama
    Belum ada peringkat
  • Revisi Luka Bakar Kritis
    Revisi Luka Bakar Kritis
    Dokumen22 halaman
    Revisi Luka Bakar Kritis
    Dyan pratama
    Belum ada peringkat
  • Luka Bakar Fiks 2
    Luka Bakar Fiks 2
    Dokumen7 halaman
    Luka Bakar Fiks 2
    Dyan pratama
    Belum ada peringkat
  • Bab 11
    Bab 11
    Dokumen14 halaman
    Bab 11
    wanda ardila
    Belum ada peringkat
  • Tasy A Kuran
    Tasy A Kuran
    Dokumen1 halaman
    Tasy A Kuran
    Dyan pratama
    Belum ada peringkat
  • Cover Laporan Praktik Klinik
    Cover Laporan Praktik Klinik
    Dokumen3 halaman
    Cover Laporan Praktik Klinik
    Dyan pratama
    Belum ada peringkat
  • Askep Osteoatrhtitis
    Askep Osteoatrhtitis
    Dokumen21 halaman
    Askep Osteoatrhtitis
    Dyan pratama
    Belum ada peringkat
  • Dokumen
    Dokumen
    Dokumen2 halaman
    Dokumen
    Dyan pratama
    Belum ada peringkat
  • Kep Gerontik
    Kep Gerontik
    Dokumen16 halaman
    Kep Gerontik
    Dyan pratama
    Belum ada peringkat
  • Naskah Publikasi PDF
    Naskah Publikasi PDF
    Dokumen17 halaman
    Naskah Publikasi PDF
    Dyan pratama
    Belum ada peringkat
  • Bab 11
    Bab 11
    Dokumen14 halaman
    Bab 11
    wanda ardila
    Belum ada peringkat
  • Resume Asuhan Keperawatan Ny S VK
    Resume Asuhan Keperawatan Ny S VK
    Dokumen23 halaman
    Resume Asuhan Keperawatan Ny S VK
    Dyan pratama
    Belum ada peringkat
  • Bab 1 PDF
    Bab 1 PDF
    Dokumen4 halaman
    Bab 1 PDF
    Dyan pratama
    Belum ada peringkat
  • Manajemen Puskesmas
    Manajemen Puskesmas
    Dokumen23 halaman
    Manajemen Puskesmas
    Zafira Loevly
    Belum ada peringkat
  • Apkg 8
    Apkg 8
    Dokumen16 halaman
    Apkg 8
    Dyan pratama
    Belum ada peringkat
  • Apkg 8
    Apkg 8
    Dokumen7 halaman
    Apkg 8
    Dyan pratama
    Belum ada peringkat
  • Materi Anak
    Materi Anak
    Dokumen14 halaman
    Materi Anak
    Dyan pratama
    Belum ada peringkat
  • Bab 1 PDF
    Bab 1 PDF
    Dokumen4 halaman
    Bab 1 PDF
    Dyan pratama
    Belum ada peringkat
  • Bab I
    Bab I
    Dokumen16 halaman
    Bab I
    Dyan pratama
    Belum ada peringkat
  • Bab 1 PDF
    Bab 1 PDF
    Dokumen4 halaman
    Bab 1 PDF
    Dyan pratama
    Belum ada peringkat
  • Tujuan
    Tujuan
    Dokumen1 halaman
    Tujuan
    Dyan pratama
    Belum ada peringkat
  • Rencana Progam
    Rencana Progam
    Dokumen3 halaman
    Rencana Progam
    Dyan pratama
    Belum ada peringkat
  • Kata Pengantar
    Kata Pengantar
    Dokumen2 halaman
    Kata Pengantar
    Dyan pratama
    Belum ada peringkat
  • Tongsilitis
    Tongsilitis
    Dokumen12 halaman
    Tongsilitis
    Dyan pratama
    Belum ada peringkat
  • DIAGNOSA
    DIAGNOSA
    Dokumen24 halaman
    DIAGNOSA
    Dyan pratama
    Belum ada peringkat
  • Tugas Tutorial Ke-3
    Tugas Tutorial Ke-3
    Dokumen2 halaman
    Tugas Tutorial Ke-3
    Dyan pratama
    Belum ada peringkat
  • Materi Anak
    Materi Anak
    Dokumen14 halaman
    Materi Anak
    Dyan pratama
    Belum ada peringkat