PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Setiap individu membutuhkan rasa nyaman. Kebutuhan rasa nyaman ini
dipersepsikan berbeda pada setiap orang. Ada yang mempersepsikan bahwa
hidup terasa nyaman bila mempunyai banyak uang. Ada juga yang
indikatornya bila tidak ada gangguan dalam hidupnya. Dalam konteks
keperawatan, perawat harus memperhatikan dan memenuhi rasa nyaman.
Gangguan rasa nyaman yang dialami klien diatasi oleh perawat melalui
intervensi keperawatan. Kondisi ketidaknyamanan yang paling sering dihadapi
klien adalah nyeri. Nyeri merupakan sensasi ketidaknyamanan yang bersifat
individual. Klien merespon nyeri yang dialaminya dengan beragam cara,
misalnya berteriak, meringis, dan lain-lain. Oleh karena nyeri bersifat
subjektif, maka perawat mesti peka terhadap sensasi nyeri yang dialami klien
(Potter & Perry, 2006).
Asosiasi internasional untuk penelitian nyeri (International Association
for theStudy of Pain, IASP) mengatakan bahwa “Nyeri sebagai suatu sensori
subjektif dan pengalaman emosional yang tidak menyenangkan berkaitan
dengan kerusakan jaringan yang aktual atau potensial atau yang dirasakan
dalam kejadian-kejadian dimana terjadi kerusakan” (IASP, 1979 dalam Potter,
2006).
Setiap individu pernah mengalami nyeri dalam tingkatan tertentu. Nyeri
merupakan alasan utama orang mencari bantuan perawatan kesehatan.
Walaupun merupakan salah satu dari gejala yang paling sering terjadi di
bidang medis, nyeri merupakan salah satu yang paling sedikit dipahami.
Individu yang merasa tertekan atau menderita akan mencari upaya untuk
menghilangkan nyeri (Brunner & Suddart, 2001).
1
BAB II
KONSEP DASAR TEORI
A. Anatomi fisiologi
Menurut Potter & Perry (2006), terdapat tiga komponen fisiologis
dalam nyeri yaitu resepsi, persepsi, dan reaksi. Stimulus penghasil nyeri
mengirimkan impuls melalui serabut saraf perifer. Serabut nyeri memasuki
medula spinalis dan menjalani salah satu dari beberapa rute saraf dan
akhirnya sampai di dalam masa berwarna abu-abu di medula spinalis.
Terdapat pesan nyeri dapat berinteraksi dengan sel-sel saraf inhibitor,
mencegah stimulus nyeri sehingga tidak mencapai otak atau ditransmisi tanpa
hambatan ke korteks serebral, maka otak menginterpretasi kualitas nyeri dan
memproses informasi tentang pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki
serta asosiasi kebudayaan dalam upaya mempersiapkan nyeri.
a. Resepsi
Pemaparan terhadap panas atau dingin, tekanan, friksi dan zat-zat kimia
menyebabkan pelepasan substansi, seperti histamin, bradikinin dan
kalium, yang bergabung dengan lokasi reseptor di nosiseptor (reseptor
yang berespon terhadap stimulus yang membahayakan) untuk memulai
transmisi neural, yang dikaitkan dengan nyeri. Beberapa reseptor hanya
berespon pada satu jenis nyeri, sedangkan reseptor yang lain juga sensitif
terhadap temperatur dan tekanan. Apabila kombinasi dengan reseptor
nyeri mencapai ambang nyeri (tingkat intensitas stimulus minimum yang
dibutuhkan untuk membangkitkan suatu impuls saraf), kemudian terjadilah
aktivasi neuron nyeri. Karena terdapat variasi dalam bentuk dan ukuran
tubuh, maka distribusi reseptor nyeri disetiap bagian tubuh bervariasi.
Impuls saraf, yang dihasilkan oleh stimulus nyeri, menyebar
disepanjang serabut saraf perifer aferen. Dua tipe serabut saraf perifer
mengkonduksi stimulus nyeri: Serabut A-Delta yang bermielinasi dengan
cepat dan serabut C yang tidak bermielinasi dan berukuran sangat kecil
serta lambat. Serabut A mengirim sensasi tajam, terlokalisasi, dan jelas
yang melokalisasi sumber nyeri dan mendeteksi intensitas nyeri. Serabut C
2
menghantarkan impuls yang terlokalisasi buruk, viseral, dan terus
menerus.
Ketika serabut C dan A-delta mentransmisikan impuls dari serabut
saraf perifer, maka akan melepaskan mediator biokimia yang
mengaktifkan dan membuat peka respons nyeri. Misalnya, kalium,
prostaglandin dilepaskan ketika sel-sel lokal mengalami kerusakan.
Transmisi stimulus nyeri berlanjut sampai transmisi tersebut berakhir
dibagian kornu dorsalis medula spinalis. Di dalam kornu dorsalis,
neurotransmiter, seperti substansi P dilepaskan, sehingga menyebabkan
suatu transmisi spinalis dari saraf perifer ke saraf traktus spinotalamus.
Hal ini memungkinkan impuls nyeri ditransmisikan lebih jauh ke dalam
sisitem saraf pusat.
b. Neuroregulator
Neuroregulator memegang peranan yang penting dalam suatu
pengalaman nyeri. Sustansi ini ditemukan di lokasi nosiseptor.
Neuroregulator dibagi menjadi dua kelompok, yakni neurotransmiter dan
neuromodulator. Neurotransmiter seperti substansi P mengirim impuls
listrik melewati celah sinap diantara dua serabut saraf (eksitator dan
inhibitor). Neuromodulator memodifikasi aktivitas neuron dan
menyesuaikan atau memvariasikan transmisi stimulus nyeri tanpa secara
langsung menstransfer tanda saraf melalui sebuah sinap. Endorfin
merupakan salah satu contoh neuromodulator.
B. Pengertian
Kolcaba (dalam Potter & Perry, 2006) megungkapkan
kenyamanan/rasa nyaman adalah suatu keadaan telah terpenuhinya kebutuhan
dasar manusia yaitu kebutuhan akan ketentraman (suatu kepuasan yang
meningkatkan penampilan sehari-hari), kelegaan (kebutuhan telah terpenuhi),
dan transenden (keadaan tentang sesuatu yang melebihi masalah dan nyeri).
Kenyamanan mesti dipandang secara holistik yang mencakup empat aspek
yaitu:
3
2. Sosial, berhubungan dengan hubungan interpersonal, keluarga, dan
sosial.
3. Psikospiritual, berhubungan dengan kewaspadaan internal dalam diri
sendiri yang meliputi harga diri, seksualitas, dan makna kehidupan).
4. Lingkungan, berhubungan dengan latar belakang pengalaman eksternal
manusia seperti cahaya, bunyi, temperatur, warna, dan unsur alamiah
lainnya.
4
D. Faktor Yang Mempengaruhi Nyeri
1. Usia
Usia merupakan variabel penting yang mempengaruhi nyeri,
khususnya pada anak-anak dan lansia. Anak kecil mempunyai kesulitan
memahami nyeri dan prosedur yang dilakukan perawat yang menyebabkan
nyeri. Anak-anak juga mengalami kesulitan secara verbal dalam
mengungkapkan dan mengekspresikan nyeri. Sedangkan pasien yang
berusia lanjut, memiliki resiko tinggi mengalami situasi yang membuat
mereka merasakan nyeri akibat adanya komplikasi penyakit dan
degeneratif.
2. Jenis kelamin
Beberapa kebudayaan yang mempengaruhi jenis kelamin misalnya
menganggap bahwa seorang anak laki-laki harus berani dan tidak boleh
menangis, sedangkan anak perempuan boleh menangis dalam situasi yang
sama. Namun secara umum, pria dan wanita tidak berbeda secara
bermakna dalam berespon terhadap nyeri.
3. Kebudayaan
Beberapa kebudayaan yakin bahwa memperlihatkan nyeri adalah
sesuatu yang alamiah. Kebudayaan lain cenderung untuk melatih perilaku
yang tertutup (introvert). Sosialisasi budaya menentukan perilaku
psikologis seseorang. Dengan demikian hal ini dapat mempengaruhi
pengeluaran fisiologis opial endogen sehingga terjadilah persepsi nyeri.
4. Makna nyeri
Individu akan mempersepsikan nyeri berbeda-beda apabila nyeri
tersebut memberi kesan ancaman, suatu kehilangan, hukuman dan
tantangan. Makna nyeri mempengaruhi pengalaman nyeri dan cara
seseorang beradaptasi terhadap nyeri.
5. Perhatian
Tingkat seorang pasien memfokuskan perhatiannya pada nyeri
dapat mempengaruhi persepsi nyeri. Perhatian yang meningkat
5
dihubungkan dengan nyeri yang meningkat sedangkan upaya pengalihan
(distraksi) dihubungkan dengan respon nyeri yang menurun.
6. Ansietas
Ansietas seringkali meningkatkan persepsi nyeri tetapi nyeri juga
dapat menimbulkan suatu perasaan ansietas. Apabila rasa cemas tidak
mendapat perhatian dapat menimbulkan suatu masalah penatalaksanaan
nyeri yang serius.
7. Keletihan
Rasa kelelahan menyebabkan sensasi nyeri semakin intensif dan
menurunkan kemampuan koping sehingga meningkatkan persepsi nyeri.
8. Pengalaman sebelumnya
Setiap individu belajar dari pengalaman nyeri sebelumnya namun
tidak selalu berarti bahwa individu tersebut akan menerima nyeri dengan
lebih mudah di masa datang.
9. Gaya koping
Individu yang memiiiki lokus kendali internal mempersepsikan diri
mereka sebagai individu yang dapat mengendalikan lingkungan mereka
dan hasil akhir suatu peristiwa seperti nyeri. Sebaliknya, individu yang
memiliki lokus kendali eksternal mempersepsikan faktor lain di dalam
lingkungan mereka seperti perawat sebagai individu yang bertanggung
jawab terhadap hasil akhir suatu peristiwa.
10. Dukungan keluarga dan sosial
Kehadiran orang-orang terdekat pasien dan bagaimana sikap
mereka terhadap pasien mempengaruhi respon nyeri. Pasien dengan nyeri
memerlukan dukungan, bantuan dan perlindungan walaupun nyeri tetap
dirasakan namun kehadiran orang yang dicintai akan meminimalkan
kesepian dan ketakutan.
6
E. Gangguan kebutuhan yang terjadi
1. Tanda dan gejala fisik
Tanda fisiologis dapat menunjukkan nyeri pada klien yang
berupaya untuk tidak mengeluh atau mengakui ketidaknyamanan. Sangat
penting untuk mengkaji tanda-tanda vital dan pemeriksaan fisik termasuk
mengobservasi keterlibatan saraf otonom. Saat awitan nyeri akut, denyut
jantung, tekanan darah, dan ftekuensi pernapasan meningkat.
2. Efek perilaku
Pasien yang mengalami nyeri menunjukkan ekspresi wajah dan
gerakan tubuh yang khas dan berespon secara vokal serta mengalami
kerusakan dalam interaksi sosial. Pasien seringkali meringis,
mengernyitkan dahi, menggigit bibir, gelisah, imobilisasi, mengalami
ketegangan otot, melakukan gerakan melindungi bagian tubuh sampai
dengan menghinndari percakapan, menghindari kontak sosial dan hanya
fokus pada aktivitas menghilangkan nyeri.
3. Pengaruh Pada Aktivitas Sehari – hari
Pasien yang mengalami nyeri setiap hari kurang mampu
berpartisipasi dalam aktivitas rutin, seperti mengalami kesulitan dalam
melakukan tindakan higiene normal dan dapat menganggu aktivitas sosial
dan hubungan seksual.
F. Tindakan yang di lakukan
1. Terapi nafas dalam
2. Guide imagery
3. Alih baring
4. Kompres
7
BAB III
KASUS
A. Gambaran Klien
Seorang perempuan dengan usia 53 tahun dirawat di ruang Yudhistira
di salah satu RS di Kota Semarang dengan diagnosa medis Vertigo. Pasien
mengeluh nyeri pada gigi kurag lebih 2 hari, badan terasa lemas dan tampak
gelisah serta nafsu makan menurun.
B. Analisa Sintesa
Analisa sintesa tindakan keperawatan
Inisial pasien : Ny k
Diagnosa medis : Vertigo
Tanggal masuk : 01 Oktober 2017
1. Diagnosa keperawatan dan dasar pemikiran
a. Data dasar
Pasien mengeluh nyeri pada gigi kurag lebih 2 hari, badan terasa lemas dan
tampak gelisah serta nafsu makan menurun.
P : sakit gigi
Q : nyeri seperti ditarik tarik
R : Gigi graham kiri
S : sekala 4 karena pasien merasa susah tidur dan gelisah setiap rasa
nyeri ini datang
T : hilang timbul
b. Diagnosa keperawatan
Data subjektif : Pasien mengeluh nyeri di bagian gigi grahamnya sebelah kiri.
Data objektif : Pasien tampak lemas dan cemas
Diagnosa keperawatan : Nyeri akut berhubungan cidera biologis
c. Dasar pemikiran
Berdasarkan data diatas pasien megalami nyeri akut. Nyeri akut adalah
pengalaman sensore dan emosisonal tidak menyenangkan yang mncul akibat
kerusakan jaringan aktul ataupun potensial atau yang digambarakana sebagai
kerusakan, awitan yang tiba tiba atau lambat dari intensitas ringan hingga
8
berat dengan akhir yang dapat diantisipasi ataupun dipediksi. ( Nanda,2015-
2017)
d. Batasan Karakteristik
1. Bukti nyeri dengan mengunakan standar daftar periksa nyeri untuk pasien
yang tidak dapat mengungkapkannya (mis., neonatal infant pain scale, pain
assessment check list for senior with limited abilitd to comunicate)
2. Diforesis
3. Dilatasi pupil
4. Ekspresi wajah nyeri (mis., mata kurang bercahaya, tampak kacau,
gerakan mata berpencar atau tetap pada satu fokus, meringis)
5. Fokus menyempit (mis., persepsi waktu, proses berpikir, interaksi dengan
orang dengan lingkungan)
6. Fokus pada diri sendiri
7. Keluhan tentang intensitas menggunakan standar skala nyeri (mis., skala
Wong-Baker FACES skala analog visual, skala penilaian numerik)
8. Keluhan tentang karakteristik nyeri dengan menggunakan standar
instrumen nyeri (mis., McGill Paint Questionnaire, Brief Paint Infentory)
9. Laporan tentang perilaku nyeri/perubahan aktifitas (mis., anggota
keluarga, pemberi asuhan)
10. Mengekspresikan perilaku (mis., gelisa, merengek, menangis, waspada)
11. Perilaku distraksi
12. Perubahan pada parameter fisiologis (mis., tekanan darah, frekuensi
jantung, frekuensi pernapasan, saturasi oksigen, end/tidal karbondioksida (C02)
13. Perubahan sisi untuk menghindari nyeri
14. Perubahan selera makan
15. Purtus asa
16. Sikap melindungi area nyeri
17. Sikap tubuh melindungi
9
Data Pasien Ny. K
10
3. Agens cedera kimiawi (mis., luka bakar, kapsaisin, metilen klorida, agen
mustard)
b. Tujuan
1. Memperlancar sirkulasi darah
2. Menurunkan suhu tubuh
3. Mengurangi rasa sakit
4. Memberi rasa hangat,nyaman dan tenang pada klien
11
c. Indikasi
1. Klien yang kedinginan(suhu tubuh yang rendah)
2. Klien yang punya penyakit peradangan
3. Adanya abses, hematoma
12
9. Bila klien menoleransi kompres hangat tersebut, lalu ditutup/dilapisi
dengan kasa kering. Selanjutnya dibalut dengan kasa perban atau kain
segitiga
10. Lakukan prasat ini selama 15-30 menit atau sesuai program dengan anti
balutan kompres tiap 5 menit
11. Lepaskan sarung tangan
12. Atur kembali posisi klien dengan posisi yang nyaman
13. Bereskan semua alat-alat untuk disimpan kembali
14. Cuci tangan
f. Evaluasi
1. Respon Klien
2. Alat kompres
g. Dokumentasi
1. Waktu pelaksanaan
2. Catat hasil dokumentasi setiap tindakan yang dilakukan dan di evaluasi
3. Nama perawat yang melaksanaka
4. Analisa tindakan keperawatan
Ny k mengalami nyeri akut berdasarkan data data yang telah di
peroleh maka dilakukan tindakan Kompres basah hangat, Relaksasi
nafas dalam, Manajemen nyeri, Terapi relaksasi, Terapi musik, Monitor
tanda yanda vital. Tindakan tersebut bertujuan untuk mengurasi rasa
nyeri yang dialami pasien supaya pasien merasa lebih nyaman.
5. Bahaya – bahaya yang mungkin terjadi
a. Terjanya neknoris akibat suhu yang terlalu tinggi
b. Terjadinya iritasi akibat suhu yang terlalu tinggi
6. Hasil yang didapatkan
Dalam waktu 20 menit
S : Pasien merasa nyerinya berkurang
O : Pasien sudah dapat istirahat serta kegelisahanya berkurang
A : Masalah teratasi
P : Lanjutan Intervensi
13
7. Tindakan keperawatan lain ( mandiri dan olaboratif )
a. Akuperessur
b. Pemberian analgesik
c. Pengurangan kecemasan
d. Pemberian obat
e. Pengalihan
f. Hipnosis
8. Evaluasi
Tindakan dilakukan sesuai dengan prosedur, menggunakan prinsip
aman dan bersih. Semoga kedepannya bisa dapat lebih baik lagi.
14
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kenyamanan atau rasa nyaman adalah suatu keadaan telah
terpenuhinya kebutuhan dasar manusia yaitu kebutuhan akan ketentraman
(suatu kepuasan yang meningkatkan penampilan sehari-hari), kelegaan
(kebutuhan telah terpenuhi), dan transenden (keadaan tentang sesuatu yang
melebihi masalah dan nyeri).
Nyeri akut adalah pengalaman sensore dan emosisonal tidak
menyenangkan yang mncul akibat kerusakan jaringan aktul ataupun potensial
atau yang digambarakana sebagai kerusakan, awitan yang tiba tiba atau
lambat dari intensitas ringan hingga berat dengan akhir yang dapat
diantisipasi ataupun dipediksi. ( Nanda,2015-2017)
15
DAFTAR PUSTAKA
16