Anda di halaman 1dari 11

Dampak positif dan Negatif Pengiriman TKI ke Luarnegeri

PENDAHULUAN

1. A. Latar Belakang Penulisan

Pada kesempatan kali ini penulis akan membahas dengan tema tentang “Positif-negatif
pengiriman tenaga kerja Indonesia di luar negeri”. Menurut penulis tema tersebut akan
menarik jika dibahas sebab banyak fenomena tentang TKI yang disiksa, dianiaya, dilecehkan,
dan lain sebagainya di luar negeri oleh para majikannya. Hal tersebut baru sebagian dari sifat
negatif pengiriman TKI di luar negeri dan masih banyak yang akan kita bahas nantinya baik dari
sifat negatif baik juga dari sifat positif.

1. B. Identifikasi Masalah

Fenomena global yang terjadi pada sebagian besar negara di dunia adalah migrasi internasional
(termasuk migrasi tenaga kerja). Fenomena ini terus berkembang seiring pola hubungan yang
terjalin antar negara dalam berbagai dimensi. Meningkatnya hubungan antar negara pada
gilirannya berpengaruh pada identitas atau migrasi ke negara bersangkutan. Era globalisasi yang
sedang berproses telah meniupkan angin optimisme yang tinggi dalam bidang ekonomi melebihi
masa lalu dalam peradaban manusia. Era ini ditandai antara lain dengan terbentuknya pasar
tunggal dalam perekonomian dunia. Pada sisi lain, pergerakan modal termasuk mobilitas sumber
daya manusia sedemikian menarik sehingga fenomena migrasi tenaga kerja internasional tidak
terelakan.

Meningkatnya jumlah pekerja migran dari tahun ke tahun, untuk bekerja di luar negeri
merupakan salah satu indikator dari globalisasi atau integrasi internasional. Indonesia sebagai
bagian integral dari ekonomi global tidak dapat melepaskan diri dari dinamika tersebut, sehingga
pengiriman pekerja migran ke luar negeri berdampak signifikan pada makro ekonomi. Karena itu
dalam perkrmbangannya, negara-negara tujuan TKI dari tahun ke tahun juga terus bertambah.

Salah satu indikator pertumbuhan ekonomi di suatu wilayah ditunjukan dengan perbaikan tingkat
produk domestik regional bruto (PDRB) yang mengacu pada total nilai moneter dari semua
barang dan jasa yang telah dihasilkan di dalam batas-batas geografis tertentu. Secara sederhana
produk domestik regional bruto ini dapat dihitung berdasarkan nilai keluaran semua barang dan
jasa jadi. Meskipun pendapatan dari buruh migran (remitan) merupakan pendapatan dari luar
negeri yang tidak diperhitungkan dalam PDRB, tetapi pemanfaatannya sebagai alat untuk
menuhi kebutuhan konsumsi rumah tangga dan investasi serta tabungan di dalam negeri, maka
hal tersebut akan berpengaruh terhadap produk domestik regional bruto.

Pertanyaan yang akan dibahas pada makalah ini adalah tentang:

1. Dampak positif dan negatif pengiriman tenaga kerja ke luar negeri?


2. Berapa jumlah biaya yang dikeluarkan dikeluarkan oleh calon tenaga kerja ke luar
negeri?
3. Persiapan Dokumen apa saja yang diperlukan oleh calon tenaga kerja ke luar negeri?
4. Apa yang dimaksud dengan pengiriman tenaga kerja Indonesia keluar negeri

1. C. Metode Penulisan/pengambilan Data

Pengambilan data untuk menyelesaikan makalah ini dilakukan dengan Metode Non Test ,
berikut alat Pengumpul data dalam bentuk non tes yang penulis lakukan yaitu observasi maupun
wawancara dengan 3 cara yaitu

1. Tehnik penulisan di dapat dari buku Pengantar Bahasa Indonesia


2. Searching di website mengenai peraturan maupun pengiriman Tenaga kerja Indonesia ke
luar negri
3. Wawancara dengan pengelola Agen Tenaga Kerja Indonesia di daerah Cibubur

Observasi diartikan pengamatan dan pencatatan secara sistematik terhadap gejala yang tampak
pada objek penelitian. Keunggulan metode ini adalah banyaknya gejala yang hanya dapat
diselidiki dengan observasi, hasilnya lebih akurat dan sulit dibantah. Banyak objek yang hanya
bersedia diambil datanya hanya dengan observasi, misalnya terlalu sibuk dan kurang waktu
untuk diwawancarai atau mengisi kuisioner. Kejadian yang serempak dapat diamati dan dan
dicatat serempak pula dengan memperbanyak observer. Banyak kejadian yang dipandang kecil
yang tidak dapat ditangkap oleh alat pengumpul data yang lain, yang ternyata sangat menentukan
hasil penelitian.

Wawancara merupakan salah satu metode pengumpulan data untuk memperoleh data dan
informasi dari berbagai sumber secara lisan. Proses wawancara dilakukan dengan cara tatap
muka secara langsung atau melalui telepon . Selama proses wawancara ,penulis mengajukan
pertanyaan, meminta penjelasan dan jawaban dari pertanyaan yang diberikan dan membuat
catatan mengenai hal-hal yang diungkapkan kepada narasumber. Keunggulan metode wawancara
adalah dapat diperoleh informasi dalam suasana komunikasi secara langsung, yang
memungkinkan siswa selain memberikan data faktual seperti yang ditulis dalam angket, juga
mengungkapkan sikap, pikiran, harapan, dan perasaan.

BAB II

PEMBAHASAN

A. Sejarah Pengiriman Tenaga Kerja

Pengangguran terbuka merupakan bagian dari angkatan kerja yang tidak bekerja atau sedang
mencari pekerjaan (baik bagi mereka yang belum pernah bekerja sama sekali maupun yang
sudah penah berkerja), atau sedang mempersiapkan suatu usaha, mereka yang tidak mencari
pekerjaan karena merasa tidak mungkin untuk mendapatkan pekerjaan dan mereka yang sudah
memiliki pekerjaan tetapi belum mulai bekerja. Fenomena global yang terjadi pada sebagian
besar negara di dunia adalah migrasi internasional (termasuk migrasi tenaga kerja). Fenomena ini
terus berkembang seiring pola hubungan yang terjalin antar negara dalam berbagai dimensi.
Meningkatnya hubungan antar negara pada gilirannya berpengaruh padaintensitas arus migrasi
dari/dan ke negara bersangkutan. Era globalisasi yang sedang berproses telah meniupkan angin
optimisme yang tinggi dalam bidang ekonomi melebihi masa lalu dalam peradaban manusia. Era
ini ditandai antara lain dengan terbentuknya pasar tunggal dalam perekonomian dunia. Pada sisi
lain, pergerakkan modal termasuk mobilitas sumberdaya manusia sedemikian menarik sehingga
fenomena migrasi tenaga kerja internasional tidak terelakan.

Meningkatnya jumlah pekerja migran dari tahun ke tahun, untuk bekerja diluar negeri
merupakan salah satu indikator dari globalisasi atau integrasi internasional. Indonesia sebagai
bagian integral dari ekonomi global tidak dapat melepaskan diri dari dinamika tersebut, sehingga
pengiriman pekerja migran ke luar negeri berdampak signifikan pada makro ekonomi. Karena itu
dalam perkembangannya, negara-negara tujuan TKI dari tahun ke tahun juga terus bertambah.
Jauh sebelum Pemerintah Republik Indonesia mengirimkan Tenaga Kerja Indonesia (TKI) ke
Luar Negeri, Pemerintah Belanda pada tahun 1890 telah mengirimkan 32.986 orang TKI asal
pulau Jawa ke Suriname, suatu Negara Jajajahan Belanda di Amerika Selatan. Tujuan
pengiriman TKI itu adalah untuk mengganti tugas para budak asal Afrika yang telah dibebaskan
pada tanggal 1 Juli 1863. Gelombang pertama pengiriman TKI diberangkatkan dari Batavia
pada 21 Mei 1890 dengan kapal SS Koningin Emma. Pelayaran jarak jauh ini singgah di Negeri
Belanda dan tiba di Suriname tanggal 9 Agustus 1890. Jumlah TKI gelombang pertama ini
sebanyak 94 orang, terdiri dari 61. Gelombang kedua sebanyak 614 orang, tiba di Suriname pada
tanggal 16 Juni 1894 dengan kapal SS Voorwarts.
Kegiatan pengiriman TKI ini berjalan terus sejak tahun 1890 s/d 1939 hingga jumlahnya
mencapai 32.986 orang dengan menggunakan 77 buah kapal laut. Dari tahun 1890 hingga tahun
1914. Rute pelayaran pengiriman TKI ke Suriname selalu singgah di Negeri Belanda.

Pola seperti itu saat ini makin mudah ditemui di sekitar kita. Kantong pemasok buruh migran
tidak lagi didominasi dari Jawa. Daerah lain di Indonesian yang juga tanahnya kurang subur
membuat warganya kabur dan memilih meninggalkan kampung halaman. Contohnya adalah
warga dari Flores. Kampung halaman yang kurang subur menjadi pemicu warga untuk merantau.

Pengiriman buruh migran ke luar negeri telah memakan waktu cukup lama. Seiring perjalanan
waktu, pengiriman tenaga kerja migran selama sekian lama hingga detik ini terlihat bahwa nasib
mereka selama bekerja di luar negeri selalau tersandung masalah. Proses panjang pengiriman
tenaga kerja ke luar negri meski telah berlangsung lama namun masalah belum selesai. Itu semua
karena motivasi pekerja migran untuk memperbaiki kehidupan yang lebih bagus. Mencari
kesejatreaan keluar negeri meski dilalui dengan penuh rintangan, pengorbanan dan air mata
adalah pilihan yang ternyata masih diminati oleh ribuan warga negera Indonesia yang
berpenghasilan kecil. Banyaknya hutan yang diubah menjadi lahan pertanian, penebagan pohon
tidak terkendali, pembakaran lahan, pengerukan bukit, pencemaran air sungai, pencemaran
pantai, penebangan bakau, peningkatan pemakaian kendaraan penghasil karbon dioksida secara
“massiv”, penggunaan energi bahan bakar yang tidak tergantikan (minyak, gas) adalah faktor
yang jauh lebih penting untuk diperhatikan bagi pengambil kebijakan masalah pengiriman tenaga
kerja ke luar negeri, karena jika pemerintah bisa lebih perhatian ke masalah ini maka tenaga
kerja kita bisa bekerja di Negara sendiri.

Warga Indonesia kelas menengah ke bawah tidak akan meninggalkan kampung halamannya
kalau kampung halaman mereka subur, menyediakan sumber alam yang produktif, makmur,
tenang, dan damai.

Faktor utama warga Indonesia mencari kehidupan di negera lain karena kerusakan alam yang
parah, alam yang tidak bersahabat untuk bertani, penduduk miskin tidak memiliki lahan, dan
tanah tidak subur. Faktor lainnya adalah karena Cuaca yang tidak menentu, hasil pertanian
berkualitas rendah dan murah dibanding biaya produksi, serta lahan berpindah tangan dan
dikuasai pemegang modal.

Selain itu, yang terpenting adalah mental aparat pemerintah untuk tidak bermental korup.
Masalah di atas di anggap sebagai bencana besar yang kita hadapi tanpa mengenal latar belakang
pendidikan, suku, ekonomi, agama.

Dapat disimpulkan penyebab tingginya pergerakan Kaum Migran untuk bekerja diluar negeri
disebabkan antara lain :

1. Tingginya angka pengangguran bagi penduduk berusia produktif namun memiliki


pendidikan yang rendah
2. Faktor alam di daerah yang tidak mendukung, ekosistem tercemar sehingga sulit untuk
bergantung dari alam sebagai matapencaharian (nelayan, petani)
3. Kurangnya sosialisasi pemerintah mengenai upaya bantuan pemerintah dan
pemberdayaan penduduk seperti permodalan Kredit Usaha Rakyat (KUR) Bank
Pemerintah menyediakan dana bagi penduduk yang berwiraswasta
4. Kurang meratanya pembangunan dan perluasan kesempatan kerja di seluruh wilayah
Indonesia

B. Studi Kasus PPTKIS di Jakarta Timur

Sebuah agen pengirim tenaga kerja ke luar negeri atau sejak 1 januari 2011 disebut Perusahaan
Pengerah Tenaga Kerja Indonesia Swasta (PPTKIS), memberikan jawaban atas pertanyaan yang
diajukan seputar pekerjaannya.

Berikut Data 3 bulan terakhir Pengiriman Tenaga Kerja dari Agent TKI di daerah Cibubur:
Komplek Cibubur Indah 2, Jln. Rawa Bola No. 42 Cibubur Jakarta Timur 13730

JANUARY PEBRUARY MARET


NEGARA TUJUAN INFORMAL FORMAL INFORMAL FORMAL INFORMALFORMAL
MALAYSIA - 39 14 23
TAIWAN 8 9 1 21 8 7
KAPAL PESIAR 9 6 9
SINGAPORE - - 1
BRUNAI - - 35
Data 2.1 3 bulan terakhir negara tujuan pengiriman dari
Agen Y

NEGARA
TUJUAN PEMBIAYAAN CALON TKI
Malaysia Biaya pabrik memberikan fee ke agen
pembiayaan ditanggung TKI
Potong gaji, program pemerintah
KUR TKI dari BRI
Kredit Usaha Rakyat
potong gaji, selama 10 bulan + 25 RM/bulan
sekitar Rp 7.250.000

Taiwan TKI bayar dimuka, tunai ke Agen


biaya sekitar Rp 30 jt
Kapal TKI bayar dimuka, tunai ke Agen
biaya sekitar Rp 45 ~50 jt

Singapura potong gaji, selama 10 bulan + 250 RM /bulan

Tabel pengeluaran Biaya TKI di agen Y

Dokumen yang wajib dimiliki oleh Calon Tenaga kerja

 KTP
 Kartu Keluarga
 Ijazah terakhir
 Izin dari Orang tua hingga diketahui oleh Lurah /kepala Desa setempat
 Lulus pelatihan di Agen PPTKIS
 Passport

C. Dampak Positif dan Negatif Pengiriman TKI

1. Dampak Positif

Seiring dengan maraknya migrasi tenaga kerja internasional beberapa tahun terakhir dari
Indonesia ke negara-negara di kawasan Asia Tenggara, Asia Timur dan Timur Tengah, serta
sudah mulai merambah ke beberapa negara di Eropa, Amerika Utara dan Australia, di Kabupaten
Cilacap terjadi juga migrasi pekerja ke luar negeri yang menunjukan jumlah yang terus
bertambah tiap tahunnya. Upah yang lebih memadai di negara asing menjadi salah satu penyebab

kegiatan tersebut terus berlangsung. Sebagai akibat dari tingginya upah tersebut, pengiriman
remitan sebagai salah satu hasil kerja di daerah asal juga semakin meningkat. Berdasarkan
kondisi tersebut dirumuskan problem statemen: dampak positif dan dampak negatif dari
pengiriman tenaga kerja Indonesia.

Bila melihat sejarah. Pengiriman tenaga kerja ke luar negeri sudah ada pada tahun 1890. Pola
perekrutan adalah menggunakan sistem kerja kontrak. Pola tersebut masih ditemui pada saat ini.
Perusahaan pengerah tenaga kerja memperkerajkan tenaga kerja dengan sistem kontrak atau
“outsourching”. Kini model ini makin marak. Jumlah perusahaan pengerah tenaga kerja
mencapai ratusan perusahaan. Jumlah TKI yang dikirim mencapai jutaan orang.
Itu artinya persaingan. Persaingan akan melahirkan siapa yang paling kuat, pintar, trampil dan
mampu beradaptasi mudah mendapat pekerjaan. Tapi sebaliknya makin banyak calon TKI yang
terpinggirkan, kalah atau kurang memenuhi syarat namun punya semangat tinggi untuk mencari
penghidupan di negeri lain lantaran desakan ekonomi. Kaum inilah yang rentan terhadap
pelanggaran hak asasi manusia.

Banyaknya korban yang di alami TKI di luar negeri menunjukkan bahwa Para pengusaha jasa
tenaga kerja belum memberikan jaminan terhadap keselamatan TKI. Sehingga trend yang
muncul adalah perusahaan pengerah tenaga kerja hanya mengejar profit semata.

Padahal kalau dikelola dengan profesional. Pengawasan berjalan dengan baik. Pembinaan serama
proses berlangsung (pra pemberangkatan hingga pemulangan TKI kembali ke Indonesia)
berjalan denganbaik dapat meningkatkan kinerja TKI di luar negeri. Dengan kriteria kinerja TKI
yang baik menjadi kontribusi positif bagi peningkatkan produktifitas negara tujuan . Harapan
TKI memperoleh penghasilan yang layak pun akan memberi dampak positif bagi pembangunan
di tanah air.

Terlepas dari pengelolaan TKI diluar negeri secara benar atau salah, terbukti bahwa Pekerja
migran telah menjadi pahlawan devisa bagi bangsa. Mampu menggerakkan roda perekonomian
kampung halaman. Pekerja migran mengirim upahnya untuk memperbaiki rumah di kampung
halaman, membeli sawah, membantu biaya pendidikan anggota keluarganya. Pekerja migran
adalah pahlawan. Mereka berjasa bagi keluarga, dan bangsa. TKI memberi nilai tambah bagi
keluarganya.

Tahun 2008 TKI menyumbang devisa bagi negara 82 triliun. Tahun ini ada 70.000 TKI di
Malaysia yang melewati perusahaan pemasok tenaga kerja (“outsourching”) dari sedikitnya 2,2
juta TKI. Yang tercatat hanya 1,2 juta TKI. Selebihnya ilegal, dan rawan pelanggaran hak asasi
manusia. TKI bekerja lebih dari 8 jam sehari diupah 300 ringgit – 450 ringgit (1 juta – 1,3 juta
rupiah) per bulan.

Baru-baru ada sedikit kabar gembira karena Pemerintah Malaysia yang dicap buruk dalam
penanganan tenaga kerja asing di telingan dunia internasional akan memberlakukan 1 hari
istrahat bagi pekerja informal dari Indonesia. Keberadaan tenaga kerja migran di luar negeri
membantu negara tujuan pekerja migran. Keberadaan mereka yang bersedia bekerja kasar dan
berupah murah menjadi pilihan majikan. Lantaran banyak tenaga kerja migran yang tidak
melalui prosesdur resmi menjadi sasaran empuk bagi pengguna. Menjadi sapi perahan para
majikan di luar negeri, khususnya di Malaysia. Para pekerja migran ini, di satu sisi tenaganya
dipakai dan di sisi lain mereka dikejar polisi Malaysia. Kondisi itu membuat mereka memiliki
posisi tawar lemah, sehingga TKI nekat bekerja dengan upah yang rendah.

Ternyata pengiriman tenega kerja ke luar negeri bila dikelola dengan baik dapat meningkatkan
kesejahteraan pekerja. Meski di Malyasia dimana jumlah TKI terbanyak berada di sana masih
sering musibah bagi TKI, kita juga perlu mengangkat jempol karena masih ada lokasi tujuan TKI
yang positif bagi TKI. Pengelolaan tenaga kerja di luar negeri yang berhasil adalah Hongkong.
Keterlibatan atau campur tangan pemerintah RI di Hongkong yang memberi pembekalan,
perlindungan, perhatian terhadap tenaga kerja Indonesia berhasil mewujudkan mimpi pemuda
Indonesia untuk mengumpulkan uang, pengalaman dan pengetahuan.

Bencana terbesar kedua yang menyebabkan buruknya SDM kita diluar negeri adalah masih
adanya praktik tata kelola perusahaan dan pemerintahan yang tidak bersih. Seperti praktik
korupsi, pungli, sogok, nepotisme.

Seandainya penduduk memiliki lahan garapan yang subur, tumbuh-tumbuhan yang tahan
penyakit, air yang melimpah, harga hasil pertanian yang kompetitif, menguasai teknologi
pertanian, maka urusan TKI atau buruh migran dapat dikurangi atau dihilangkan. Karena sekali
lagi penulis nilai penduduk desa sesungguhnya mencintai tanah kelahirannya.

Penduduk Desa akan lebih nyaman menggarap sawah, ladang atau sebagai nelayan bila mereka
memperoleh keuntungan dari pekerjaan mereka. TKI yang mayoritas ilegal tersebut
sesungguhnya juga tidak mendapatkan upah yang layak di negeri orang karena banyak kena
pungli oleh oknum.

Masalah pengerahan tenaga kerja ke luar negeri tidak bisa dihentikan begitu saja. Karena
pengiriman tenaga kerja ke luar negeri sesuangguhnya dialami oleh semua negera. Bahkan
masyarakat kita memiliki persepsi senang dan bangga bila tempat kerjanya memiliki konsultan
asing.

2. Dampak Negatif

Mengirim tenaga ke luar negeri sesunggunya netral. Yang bermasalah adalah pengelolaannya.
Justru kalau bisa mengirimkan sebanyak mungkin tenaga terdidik, berpengalaman, ahli di
bidangnya ke luar negeri akan digaji sesuai pasar yang berlaku. Yakinlah bangsa kita akan dipuji
karena menjadi bangsa yang pandai mencetak SDM tangguh.

Sudah tidak terhitung penderitaan warga negera Indonesia di luar negeri ketika mengadu nasib
sebagai tenaga kerja. Kasus yang muncul berbagai bentuk, seperti TKI yang dibunuh, diperkosa,
pelecehan seksual, bunuh diri, digantung, membunuh , dipenjara, gaji tak dibayar, pekerjaan
tidak sesuai perjanjian kerja, sakit akibat kerja, penganiayaan, komunikasi kurang lancar.

Korban TKI meninggal dunia di Malaysia tahun 2007-2008 hingga Maret 2009 mencapai 40
orang per bulan. Penyebab penyakit di Malaysia paling besar karena radang paru-paru. Karena
mereka tinggal di bedeng yang lembab, khususnya pekerja perkebunan, bangunana dan pabrik.

Kasus warga negera Indonesia di luar negeri mayoritas diborong oleh tenaga kerja indonesia
yang lemah dalam penguasaan keterampilan, penguasaan bahasa asing, berpendidikan rendah,
melalui proses pengiriman ilegal. Penderitaan TKI di luar negeri terus berulang sepanjang tahun.
Dan sepanjang tahun juga pengiriman TKI terus berlangsung. Tahun 2010 lalu, kasus gadis asal
Dompu, Mataram, Nusa Tenggara Barat itu masih di bawah umur. Pihak Agen atau sponsor
diduga telah mengubah dokumen Sumiati binti Abdul Salam, menambah usia Sumiati menjadi
lima tahun lebih tua. Sumiati, tenaga kerja Indonesia yang disiksa oleh majikannya di Arab
Saudi, kini dirawat di sebuah rumah sakit di Madinah. Sumiati diperkirakan akan berada di
rumah sakit selama dua minggu. Sumiati Sulan Musthafa (24 tahun), pembantu rumah tangga di
Madinah Al Munawwarah, yang mengalami penyiksaan oleh majikannya akan menjalani operasi
paru-paru. Sumiati kemudian mengalami penyiksaan di Madinah, Arab Saudi, di mana bibirnya
terpotong, hidungnya patah, dan tulang iganya retak. Sumiati kini dibolehkan meninggalkan RS
King Fahd, Madinah. Pengadilan di Arab Saudi menjatuhkan hukuman tiga tahun penjara kepada
mantan majikan Sumiati binti Salan, Hatab Bin Soleh, juru bicara Kementerian Tenaga Kerja
Arab Saudi, minta kasus yang menimpa Sumiati tidak digeneralisasikan atau disamaratakan
karena kasus itu adalah perilaku buruk oknum majikan dan bukan seluruh majikan.

Yang jelas, hampir 70% TKI lulusan sekolah dasar (SD), bahkan ada kasus ternyata ditemukan
TKI buta huruf. Prosedur yang profesional mengenai pengelolaan TKI ke luar negeri masih
lemah. Contohnya, masih ada TKI yang kurang bahkan tidak mendapat orientasi atau
pembekalan sebelum diberangkatkan ke luar negeri.

Siapa pun mereka, dengan bekal pendidikan dan keterampilan minim, bekerja profesi apapun,
berpotensi menimbulkan masalah. Padahal dalam dunia “human resource” khususnya dalam
proses rekrutmen tenega kerja tidak hanya meluluskan calon pekerja yang punya keterampilan
atau kemampuan. Yang utama adalah mempertemukan kandidat pekerja dengan jenis pekerjaan
yang sesuai dengan kemampuan pekerja. “The right people on the right job”. Orang yang benar
pada posisi pekerjaan yang tidak sesuai dengan “job require” dapat menimbulkan masalah.
Apalagi orang salah pada posisi salah, akan menimbulkan problem.

Proses perekrutan yang menggunakan celah tertentu karena lemahnya pengawasan menjadi ujian
pertama yang harus dilewati para calon TKI. Prosedur administrasi dan pembekalan, sang calon
TKI sudah dibebani biaya tidak sedikit. Penempatan yang kadang dimanfaatkan pihak tertentu
melakukan praktik perdagangan manusia. Hingga pulang kembali ke kampung halamannya
mereka dipungli. Padahal modal yang mereka keluarkan cukup besar,ada yang menjual ternak
dan sawah, menjual emas, menggadaikan harta.

Negara tujuan pencari kerja juga dilatarbelakangi dengan kesungguhan pihak atase kita di luar
negeri dalam menyikapi permasalahan di Negara tujuan, contoh negara Malaysia dikarenakan
seringnya terjadi kasus penganiayaan tenaga kerja membuat negara tersebut masuk dalam
Moratorium ( kebijakan politik untuk menghentikan sementara pengiriman tenaga kerja) untuk
tenaga kerja informal (pembantu rumah tangga). Hongkong maupun Taiwan termasuk negara
yang sangat baik dalam memperlakukan tenaga kerja Indonesia, maka banyak pencari kerja
menginginkan bekerja di sana dan agen pun bisa mengumpulkan keuntungan paling banyak dari
negara tujuan Hongkong/Taiwan.

BAB III

PENUTUP
A. Kesimpulan

1. Pengiriman tenaga kerja ke luar negeri memiliki kaitan erat dengan harga diri suatu
bangsa, dan politik luar negeri. Penulisan, konsekuensi yang bersifat makro ini seringkali
terabaikan manakala desakan-desakan ekonomi menjadi prioritas utama. Keadaan
ekonomi masyarakat di negara-negara berkembang yang rendah dan banyaknya warga
yang tidak memiliki pekerjaan (termasuk Indonesia) membuat pengambil kebijakan di
bidang ketenagakerjaan untuk mencari solusi cepat mengatasi pengangguran. Salah satu
solusi yang dipertahankan adalah pengiriman tenaga kerja.
2. Biaya yang dikeluarkan para calon TKI:
1. Malaysia = potong gaji 10 bulan + 25 RM/bulan sekitar Rp.7.250.000.
2. Taiwan = Bayar tunai keagen sebesar Rp.30.000.000.
3. Kapal = Bayar tunai keagen sebesar Rp.45.000.000 – 50.000.000.
4. Singapura = Potong gaji selama 10 bulan + 250 SGD/bulan.
3. Dokumen-dokumen yang dibawa TKI tidak terlalu rumit sehingga memudahkan para
calon TKI untuk bekerja di luar negeri.
4. Dampak Positif dari Pengiriman Tenaga Kerja Indonesia ini antara lain :
1. Mengurangi tingkat pengangguran di daerah tententu
2. Meningkatkan taraf kehidupan/kesejahteraan bagi keluarga
3. Menambah cadangan Devisa Negara dari sektor Non Migas
4. Meningkatkan pemberdayaan kaum perempuan bagi Tenaga kerja wanita yang
bekerja disektor formal (pabrikan, perawat,)
5. Meningkatkan pendapatan dan belanja daerah tertentu
6. Mengurangi Kepadatan penduduk di suatu daerah tertentu
5. Dampak Negatif dari Pengiriman Tenaga Kerja Indonesia ini antara lain :
1. Perlindungan terhadap kaum perempuan menurun seiring dengan seringnya
terjadi KDRT (kekerasan dalam rumah tangga) maupun penganiayaan di Negara
tujuan
2. Keluarga inti terpisah karena ayah/ Ibu bekerja di tempat yang jauh sehingga
kurang komunikasi
3. Nilai masyarakat kita di Negara tujuan terkadang menjadi lebih rendah karena
dianggap Negara kelas 2
4. Pergerseran norma budaya, TKI yang sudah kembali terbiasa dengan budaya
Negara tujuan yang terkadang tidak sesuai dengan budaya Indonesia.
5. Meningkatnya angka perceraian di daerah tertentu
6. Pembekalan yang kurang dari Agen TKI membuat para TKI mendapatkan
perlakuan yang tidak semestinya,seperti Upah yang tidak sesuai , kesejahteraan
dan kesehatan yang diabaikan majikan
7. Tingkat pendidikan calon TKI yang rendah dapat membuat calon TKI menjadi
korban penipuan baik sejak dari pengurusan dokumen hingga saat kembali ke
Tanah Air.

B. Saran
1. Lakukan pengetatan bagi pelayanan penempatan TKI dengan melakukan cek silang
dengan aparat daerah asal tenaga kerja untuk biodata diri calon TKI
2. Penyempurnaan kebijakan penempatan dan perlindungan TKI seperti penanganan TKI
bermasalah, fasilitasi operasional dan penyelesaian masalah TKI dan pemberian advokasi
dan perlindungan hukum bagi TKI di Luar negeri
3. Meningkatkan kuantitas dan kualitas atase ketenagakerjaan di negera-negara penempatan
4. Verifikasi dan perbaiki seleksi terhadap seluruh PPTKIS (Perusahaan Pengerah Tenaga
Kerja Indonesia Swasta) di dalam negeri dan agen-agen penempatan di luar negeri.

Anda mungkin juga menyukai