Anda di halaman 1dari 26

DAMPAK POSITIF DAN NEGATIF PENGIRIMAN

TENAGA KERJA INDONESIA KE LUAR NEGERI

MAKALAH

Disusun untuk memenuhi nilai Ujian Akhir Semester


Mata kuliah Manajemen Sumber Daya Manusia Internasional

Oleh:

Bagus Lutfi Novianto


13228050

JURUSAN MANAJEMEN PEMASARAN


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MERDEKA MALANG
2015

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
menganugerahkan rahmat, karunia serta Ridha-Nya, sehingga penyusun dapat
menyelesaikan makalah tentang Dampak Positif dan Negatif Pengiriman Tenaga
Kerja Indonesia Ke Luar Negeri. Makalah ini disusun sebagai salah satu tugas dari
mata kuliah Manajemen Sumber Daya Manusia. makalah ini diharapkan dapat
memberikan informasi yang kemudian bermanfaat bagi kita.
Selama mengerjakan tugas makalah ini, Saya telah banyak menerima
bimbingan dan saran-saran dari berbagai pihak. Maka pada kesempatan ini saya ingin
mengucapkan terima kasih yang setulusnya kepada:
1. Dosen MSDM Internasional yang telah memberikan kami pengarahan dan
materi dalam pembuatan makalah ini.
2. Orang tua yang telah memberikan dorongan dan semangat sehingga penulis
dapat menyelesaikan makalah ini.
3. Rekan-rekan serta semua pihak yang tidak dapat penyusun sebutkan satu
persatu yang telah membantu penyusun dalam pembuatan makalah ini.
Akhirnya penyusun berharap makalah ini dapat berguna dan dapat
dipergunakan sebagaimana mestinya. Atas perhatiannya penyusun ucapkan terima
kasih.

Malang, 27 Juni 2015

Penyusun

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................. 2


DAFTAR ISI................................................................................................................ 3
BAB 1 PENDAHULUAN ........................................................................................... 4
1.1. Latar Belakang .................................................................................................. 4
1.2. Rumusan Masalah ............................................................................................. 5
1.3. Metode Penulisan .............................................................................................. 6
BAB 2 PEMBAHASAN .............................................................................................. 8
2.1. Sejarah Pengiriman Tenaga Kerja .................................................................... 8
2.2. Studi Kasus PPTKIS di Jakarta Timur .......................................................... 11
2.3. Dampak Positif dan Negatif Pengiriman TKI................................................. 13
2.3.1. Dampak Positif ........................................................................................ 13
2.3.2. Dampak Negatif ....................................................................................... 16
BAB 3 PENUTUP ..................................................................................................... 20
3.1. Kesimpulan ..................................................................................................... 20
3.2. Saran ............................................................................................................... 22
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................ 23
LAMPIRAN............................................................................................................... 24

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Pada kesempatan kali ini penulis akan membahas dengan tema tentang
Positif-negatif pengiriman tenaga kerja Indonesia di luar negeri. Menurut penulis
tema tersebut akan menarik jika dibahas sebab banyak fenomena tentang TKI yang
disiksa, dianiaya, dilecehkan, dan lain sebagainya di luar negeri oleh para majikannya.
Hal tersebut baru sebagian dari sifat negatif pengiriman TKI di luar negeri dan masih
banyak yang akan kita bahas nantinya baik dari sifat negatif baik juga dari sifat positif.
Fenomena global yang terjadi pada sebagian besar negara di dunia adalah
migrasi internasional (termasuk migrasi tenaga kerja). Fenomena ini terus berkembang
seiring pola hubungan yang terjalin antar negara dalam berbagai dimensi.
Meningkatnya hubungan antar negara pada gilirannya berpengaruh pada identitas atau
migrasi ke negara bersangkutan. Era globalisasi yang sedang berproses telah
meniupkan angin optimisme yang tinggi dalam bidang ekonomi melebihi masa lalu
dalam peradaban manusia. Era ini ditandai antara lain dengan terbentuknya pasar
tunggal dalam perekonomian dunia. Pada sisi lain, pergerakan modal termasuk
mobilitas sumber daya manusia sedemikian menarik sehingga fenomena migrasi
tenaga kerja internasional tidak terelakan.
Meningkatnya jumlah pekerja migran dari tahun ke tahun, untuk bekerja di
luar negeri merupakan salah satu indikator dari globalisasi atau integrasi internasional.
Indonesia sebagai bagian integral dari ekonomi global tidak dapat melepaskan diri dari

dinamika tersebut, sehingga pengiriman pekerja migran ke luar negeri berdampak


signifikan pada makro ekonomi.
Karena itu dalam perkrmbangannya, negara-negara tujuan TKI dari tahun ke
tahun juga terus bertambah. Salah satu indikator pertumbuhan ekonomi di suatu
wilayah ditunjukan dengan perbaikan tingkat produk domestik regional bruto (PDRB)
yang mengacu pada total nilai moneter dari semua barang dan jasa yang telah
dihasilkan di dalam batas-batas geografis tertentu. Secara sederhana produk domestik
regional bruto ini dapat dihitung berdasarkan nilai keluaran semua barang dan jasa
jadi.
Meskipun pendapatan dari buruh migran (remitan) merupakan pendapatan dari
luar negeri yang tidak diperhitungkan dalam PDRB, tetapi pemanfaatannya sebagai
alat untuk menuhi kebutuhan konsumsi rumah tangga dan investasi serta tabungan di
dalam negeri, maka hal tersebut akan berpengaruh terhadap produk domestik regional
bruto.

1.2. Rumusan Masalah


Pertanyaan yang akan dibahas pada makalah ini adalah tentang:
1. Dampak positif dan negatif pengiriman tenaga kerja ke luar negeri?
2. Berapa jumlah biaya yang dikeluarkan dikeluarkan oleh calon tenaga kerja ke
luar negeri?
3. Persiapan Dokumen apa saja yang diperlukan oleh calon tenaga kerja ke luar
negeri?
4. Apa yang dimaksud dengan pengiriman tenaga kerja Indonesia keluar negeri

1.3. Metode Penulisan


Pengambilan data untuk menyelesaikan makalah ini dilakukan dengan Metode
Non Test, berikut alat Pengumpul data dalam bentuk non tes yang penulis lakukan
yaitu observasi maupun wawancara dengan 3 cara yaitu:
1. Teknik penulisan di dapat dari buku Pengantar Bahasa Indonesia
2. Searching di website mengenai peraturan maupun pengiriman Tenaga kerja
Indonesia ke luar negeri
3. Hasil wawancara peneliti lain dengan pengelola Agen Tenaga Kerja Indonesia
di daerah Cibubur.
Observasi diartikan pengamatan dan pencatatan secara sistematik terhadap
gejala yang tampak pada objek penelitian. Keunggulan metode ini adalah banyaknya
gejala yang hanya dapat diselidiki dengan observasi, hasilnya lebih akurat dan sulit
dibantah. Banyak objek yang hanya bersedia diambil datanya hanya dengan observasi,
misalnya terlalu sibuk dan kurang waktu untuk diwawancarai atau mengisi kuisioner.
Kejadian yang serempak dapat diamati dan dan dicatat serempak pula dengan
memperbanyak observer. Banyak kejadian yang dipandang kecil yang tidak dapat
ditangkap oleh alat pengumpul data yang lain, yang ternyata sangat menentukan hasil
penelitian.
Wawancara merupakan salah satu metode pengumpulan data untuk
memperoleh data dan informasi dari berbagai sumber secara lisan. Proses wawancara
dilakukan dengan cara tatap muka secara langsung atau melalui telepon . Selama
proses wawancara, penulis mengajukan pertanyaan, meminta penjelasan dan jawaban
dari pertanyaan yang diberikan dan membuat catatan mengenai hal-hal yang

diungkapkan kepada narasumber. Keunggulan metode wawancara adalah dapat


diperoleh informasi dalam suasana komunikasi secara langsung, yang memungkinkan
siswa selain memberikan data faktual seperti yang ditulis dalam angket, juga
mengungkapkan sikap, pikiran, harapan, dan perasaan.

BAB 2
PEMBAHASAN

2.1. Sejarah Pengiriman Tenaga Kerja


Pengangguran terbuka merupakan bagian dari angkatan kerja yang tidak
bekerja atau sedang mencari pekerjaan (baik bagi mereka yang belum pernah bekerja
sama sekali maupun yang sudah penah berkerja), atau sedang mempersiapkan suatu
usaha, mereka yang tidak mencari pekerjaan karena merasa tidak mungkin untuk
mendapatkan pekerjaan dan mereka yang sudah memiliki pekerjaan tetapi belum
mulai bekerja. Fenomena global yang terjadi pada sebagian besar negara di dunia
adalah migrasi internasional (termasuk migrasi tenaga kerja). Fenomena ini terus
berkembang seiring pola hubungan yang terjalin antar negara dalam berbagai dimensi.
Meningkatnya hubungan antar negara pada gilirannya berpengaruh padaintensitas arus
migrasi dari/dan ke negara bersangkutan. Era globalisasi yang sedang berproses telah
meniupkan angin optimisme yang tinggi dalam bidang ekonomi melebihi masa lalu
dalam peradaban manusia. Era ini ditandai antara lain dengan terbentuknya pasar
tunggal dalam perekonomian dunia. Pada sisi lain, pergerakkan modal termasuk
mobilitas sumberdaya manusia sedemikian menarik sehingga fenomena migrasi
tenaga kerja internasional tidak terelakan.
Meningkatnya jumlah pekerja migran dari tahun ke tahun, untuk bekerja diluar
negeri merupakan salah satu indikator dari globalisasi atau integrasi internasional.
Indonesia sebagai bagian integral dari ekonomi global tidak dapat melepaskan diri dari
dinamika tersebut, sehingga pengiriman pekerja migran ke luar negeri berdampak
signifikan pada makro ekonomi. Karena itu dalam perkembangannya, negara-negara

tujuan TKI dari tahun ke tahun juga terus bertambah. Jauh sebelum Pemerintah
Republik Indonesia mengirimkan Tenaga Kerja Indonesia (TKI) ke Luar Negeri,
Pemerintah Belanda pada tahun 1890 telah mengirimkan 32.986 orang TKI asal pulau
Jawa ke Suriname, suatu Negara Jajajahan Belanda di Amerika Selatan.
Tujuan pengiriman TKI itu adalah untuk mengganti tugas para budak asal
Afrika yang telah dibebaskan pada tanggal 1 Juli 1863. Gelombang pertama
pengiriman TKI diberangkatkan dari Batavia pada 21 Mei 1890 dengan kapal SS
Koningin Emma. Pelayaran jarak jauh ini singgah di Negeri Belanda dan tiba di
Suriname tanggal 9 Agustus 1890. Jumlah TKI gelombang pertama ini sebanyak 94
orang, terdiri dari 61. Gelombang kedua sebanyak 614 orang, tiba di Suriname pada
tanggal 16 Juni 1894 dengan kapal SS Voorwarts.
Kegiatan pengiriman TKI ini berjalan terus sejak tahun 1890 s/d 1939 hingga
jumlahnya mencapai 32.986 orang dengan menggunakan 77 buah kapal laut. Dari
tahun 1890 hingga tahun 1914. Rute pelayaran pengiriman TKI ke Suriname selalu
singgah di Negeri Belanda.
Pola seperti itu saat ini makin mudah ditemui di sekitar kita. Kantong pemasok
buruh migran tidak lagi didominasi dari Jawa. Daerah lain di Indonesia yang juga
tanahnya kurang subur membuat warganya kabur dan memilih meninggalkan
kampung halaman. Contohnya adalah warga dari Flores. Kampung halaman yang
kurang subur menjadi pemicu warga untuk merantau.
Pengiriman buruh migran ke luar negeri telah memakan waktu cukup lama.
Seiring perjalanan waktu, pengiriman tenaga kerja migran selama sekian lama hingga
detik ini terlihat bahwa nasib mereka selama bekerja di luar negeri selalau tersandung

masalah. Proses panjang pengiriman tenaga kerja ke luar negri meski telah
berlangsung lama namun masalah belum selesai. Itu semua karena motivasi pekerja
migran untuk memperbaiki kehidupan yang lebih bagus. Mencari kesejatreaan keluar
negeri meski dilalui dengan penuh rintangan, pengorbanan dan air mata adalah pilihan
yang ternyata masih diminati oleh ribuan warga negera Indonesia yang berpenghasilan
kecil.
Banyaknya hutan yang diubah menjadi lahan pertanian, penebagan pohon
tidak terkendali, pembakaran lahan, pengerukan bukit, pencemaran air sungai,
pencemaran pantai, penebangan bakau, peningkatan pemakaian kendaraan penghasil
karbon dioksida secara massiv, penggunaan energi bahan bakar yang tidak
tergantikan (minyak, gas) adalah faktor yang jauh lebih penting untuk diperhatikan
bagi pengambil kebijakan masalah pengiriman tenaga kerja ke luar negeri, karena jika
pemerintah bisa lebih perhatian ke masalah ini maka tenaga kerja kita bisa bekerja di
Negara sendiri.
Warga Indonesia kelas menengah ke bawah tidak akan meninggalkan
kampung halamannya kalau kampung halaman mereka subur, menyediakan sumber
alam yang produktif, makmur, tenang, dan damai.
Faktor utama warga Indonesia mencari kehidupan di negera lain karena
kerusakan alam yang parah, alam yang tidak bersahabat untuk bertani, penduduk
miskin tidak memiliki lahan, dan tanah tidak subur. Faktor lainnya adalah karena
Cuaca yang tidak menentu, hasil pertanian berkualitas rendah dan murah dibanding
biaya produksi, serta lahan berpindah tangan dan dikuasai pemegang modal.

Selain itu, yang terpenting adalah mental aparat pemerintah untuk tidak
bermental korup. Masalah di atas di anggap sebagai bencana besar yang kita hadapi
tanpa mengenal latar belakang pendidikan, suku, ekonomi, agama.
Dapat disimpulkan penyebab tingginya pergerakan Kaum Migran untuk
bekerja diluar negeri disebabkan antara lain :
1. Tingginya angka pengangguran bagi penduduk berusia produktif namun
memiliki pendidikan yang rendah
2. Faktor alam di daerah yang tidak mendukung, ekosistem tercemar sehingga
sulit untuk bergantung dari alam sebagai matapencaharian (nelayan, petani)
3. Kurangnya sosialisasi pemerintah mengenai upaya bantuan pemerintah dan
pemberdayaan
(KUR)

penduduk

Bank

seperti

Pemerintah

permodalan
menyediakan

Kredit
dana

Usaha
bagi

Rakyat

penduduk

yang berwiraswasta
4. Kurang meratanya pembangunan dan perluasan kesempatan kerja di seluruh
wilayah Indonesia.

2.2. Studi Kasus PPTKIS di Jakarta Timur


Sebuah agen pengirim tenaga kerja ke luar negeri atau sejak 1 januari 2011
disebut Perusahaan Pengerah Tenaga Kerja Indonesia Swasta (PPTKIS), memberikan
jawaban atas pertanyaan yang diajukan seputar pekerjaannya.
Berikut Data 3 bulan terakhir Pengiriman Tenaga Kerja dari Agent TKI di
daerah Cibubur: Komplek Cibubur Indah 2, Jln. Rawa Bola No. 42 Cibubur Jakarta
Timur 13730

Tabel 2.1 Tiga bulan terakhir negara tujuan pengiriman dari Agen Y

JANUARI 2011

NEGARA
TUJUAN

FEBRUARI 2011

MARET 2011

INFORMAL

FORMAL

INFORMAL

FORMAL

INFORMAL

FORMAL

39
9
9

1
-

14
21
6
-

8
1
-

23
7
9
35

MALAYSIA
TAIWAN
KAPAL PESIAR
SINGAPORE
BRUNAI

Tabel 2.2 pengeluaran Biaya TKI di agen Y

NEGARA
TUJUAN

PEMBIAYAAN CALON TKI


Biaya pabrik memberikan fee ke agen pembiayaan
ditanggung TKI.
Potong gaji, program pemerintah KUR TKI

Malaysia

dari BRI.
Kredit Usaha Rakyat: potong gaji, selama 10 bulan
+ 25 RM/bulan sekitar Rp 7.250.000,TKI bayar dimuka, tunai ke Agen biaya sekitar Rp

Taiwan

30 jt.
TKI bayar dimuka, tunai ke Agen biaya sekitar Rp

Kapal Pesiar 45 ~50 jt.


Singapura Potong gaji, selama 10 bulan + 250 RM /bulan.

Dokumen yang wajib dimiliki oleh Calon Tenaga kerja

KTP

Kartu Keluarga

Ijazah terakhir

Izin dari Orang tua hingga diketahui oleh Lurah /kepala Desa setempat

Lulus pelatihan di Agen PPTKIS

Passport

2.3. Dampak Positif dan Negatif Pengiriman TKI


2.3.1. Dampak Positif
Seiring dengan maraknya migrasi tenaga kerja internasional beberapa tahun
terakhir dari Indonesia ke negara-negara di kawasan Asia Tenggara, Asia Timur dan
Timur Tengah, serta sudah mulai merambah ke beberapa negara di Eropa, Amerika
Utara dan Australia, di Kabupaten Cilacap terjadi juga migrasi pekerja ke luar negeri
yang menunjukan jumlah yang terus bertambah tiap tahunnya. Upah yang lebih
memadai di negara asing menjadi salah satu penyebab kegiatan tersebut terus
berlangsung.
Sebagai akibat dari tingginya upah tersebut, pengiriman remitan sebagai salah
satu hasil kerja di daerah asal juga semakin meningkat. Berdasarkan kondisi tersebut
dirumuskan problem statemen: dampak positif dan dampak negatif dari pengiriman
tenaga kerja Indonesia.
Bila melihat sejarah. Pengiriman tenaga kerja ke luar negeri sudah ada pada
tahun 1890. Pola perekrutan adalah menggunakan sistem kerja kontrak. Pola tersebut
masih ditemui pada saat ini. Perusahaan pengerah tenaga kerja memperkerajkan tenaga

kerja dengan sistem kontrak atau outsourching. Kini model ini makin marak. Jumlah
perusahaan pengerah tenaga kerja mencapai ratusan perusahaan. Jumlah TKI yang
dikirim mencapai jutaan orang.
Itu artinya persaingan. Persaingan akan melahirkan siapa yang paling kuat,
pintar, trampil dan mampu beradaptasi mudah mendapat pekerjaan. Tapi sebaliknya
makin banyak calon TKI yang terpinggirkan, kalah atau kurang memenuhi syarat
namun punya semangat tinggi untuk mencari penghidupan di negeri lain lantaran
desakan ekonomi. Kaum inilah yang rentan terhadap pelanggaran hak asasi manusia.
Banyaknya korban yang di alami TKI di luar negeri menunjukkan bahwa Para
pengusaha jasa tenaga kerja belum memberikan jaminan terhadap keselamatan TKI.
Sehingga trend yang muncul adalah perusahaan pengerah tenaga kerja hanya mengejar
profit semata.
Padahal kalau dikelola dengan profesional. Pengawasan berjalan dengan baik.
Pembinaan serama proses berlangsung (pra pemberangkatan hingga pemulangan TKI
kembali ke Indonesia) berjalan denganbaik dapat meningkatkan kinerja TKI di luar
negeri. Dengan kriteria kinerja TKI yang baik menjadi kontribusi positif bagi
peningkatkan produktifitas negara tujuan . Harapan TKI memperoleh penghasilan
yang layak pun akan memberi dampak positif bagi pembangunan di tanah air.
Terlepas dari pengelolaan TKI diluar negeri secara benar atau salah, terbukti
bahwa Pekerja migran telah menjadi pahlawan devisa bagi bangsa. Mampu
menggerakkan roda perekonomian kampung halaman. Pekerja migran mengirim
upahnya untuk memperbaiki rumah di kampung halaman, membeli sawah, membantu

biaya pendidikan anggota keluarganya. Pekerja migran adalah pahlawan. Mereka


berjasa bagi keluarga, dan bangsa. TKI memberi nilai tambah bagi keluarganya.
Tahun 2008 TKI menyumbang devisa bagi negara 82 triliun. Tahun ini ada
70.000 TKI di Malaysia yang melewati perusahaan pemasok tenaga kerja
(outsourching) dari sedikitnya 2,2 juta TKI. Yang tercatat hanya 1,2 juta TKI.
Selebihnya ilegal, dan rawan pelanggaran hak asasi manusia. TKI bekerja lebih dari 8
jam sehari diupah 300 ringgit 450 ringgit (1 juta 1,3 juta rupiah) per bulan.
Baru-baru ada sedikit kabar gembira karena Pemerintah Malaysia yang dicap
buruk dalam penanganan tenaga kerja asing di telingan dunia internasional akan
memberlakukan 1 hari istrahat bagi pekerja informal dari Indonesia. Keberadaan
tenaga kerja migran di luar negeri membantu negara tujuan pekerja migran.
Keberadaan mereka yang bersedia bekerja kasar dan berupah murah menjadi pilihan
majikan. Lantaran banyak tenaga kerja migran yang tidak melalui prosesdur resmi
menjadi sasaran empuk bagi pengguna. Menjadi sapi perahan para majikan di luar
negeri, khususnya di Malaysia. Para pekerja migran ini, di satu sisi tenaganya dipakai
dan di sisi lain mereka dikejar polisi Malaysia. Kondisi itu membuat mereka memiliki
posisi tawar lemah, sehingga TKI nekat bekerja dengan upah yang rendah.
Ternyata pengiriman tenaga kerja ke luar negeri bila dikelola dengan baik
dapat meningkatkan kesejahteraan pekerja. Meski di Malyasia dimana jumlah TKI
terbanyak berada di sana masih sering musibah bagi TKI, kita juga perlu mengangkat
jempol karena masih ada lokasi tujuan TKI yang positif bagi TKI. Pengelolaan tenaga
kerja di luar negeri yang berhasil adalah Hongkong. Keterlibatan atau campur tangan
pemerintah RI di Hongkong yang memberi pembekalan, perlindungan, perhatian

terhadap tenaga kerja Indonesia berhasil mewujudkan mimpi pemuda Indonesia untuk
mengumpulkan uang, pengalaman dan pengetahuan.
Bencana terbesar kedua yang menyebabkan buruknya SDM kita diluar negeri
adalah masih adanya praktik tata kelola perusahaan dan pemerintahan yang tidak
bersih. Seperti praktik korupsi, pungli, sogok, nepotisme.
Seandainya penduduk memiliki lahan garapan yang subur, tumbuh-tumbuhan
yang tahan penyakit, air yang melimpah, harga hasil pertanian yang kompetitif,
menguasai teknologi pertanian, maka urusan TKI atau buruh migran dapat dikurangi
atau dihilangkan. Karena sekali lagi penulis nilai penduduk desa sesungguhnya
mencintai tanah kelahirannya.
Penduduk Desa akan lebih nyaman menggarap sawah, ladang atau sebagai
nelayan bila mereka memperoleh keuntungan dari pekerjaan mereka. TKI yang
mayoritas ilegal tersebut sesungguhnya juga tidak mendapatkan upah yang layak di
negeri orang karena banyak kena pungli oleh oknum.
Masalah pengerahan tenaga kerja ke luar negeri tidak bisa dihentikan begitu
saja. Karena pengiriman tenaga kerja ke luar negeri sesuangguhnya dialami oleh
semua negera. Bahkan masyarakat kita memiliki persepsi senang dan bangga bila
tempat kerjanya memiliki konsultan asing.
2.3.2. Dampak Negatif
Mengirim tenaga ke luar negeri sesunggunya netral. Yang bermasalah adalah
pengelolaannya. Justru kalau bisa mengirimkan sebanyak mungkin tenaga terdidik,
berpengalaman, ahli di bidangnya ke luar negeri akan digaji sesuai pasar yang berlaku.

Yakinlah bangsa kita akan dipuji karena menjadi bangsa yang pandai mencetak SDM
tangguh.
Sudah tidak terhitung penderitaan warga negera Indonesia di luar negeri ketika
mengadu nasib sebagai tenaga kerja. Kasus yang muncul berbagai bentuk, seperti TKI
yang dibunuh, diperkosa, pelecehan seksual, bunuh diri, digantung, membunuh ,
dipenjara, gaji tak dibayar, pekerjaan tidak sesuai perjanjian kerja, sakit akibat kerja,
penganiayaan, komunikasi kurang lancar.
Korban TKI meninggal dunia di Malaysia tahun 2007-2008 hingga Maret 2009
mencapai 40 orang per bulan. Penyebab penyakit di Malaysia paling besar karena
radang paru-paru. Karena mereka tinggal di bedeng yang lembab, khususnya pekerja
perkebunan, bangunana dan pabrik.
Kasus warga negera Indonesia di luar negeri mayoritas diborong oleh tenaga
kerja indonesia yang lemah dalam penguasaan keterampilan, penguasaan bahasa asing,
berpendidikan rendah, melalui proses pengiriman ilegal. Penderitaan TKI di luar
negeri terus berulang sepanjang tahun. Dan sepanjang tahun juga pengiriman TKI terus
berlangsung. Tahun 2010 lalu, kasus gadis asal Dompu, Mataram, Nusa Tenggara
Barat itu masih di bawah umur. Pihak Agen atau sponsor diduga telah mengubah
dokumen Sumiati binti Abdul Salam, menambah usia Sumiati menjadi lima tahun
lebih tua. Sumiati, tenaga kerja Indonesia yang disiksa oleh majikannya di Arab Saudi,
kini dirawat di sebuah rumah sakit di Madinah. Sumiati diperkirakan akan berada di
rumah sakit selama dua minggu. Sumiati Sulan Musthafa (24 tahun), pembantu rumah
tangga di Madinah Al Munawwarah, yang mengalami penyiksaan oleh majikannya
akan menjalani operasi paru-paru. Sumiati kemudian mengalami penyiksaan di

Madinah, Arab Saudi, di mana bibirnya terpotong, hidungnya patah, dan tulang iganya
retak. Sumiati kini dibolehkan meninggalkan RS King Fahd, Madinah. Pengadilan di
Arab Saudi menjatuhkan hukuman tiga tahun penjara kepada mantan majikan Sumiati
binti Salan, Hatab Bin Soleh, juru bicara Kementerian Tenaga Kerja Arab Saudi, minta
kasus yang menimpa Sumiati tidak digeneralisasikan atau disamaratakan karena kasus
itu adalah perilaku buruk oknum majikan dan bukan seluruh majikan.
Yang jelas, hampir 70% TKI lulusan sekolah dasar (SD), bahkan ada kasus
ternyata ditemukan TKI buta huruf. Prosedur yang profesional mengenai pengelolaan
TKI ke luar negeri masih lemah. Contohnya, masih ada TKI yang kurang bahkan tidak
mendapat orientasi atau pembekalan sebelum diberangkatkan ke luar negeri.
Siapa pun mereka, dengan bekal pendidikan dan keterampilan minim, bekerja
profesi apapun, berpotensi menimbulkan masalah. Padahal dalam dunia human
resource khususnya dalam proses rekrutmen tenega kerja tidak hanya meluluskan
calon pekerja yang punya keterampilan atau kemampuan. Yang utama adalah
mempertemukan kandidat pekerja dengan jenis pekerjaan yang sesuai dengan
kemampuan pekerja. The right people on the right job. Orang yang benar pada posisi
pekerjaan yang tidak sesuai dengan job require dapat menimbulkan masalah.
Apalagi orang salah pada posisi salah, akan menimbulkan problem.
Proses perekrutan yang menggunakan celah tertentu karena lemahnya
pengawasan menjadi ujian pertama yang harus dilewati para calon TKI. Prosedur
administrasi dan pembekalan, sang calon TKI sudah dibebani biaya tidak sedikit.
Penempatan yang kadang dimanfaatkan pihak tertentu melakukan praktik
perdagangan manusia. Hingga pulang kembali ke kampung halamannya mereka

dipungli. Padahal modal yang mereka keluarkan cukup besar,ada yang menjual ternak
dan sawah, menjual emas, menggadaikan harta.
Negara tujuan pencari kerja juga dilatarbelakangi dengan kesungguhan pihak
atase kita di luar negeri dalam menyikapi permasalahan di Negara tujuan, contoh
negara Malaysia dikarenakan seringnya terjadi kasus penganiayaan tenaga kerja
membuat negara tersebut masuk dalam Moratorium ( kebijakan politik untuk
menghentikan sementara pengiriman tenaga kerja) untuk tenaga kerja informal
(pembantu rumah tangga). Hongkong maupun Taiwan termasuk negara yang sangat
baik dalam memperlakukan tenaga kerja Indonesia, maka banyak pencari kerja
menginginkan bekerja di sana dan agen pun bisa mengumpulkan keuntungan paling
banyak dari negara tujuan Hongkong/Taiwan.

BAB 3
PENUTUP

3.1. Kesimpulan
1. Pengiriman tenaga kerja ke luar negeri memiliki kaitan erat dengan harga diri
suatu bangsa, dan politik luar negeri. Penulisan, konsekuensi yang bersifat
makro ini seringkali terabaikan manakala desakan-desakan ekonomi menjadi
prioritas utama. Keadaan ekonomi masyarakat di negara-negara berkembang
yang rendah dan banyaknya warga yang tidak memiliki pekerjaan (termasuk
Indonesia) membuat pengambil kebijakan di bidang ketenagakerjaan untuk
mencari solusi cepat mengatasi pengangguran. Salah satu solusi yang
dipertahankan adalah pengiriman tenaga kerja.
2. Biaya yang dikeluarkan para calon TKI:
1. Malaysia = potong gaji 10 bulan + 25 RM/bulan sekitar Rp.7.250.000.
2. Taiwan = Bayar tunai keagen sebesar Rp.30.000.000.
3. Kapal = Bayar tunai keagen sebesar Rp.45.000.000 50.000.000.
4. Singapura = Potong gaji selama 10 bulan + 250 SGD/bulan.
3. Dokumen-dokumen yang dibawa TKI tidak terlalu rumit sehingga
memudahkan para calon TKI untuk bekerja di luar negeri.
4. Dampak Positif dari Pengiriman Tenaga Kerja Indonesia ini antara lain :
1. Mengurangi tingkat pengangguran di daerah tententu

2. Meningkatkan taraf kehidupan/kesejahteraan bagi keluarga


3. Menambah cadangan Devisa Negara dari sektor Non Migas
4. Meningkatkan pemberdayaan kaum perempuan bagi Tenaga kerja
wanita yang bekerja disektor formal (pabrikan, perawat,)
5. Meningkatkan pendapatan dan belanja daerah tertentu
6. Mengurangi Kepadatan penduduk di suatu daerah tertentu
5. Dampak Negatif dari Pengiriman Tenaga Kerja Indonesia ini antara lain :
1. Perlindungan terhadap kaum perempuan menurun seiring dengan
seringnya terjadi KDRT (kekerasan dalam rumah tangga) maupun
penganiayaan di Negara tujuan
2. Keluarga inti terpisah karena ayah/ Ibu bekerja di tempat yang jauh
sehingga kurang komunikasi
3. Nilai masyarakat kita di Negara tujuan terkadang menjadi lebih rendah
karena dianggap Negara kelas 2
4. Pergerseran norma budaya, TKI yang sudah kembali terbiasa dengan
budaya Negara tujuan yang terkadang tidak sesuai dengan budaya
Indonesia.
5. Meningkatnya angka perceraian di daerah tertentu.

6. Pembekalan yang kurang dari Agen TKI membuat para TKI


mendapatkan perlakuan yang tidak semestinya,seperti Upah yang tidak
sesuai , kesejahteraan dan kesehatan yang diabaikan majikan
7. Tingkat pendidikan calon TKI yang rendah dapat membuat calon TKI
menjadi korban penipuan baik sejak dari pengurusan dokumen hingga
saat kembali ke Tanah Air.

3.2. Saran
1. Hendaknya perlu dibuat prosedur yang ketat bagi pelayanan penempatan TKI
dengan melakukan cek silang dengan aparat daerah asal tenaga kerja untuk
biodata diri calon TKI
2. Penyempurnaan kebijakan penempatan dan perlindungan TKI seperti
penanganan TKI bermasalah, fasilitasi operasional dan penyelesaian masalah
TKI dan pemberian advokasi dan perlindungan hukum bagi TKI di Luar negeri
3. Meningkatkan kuantitas dan kualitas atase ketenagakerjaan di negera-negara
penempatan
4. Verifikasi dan perbaiki seleksi terhadap seluruh PPTKIS (Perusahaan
Pengerah Tenaga Kerja Indonesia Swasta) di dalam negeri dan agen-agen
penempatan di luar negeri.

DAFTAR PUSTAKA

Nurhadi Daud. Yuni Pratiwi. 2007. Bahasa Indonesia untuk SMP Kelas 7. Jakarta:
Erlangga.
Haris, Abdul. 2005, Gelombang Migrasi dan Jaringan Perdagangan Manusia.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Saleh, Harry Hariawan. 2003. Persaingan Tenaga Kerja Menghadapi Persaingan
Global Guna Suksenya Pembangunan Nasional. Kertas Karya Perorangan.
Kursus Singkat Lemhanas RI.
http://www.datastatistik-indonesia.com/content/view/803/803/

LAMPIRAN

DAFTAR PERTANYAAN DAN HASIL WAWANCARA


Sumber: Pengelola agen TKI
Tempat: Komplek Cibubur Indah 2, Jln. Rawa Bola No. 42, Cibubur, Jakarta Timur.
Pewawancara: Rabih Katon Dwicahyo
Waktu: 5 Mei 2011
Kasus: Permasalahan TKI di luar negeri

Daftar Pertanyaan yang diajukan ke Perusahaan Pengerah Tenaga Kerja Indonesia


Swasta adalah sebagai berikut :
1. Apa nama perusahaan bapak ini? apa bisa saya sebutkan dalam makalah ini?
2. Sejak kapan perusahaan ini didirikan?
3. Tenaga kerja apa saja yang disalurkan oleh perusahaan ini dan Negara tujuan
mana?
4. Persyaratan apa saja yang harus dipenuhi oleh calon tenaga kerja?
5. Berapa umur minimal bagi calon tenaga kerja dan minimal pendidikan
dasarnya?

6. Berapa biaya yang harus dikeluarkan bagi calon tenaga kerja? dan
bagaimana cara pembayarannya?
7. Berapa gaji minimal atau rata rata pendapatan tenaga kerja Indonesia di
negara tujuan dan berapa lama kontrak minimal bekerja di luar negeri?
8. Negara tujuan mana yang paling diminati oleh calon tenaga kerja?
Jawaban dari pertanyaan wawancara yang diajukan ke Perusahaan Pengerah Tenaga
Kerja Indonesia Swasta adalah:
1. Dikarenakan nara sumber tidak bersedia disebutkan nama Perusahaan
Pengerah Tenaga Kerja Indonesia Swasta mana beliau bekerja maka akan kita
sebut saja perusahaan tersebut dengan nama PT.X.
2. Perusahaan didirikan pada bulan oktober 1998, saat krisis moneter pertama
melanda Indonesia, dimana naiknya angka pengangguran.
3. Tenaga kerja yang disalurkan adalah tenaga kerja informal dan non formal.
4. Dokumen yang wajib dimiliki oleh calon tenaga kerja:
a) KTP,
b) kartu keluarga,
c) ijazah terakhir,
d) izin dari orang tua hingga diketahui oleh lurah/kepala desa,
e) lulus Pelatihan di agen PPTKIS,
f) Paspor.

5. Minimal 17 tahun, sekolah lulus SMP/sederajat


6. Biaya tergantung negara tujuan dan biaya bisa dicicil.
7. Gaji tergantung negara tujuan, gaji tertinggi terdapat di negara Hongkong dan
Taiwan.
8. Hongkong dan Taiwan

Anda mungkin juga menyukai