MUHAMMAD IQBAL
AKADEMI FISIOTERAPI
UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA
JAKARTA
2012
MANFAAT METODE LATIHAN CLOSED KINETIC
DAN KINESIOTAPING UNTUK MENINGKATKAN
KESTABILAN LUTUT PASCA CEDERA ANTERIOR
CRUCIATUM LIGAMENT
MUHAMMAD IQBAL
NIM: 0962030029
AKADEMI FISIOTERAPI
UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA
JAKARTA
2012
ii
LEMBAR PERSETUJUAN
Karya Tulis ini telah memenuhi syarat untuk diuji di hadapan Panitia
Direktur Pembimbing
iii
LEMBAR PENGUJI
Panitia Ujian Karya Tulis Ilmiah Program Diploma Tiga (DIII) Fisioterapi
atas nama Panitia Ujian DIII Fisioterapi UKI mengesahkan Karya Tulis Ilmiah
Akhir ini.
Hari : Senin
PENGUJI
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
LEMBAR REVISI
iv
Karya Tulis Ilmiah Akhir ini telah diperbaiki sesuai kesepakatan presentan
dan dosen penguji dan telah diteliti oleh dosen penguji, sesuai yang
PENGUJI
SURAT PERNYATAAN
v
Nama : Muhammad Iqbal
NIM : 0962030029
Karya Saya Sendiri dan Bukan Hasil Plagiat karya orang lain. Bila di kemudian hari
Karya Tulis Ilmiah Akhir saya dengan judul di atas terbukti merupakan hasil
plagiat, maka Rektor Universitas Kristen Indonesia berhak membatalkan Gelar Ahli
Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya tanpa tekanan
Muhammad Iqbal
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang senantiasa memberikan kesehatan dan
kekuatan, sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah Akhir, yang
merupakan tugas yang harus diselesaikan oleh penulis untk memenuhi syarat
vi
kelulusan dalam menempuh Ujian Akhir Program Diploma III Akademi Fisioterapi
LIGAMENT”
Penulis menyadari bahwa Karya Tulis Ilmiah Akhir ini tidak dapat terselesaikan
dengan baik tanpa adanya dorongan baik moril, spiritual, ,aupun materil dari
berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan
terimakasih kepada
serta dukungan dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah Akhir ini dengan
sabar.
vii
5. Kepada kakak saya Asep Azis SSt.FT yang banyak memberikan dukungan
6. Mas Bimo, Mas Ridwan, Riyad Amaludin, Fortunella Levyana yang telah
sebagai subyek dalam penulisan laporan kasus ini, semoga karier kalian
semangat.
9. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu-persatu yang telah membantu
Ilmiah Akhir ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu penulis sangat
sehingga penulus dapat melakukan yang lebih baik pada masa yang akan
datang. Semoga Karya Tulis Ilmiah Akhir ini dapat bermanfaat bagi kita
viii
Jakarta, Agustus 2012
Penulis
DAFTAR ISI
LEMBAR JUDUL………………………………………………………… i
LEMBAR PERSETUJUAN ................................................................................ iii
LEMBAR PENGUJI ............................................................................................iv
LEMBAR REVISI ................................................................................................iv
SURAT PERNYATAAN ....................................................................................... v
KATA PENGANTAR ...........................................................................................vi
DAFTAR ISI .........................................................................................................ix
DAFTAR GAMBAR .............................................................................................xi
DAFTAR TABEL ............................................................................................... xii
DAFTAR GRAFIK ............................................................................................ xiii
ix
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah………………………………. 1
B. Identifikasi Masalah…………………………………... 3
C. Pembatasan Masalah…………………………………... 3
D. Rumusan Masalah…………………………………….. 3
E. Tujuan Penulisan……………………………………… 3
F. Terminologi Istilah……....……………………………. 4
x
C. PROSES FISIOTERAPI PADA CEDERA ANTERIOR
CRUCIATUM LIGAMENT
1. Assesment…………………………………….. 44
2. Diagnosa Fisioterapi………………………….. 50
3. Perencanaan Program Fisioterapi (planning)… 51
4. Pelaksanaan Program Fisoterapi (intervensi)… 53
5. Evaluasi/Re-evaluasi/Re-assesment………….. 54
BAB IV PEMBAHASAN…………………………………………... 84
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan…………………………………………….. 87
B. Saran………………………………………………….... 87
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
DAFTAR GAMBAR
xi
Gambar 3.1 One Leg Stance(I)………………………………………… 63
Gambar 3.2 One Leg Stance Combination Hyperextensi Trunk(I)…. 64
Gambar 3.3 One Leg Stance Combination Rotation Trunk(I)………... 65
Gambar 3.4 Kinesiotaping(I)…………………………………………... 66
Gambar 3.5 One Leg Stance(II)………………………………………... 77
Gambar 3.6 One Leg Stance Combination Hyperextensi Trunk(II)…... 78
Gambar 3.7 One Leg Stance Combination Rotation Trunk(II)………... 79
Gambar 3.8 Kinesiotaping(II)…………………………………………... 80
DAFTAR TABEL
xii
Tabel 3.16 End Feel Kasus II………………………………………… 73
Tabel 3.17 Derajat Nyeri Gerak Pasif Kasus II……………………… 73
Tabel 3.18 Evaluasi Kestabilan Lutut Kasus II……………………… 82
Tabel 3.19 Evaluasi Derajat Nyeri Gerak Aktif Kasus II……………. 82
Tabel 3.20 Evaluasi Derajat Nyeri Gerak Pasif Kasus II……………. 83
Tabel 3.21 Evaluasi Lingkup Gerak Sendi Aktif Kasus II………….. 83
Tabel 3.22 Evaluasi Lingkup Gerak Sendi Pasif Kasus II………….. 83
DAFTAR GRAFIK
Grafik 4.1 Peningkatan kestabilan lutut tiap kali melakukan terapi pada cedera
Grafik 4.2 Peningkatan kestabilan lutut tiap kali melakukan terapi pada cedera
xiii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dewasa ini banyak atlet yang mengalami penurunan prestasi olahraga akibat
cedera saat olahraga. Cedera pada anterior cruciatum ligament (ACL) adalah
cedera ligamen yang paling banyak ditemui di lapangan. Kebanyakan diderita oleh
para atlet pada banyak cabang olahraga high-impact. Pada umumnya cedera ACL
dapat terjadi ketika sedang lari kemudian mendadak berhenti lalu berputar arah
sehingga menyebabkan lutut terputar atau melompat dan mendarat dengan posisi
lutut terputar. Dengan cedera ACL pasien akan sulit sekali untuk dapat kembali
melakukan aktifitas olahraga high impact, seperti main bola, futsal, basket, atau
menahan beban sebesar kurang lebih 226 kg. Cedera yang terjadi pada ACL akan
cedera ACL adalah pemain basket, karena kegiatannya banyak menggunakan lutut
sebagai tumpuan. Atlet basket yang terkena cedera ACL harus mendapatkan
tindakan atau penangan yang tepat agar tidak mengalami kesulitan untuk kembali
bermain basket karena instabil pada lutut. Fisioterapi memiliki peran dalam
1
optimal. Untuk meningkatkan stabilisasi maka diperlukan metode-metode yang
Fisioterapi adalah dengan memberikan latihan dengan metode closed kinetic, yaitu
gerakan lengan, tangan atau tungkai dan kaki berada dalam posisi menumpu berat
badan selama latihan. Latihan jenis ini sangat penting pada tahap permulaan dari
stabilisator aktif sehingga beban yang diterima ACL tidak terlalu berat, sekaligus
luka dan membantu memberikan stabiliasi aktif maupun pasif dengan memberikan
(Kase, 2005)
meningkatkan stabilisasi pada lutut. Atas dasar inilah penulis membuat tugas
akhir berjudul “Manfaat Metode Latihan Closed Kinetic dan Kinesiotaping untuk
2
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka pada penderita cedera ACL sering
gerak sendi lutut, serta spasme otot sekitar lutut. Dari problematik-problematik di
atas, intervensi fisioterapi yang dapat dilakukan adalah: metode closed kinetic dan
penggunaan kinesiotaping.
C. Pembatasan Masalah
Dari identifikasi masalah yang ada, penulisan karya tulis ilmiah akhir
(KTIA) ini, dibatasi pada manfaat metode closed kinetic dan penggunaan
cruciatum anterior.
D. Rumusan Masalah
Dari batasan masalah tersebut maka, rumusan masalah pada penulisan KTIA ini
E. Tujuan Penulisan
1. Tujuan umum
2. Tujuan khusus
3
penggunaan kinesiotaping untuk meningkatkan kestabilan lutut
kinesiotaping.
F. Terminologi Istilah
1. Cedera
Cedera adalah suatu kerusakan pada struktur atau fungsi tubuh yang
2. Closed Kinetic
antagonis secara bersamaan dan merupakan latihan yang lebih fisiologis dan
3. Kinesiotaping
sendi yang terluka dan melancarkan peredaran darah serta aliran limfe
4
BAB II KAJIAN TEORI
Lutut adalah sendi engsel, terletak di ujung tulang paha (femur) memenuhi
bagian atas tulang kering (tibia). Empat ligamen utama yang menghubungkan dua
6
Gambar 2.1. Anatomi lutut
C. Meniscus medialis
F. Tibiae
G. Fibulae
7
Sendi lutut atau Articulatio Genu merupakan sendi yang terbesar pada tubuh
manusia, sendi ini merupakan sendi engsel, dibentuk oleh beberapa tulang yaitu
tulang femur, tibia, fibula dan patella serta dibentuk oleh tiga persendian yakni
tibiofemoral joint, patellofemoral joint dan tibiofibular joint proximal di mana pada
setiap permukaan sendi dilapisi oleh hyalin cartilage. Aktivitas sendisendi ini
dipengaruhi oleh tenaga lokal dan sendi diatasnya (sendi panggul) dan sendi
dibawahnya yaitu sendi kaki (ankle joint). Sendi lutut ditutup oleh kapsul sendi
(Netter, 2003)
lutut. Bagian terbesar dari beban ini adalah pada sisi medial tulang lutut disamping
sisi yang lain. Tekanan aktivitas naik turun tangga 4-5 kali berat badan dan
berjingkat adalah 6-7 kali berat badan. Waktu lari, tekanan ini menjadi 6 kali lipat.
Stres sendi patello femoral besarnya tergantung pada tekanan per unit area kontak.
Tekanan yang besar dengan distribusi pada area yang luas akan menghasilkan
derajat stres sendi yang relative kecil. Tekanan yang besar pada area kontak yang
sempit akan menghasilkan stres sendi yang besar sehingga akan meningkatkan
perubahan degenerasi rawan sendi. Beberapa area kontak patello femoral berubah
Sendi Lutut dibentuk oleh bagian distal tulang femur, patella dan bagian
8
Tulang Femur merupakan tulang terpanjang dan terberat dalam tubuh
yang bertugas meneruskan berat tubuh dari tulang coxae ke tibia sewaktu kita
berdiri. Bagian proximal dari tulang ini terdiri dari kaput femoris yang bersendi
dengan acetabulum, kolum femoris dan dua trokhantert major. Ujung distal
tulang femur berakhir menjadi dua condilus yaitu epicondylus medialis dan
serta merupakan tulang penyangga beban. Bagian proximal tulang ini bersendi
ini berbentuk segitiga yang basisnya menghadap ke proksimal dan apex atau
pertama menghadap ke sendi fasies artikularis dengan femur dan yang kedua
menghadap ke depan fasies anterior. Fasies anterior dapat dibagi menjadi tiga
2. Artikulasio
9
Sendi lutut dibentuk oleh tiga persendian yaitu; tibiofemoraljoint,
patellofemoral joint, dan proksimal tibiofibular joint yang ditutupi oleh kapsul
sendi.
dan gerak rotasi terjadi pada bidang tranversal disekitar axis vertical
(longitudinal).
proksimal dan ke distal saat ekstensi dan fleksi. Saat ekstensi disertai
10
gerak ankle ke arah kranial dorsal. Arthrokinematik dari sendi ini
terdiri atas gerak geser ke cranial dan dorsal saat ankle joint pada
3. Ligamen
Stabilisator pasif sendi lutut terdiri dari beberapa ligamen yaitu ligamen
dalam satu group disebut ligamen ekstra kapsular, sedangkan ligamen obliqum,
kapsular.
lutut dimana ligamen cruciatum anterior membentang dari bagian anterior tibia
melekat pada bagian lateral kondilus lateralis femur yang berfungsi sebagai
hyperekstensi lutut dan membantu saat rolling dan gliding sendi lutut.
dari sendi lutut. Ligamen ini berbentuk kipas membentang dari bagian posterior
tibia kebagian depan atas dan melekat pada kondilus medialis femur, ligamen
ini berfungsi sebagai penahan gerak translasi os tibia terhadap os femur kearah
posterior.
medial maupun lateral. Arah ligamen collateral lateral dan medial akan
11
memberikan gaya yang bersilang sehingga akan memperkuat stabilitas sendi
lutut terutama pada posisi ekstensi. Ligamen collateral medial terletak lebih
medial menegang pada gerakan full ROM ekstensi lutut. Ligamen collateral
caput fibula, dalam gerakan fleksi lutut ligamen ini melindungi sisi lateral lutut.
Ligamen poplitea arkuatum berasal dari bagian dorsal kapitulum fibula pada
artikularis dan melekat erat pada kapsul artikularis, sehingga disebut ligamen
kapsular.
Bagian lain dari struktur sendi lutut yang perlu dipahami adalah otot.
Ada banyak otot yang terdapat disekitar sendi lutut. Meskipun ada di antara
otot-otot itu yang tidak berperan langsung sebagai penggerak sendi lutut namun
12
m. quadriceps terdiri atas 4 otot, yaitu :
intermedius
tuberositas tibiae.
13
m. vastus medialis Origo : intertrochanter line, Saraf tepi : N.
linea aspira, medial
supracondylair line femur Femoral
Insersio : atas medial patella
dan melalui lig. Patellae sampai Akar saraf : L2
ke tuberositas tibiae
– L4
– L4
23
2) Kelompok Fleksor
S2
14
Insersio : Aspek lateral head of
Fibula
S2
sciatic
S2
Pes anserinus merupakan otot yang sangat penting untuk stabilisasi aktif lutut
a) m. sartorius
Berasal dari spina illiaca anterior dan berjalan miring melewati paha
dalam fascianya menuju ke pes anserinus superficial dan diletakan pada fascia
cruralis dan medialis terhadap tuberositas tibia. M.Sartorius bekerja pada dua
15
sendi, sebagai fleksor pada sendi lutut dan bila bila lutut fleksi, bersama-sama
dengan otot lain pes anserinus berfungsi sebagai rotator medialis tungkai
bawah. Selain itu juga sebagai flexor pada sendi panggul. Berdasarkan
jalanya otot tersebut juga berfungsi sebagai rotator lateralis pada sendi
b) m. gracillis
Berasal dari shympysis dari ramus inferior ossis pubis dan hanya
kelompok otot-otot adduktor bekerja pada dua sendi, otot ini membentang
terletak paling medialis langsung dibawah permukaan dan bila paha adduksi
paha dan pleksor sendi panggul begitu juga dapat melakukan fleksi sendi
lutut. Pada daerah pes anserinus diantara tiga tendo insertio otot tersebut dan
tibia selalu terdapat bursa yaitu bursa anserina, M gracillis dipersarafi oleh
c) m. semitendinosus
terdapat perlekatan pada pes anserinus. Otot ini bekerja pada dua sendi,
16
ekstensi pada sendi panggul dan fleksi pada sendi lutut dari rotasi medialis
tungkai bawah.
(L4-L5).
e) m. gastrocnemius
Beberapa serabut dari caput medial dan caput lateral juga berasal dari
soleus Otot-otot tersebut berinsertio pada tuber calcanei. Pada saat lutut
17
Osteokinematika merupakan gerak sendi yang dipandang dari
dalam sendi ginglimus (hinge joint) dan mempunyai dua derajat kebebasan
gerak. Gerakan fleksi ekstensi terjadi pada bidang sagital disekitar axis
dan ekstensi pada bidang sagital dan lingkup gerak sendi untuk gerakan
fleksi umumnya sekitar 130º-140º dengan soft end feel. Dengan posisi
hiperekstensi berkisar antara 5º-10º dalam batas normalnya dengan hard end
feel.Gerakan rotasi terbesar terjadi pada posisi lutut fleksi 90º dimana
gerakan memutar kedalam (medial rotasi) 15º-30º dengan elastic end feel
sedangkan putaran keluar (lateral rotasi) 40º-45º pada posisi awal, mid
akan menghasilkan gerakan rotasi secara otomatis. Gerak rotasi yang terjadi
secara otomatis ini terdapat secara primer pada gerak ekstensi penuh sebagai
gerak perhentian dari kondilus lateral yang lebih panjang. Selama akhir dari
ROM gerak ekstensi aktif, rotasi yang terjadi seperti penguncian dari lutut.
(Sugijanto, 2010)
disebut juga joint play movement. Pada kedua permukaan sendi lutut
18
pergerakan yang terjadi meliputi gerakan sliding dan rolling, maka di sini
cekung (konkaf) maka pergerakan sliding dan rolling berlawanan dan jika
posterior saat fleksi. Pada permukaan tibia cekung (konkaf) bergerak, fleksi
(Sugijanto, 2010)
inferior saat fleksi. Beberapa gerak rotasi patella dan tilting terjadi yang
c. Alignment patella
adalah sudut yang dibentuk oleh 2 buah garis, yang pertama dari SIAS
19
dangkal (atau jalur) diantara kondilus femoral, kalau lintasan ini terlalu
dangkal patella akan mudah berdislokasi dan kalau jalurnya salah kartilago
ekstensi. Tendon patela berinsersio kedalam kutub atas patela. Tendon ini
. Sudut Q normal untuk pria adalah 130 dan untuk wanita 180 dalam posisi
lutut lurus. Sudut yang kurang dari 130 dapat mengindikasikan adanya
patella alta. Sudut Q yang lebih besar dari 180 dapat mengindikasikan
1) Peningkatan sudut Q. Hal ini bisa saja terjadi dari genu valgum,
20
3) Kelemahan capsul retinaculum medial atau otot vastus medial
stabilitas medial.
Posisi terlentang hip fleksi 90º, dengan ROM 0º-160º dengan soft end
feel oleh penekanan jaringan lunak, dapat ditambah valgus dan rotasi
Posisi terlentang, ROM 0º-10º hard end feel oleh pembatas tulang,
ke anterior.
21
ROM 30º-35º dengan elastic end feel dengan ketegangan ligamen,
posisi telungkup 90 knee fleksi, posisi duduk pinggir bed 90 knee fleksi.
ROM 45-50 dengan elastic end feel, posisi telungkup 90 knee fleksi,
Posisi terlentang knee semi fleksi gerak lutut lurus oleh m. Quadriceps.
Posisi terlentang 90 knee fleksi, posisi duduk pinggir bed 90 knee fleksi,
Posisi terlentang 90 knee fleksi, posisi duduk pinggir bed 90 knee fleksi,
latae.
22
Anterior Cruciate Ligamen (ACL) adalah ligamen yang menempel
pada sendi lutut bagian anterior memberikan sokongan yang kuat yang
(Anterior Cruciate Ligamen) berasal dari kata crux yang artinya (menyilang)
dan crucial (sangat penting). Cruciate ligamen saling bersilangan satu sama
yang lain menyerupai huruf X. Ligamen ini longgar ketika knee join flexi dan
tegang ketika ekstensi penuh. ACL adalah stabilisator untuk knee joint pada
aktivitas pivot. ACL berukuran besar sebesar jari kita dan panjangnya rata-rata
38mm dan lebar rata-rata 10mm, dan dapat menahan tekanan seberat 500 pon
sering menyebabkan cedera adalah olahraga dengan posisi foot terfiksir dan
badan berubah arah dengan cepat, misalnya pada pemain sepak bola atau
adalah ketika ACL robek bersamaan dengan cedera baik MCL maupun
meniskus medial (salah satu shock-absorber kartilago di lutut). ini adalah jenis
cedera yang sering terjadi pada pemain sepak bola dan pemain ski.
Pada orang dewasa biasanya terjadi cedera ACL di tengah ligamen atau
karena tertariknya ligamenum dari tulang femur. Cedera ini tidak sembuh
pada ACL dengan kondisi ligamen yang masih menempel. Cedera ini dapat
23
sembuh dengan sendirinya, ataupun memerlukan operasi untuk memperbaiki
Beberapa orang dapat hidup dan berfungsi secara normal dengan ACL
yang robek. Namun, kebanyakan orang mengeluh bahwa lutut mereka tidak
stabil, gampang ‘goyang’ dan kesulitan dalam aktivitas fisik. Cedera ACL
internal pada lutut sebagai stabilisator sendi tibio femoral. Memiliki panjang
sekitar 20mm dan lebar sekitar 10mm. Memiliki origo di Condylus lateralis
femur dan insersionya di tibial pleteau. ACL adalah ligamen kedua yang
utama ACL adalah untuk membatasi pergerakan tibia ke arah anterior. Terdiri
(tight) saat ekstensi dan bagian anterior akan tight saat fleksi. Jika terjadi
gerakan ekstensi.
sedikit pembengkakan.
24
b. Tingkat II / moderate cedera : Cedera yang terjadi adalah robeknya
3. Patofisiologi
elastin yang lebih tinggi. Ligamen menerima suplai darah mereka dari situs
Jenis cedera ini terjadi terutama karena ligamen transeksi oleh Kondilus
4. Etiologi
Sebuah pukulan di sisi lutut yang dapat terjadi selama bermain sepak bola,
25
misalnya, dapat menyebabkan cedera ACL. Pada umumnya cedera ACL
dapat terjadi pada saat atlet sedang berlari tiba-tiba mendadak berhenti
sepak bola, dan bermain ski adalah penyebab umum cedera ACL.
stenosis takik, seorang dengan ACL lebih kecil dari ukuran normal, dan
tulang rawan dan ligamen lainnya, hal tersebut dapat terlihat dari hasil
dengan beban valgus dan rotasi eksternal tibia, seperti cedera kliping,
26
5. Epidemiologi
adalah 0.9 cedera baru pada tim permusim dan cidera ini menyebabkan
lebih cenderung terkena sobek ACL dibanding pria. Penyebab ini tidak
knee joint. Setiap tahun di Amerika Serikat terjadi 250.000 cedera ACL,
atau sekitar 1 dari 3000 populasi. Sekitar sepertiga dari pasien yang
keluarkan sangat besar sekali. Sekitar 95.000 pecah ACL. Sekitar 100.000
ACL rekonstruksi dilakukan setiap tahun. Insiden cedera ACL lebih tinggi
pada orang yang aktiv dalam olahraga berisiko tinggi seperti sepak bola,
hoki, basket, lacrosse, senam, gulat, dan voli. Prevalensi lebih tinggi pada
wanita dibanding laki-laki, pada tingkat 2,49,7 kali lebih besar untuk
6. Manifestasi Klinis
a. Instabil lutut
b. Osteoarthritis lutut
27
c. Meniscus tear
d. Patella dislokasi
7. Gejala Klinis
a. Gejala awal:
b. Pada saat cedera biasanya pasien akan mendengar suara seperti ada
Namun sering, setelah cedera 1-2 hari, pasien dapat jalan seperti
hal ini terkait dengan fungsi ACL sebagai stabilisasi lutut dan
28
b. I: Ice, yaitu diberikannya pengobatan dengan es dengen tujuan
9. Penegakan Diagnosis
seperti ada yang patah dalam sendi dan sangat jelas terdengar, seketika itu juga
orang tersebut akan limbung dan terjatuh, namun setelah beberapa saat
nyeri yang dirasakan membuat sendi lutut sulit digerakkan dan menimbulkan
sakit yang teramat sangat, pada saat penyelidikan dokter anda akan mencari
29
memberikan tekanan pada ACL dan akan mendeteksi robekan ligamen. MRI
juga digunakan untuk memastikan robeknya ligamen dan juga untuk melihat
apakah ada bagian lain yang rusak. Banyak pasien dengan robekan ACL mulai
merasa baikan dalam masa beberapa minggu dari tanggal kejadian, mereka
yang tepat. Karena dengan pemeriksaan MRI ligamen di knee joint dapat
30
Diagnosis dari ACL robek adalah sangat menantang dalam tahap awal
yang dapat membantu diagnosis, jika ditoleransi, adalah tes laci sorong (anterior
cidera pada ligamen cruciatum pada lutut. Posisi pasien berbaring telentang
dengan hip fleksi 45°, lutut fleksi 90°, dan telapak kaki menempel pada bed.
tarikan ke arah depan (anterior). Tes laci sorong positif jika tibia bergerak
31
b. Test Lachman
pada tibia proksimal dengan tangan yang dominan. Jumlah translasi tibia
pada tulang paha, dan ketegasan dari ‘end-feel’ harus dibandingkan dengan
c. Ballotement Test
(Gambar 5).
32
Gambar 2.5. Ballotement Test (Rolf, 2007)
Tes Lachman negatif (sensitivitas 93% dan spesifisitas 99%) adalah yang
adalah tes yang lebih baik secara keseluruhan untuk berkuasa baik dalam dan
referensi dan berperan pada keakuratan relatif dari manuver yang paling banyak
digunakan. Sebuah pergeseran Lachman tes atau poros positif bukti kuat dari cedera
33
ACL, dan tes Lachman negatif merupakan bukti yang cukup baik untuk menolak
besar masyarakat umum dengan cedera lutut bengkak akut tidak mungkin dapat
digunakan untuk tes provokatif di atas. Oleh karena itu, pemanfaatan tes diagnostik
ini menjadi lebih praktis dalam pengaturan sebuah klinik yang ditinjau setelah
fase inflamasi, fase poliferasi dan fase remodeling. Mengerti akan proses
fisioterapi dan pemberian treatmen serta exercise pada pada pasien. (Frontera,
2003)
a. Fase Inflamasi
tahap yaitu
1) Inflamasi Awal
34
Inflamasi awal dimulai dengan respon celluler yang
pembuluh darah yang tekena cedera. Hal ini akan terjadi antara
2) Inflamasi Kronis
b. Fase Poliferasi
strength pada luka. Pembetukan jaringan baru yang terdiri dari jar
35
penghubung seperti fibroblast, collagen dan kapiler. Fibroblast akan
c. Fase remodeling
jaringan yang telah dikembangkan saat poliferasi juga terjadi pada fase
ini, dengan kata lain, fase ini adalah fase persiapan menuju normal.
36
satu tungkai sebagai tumpuan berat badannya. Latihan ini
hiperekstensi vertebra.
37
Latihan ini dilakukan selama 20 detik dengan 4 kali
(Kibler 2006)
38
Gambar 2.8 One Leg Stance Combination Rotation Trunk
(Kibler, 2006)
2) Prinsip latihan
b. Kinesiotaping
1. Definisi kinesiotaping
dan sendi yang terluka dan melancarkan peredaran darah serta aliran
39
Kinesiotaping adalah modalitas terapi yang berdasar pada
yang berfokus pada pentingnya tubuh dan gerakan otot. Dari sinilah
fungsi otot yang akan teraktifasi sehingga healing proses bisa terjadi.
2. Fungsi Kinesiotaping
40
2) Menghilangkan penyumbatan aliran cairan tubuh
jaringan
(d). Mengurangi rasa tidak nyaman dan nyeri pada kulit dan otot
3. Mekanisme kerja
41
a. Stimulasi secara langsung dari rasa sakit ke interneuros
dari
beta Fibres.
4. Cara pemakaian
42
Dalam melakukan praktek fisioterapi, seorang fisioterapis harus
melakukan asuhan atau proses fisioterapi yang terdiri dari 5 bagian utama, yaitu
1. Assesment
a. Anamnesis
pengobatan.
43
Penyakit yang dialami oleh pasien sebelumnya yang
penyakit sekarang.
b. Pemeriksaan Fisik
1) Vital sign
Normal : 80-100x/menit
c) Pernapasan (x/menit)
d) Temperatur (oC)
g) Tingkat kesadaran
2) Inspeksi
44
Merupakan pemeriksaan dengan cara melihat dan
dua :
3) Palpasi
45
Secara obyektif klien mendesis, menyeringai, dapat
Test).
46
c) Pemeriksaan Gerak Isometrik melawan tahanan Suatu
muskulotendinogen.
a) Kognitif :
panyakitnya
b) Intrapersonal :
terapis
c) Interpersonal :
a) Fungsional dasar
transfer.
47
b) Fungsional aktifitas
c) Lingkungan aktifitas
pasien.
48
arah depan (anterior). Tes laci sorong positif jika tibia
b) Tes Lachman
2. Problematik Fisioterapi
pemeriksaan.
3. Diagnosa Fisioterapi
49
limitation (keterbatasan fungsional) disability (ketidak mampuan), dan
syndrome.
1) Modalitas alternatif
2) Modalitas terpilih
50
Intervensi yang karena situasi dan kondisi yag tidak
yang diharapkan.
c. Rencana Evaluasi
2. Evaluasi periodik :
Objek yang dievaluasi adalah nyeri dengan standar ukur skala nyeri
3. Evaluasi kumulatif :
Objek yang dievaluasi adalah Vital sign, nyeri dengan standar ukur
skala nyeri VAS, spasme otot cervical dengan palpasi, kekuatan otot
c. Prognosis
51
1. Quo et Vitam
bagi pasien.
2. Quo et Sanam
3. Quo et Fungsionam
4. Quo et Cosmeticam
a. Implementasi program
program, selain itu nasehat atau anjuran dan larangan sebagai edukasi
52
kepada pasien dapat diberikan untuk membantu mempercepat proses
penyembuhan pasien.
b. Modifikasi program
prosedur.
fisioterapi.
1) Discharge
2) Discontinuation
b. Dokumentasi
53
Semua proses fisioterapi yang dilakukan pada pasien/klien harus
54
BAB III
LAPORAN KASUS
Kasus I Nomor MR :
B. SEGI FISIOTERAPI
1. ASSESMENT FISIOTERAPI
1. Identitas Pasien :
Nama : Tn. MN
Umum : 17 Tahun
Agama : Islam
Pekerjaan : Pelajar
Hobi : Basket
2. Riwayat Penyakit :
55
b) Riwayat Penyakit Sekarang :
klinik fisioterapi.
Riwayat Pribadi :
Tidak ada
c) Riwayat Keluarga :
dengan pasien.
3) Pemeriksaan Fisik :
a) Vital Sign :
(1) Tekanan Darah : 120/80 mmHg
56
b) Inspeksi :
sedikit pincang.
c) Palpasi :
Tabel 3.1
Bidang Kanan Kiri Normal
S 5⁰-0⁰-110⁰ 0⁰-0⁰-135⁰ 0⁰-0⁰-135⁰
Tabel 3.2
Regio Group otot Kanan Kiri
Flexor 5 5
Knee
Extensor 5 5
Tabel 3.3
Derajat Nyeri
Gerak
Kanan Kiri
57
Flexi 4 cm 0
Ekstensi 2 cm 0
Tabel 3.4
Bidang Kanan Kiri Normal
S 5⁰-0⁰-120⁰ 0⁰-0⁰-135⁰ 0⁰-0⁰-135⁰
Tabel 3.5
Endfeel
Sendi Gerakan
Kanan Kiri
Tabel 3.6
Derajat Nyeri
Gerak
Kanan Kiri
Flexi 3 cm 0
Ekstensi 2 cm 0
58
Pasien mampu melawan tahanan minimal yang diberikan
terapis ke arah gerakan flexi dan ekstensi knee kiri dan kanan
(1) Kognitif
(2) Intrapersonal
(3) Interpersonal
Aktivitas :
59
Pasien mengalami gangguan pada waktu melakukan aktivitas
ke arah anterior.
arah anterior.
j) Pemeriksaan Tambahan
k) Problematik Fisioterapi
2. DIAGNOSA FISIOTERAPI
60
Adanya gangguan gerak fungsional tungkai karena adanya hipermobilitas sendi
a. Tujuan
a) Mengurangi nyeri
panjang :
b. Modalitas Fisioterapi
1) Modalitas Alternatif
b) TENS
c) Massage
d) US
e) Kinesiotaping
2) Modalitas Terpilih
61
Time : 10 menit
Gambar 3.1
62
Gambar 3.2
63
Gambar 3.3
b) Kinesiotaping
64
Time: 2-3 hari
Gambar 3.4
c. Rencana Evaluasi
1) Evaluasi rutin
2) Evalusi periodik
65
a) Setiap 3 kali terapi
3) Evaluasi kumulatif
d. Prognosis:
a. Implementasi
Time: 10 menit
2) Kinesiotaping
66
1) Pasien di sarankan untuk melakukan latihan yang telah di ajarkan
di rumah. 2) Berenang
3) Static cycle
5. EVALUASI/RE-EVALUASI/RE-ASSESMENT
a. Kestabilan lutut
Tabel 3.7
Jenis Latihan Terapi I Terapi II Terapi III Terapi IV Terapi V
Rotasi Trunk
Tabel 3.8
Gerak Aktif Sebelum Terapi Sesudah Terapi
Kanan Kiri Kanan Kiri
Flexi 4 cm 0 2 cm 0
Ekstensi 2 cm 0 1 cm 0
Ket : Setelah dilakukan 5x terapi
Tabel 3.9
67
Gerak Pasif Sebelum Terapi Sesudah Terapi
Kanan Kiri Kanan Kiri
Flexi 4 cm 0 2 cm 0
Ekstensi 2 cm 0 1 cm 0
Ket : Setelah dilakukan 5x terapi
b. LGS Lutut
Tabel 3.10
Regio Sebelum terapi Sesudah terapi
Kanan Kiri Kanan Kiri
Lutut
5⁰-0⁰-110⁰ 0⁰-0⁰-135⁰ 0⁰-0⁰-135⁰ 0⁰-0⁰-135⁰
Ket: setelah dilakukan 5x terapi 2)
Tabel 3.11
Regio Sebelum terapi Sesudah terapi
Kanan Kiri Kanan Kiri
Lutut
5⁰-0⁰-120⁰ 0⁰-0⁰-135⁰ 0⁰-0⁰-135⁰ 0⁰-0⁰-135⁰
Ket: setelah dilakukan 5x terapi
Kasus II Nomor MR :
B. SEGI FISIOTERAPI
1. ASSESMENT FISIOTERAPI
68
1. Identitas Pasien :
Nama : Nn. BM
Umum : 22 Tahun
Agama : Islam
Pekerjaan : Atlet
Hobi : Volly
a) Keluhan Utama :
pemeriksaan fisioterapi.
Riwayat Pribadi:
Tidak ada
c) Riwayat Keluarga :
dengan pasien.
69
3) Pemeriksaan Fisik :
a) Vital Sign :
(1) Tekanan Darah : 130/70 mmHg
b) Inspeksi :
pincang.
c) Palpasi :
Tabel 3.12
70
Bidang Kanan Kiri Normal
S 0⁰-0⁰-110⁰ 10⁰-0⁰-135⁰ 0⁰-0⁰-135⁰
Tabel 3.13
Regio Group otot Kanan Kiri
Flexor 5 5
Knee
Extensor 5 5
Tabel 3.14
Derajat Nyeri
Gerak
Kanan Kiri
Flexi 0 cm 5 cm
Ekstensi 0 cm 3 cm
Tabel 3.15
Bidang Kanan Kiri Normal
S 0⁰-0⁰-135⁰ 10⁰-0⁰-120⁰ 0⁰-0⁰-135⁰
Tabel 3.16
71
Endfeel
Sendi Gerakan
Kanan Kiri
Tabel 3.17
Derajat Nyeri
Gerak
Kanan Kiri
Flexi 0 cm 4 cm
Ekstensi 0 cm 2 cm
terapis kearah gerakan flexi dan ekstensi knee kiri dan kanan
(1) Kognitif
(2) Intrapersonal
(3) Interpersonal
72
Pasien dapat berkomunikasi dan berinteraksi baik dengan terapis
Aktivitas :
ke arah anterior.
Hasil : (+) pada posisi lutut 90⁰ fleksi, terjadi hipermobile ke arah
anterior.
73
k) Pemeriksaan Tambahan
l) Problematik Fisioterapi
2. DIAGNOSA FISIOTERAPI
a. Tujuan
a) Mengurangi nyeri
panjang :
b. Modalitas Fisioterapi
1) Modalitas Alternatif
b) TENS
c) Massage
74
d) US
e) Kinesiotaping
2) Modalitas Terpilih
Time: 10 menit
75
Gambar 3.5
76
Gambar 3.6
77
Gambar 3.7
b) Kinesiotaping
78
Gambar 3.8
c. Rencana Evaluasi
1) Evaluasi rutin
3) Evaluasi kumulatif
d. Prognosis:
79
4. PELAKSANAAN PROGRAM FISIOTERAPI (INTERVENSI)
a. Implementasi
10 menit
2) Kinesiotaping
ajarkan di rumah.
2) Berenang
3) Static cycle
5. EVALUASI/RE-EVALUASI/RE-ASSESMENT
a. Kestabilan lutut
Tabel 3.18
Jenis Latihan Terapi I Terapi II Terapi III Terapi IV Terapi V
80
One Leg Stance Combination 20 detik 20 detik 20 detik 20 detik 30 detik
hiperekstensi Trunk
Rotasi Trunk
Tabel 3.19
Gerak Aktif Sebelum Terapi Sesudah Terapi
Kanan Kiri Kanan Kiri
Flexi 0 cm 5 cm 0 cm 3 cm
Ekstensi 0 cm 3 cm 0 cm 2 cm
Ket : Setelah dilakukan 5x terapi
Tabel 3.20
Gerak Pasif Sebelum Terapi Sesudah Terapi
Kanan Kiri Kanan Kiri
Flexi 0 cm 4 cm 0 cm 2 cm
Ekstensi 0 cm 2 cm 0 cm 1 cm
Ket : Setelah dilakukan 5x terapi
c. LGS Lutut
Tabel 3.21
Regio Sebelum terapi Sesudah terapi
Kanan Kiri Kanan Kiri
Lutut
0⁰-0⁰-135⁰ 10⁰-0⁰-110⁰ 0⁰-0⁰-135⁰ 5⁰-0⁰-130⁰
Ket: setelah dilakukan 5x terapi 2)
81
Tabel 3.22
Regio Sebelum terapi Sesudah terapi
Kanan Kiri Kanan Kiri
Lutut
0⁰-0⁰-135⁰ 10⁰-0⁰-120⁰ 0⁰-0⁰-135⁰ 5⁰-0⁰-130⁰
Ket: setelah dilakukan 5x terapi
82
BAB IV PEMBAHASAN
sendi lutut bagian anterior memberikan sokongan yang kuat yang mencegah tulang
ACL adalah ligament paling sering mengalami cedera pada lutut. Penyebab
Cedera ACL mungkin karena cedera langsung atau tidak langsung. Sebuah
pukulan di sisi lutut yang dapat terjadi selama bermain sepak bola, misalnya, dapat
menyebabkan cedera ACL. Pada umumnya ACL dapat cedera pada keadaan ketika
lutut terputar atau lompat dan mendarat dengan posisi lutut terputar.
Ligament, dimana dari laporan kasus setelah dilakukan terapi sebanyak 5 kali
sendi lutut seperti terlihat pada laporan di bawah ini, dimana pada kedua pasien
terdapat peningkatan daya tahan (lamanya waktu) melakukan latihan latihan closed
83
Tabel 4.1 Peningkatan kestabilan lutut tiap kali melakukan terapi pada cedera
ACL Kasus I
Jenis Latihan Terapi I Terapi II Terapi III Terapi IV Terapi V
Rotasi Trunk
Grafik 4.1 Peningkatan kestabilan lutut tiap kali melakukan terapi pada
cedera ACL Kasus I
45
40
35
30
25
Terapi I
20
Terapi II
15 Terapi
III
10
Terapi
5 IV
Terapi V
0
One Leg Stance One Leg Stance One Leg Stance
Combination Combination Rotasi
Hiperekstensi Trunk Trunk
Tabel 4.2 Peningkatan kestabilan lutut tiap kali melakukan terapi pada cedera
ACL Kasus II
Jenis Latihan Terapi I Terapi II Terapi III Terapi IV Terapi V
84
One Leg Stance Combination 20 detik 20 detik 20 detik 20 detik 30 detik
hiperekstensi Trunk
Rotasi Trunk
Grafik 4.2 Peningkatan kestabilan lutut tiap kali melakukan terapi pada
35
30
25 Terapi I
Terapi II
20
Terapi III
15 Terapi IV
10 Terapi V
0
One Leg Stance One Leg Stance One Leg Stance
Combination Combination
Hiperekstensi Rotasi Trunk
Trunk
85
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
pemberian latihan dengan metode Closed Kinetic yang tepat serta pemakaian
B. Saran
diperlukan.
yang digunakan dalam KTIA ini dengan jumlah pasien yang lebih
banyak.
87
DAFTAR PUSTAKA
Comfort, Paul dan Earle Abrahamson. 2010. Sports Rehabilitation and Injury
Prevention. UK: Blackwell Company.