TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Anatomi
putih keabu-abuan, yang mulai di atas setinggi foramen magnum sebagai lanjutan
dari medula oblongata. Pada orang dewasa medula spinalis berakhir setinggi
pinggir bawah vertebra L1. Pada anak kecil relatif lebih panjang dan berakhir
setinggi pinggir atas vertebra L3.6 Medula spinalis di daerah cervical tempat asal
cervicalis dan lumbalis, menandai sisi keluar saraf spinal yang mensuplai lengan
dan tungkai. Medula spinalis dilapisi oleh tiga lapis meningen: duramater,
radix anterior atau motorik, dan radix posterior atau sensorik. Radix nervus
yang terletak di daerah ventral dan dorsal medula spinalis, masing-masing akar
dibentuk oleh 1-8 serabut saraf. Pada akar dorsalis didapatkan ganglion spinal
3
4
yang berdekatan dengan akar ventralis, yaitu yang berisi badan-badan sel saraf.
pergeseran kearah atas dari vertebra yang bersesuaian, dengan ketidaksesuaian ini
pada segmen paling bawah dibagian lumbosakral, akar-akar saraf berjalan turun
Medula spinalis memiliki dua traktus spinal, pertama traktus sensorik atau
asenden yang membawa informasi dari tubuh ke otak. Traktus ini memiliki bagian
propriosepsi bawah sadar (kesadaran akan posisi tubuh, keseimbangan, dan arah
gerakan). Kedua, traktus motorik atau desenden membawa impuls motorik dari
otak ke medula spinalis dan saraf spinal menuju tubuh. Fungsi traktus motorik
lateral. Traktus ekstrapiramidal yang berasal dari pusat lain, misalnya nuklei
2.2 Definisi
fraktur atau cedera lain pada tulang vertebra, korda spinalis itu sendiri, yang
tertekan. Kerusakan pada kolumna vertebralis atau korda dapat terjadi disetiap
tingkatan, kerusakan korda spinalis dapat mengenai seluruh korda atau hanya
bahkan dapat merusak ke kanalis vertebralis serta arteri dan vena-vena yang
mengalirkan darah ke medula spinalis dapat ikut terputus. Vertebra yang paling
sering mengalami cedera adalah medula spinalis pada daerah servikal ke-5, 6, 7,
thorakal ke-12 dan lumbal pertama. Vertebra ini paling rentan karena ada rentang
mobilitas yang lebih besar dalam kolumna vertebral dalam area ini. Trauma
medula spinalis merupakan peristiwa neurologis yang memiliki efek serius yang
2.3 Epidemiologi
penduduk atau sekitar 17000 kasus baru TMS belum termasuk kasus yang
meninggal setiap tahunnya dengan jumlah populasi 314 juta penduduk. Jumlah
penderita TMS yang masih hidup di tahun 2016 diperkirakan sekitar 282 ribu
dengan kisaran 243 ribu sampai 347 ribu jiwa.12 Cedera ini umumnya melibatkan
pria dewasa muda dengan rentang usia rata-rata 28 tahun (terutama antara 16-30
tahun). Hampir seluruh pasien cedera medula spinalis (80,6%) adalah pria
(perbandingan rasio pria : wanita yaitu 4:1) karena resiko yang lebih tinggi
terhadap kecelakaan lalu lintas, kekerasan, jatuh, dan cedera yang berhubungan
umumnya terjadi pada saat kondisi kecelakaan awal, sedangkan tingkat mortalitas
bagi pasien yang masih bertahan hidup dan dilarikan ke rumah sakit adalah 16%.
Tingkat harapan hidup pada pasien dengan cedera medula spinalis menurun secara
7
drastis apabila dibandingkan pada populasi normal dan tingkat mortalitas jauh
2.4 Etiologi
Etiologi TMS antara lain kecelakaan lalu lintas (39,2%), jatuh (28,3%),
kekerasan (luka tembak, 14,6%), olah raga (terutama diving, 8,2%), akibat lainnya
2.5 Klasifikasi
a. Komplit: Tidak ada fungsi motorik dan sensorik yang tersisa pada segmen
sakral S4-S5
c. Inkomplit: Terdapat fungsi motorik di bawah lesi dan lebih dari separuh
d. Inkomplit: Terdapat fungsi motorik di bawah lesi dan lebih dari separuh
fungsi saraf sadarnya. Terdapat fase awal dari syok spinalis yaitu, hilangnya reflek
perianal (tonus spinchter ani) dan reflek tendon dalam. Fenomena ini terjadi
sementara karena perubahan aliran darah dan kadar ion pada lesi. Trauma medula
prognosisnya lebih baik. Fungsi medula spinalis dapat kembali seperti semula
segera setelah syok spinal teratasi, atau fungsi kembali membaik secara bertahap
dalam beberapa bulan atau tahun setelah trauma.16 Trauma medula spinalis akibat
yang timbul (fungsi yang hilang atau tersisa) dapat digambarkan dari pola
kerusakan medula dan radiks dorsalis demikian juga sebaliknya, antara lain15,16,17:
1. Lesi komplit yaitu terjadinya cedera medula yang luas akibat anatomi dan
fungsi transeksi medula disertai kehilangan fungsi motorik dan sensorik dibawah
lesi. Mekanisme khasnya adalah trauma vertebra subluksasi yang parah mereduksi
2. Lesi inkomplit
Sindroma ini terjadi akibat dari cedera pada sentral medula spinalis
motorik dan sensorik ekstremitas inferior masih terjaga karena distal kaki dan
serabut saraf sensorik dan motorik sakral sebagian besar terletak di perifer medula
servikal. Lesi ini terjadi akibat mekanisme kompresi sementara dari medula
masih intak dan sensasi raba (propioseptif), tekan dan posisi masih terjaga,
10
meskipun terjadi paralisis motorik dan kehilangan persepsi nyeri (nosiseptif dan
Lesi terjadi pada medula spinalis secara ekstensif pada salah satu sisi
kontralateral di bawah lesi. Lesi ini biasanya terjadi akibat luka tusuk atau
tembak.
Keadaan ini merupakan cedera pada daerah posterior medula spinalis yang
discrimination. Sindrom ini jarang terjadi pada TSCI, dan seringnya terasosiasi
dengan multiple sclerosis. Adanya tanda Romberg yang positif, gaya jalan ataksik
(atau stomping), dan tanda Lhermitte yang positif merupakan tanda utama dari
sindrom ini.18
2.7 Patofisiologi
rusaknya traktus pada medula spinalis, baik asenden ataupun desenden. Petekie
tersebar pada substansia grisea, membesar, lalu menyatu dalam waktu satu jam
setelah trauma. Selanjutnya, terjadi nekrosis hemoragik dalam 24-36 jam. Pada
substansia alba, dapat ditemukan petekie dalam waktu 3-4 jam setelah trauma.
struktural luas.
bertambahnya usia.
Sel neuron akan rusak dan kekacauan proses intraseluler akan turut
terganggu, baik karena efek trauma ataupun oleh efek massa akibat
pada satu jam pertama setelah trauma, sementara substansia alba akan mengalami
amino eksitatorik dan derajat keasaman (pH). Sel glia menghasilkan berbagai
macam growth factor untuk menstabilkan kembali jaringan saraf yang rusak, serta
sprouting atau penyebaran ujung saraf. Sel glia lain berfungsi menghilangkan
debris atau sisa sel melalui enzim lisosom.20 Leukosit mempunyai peran bifasik
enzim lisis yang akan mengeksaserbasi kerusakan sel saraf, sel glia, dan vaskular,
tahap berikutnya adalah proses rekruitmen dan migrasi makrofag yang akan
Proses rekrutmen sel imun pada lokasi trauma dimediasi oleh berbagai
akan memodulasi infi ltrasi neutrofi l pada lokasi trauma; penggunaan antibodi
spinalis.20 Molekul protein sejenis yang berfungsi mirip ICAM-1 antara lain P-
monosit dan sel imun lain pascatrauma. Faktor lain yang masih perlu dipahami
lebih lanjut adalah aktivasi faktor kappa-B; faktor nuklear kappa-B merupakan
kelompok gen yang meregulasi proses inflamasi, proliferasi, dan kematian sel.
Proses modulasi respons imun pada trauma medula spinalis merupakan sasaran
b. Apoptosis
mengakibatkan hilangnya sel saraf.20 Proses apoptosis melalui dua jalur, jalur
pertama ekstrinsik yang dimediasi oleh ligan Fas dan reseptor Fas dan inducible
nitric oxide synthase (i-NOS) yang diproduksi makrofag, sedangkan jalur intrinsik
Reseptor apoptosis dipengaruhi oleh TNF. Tumor necrosis factor meningkat pasca
trauma dan mengaktifkan reseptor fas di sel saraf, mikroglia, dan oligodendrosit
antara lain aktivasi reseptor μ dan δ opioid dapat memperlama proses eksitotoksik.
Aktivasi reseptor Kappa dapat berefek eksaserbasi penurunan aliran darah dan
dan serotonin, juga akan meningkat dan memiliki efek vasokonstriksi, aktivasi
Gambar 2.3 Trauma primer dan sekunder dari trauma medula spinalis
Gambar dikutip dari: Dumont et al. Acute Spinal Cord Injury, Part I:
Pathophysiologic Mechanisms. Clin Neuropharmacol 2001;24(5):254-64
2.8 Diagnosis
5. Gambaran radiologis
Pemeriksaan radiologis
penilaian cepat tentang kondisi tulang spinal.15 Foto lateral paling dapat
(kelurusan) dari aspek anterior dan posterior yang berbatasan dengan vertebra
perdarahan pada daerah yang fraktur atau ligament yang rusak. Foto
torakalis yang bergeser ke lateral atau menunjukkan luasnya pedikel yang rusak.16
Visualisasi adekuat dari spinal servikal bawah dan torak atas seringkali tidak
mungkin karena adanya korset bahu. Foto polos komplit pada spinal servikal
meliputi gambaran mulut terbuka yang menunjukkan adanya proses odontoid dan
masa lateral C1 pada pasien yang diduga mengalami trauma servikal. Gambaran
oblik dari servikal atau lumbal akan menunjukkan adanya fraktur atau dislokasi.15
menggambarkan anatomi tulang dan fraktur terutama C7-T1 yang tidak tampak
pada foto polos,2,6 MRI memberikan gambaran yang sempurna dari vertebra,
diskus, dan medula spinalis serta merupakan prosedur diagnostik pilihan pada
17
herdiasi diskus akut atau rusaknya ligamen jelas tampak pada MRI.16
2.10 Tatalaksana
1. Medikamentosa
intravena dalam delapan jam, dan terutama dalam tiga jam setelah cedera,
dilanjutkan dengan infus metilprednisolon 5,4 mg/kg berat badan tiap jam 45
b. 21-Aminosteroid (Lazaroid)
baik.23
18
c. GM-1 Gangliosid
d. Antagonis opioid
sebagai antagonis opioid pada NASCIS II menunjukkan hasil tidak lebih baik
norbinaltorfi min) pada hewan coba berhasil baik; diduga berefek pada perbaikan
bolus 0,2 mg/kgBB diikuti 0,2 mg/kgBB/jam infus sampai 6 jam, dikatakan
memberikan hasil baik, terutama perbaikan motorik dan sensorik sampai 4 bulan
setelah trauma.23
dan bepridil merupakan antagonis ion kalsium dan natrium. Nimodipin adalah
golongan penyekat kanal kalsium dihidropiridin, sering dipakai pada kasus stroke,
memiliki fungsi blokade kanal ion kalsium sehingga mencegah akumulasi ion
kalsium intrasel terutama pada dinding sel endotel pembuluh darah, oleh karena
2. Alat Ortotik
Alat ortotik eksternal yang rigid (kaku), dapat menstabilisasi spinal dengan
cara mengurangi range of motion (ROM) dan meminimalkan beban pada spinal.
Pada umumnya penggunaan cervical collars (colar brace) tidak adekuat untuk
meningkatkan stabilisasi servikal pada daerah diatas torak hingga dagu dan
stabilisasi servikal eksternal. Empat buah pin di pasangkan pada skul (tengkorak
kepala) untuk mengunci halo ring. Stabilisasi lumbal juga dapat digunakan
3. Operasi
Intervensi operasi dalam hal ini memiliki dua tujuan, yang pertama adalah
untuk dekompresi medula spinalis atau radiks dorsalis pada pasien dengan deficit
neurologis inkomplit. Kedua, untuk stabilisasi cedera yang terlalu tidak stabil
untuk yang hanya dilakukan eksternal mobilisasi. Fiksasi terbuka (open fixation)
dibutuhkan untuk pasien trauma spinal dengan defisit neurologis komplit tanpa
sedikitpun tanda pemulihan, atau pada pasien yang mengalami cedera tulang atau
mobilisasi dini, perawatan, dan terapi fisik.6 Indikasi lain operasi yaitu adanya
benda asing atau tulang di kanalis spinalis disertai dengan defisit neurologis yang
hematoma.16
2.11 Komplikasi
morbiditas dan mortalitas yang paling penting pada tahap akut dan kronis. Tingkat
motorik. Pasien dengan TMS toraks berisiko tinggi terkena atelektasis dan
paru. Kegagalan pernafasan paling sering terjadi pada periode akut. Atelektasis
dan pneumonia terutama terlihat pada stadium akut TMS tetapi dapat muncul
21
atelektasis / pneumonia. Pneumonia atau atelektasis juga terlihat lebih sering pada
orang yang berusia lebih dari 60 tahun. Pneumonia juga disebut sebagai penyebab
2. Komplikasi kardiovaskular
umum pada stadium kronis TMS adalah hipotensi ortostatik (OH), disleksia
karena hilangnya massa ventrikel kiri dan miokardial pseudo miokard infark.
mmHg atau lebih, atau penurunan tekanan darah diastolik 10 mmHg atau lebih,
bila posisi tubuh berubah dari telentang menjadi tegak. Gejala OH meliputi
pusing, sakit kepala, pucat, menguap, berkeringat, kelemahan otot, kelelahan dan
sesekali sinkop.25
3. Bladder dysfunction
4. Neurogenic bowel
kontrol saraf. Ada dua jenis neurogenic bowel yaitu syndrome bowel UMN dan
5. Pain syndrome
Nyeri kronis adalah salah satu komplikasi sekunder yang sering terjadi
pada individu dengan TMS hingga 80%. Klasifikasi nyeri yang terkait dengan
2.12 Prognosis
medula spinalis sebesar 20%. Dalam jangka lama, pasien dengan kehilangan
fungsi motorik dan sensorik komplit dalam 72 jam, fungsinya tidak mungkin
kembali, namun hingga 90% pasien dengan lesi inkomplit dapat mulai berjalan 1
tahun setelah cedera. Lesi terbatas pada pasien muda lebih mudah mengalami