3. Corey, Lawrence. Rabies and Other Rhabdovirus Infections, Harrison’s Principles of Internal
1
Medicine, 18th Ed. Editor : Longo D L, Dennis L K, Junior L J, et al. 2012. Philladelphia :
McGraw Hill.
4. Chin, James. Manual Pemberantasan Penyakit Menular Edisi 17. American Public Health
Association, Jakarta 2000, p 427 – 436
1. Subjektif :
Pasien datang dengan keluhan nyeri pada tulang punggung sejak 15 hari yang lalu. Nyeri
dirasakan menjalar hingga ke bokong, lutut dan kaki nyeri dirasakan lebih berat menjalar
pada kaki kiri. Jika nyerinya mulai muncul, os hanya beristirahat dan tidak berobat lebih
lanjut. Riwayat kerja berat (+) os bekerja sebagai buruh toko semen ± 15 tahun ini ,
dalam 5 hari terakhir ini nyeri punggung dirasakan semakin memberat setiap harinya,
bahkan ketika os berjalan terasa nyeri
2. Objektif :
Status Generalis
Keadaan Umum : sakit sedang
Kesadaran : Composmentis, E4 V5 M6
Tanda-tanda Vital :
Tekanan Darah : 120/70 mmHg
Nadi : 82 x/menit, reguler, equal, isi cukup
Frekuensi Napas : 23 x/menit
Temperatur : 37,2 oC
Kepala/leher
Umum
Ekspresi : sakit sedang
Conjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), Cyanosis (-), Dyspneu (+), Pupil isokor
diameter 3mm/3mm, refleks cahaya (+/+), pernafasan cuping hidung (-).
2
Thorax
Umum
Inspeksi : Bentuk dan pergerakan dada simetris
Retraksi otot pernapasan (-)
Pulmo : I = bentuk dada simetris, gerak napas simetris, retraksi ICS (-), P = fremitus raba
Dextra < Sinistra
Sonor Sonor
P=
Abdomen :
I = Flat, sikatriks (-)
P = Soefl, nyeri tekan (-) pada region epigastrium, organomegali (-)
P = Timpani, shifting dullness (-), fluid wafe (-)
A = Bising usus (+) normal
Ekstremitas :
Tonus Otot : 5555 5555
5555 5555
Laboratorium:
Hb : 13,5 gr/dl
Leukosit : 8.440 /mm3
Trombosit : 239.000/mm3
3
Hematokrit : 41,7%
LED : 98 mm/jam
GDS : 320 mg/dl
GD 2 jam PP: 250 mg/dl
Kolestrol : 201 mg/dl
Low back pain (LBP) merupakan suatu gejala dan bukan suatu diagnosis. Pada beberapa
kasus gejalanya sesuai dengan diagnosis patologisnya, namun di sebagian besar kasus,
diagnosis tidak pasti dan berlangsung lama. LBP adalah nyeri di daerah punggung antara sudut
bawah kosta (tulang rusuk) sampai lumbosakral (sekitar tulang ekor). Nyeri juga bisa menjalar
ke daerah lain seperti punggung bagian atas dan pangkal paha. LBP atau nyeri punggung
bawah merupakan salah satu gangguan muskuloskeletal yang disebabkan oleh aktivitas tubuh
yang kurang baik.
rasa nyeri yang menyerang secara tiba-tiba dan rentang waktunya hanya sebentar, antara
beberapa hari sampai beberapa minggu. Rasa nyeri ini dapat hilang atau sembuh. Acute low
back pain dapat disebabkan karena luka traumatik seperti kecelakaan mobil atau terjatuh, rasa
nyeri dapat hilang sesaat kemudian. Kejadian tersebut selain dapat merusak jaringan, juga
dapat melukai otot, ligamen dan tendon. Pada kecelakaan yang lebih serius, fraktur tulang
pada daerah lumbal dan spinal dapat masih sembuh sendiri. Sampai saat ini penatalaksanan
awal nyeri pinggang akut terfokus pada istirahat dan pemakaian analgesik.
Rasa nyeri pada chronic low back pain bisa menyerang lebih dari 3 bulan. Rasa nyeri ini dapat
berulang-ulang atau kambuh kembali. Fase ini biasanya memiliki onset yang berbahaya dan
sembuh pada waktu yang lama. Chronic low back pain dapat terjadi karena osteoarthritis,
rheumatoidarthritis, proses degenerasi discus intervertebralis dan tumor.
4
1. Lifestyle seperti pengguna tembakau, kurangnya latihan atau olahraga dan juga
inadekuat nutrisi yang dapat mempengaruhi kesehatan discus
2. Usia, perubahan biokimia yang natural menyebabkan diskus menjadi lebih kering yang
akhirnya menyebabkan kekakuan atau elastisitas dari discus
3. Postur tubuh yang tidak proporsional yang dikombinasikan dengan mekanisme gerak
tubuh yang tidak benar dapat menyebabkan stres dari lumbal spine
anterior maupun lengan posterior untuk mengangkat beban tubuh.
4. Berat Badan
5. Trauma
Indeks massa tubuh sangat mempengaruhi terjadinya LBP. Pada orang yang memiliki
berat badan yang berlebih risiko timbulnya nyeri pinggang lebih besar, karena beban pada
sendi penumpu berat badan akan meningkat, sehingga dapat memungkinkan terjadinya nyeri
pinggang. Tinggi badan berkaitan dengan panjangnya sumbu tubuh sebagai lengan beban.
Trauma dan gangguan mekanis merupakan penyebab utama Low Back Pain. Pada
orang-orang yang tidak biasa melakukan pekerjaan otot atau melakukan aktivitas dengan
beban yang berat dapat menderita nyeri pinggang yang akut. Gerakan bagian punggung
belakang yang kurang baik dapat menyebabkan kekakuan dan spasme yang tiba-tiba pada otot
punggung, mengakibatkan terjadinya trauma punggung sehingga menimbulkan nyeri.
Kekakuan otot cenderung dapat sembuh dengan sendirinya dalam jangka waktu tertentu.
Namun pada kasus-kasus yang berat memerlukan pertolongan medis agar tidak
mengakibatkan gangguan yang lebih lanjut. Menurut Soeharso (1978), secara patologis
anatomis, pada Low Back Pain yang disebabkan karena trauma, dapat ditemukan beberapa
keadaan, seperti:
5
Beberapa membagi faktor resiko menjadi :
1. Faktor resiko fisiologis : usia 20-50 tahun, kurangnya latihan fisik, postur tubuh yang
tidak anatomis, kegemukan, scoliosis berat (Kurvutura berat >80), HNP, spondilitis,
spinal stenosis, osteoporosis, merokok
2. Faktor resiko lingkungan : duduk terlalu lama, terlalu lama menerima getaran,
terpelintir.
3. Faktor resiko psikososial : ketidaknyamanan bekerja, depresi dan stres.
Faktor resiko nyeri pinggang meliputi usia, jenis kelamin, berat badan, etnis, merokok,
pekerjaan, paparan getaran, angkat beban yang berat yang berulang-ulang, membungkuk,
duduk lama, geometri kanal lumbal spinal dan faktor psikososial. Sifat dan karakteristik nyeri
yang dirasakan pada penderita LBP bermacam-macam seperti nyeri terbakar, nyeri tertusuk,
nyeri tajam, hingga terjadi kelemahan pada tungkai. Nyeri ini terdapat pada daerah lumbal
bawah, disertai penjalaran ke daerah-daerah lain, antara lain sakroiliaka, koksigeus, bokong,
kebawah lateral atau posterior paha, tungkai, dan kaki.
DIAGNOSIS
1. Anamnesis
Nyeri pinggang bawah dapat dibagi dalam 6 jenis nyeri, yaitu:
6
bagian lebih superfisial.
f. Nyeri psikogen
Rasa nyeri yang tidak wajar dan tidak sesuai dengan distribusi saraf dan dermatom
dengan reaksi wajah yang sering berlebihan. Penyebab mekanis LBP menyebabkan nyeri
mendadak yang timbul setelah posisi mekanis yang merugikan. Mungkin terjadi robekan otot,
peregangan fasia atau iritasi permukaan sendi. Keluhan karena penyebab lain timbul bertahap.
Harus dibedakan antara LBP dengan nyeri tungkai, mana yang lebih dominan dan intensitas
dari masing-masing nyerinya, yang biasanya merupakan nyeri radikuler. Nyeri pada tungkai
yang lebih banyak dari pada LBP dengan rasio 80-20% menunjukkan adanya radikulopati dan
mungkin memerlukan suatu tindakan operasi. Bila nyeri LBP lebih banyak daripada nyeri
tungkai, biasanya tidak menunjukkan adanya suatu kompresi radiks dan juga biasanya tidak
memerlukan tindakan operatif.
2. Pemeriksaan Fisik
Inspeksi
- Kurvatura yag berlebihan, pendataran arkus lumbal, adanya angulasi, pelvis yang miring
atau asimetris, muskular paravertebral atau pantat yang asimetris, postur tungkai yang
abnormal
- Observasi punggung, pelvis, dan tungkai selama bergerak apakah ada hambatan selama
melakukan gerakan
- Pada saat penderita menanggalkan atau mengenakan pakaian, apakah ada gerakan yang
tidak wajar atau terbatas
7
- Observasi penderita saat berdiri, duduk, bersandar maupun berbaring dan bangun dari
berbaring
- Perlu dicari kemungkinan adanya atrofi otot, fasikulasi, pembengkakan, perubahan warna
kulit.
- Pada palpasi, terlebih dahulu diraba daerah yang sekitarnya paling ringan rasa nyerinya,
kemudian menuju ke arah daerah yang terasa paliag nyeri.
- Ketika meraba kolumna vertebralis sejogjanya dicari kemungkinan adanya deviasi ke
lateral atau anterior – posterior
Pemeriksaan Neurologik
Tujuan pemeriksaan ini adalah untuk memastikan apakah kasus nyeri pinggang bawah
adalah benar karena adanya gangguan saraf atau karena sebab yang lain.
1. Pemeriksaan sensorik
Bila nyeri pinggang bawah disebabkan oleh gangguan pada salah satu saraf tertentu
maka biasanya dapat ditentukan adanya gangguan sensorik dengan menentukan batas-
batasnya, dengan demikian segmen yang terganggu dapat diketahui. Pemeriksaan sensorik ini
meliputi pemeriksaan rasa rabaan, rasa sakit, rasa suhu, rasa dalam dan rasa getar (vibrasi).
Bila ada kelainan maka tentukanlah batasnya sehingga dapat dipastikan dermatom mana yang
terganggu.
2. Pemeriksaan motorik
Dengan mengetahui segmen otot mana yang lemah maka segmen mana yang terganggu
akan diketahui, misalnya lesi yang mengenai segmen L4 maka musculus tibialis anterior akan
menurun kekuatannya. Pemeriksaan yang dilakukan :
a. Kekuatan : fleksi dan ekstensi tungkai atas, tungkai bawah, kaki, ibu jari, dan jari
lainnya dengan menyuruh penderita melakukan gerakan fleksi dan ekstensi,
sementara pemeriksaan menahan gerakan tadi.
b. Atrofi : perhatikan atrofi otot
c. Perlu perhatikan adanya fasikulasi ( kontraksi involunter yang bersifat halus) pada
8
otot – otot tertentu.
3. Pemeriksaan reflek
Reflek tendon akan menurun pada atau menghilang pada lesi motor neuron bawah dan
meningkat pada lesi motor atas. Pada nyeri punggung bawah yang disebabkan HNP maka
reflek tendon dari segmen yang terkena akan menurun atau menghilang
a. Refleks lutut/patela : lutut dalam posisi fleksi ( penderita dapat berbaring atau
duduk dengan tungkai menjuntai), tendo patla dipukul dengan palu refleks. Apabila
ada reaksi ekstensi tungkai bawah, maka refleks patela postitif. Pada HNP lateral di
L4-L5, refleksi ini negatif.
b. Refleks tumit/achiles : penderita dalam posisi berbaring, lutut dalam posisi fleksi,
tumit diletakkan di atas tungkai yang satunya, dan ujung kaki ditahan dalam posisi
dorsofleksi ringan, kemudian tendo achiles dipukul. Apabila terjadi gerakan plantar
fleksi maka refleks achiles positif. Pada HNP lateral L5-S1, refleksi ini negatif.
b. Crossed lasegue
9
Bila tes lasegue pada tungkai yang tidak sakit menyebabkan rasa nyeri pada
tungkai yang sakit maka dikatakan crossed lasegue positif. Artinya ada lesi pada
saraf ischiadicus atau akar-akar saraf yang membentuk saraf ini.
c. Tes kernig
Sama dengan lasegue hanya dilakukan dengan lutut fleksi, setelah sendi coxa 90
derajat dicoba untuk meluruskan sendi lutut
10
g. Ober’s sign
Penderita tidur miring ke satu sisi. Tungkai pada sisi tersebut dalam posisi fleksi.
Tungkai lainnya di abduksikan dan diluruskan lalu secara mendadak dilepas.
Dalam keadaan normal tungkai ini akan cepat turun atau jatuh ke bawah. Bila
terdapat kontraktur dari fascia lata pada sisi tersebut maka tungkainya akan jatuh
lambat.
h. Neri’s sign
Penderita berdiri lurus. Bila diminta untuk membungkuk ke depan akan terjadi
fleksi pada sendi lutut sisi yang sakit.
i. Percobaan Perspirasi
Percobaan ini untuk menunjukkan ada atau tidaknya gangguan saraf autonom, dan
dapat pula untuk menunjukkan lokasi kelainan yang ada yaitu sesuai dengan radiks
atau saraf spinal yang terkena.
11
“Plan”
1. Medikamentosa, bertujuan untuk mengurangi rasa sakit dan memberikan rasa nyaman
pada pasien. Biasanya pasien diberikan obat-obatan analgesik golongan NSAID, dapat
juga diberikan obat-obatan seperti relaksan otot, antidepresan trisiklik, dan
antiepileptik.
Pada Pasien ini diberikan:
- IVFD RL 20 gtt/i
- Inj. Ranitidin 1 amp/12 j
- Inj. Ketorolac 3% 1 amp/12 j
- Drip Tramadol 1 amp/12 j
- Eperison HCL 2x1/2 tab
- Alpentin 1x100mg
- Glimepirid 1x 2 mg
- Pregabalin 1x1
- Foto Rontgen Lumbo Sakral AP Lateral
-
2. Non-Medikamentosa, ada dua periode yang perlu diperhatikan, yaitu :
Periode Immobilisasi. Immobilisasi diharapkan dapat memperbaiki struktur yang
cedera karena infeksi akut maupun subakut dan penyakit neoplastik membutuhkan penangan
sendiri, dan nyeri disebabkan oleh kerusakan jaringan lunak. Terapi immobilisasi bukanlah
tanpa pertentangan. Moore, Dehne dan Kiersch melaporkan 476 pasien dengan akut low back
pain tetap dalam keadaan ambulasi, dengan hanya dua pengecualian. Menggunakan pijat es
dan program exercise, didapatkan hasil yang baik mengenai kecepatan pemulihan dan kembali
bekerja.
Istirahat yang dianjurkan adalah di tempat tidur dengan matras yang keras dan kasur
dengan papan fraktur. Digunakan juga traksi kaki dan pelvis seberat 2-5 kg. Dalam
penanganan pasien di atas 60 tahun, traksi biasanya tidak dilakukan. Pasien dianjurkan untuk
merubah posisinya di tempat tidur secara sistematis. Tiga posisi yang biasanya dianggap
nyaman adalah: supine dengan bantal di bawah lutut, supine dengan bantal atau di sisi kanan
12
dan kirinya, terlentang dengan bantal tipis diantara kedua lutut.
Pemanasan diberikan dengan alat paket panas (hot packs), shoertwave diathermy atau
radiasi infrared selama 30 menit. Pijatan sedatif hanya yang sangat ringan dan digunakan pada
fase aktif.
Periode mobilisasi. Saat pasien diperbolehkan turun dari tempat tidur, dia harus
menggunakan penyangga sebagai penahan punggung. Tidak semua nyeri punggung
disebabkan oleh kerusakan jaringan lunak. Refleks spamus terkadang dapat muncul. Program
yang dibutuhkan berupa exercise sedang, penggunaan energi panas, streching dan manipulasi.
Yang paling penting adalah latihan postural. Pasien biasanya mempunyai kecenderungan
untuk membungkuk yang akan menyebabkan peningkatan kiphosis dorsal dan lordosis
lumbal.
Pemberian exercise harus diberikan sesuai dengan kebutuhan pasien. Hal itu dapat
ditentukan hanya dengan tes otot dan evaluasi terhadap spasme otot. Exercise harus dilakakan
secara reguler. Sang terapis harus mengatur jumlah repetisi dan mengawasinya, khususnya
untuk menghindari kelelahan. Nyeri otot dan kelelahan seharusnya tidak dirasakan lebih dari
satu jam setelah exercise lengkap.
Caillet telah menyimpulkan sasaran dari reedukasi otot yaitu : (a) Memperbaiki postur
dan mengurangi lordosis lumbal; (b) Meningkatkan kekuatan dan tonus otot abdomen dan
pantat; (c) Meningkatkan dan menjaga kelenturan struktur punggung bawah; (d) Pemeliharan
mekanisme tubuh dalam kehidupan sehari-hari.
Exercise selalu diikuti dengan penggunaan energi panas. Spasmus mungkin dapat
diperbaiki dengan penyemprotan etil klorida. Arus Sinusoid digunakan tanpa terapi lain
selama 15 menit akan menimbulkan relaksasi pada ketegangan dan kaku otot, dan arus
tetanoid juga sudah terbukti efektif pada kasus spasme otot. Kombinasi pemberian beberapa
prosedur tersebut dapat berguna sebagai persiapan exercise. Pada pasien yang tidak toleran
dengan elektro terapi, pemanasan dalam atau superficial, exercise lanjut, kombinasi tadi dapat
13
menberi keuntungan. Pemijatan akan merelaksasi otot dalam yang biasanya menyertai
exercise dan pada kaku otot. Fibrositis yang menimbulkan nyeri dapat dikurangi dengan
rolling masage.
Pendidikan:
Dilakukan kepada pasien dan keluarganya untuk membantu proses penyembuhan dan
pemulihan. Memberikan beberapa anjuran yang membantu paien untuk mengurangi atau
memperberat rasa nyeri seperti posisi tubuh saat melakukan aktivitas dan duduk.
14
PEMBATASAN AKTIVITAS
Exercise. Exercise untuk menguatkan otot yang lemah (otot-otot ekstensor punggung,
otot perut dan quadratus lumbarum) biasa dilakukan. Kelemahan dari abduktor pinggang dan
quadricep harus diperbaiki. Flexi pinggang dan sit up sebaiknya tidak dilakukan pada bulan
pertama. Peregangan dari ekstensor punggung dengan latihan pelvic roll dan penguluran dari
kontraktur fleksi dari pinggang dan lutut harus dilakukan.
Kelamahan dari ekstensor punggung sebagai hasil dari penguluran dan pemendekan
selama pembedahan harus diperbaiki dengan postural exercise dan pengurangan berat badan.
Seseorang yang obesitas, perut yang buncit menyebabkan lordosis lumbal.
15
5 menit; dan makin lama jangka waktu semakin diperpanjang. Pasien diberitahu untuk tidak
meningkatkan aktivitas dimana otot lemahnya mengalami kelelahan.
Bila pasien memiliki kebiasaan kerja yang buruk atau kelainan bawaan, kelainan ini
harus dikoreksi dengan menggunakan tongkat, penahan, atau penyangga kaki atau sepatu
orthopaedik yang sesuai.
Perilaku postural yang benar dan salah (dari Turek, S.L.: Orthopaedics,
Philadelphia, J.B Lippincott Co., 1959)
Berikut ini adalah instruksi penting kepada semua pasien dengan low back pain :
16
dalam keadaan lurus
e. Hindari membungkuk dan mengangkat benda
f. Tidak boleh mengangkat benda di depannya diatas garis pinggang
g. Jangan membengkokkan punggung ke belakang, berputar untuk meraih telepon
atau membungkuk saat mengetik
h. Wanita sebaiknya menghindari sepatu yang memiliki hak yang terlalu tinggi
i. Duduk dengan tinggi lutut lebih tinggi daripada tinggi panggul dan kaki terletak di
lantai secara kokoh
j. Mengangkat, mendorong dan menarik harus dilakukan dengan pinggul dan lutut
dalam keadaan fleksi ringan.
Konsultasi: perlunya konsultasi dengan spesialis Saraf, Bedah Ortopedi dan Rehabilitasi
Medik dan juga spesialis penyakit dalam . Konsultasi ini merupakan upaya, agar keterbatasan
dalammelakukan aktivitas sehari-hari dapat teratasi tanpa harus mengkonsumsi analgetik dan
untuk mengotrol DM yg juga pasien derita
Pembimbing Pembimbing
17