Kulit adalah organ terbesar pada tubuh manusia, dengan berat sekitar 5 kg
dan luas 2 m2 pada seseorang dengan berat badan 70 kg. Kulit yang tidak
berambut disebut kulit glabrosa, ditemukan pada telapak tangan dan telapak kaki.
Kedua lokasi tersebut memiliki relief yang jelasdi permukaannya yang disebut
dermatoglyphics.10
Kulit glabrosa kira-kira 10 kali lebih tebal dibanding kulit yang paling
tipis, misalnya didaerah lipatan (fleksural). Secara histologik, kulit glabrosa kaya
kelenjar keringat tetapi miskin kelenjar sebasea. Kulit yang berambut selain
memiliki banyak folikel juga memiliki kelenjar sebasea. Kulit kepala memiliki
folikel rambut yang besar dan terletak dalam hingga ke lapisan lemak kulit
(subkutis), sedangkan kulit dahi memiliki rambut yang halus (velus) tetapi dengan
2. Perlindungan imunologik.
3. Ekskresi
4. Pengindra
6. Pembentukan vitamin D
7. Kosmetis
3
4
dan subkutis :
1. Epidermis
Epidermis merupakan lapisan paling luar kulit dan terdiri atas epitel
berlapis gepeng dengan lapisan tanduk. Epidermis hanya terdiri dari jaringan
epitel, tidak mempunyai pembuluh darah maupun limfe. Epidermis terdiri atas 5
lapisan yaitu, dari dalam ke luar, stratum basal, stratum spinosum, stratum
granulosum, stratum lusidum, dan stratum korneum. Terdapat empat jenis sel
2. Dermis
Dermis terdiri atas stratum papilaris dan stratum retikularis, batas antara
kedua lapisan tidak tegas, serat antaranya saling menjalin. Jumlah sel dalam
dermis relatif sedikit. Sel-sel dermis merupakan sel-sel jaringan ikat seperti
3. Subkutis
terbentuknya lekuk tubuh yang memberikan efek kosmetis. Sel-sel lemak terbagi-
Kelenjar Sebasea
terdapat pada seluruh kulit yang berambut. Hampir semua kelenjar sebasea
bermuara ke dalam folikel rambut kecuali yang terdapat pada puting susu, kelopak
mata, glans penis, klitoris, dan labium minus. Kelenjar sebasea yang berhubungan
dengan folikel rambut biasanya terdapat pada sisi yang sama dengan otot penegak
Kelenjar Keringat
Kelenjar keringat ada dua jenis, yaitu kelenjar keringat merokrin dan
apokrin, yang berbeda cara sekresinya. Kelenjar merokrin bergetah encer (banyak
suhu tubuh. Kelenjar apokrin hanya terdapat pada kulit daerah tertentu, misalnya
6
areola mamma, ketiak, sekitar dubur, kelopak mata, dan labium mayus. Kelenjar
ini bergetah kental dan baru berfungsi setelah pubertas. Kelenjar bergetah lilin
seperti kelenjar serumen dan kelenjar Moll juga tergolong kelenjar ini. Baik
3. Definisi
predileksi didaerah kaya kelenjar sebasea, skalp, wajah dan badan. Dermatitis ini
sebum dari kulit kepala dan daerah muka serta bagian tubuh yang kaya akan
folikel sebasea. Dermatitis Seboroik (DS) sering ditemukan dan biasanya mudah
7
pada kulit kepala umumnya dikenal sebagai ketombe pada orang dewasa dan
4. Epidemiologi
Tidak ada data pasti yang tersedia pada insiden dan prevalensi, tetapi
lebih sering terjadi pada laki-laki dan berusia kepala dua, pada bayi sering
dari jumlah populasi umum, dan 3-5% terjadi pada dewasa muda.13
survei yang dilakukan oleh Foley dan kawan-kawan terhadap 1.116 anak di
Australia, didapatkan prevalensi DS pada anak laki-laki sebesar 10% dan 9,5%
pada anak perempuan.3 Hal ini berhubungan dengan stimulasi hormon androgen
Pada pasien AIDS, DS lebih sering terjadi dan berat. Pada pasien AIDS,
peradangan dan deskuamasi yang lebih berat. Selanjutnya pada pasien AIDS,
beban Malassezia spp. lebih tinggi daripada pada subyek sehat. Hal ini dapat
peranan dalam patogenesis DS. Hal ini juga ditunjukkkan dari fakta bahwa
5. Etiologi
folikel sebasea terutama pada daerah wajah dan badan. Flora normal
epidermis maupun karena jamur itu sendiri melalui aktivasi sel limfosit T dan sel
9
epidermis yang terkelupas pada ketombe ataupun DS. Diduga hal ini
penyakit.1,15
F a k t o r ya n g m e m p e n g a r u h i t i m b u l n y a p e n ya k i t a n t a r a
(musim dingin), kondisi fisik dan psikis (status imun, stres emosional),
6. Patogenesis
Ada 3 faktor utama yang berperan pada etiologi DS, yang pertama sekresi
M. cuniculi.17
dan merupakan jamur paling banyak yang berhubungan dengan DS, yang mampu
komplomen yang berperan di kulit yang lesidi bandingkan dengan kulit kontrol
yang sehat menunjukkan respon inflamasi pada pasien DS. Marker inflamasi
interferon γ dan TNF α di epidermis dan sekitar folikel kulit yang terluka.17
Malassezia. M.globosa dan M.restricta akhir-akhir ini diisolasi dari kulit manusia
menunjukkan gambaran dari produksi sistem inflamasi dari sel epidermis dengan
subjek tanpa lesi, pasien DS, pasien positif HIV, pasien HIV dengan DS di
Colombia.17
kejadian DS. Usia dan jenis kelamin bukan faktor predisposisi. Spesies
Malassezia menimbulkan penyakit kulit diantaranya DS, DA, PV, dan Malassezia
folikulitis serta juga merupakan faktor eksaserbasi dari DA. Asam lemak yang
terjadinya DS. Analisis mikrobio bakterial pada sisi lesi dan non lesi dari 24
propionibacterium.17
androgen, kadar sebum, dan respon imun memainkan peran penting pertumbuhan
diteliti dan dibandingkan pada 54 pasien dan 54 orang sehat. Status serum total
antioksidan dan status oksidatif total dihitung, serta indeks stress oksidatif
dikalkulasi. Total rata-rata status anti oksidan lebih rendah secara signifikan
(P=0.624) sedangkan status oksidatif total dan indeks stres oksidatif lebih tinggi
7. Manifestasi Klinis
perluasan pada daerah yang kaya kelenjar sebasea, seperti kulit kepala, area
retroaurikuler, wajah (lipatan nasolabial, bibir atas, kelopak mata dan alis) dan
dada bagian atas. Distribusi lesi umumnya simetris dan DS tidak menular maupun
fatal.18
Pada bayi, DS dapat tampak pada area kulit kepala, wajah, retroaurikuler,
lipatan tubuh dan badan; jarang menjadi generalisata. Cradle cap adalah
manifestasi klinis yang paling sering. Dermatitis seboroik (DS) pada anak-anak
kambuhan. Gatal jarang dirasakan, tetapi sering terjadi pada lesi di kepala.
Namun pada bayi juga dapat memberat berupa perluasan lesi kulit hingga
lebih dari 90% area tubuh sebagai eritroderma deskuamativum (penyakit Leiner).
meluas, intens dan refrakter terhadap terapi. Hal ini dapat dipertimbangkan
pustul. Pada setiap parameter digunakan skor 4 poin (0-tidak ada, 1-ringan, 2-
terkena yaitu kurang dari 10% (1 poin), 10-30% (2 poin), 30-50% (3 poin), 50-
70% (4 poin) dan lebih dari 70% (5 poin). Hasil didapatkan dengan mengalikan
kedua pengukuran diatas yaitu DS ringan (skor total 5 atau kurang), DS sedang
8. Pemeriksaan Penunjang
DS akut dan subakut terdapat infiltrat ringan perivaskular superfisial , terdiri dari
dermis; adanya fokus spongiosis pada infundibulum dan epidermis; serta mound
parakeratosis dengan globus kecil plasmapada bibir muara dan diantara muara
infundibulum.8
kelompok sel limfoid dan jarang ditemukan spongiosis. Pada dermis tampak
9. Diagnosis
a. Kelainan kulit yang terdiri dari eritema dan skuama yang berminyak dan
kasar).
kelenjar sebasea yaitu daerah kepala (kulit kepala, telinga bagian luar,
saluran telinga, kulit di belakang telinga), wajah (alis mata, kelopak mata,
11. Tatalaksana
dengan obat-obatan topikal dibagi menjadi terapi skalp dan non skalp. Sebuah
dengan DS pada wajah dan kulit kepala menunjukkan bahwa terapi yang paling
sering digunakan adalah steroid topikal (59,9%), anti jamur imidazol (35,1%),
17
Terapi topikal adalah pendekatan lini pertama pada terapi DS skalp. Terapi
topikal yang digunakan adalah substansi yang memiliki fungsi anti jamur,
pengatur sebum, keratolitik dan/atau anti inflamasi. Agen tersebut tersedia dalam
berbagai formulasi seperti krim, emulsi, foam, salep dan sampo. Penggunaan
selama 5-10 menit, untuk optimalisasi efek anti jamur dan keratolitiknya.18
neurologis. Tujuan dari terapi sistemik adalah menurunkan gejala akut sedangkan
b. Antijamur
dan anti inflamasi. Anti jamur sistemik yang diindikasikan dalam terapi DS adalah
tambahan seperti modulasi neutrofil, efek scavenger pada reactive oxygen species
terapi DS, saat ini sudah tidak digunakan lagi karena sifat hepatotoksisitasnya.
Saat ini ketokonazol hanya digunakan secara topikal saja. Itrakonazol saat ini
dianggap sebagai pilihan pertama untuk terapi sistemik DS baik kasus akut
tingkat keamanan yang baik pada dosis 200 mg/hari. Hepatotoksisitas, nyeri
wajah sebagai pengganti kortikosteroid topikal.10 Pada kasus yang tidak membaik
20
dengan terapi konvensional dapat digunakan terapi sinar ultraviolet B (UVB) atau
rutin dengan sampo bayi dan menyikat dengan lembut untuk melepaskan sisik.
Jika hal tersebut masih kurang membantu, maka dapat digunakan sampo
Manfaat klinis krim anti inflamasi non steroid yang memiliki sifat anti
12. Komplikasi
Komplikasi yang utama pada lesi adalah infeksi sekunder, tampak eritema,
Dermatitis yang meluas sampai menyerang saluran telinga luar bisa menyebabkan
otitis eksterna yaitu radang yang terdapat pada saluran telinga bagian luar. Jika
sterna, aerola mammae, umbilicus, lipat paha, dan daerah anogenital. Karena
13. Prognosis
dengan kondisi kronis dan relaps pada orang dewasa. Tidak ada bukti yang
menyatakan bayi dengan DS juga akan mengalami penyakit ini pada saat dewasa.