TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Anatomi
(3-15 cm), dan berpangkal di sekum. Lumennya sempit di bagian proksimal dan
melebar dibagian distal. Namun demikian, pada bayi apendiks berbentuk kerucut,
lebar pada pangkalnya dan menyempit ke arah ujungnya. Keadaan ini mungkin
menjadi sebab rendahnya insidens apendisitis pada usia itu. Pada 65% kasus,
belakang sekum, di belakang kolon asendens, atau di tepi lateral kolon asendens.
simpatis berasal dari torakalis X. Oleh karena itu, nyeri viseral pada apendisitis
4
5
merupakan arteri tanpa kolateral. Jika arteri ini tersumbat, misalnya karena
2.2 Fisiologi
Apendiks menghasilkan lendir sebanyak 1-2 mL/ hari. Lendir itu normalya
tissue) yang terdapat disepanjang saluran cerna, termasuk apendiks, ialah IgA.
jumlah jaringan limfe di sini kecil sekali jika dibandingkan dengan jumlahnya di
2.3 Definisi
mudah diinfeksi oleh bakteri. Jika diagnosis lambat ditegakkan, dapat terjadi
2.4 Epidemiologi
appendisitis yang terjadi di Amerika Serikat setiap tahunnya dan terutama terjadi
Appendisitis dapat ditemukan pada semua umur, hanya pada anak kurang
dari satu tahun jarang dilaporkan. Insidensi tertinggi pada kelompok umur 20-30
tahun, setelah itu menurun. Insidensi pada laki-laki dan perempuan umumnya
sebanding, kecuali pada umur 20-30 tahun, insidensi lelaki lebih tinggi. Secara
2.5 Etiologi
appendiks, dan cacing askaris dapat pula menyebabkan sumbatan. Penyebab lain
yang diduga dapat menimbulkan apendisitis ialah erosi mukosa apendiks akibat
diantaranya:7,8
a. Faktor sumbatan
yang diikuti oleh infeksi. Sekitar 60% obstruksi disebabkan oleh hiperplasia
jaringan limfoid submukosa,35% karena stasis fekal, 4% karena benda asing dan
sebab lainnya 1% diantaranya sumbatan oleh parasit dan cacing. Obstruksi yang
diantaranya : 40% pada kasus apendisitis kasus sederhana, 65% pada kasus
apendisitis akut gangrenosa tanpa ruptur dan 90% pada kasus apendisitis akut
dengan ruptur.
b. Faktor bakteri
akut. Adanya fekalith dalam lumen apendiks yang telah terinfeksi memperburuk
dan memperberat infeksi, karena terjadi peningkatan stagnasi feses dalam lumen
merupakan tahap awal dari kebanyakan penyakit ini. Berbagai spesies bakteri
yang terus-menerus dan berlebihan memberikan efek merubah suasan flora usus
dan menyebabkan terjadinya hiperesi usus yang merupakan permulaan dari proses
d. Kecenderungan familiar
organ, appendiks yang terlalu panjang, vaskularisasi yang tidak baik dan letaknya
yang mudah terjadi appendisitis. Hal ini juga dihubungkan dengan kebiasaan
makanan dalam keluarga terutama denga diet rendah serat dapat memudahkan
Bangsa kulit putih yang dulunya pola makan rendah serat mempunyai resiko lebih
tinggi dari negara yang pola makannya banyak serat. Namun saat sekarang,
kejadiannya terbalik. Bangsa kulit putih telah merubah pola makan mereka ke
pola makan tinggi serat. Justru negara berkembang, yang dulunya memiliki tinggi
serat kini beralih ke pola makan rendah serat, memiliki resiko appendisitis yang
lebih tinggi.
2.6 Klasifikasi
1. Appendisitis akut
appendiks jadi menebal, edema, dan kemerahan. Gejala diawali dengan rasa nyeri
infeksi serosa sehingga serosa menjadi suram karena dilapisi eksudat dan fibrin.
lepas di titik Mc Burney, defans muskuler, dan nyeri pada gerak aktif dan pasif.
Nyeri dan defans muskuler dapat terjadi pada seluruh perut disertai dengan tanda-
Bila tekanan dalam lumen terus bertambah, aliran darah arteri mulai
berwarna ungu, hijau keabuan atau merah kehitaman. Apada appendisitis akut
2. Appendisitis infiltrat
dapat dibatasi oleh omentum, usus halus, sekum, kolon dan peritoneum sehingga
membentuk gumpalan massa flegmon yang melekat erat satu dengan yang
lainnya.
11
3. Appendisitis abses
Terjadi bila massa lokal yang terbentuk berisi nanah (pus), biasanya di
fossa iliaka kanan, lateral dari sekum, retrocaecal, sucaecal, dan pelvis.
4. Appendisitis perforasi
yang menyebabkan pus masuk kedalam rongga perut sehingga terjadi peritonitis
umum. Pada dinding appendiks tampak daerah perforasi dikelilingi oleh jaringan
nekrotik.
5. Appendisitis kronis
ditegakkan jika ada riwayat serangan nyeri berulang di perut kanan bawah lebih
dari dua minggu, radang kronik appendiks secara makroskopik dan mikroskopik.
Secara histologi, dinding appendiks menebal, sub mukosa dan muskularis propia
mengalami fibrosis. Terdapat infiltrat sel radang limfosit dan eosinofil pada sub
mukosa, muskularis propia, dan serosa. Pembuluh darah serosa tampak dilatasi.
2.7 Patofisiologi
diikuti oleh infeksi. Beberapa hal ini dapat menyebabkan sumbatan, yaitu
tertimbun dalam lumen appendiks, sehingga tekanan intra luminer tinggi. Tekanan
ini akan mengganggu aliran limfe sehingga terjadi edema dan terdapat luka pada
mukosa, stadium ini disebut appendisitis akut ringan. Tekanan yang meninggi,
appendiks juga terdapat bakteri, sehingga dalam keadaan tersebut suasana lumen
appendiks cocok buat bakteri untuk diapedesis dan invasi ke dinding dan
membelah diri sehingga menimbulkan infeksi dan menghasilkan pus. Stadium ini
Proses tersebut berlangsung terus sehingga pada suatu saat aliran darah
vaskularisasi minimal, sehingga terjadi infark dan gangren, stadium ini disebut
mendorong pus serta produk infeksi mengalir ke rongga abdomen. Stadium ini
abses sekunder. Proses perjalanan appendisitis tidak mulus seperti tersebut di atas,
karena ada usaha tubuh untuk melokalisir tempat infeksi dengan cara “Walling
Off” oleh omentum, usus halus, caecum, colon, dan peritoneum sehingga terjadi
gumpalan massa plekmon yang melekat erat. Keadaan ini disebut appendisitis
infiltrat.7,8
13
Perforasi mungkin masih terjadi pada walling off yang sempurna sehingga
akan terbentuk abses primer. Sedangkan pada walling off yang belum sempurna
akan terbentuk abses sekunder yang bisa menyebabkan peritonitis umum. 7,8
keluhan berulang di perut kanan bawah. Pada suatu ketika organ ini dapat
Appendisitis terjadi dari proses inflamasi ringan hingga perforasi, khas dalam 24-
dengan waktu akan berlokasi di abdomen kanan bawah. Terjadi peningkatan nyeri
terjadi. Pada anak-anak, dengan letak appendiks yang retrocecal atau pelvis, nyeri
dapat mulai terjadi di kuadran kanan bawah tanpa diawali nyeri pada
periumbilikus. Nyeri pada flank, nyeri punggung, dan nyeri alih pada testis juga
merupakan gejala yang umum pada anak dengan appendicitis retrocecal arau
pelvis.9
Jika inflamasi dari appendiks terjadi di dekat ureter atau bladder, gejala
dapat berupa nyeri saat kencing atau perasaan tidak nyaman pada saat menahan
Anorexia, mual, dan muntah biasanya terjadi dalam beberapa jam setelah
onset terjadinya nyeri. Muntah biasanya ringan. Diare dapat terjadi akibat infeksi
sekunder dan iritasi pada ileum terminal atau caecum. Gejala gastrointestinal yang
berat yang terjadi sebelum onset nyeri biasanya mengindikasikan diagnosis selain
Jika suhu tubuh diatas 38,60 C, menandakan terjadi perforasi. Anak dengan
menekan dengan paha kanan akan menekan caecum hingga isi caecum berkurang
atau kosong. Bising usus meskipun bukan tanda yang dapat dipercaya dapat
pada anak dengan appendisitis retrocaecal, nyeri seperti kolik renal akibat
perangsangan ureter.10
2.9 Diagnosis
a. Anamnesis
3. Demam
4. Gejala lain adalah badan lemah dan kurang nafsu makan, penderita
b. Pemeriksaan fisik
1. Inspeksi
17
komplikasi perforasi. Penonjolan perut kanan bawah bisa dilihat pada massa atau
abses appendikuler.
2. Auskultasi
Peristaltik usus sering normal. Peristaltic dapat hilang pada ileus paralitik
3. Palpasi
Pada palpasi didapatkan titik nyeri tekan kuadran bawah atau titik Mc
Rebound tenderness (nyeri lepas tekan) adalah rasa nyeri yang hebat
letak retroperitoneal, defans muscular mungkin tidak ada, yang ada nyeri
pinggang.
Akan didapatkan nyeri pada jam 9-12. Pada apendisitis pelvika akan
a. Rovsing sign
Penekanan perut kiri bawah terjadi nyeri perut kanan bawah, karena
b. Blumberg sign
Disebut juga dengan nyeri lepas. Palpasi pada kuadran kiri bawah atau
kolateral dari yang sakit kemudian dilepaskan tiba-tiba, akan terasa nyeri pada
kuadran kanan bawah karena iritasi peritoneal pada sisi yang berlawanan.
c. Psoas sign
memfleksikan articulation coxae kanan, psoas sign (+) bila terasa nyeri
d. Obturator sign
fleksi dan endorotasi sendi panggul atau articulation coxae. Obturator sign (+) bila
c. Pemeriksaan penunjang
1. Pemeriksaan laboratorium
(PMN), netrofil (shift to the left) dimana terjadi pada 90% pasien. Hal ini
21
diagnosis banding seperti infeksi saluran kemih atau batu ginjal yang
hanya mencapai 50-87% dan hasil dari CRP tidak dapat membedakan tipe
Radiologi polos tidak spesifik, umunya tidak efektif untuk biaya, dan
dapat menyesatkan dalam stuasi tertentu. Dalam <5%, suatu fekalith buram
mungkin tidak terlihat di kuadran kanan bawah. Foto polos abdomen dapat
terlihat abnormal “gas pattern” dari usus, tapi hal ini tidak spesifik. Ditemukan
fekalith dapat mendukung diagnosis. Dapat ditemukan pula adanya local air fluid
level, peningkatan densitas jaringan lunak pada kuadran kanan bawah, perubahan
bayangan psoas line, dan free air (jarang) bila terjadi perforasi. Foto polos
22
usus. Walaupun demikian, foto polos abdomen bukanlah sesuatu yang rutin atau
harus dikerjakan dalam mengevaluasi pasien dengan nyeri abdomen yang akut.8
3. USG
appendisitis. Tekniknya tidak mahal, dapat dilakukan dengan cepat, tidak invasif,
tidak membutuhkan kontras dan dapat digunakan pada pasien yang sedang hamil
atau abses, lemak pericecal menonjol, dan kehilangan keliling dari layer
submukosa. 8
4. Barium enema
Barium enema merupakan kontra indikasi pada suspek appendisitis akut sebab
dilakukan dengan cara pemberian kontras BaSO4 serbuk halus yang diencerkan
23
10 jam untuk anak – anak atau 10 – 12 jam untuk dewasa. Pemeriksaan ini
adanya inflamasi pericaecal. False negative (partial filling) didapatkan pada 10%
kasus. Barium enema ini sudah tidak lagi digunakan secara rutin dalam
5. CT Scan
pada abdomen dan adanya gejala tidak khas untuk appendisitis. Appendiks normal
akan terlihat struktur tubular tipis pada kuadran kanan bawah yang dapat menjadi
>5-7 mm. Sedangkan yang termasuk inflamasi periappendiceal antara lain adalah
edem terlihat sebagai perkapuran dari lemak mesenterium (“dirty fat”), penebalan
fascia lokalis, dan peningkatan densitas jaringan lunak pada kuadran kanan
gejala klinis yang telat (48-72 jam) sehingga dapat berkembang menjadi
phlegmon atau abses. Fekalith dapat dengan mudah terlihat, tetapi adanya fekalith
24
media kontras rektal digunakan), paparan radiasi pengion, biaya dan tidak dapat
3. Scoring Appendisitis
a. Skor Alvarado
Semua penderita dengan suspek appendisitis akut dibuat skor alvarado dan
diklasifikasikan menjadi 2 kelompok yaitu : skor <6 dan skor >6. Selanjutnya
1–4 : observasi
5–7 : antibiotik
8 – 10 : operasi dini
b. Ohmann Score 12
Sign/Symptom Value
Samuel Score yaitu sistem penilaian ini meliputi 9 variabel untuk menilai
appendisitis akut :
No Kriteria Skoring
1. Gender
1) Laki-laki 2
2) Perempuan 0
2. Intensitas Nyeri
1) Berat 2
2) Sedang 0
3. Perpindahan nyeri
1) Ya 4
2) Tidak 0
4. Nyeri perut kuadran kanan bawah
1) Ya 4
2) Tidak 0
5. Muntah
1) Ya 2
2) Tidak 0
6. Suhu badan
1) 37,50C 3
2) <37,50C 0
7. Guarding
1) Ya 2
2) Tidak 0
8. Bising Usus
1) Absent/meningkat 4
2) Normal 0
9. Rebound tenderness
1) Ya 7
2) Tidak 0
Tabel 2.4 Skoring apendisitis pada anak
Appendisitis akut mempunyai nilai 0 sampai nilai maksimal 32. Dan nilai
ini digunakan untuk mendiagnosa ada atu tidaknya appendisitis akut. Nilai batas
untuk appendisitis akut adalah >21 kemungkinan besar appendisitis akut. Jika
karena banyak gangguan lain yang juga memberikan gambaran klinis abdomen
akut yang harus dibedakan dari apendisitis akut. Beberapa keadaan ini seperti:
Meckel.1
Pada gastroenteritis, mual, muntah, dan diare mendahului rasa nyeri. Nyeri
perut sifatnya lebih ringan dan tidak berbatas tegas. Sering dijumpai adanya
apendisitis akut.
Demam dengue dapat dimulai dengan nyeri perut mirip peritonitis. Pada
penyakit ini, didapatkan hasil tes positif untuk Rumpel Leede, trombositopenia
gastroenteritis, ditandai dengan nyeri perut, terutama perut sebelah kanan, serta
perasaan mual dan nyeri tekan perut yang sifatnya samar, terutama perut sebelah
kanan.
berada, dan darah menstruasi terkumpul di tempat itu karena tidak ada jalan
keluar.
28
2.11 Tatalaksana
menjalani pembedahhan, dan apendiks segera dibuang setiap saat, siang maupun
malam. Bila pembedahan dilakukan sebelum terjadi ruptur dan tanda peritonitis,
biasanya diindikasikan.
a. Terapi Operatif
2. Diberikan antibiotika spektrum luas dan juga untuk gram negatif dan
anaerob.
diagnosis apendisitis, dapat inflamasi, dan penggunaan metode bedah terbuka atau
laparoskopi.1
Bila diagnosis klinis sudah jelas, tindakan paling tepat dan merupakan
Indikasi Appendektomi :
Appendisitis akut
Appendisitis kronik
Apendisitis perforata
apendektomi terbuka, insisi McBurney paling banyak dipilih oleh ahli bedah.
2.12 Komplikasi
atau mikroperforasi ditutupi atau dibungkus oleh omentum dan/atau lekuk usus
perforasi diikuti oleh peritonitis purulenta generalisata. Oleh karena itu, massa
mencegah penyulit tersebut. Selain itu, operasinya masih mudah. Pada anak,
Riwayat klasik apendisitis akut yang diikuti dengan adanya massa nyeri di
Apendisitis perforata, bila adanya fekalit di dalam lumen, umur (orang tua
ataua anak kecil), dan keterlambatam diagnosis, merupakan faktor yang berperan
dalam terjadinya perforasi apendiks. Insidens perforasi pada penderita di atas usia
perforasi pada orang tua adalah gejalanya yang samar, keterlamabatan berobat,
arterioklerosis. Insidens tinggi pada anak disebabkan oleh dinding apendiks yang
dengan demam tinggi, nyeri makin hebat yang meliputi seluruh perut, dan perut
menjadi tegang dan kembung, nyeri tekan dan defans muskuler terjadi di seluruh
31
peristaltis usus dapat menurun sampai menghilang akibat adanya ileus paralitik.
Abses rongga peritoneum dapat terjadi bila pus yang menyebar terlokalisasi di
suatu tempat, paling sering di rongga pelvis dan subdiafragma. Adanya massa
dilakukan pencucian rongga peritoneum dari pus maupun pengeluaran fibrin yang
adekuat secara mudah serta pembersihan kantong nanah. Akhir-akhir ini, mulai
apendektomi. Pada prosedur ini, rongga abdomen dapat dibilas dengan mudah.
tetapi keuntungannya adalah lama rawat lebih pendek dan secara kosmetik lebih
baik.3
2.13 Prognosis
Mortalitas adalah 0,1% jika appendisitis akut tidak pecah, dan 15% jika
pecah pada orang tua. Kematian biasanya akibat dari sepsis, emboli paru, atau
aspirasi. Prognosis membaik dengan diagnosis dini sebelum perforasi terjadi dan