Anda di halaman 1dari 11

Pengaruh Board Diversity Terhadap Nilai Perusahaan dalam

Perspektif Corporate Governance

Sari Kusumastuti, Supatmi, dan Perdana Sastra


Staf Pengajar Fakultas Ekonomi Universitas Kristen Satya Wacana, Salatiga

ABSTRAK

Persebaran anggota dewan (board diversity) merupakan salah satu isu yang terkait dengan
corporate governance. Board diversity akan mempengaruhi komposisi dewan direksi yang nantinya akan
mempengaruhi implementasi corporate governance. Dalam penelitian ini, board diversity diukur dengan
5 variabel, yaitu keberadaan dewan direksi wanita, keberadaan etnis Tionghoa dalam anggota dewan
(sebagai proksi dari minoritas), proporsi outside directors, usia anggota dewan direksi, dan latar belakang
pendidikan anggota dewan, dengan ukuran dewan dan ukuran perusahaan sebagai variabel kontrol.
Sedangkan nilai perusahaan diukur dengan menggunakan rasio Tobin’s Q. Sampel penelitian ini adalah
48 perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta pada tahun 2005. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa persebaran anggota dewan (board diversity) berpengaruh terhadap nilai
perusahaan.

Kata kunci: persebaran aggota dewan, corporate governance, nilai perusahaan, tobin’s Q.

ABSTRACT

Board diversity is one the issue related to corporate governance. Board diversity shall influence Board
of Directors composition. In this research, board diversity is measured by 5 variables, i.e. women in board,
minority race availability, outsider directors, age, and educational background, with board and company
measurement control variables. Company value is measured by utilizing Tobin’s Q ratio. The research
samples are taken from 48 manufacturing companies listed at Jakarta Stock Exchange in 2005. This
research shows that board diversity members influencing to company value.

Keywords: board diversity, corporate governance, firm value, tobin’s Q

PENDAHULUAN cenderung menghindari perusahaan-perusahaan


yang memiliki penerapan corporate governance
Krisis ekonomi yang terjadi tahun 1997 di Asia yang buruk. Penerapan corporate governance dapat
mengakibatkan kondisi perekonomian di beberapa dicerminkan dalam nilai perusahaan yang dilihat
negara menjadi terpuruk. Indonesia termasuk dari harga saham perusahaan yang bersangkutan.
salah satu negara yang mengalami keterpurukan Menurut Black et al. (2002) yang melakukan
akibat krisis ekonomi tersebut. Penelitian yang penelitian di Korea, alternatif penjelasan atas
dilakukan oleh McKinsey and Co (2002) dalam hubungan antara praktek corporate governance
Pakaryaningsih (2006), penelitian Credit Lyonnais dengan nilai perusahaan menurut penelitian
Securities Asia (CLSA) dalam Setianto (2002), dan tersebut adalah signaling dan endogenity. Dalam
penelitian Indonesian Institute of Corporate Gove- signaling, praktek corporate governance menyebab-
rnance (IICG) memberikan satu indikasi yang kan peningkatan nilai perusahaan karena pene-
menyatakan bahwa penyebab terjadinya krisis rapan corporate governance yang baik akan mem-
ekonomi tahun 1997 adalah karena buruknya berikan sinyal positif. Sedangkan endogenity ada-
corporate governance. Penelitian-penelitian tersebut lah perusahaan yang nilai pasar tinggi (dengan
menyatakan bahwa Indonesia adalah negara yang alasan apapun) cenderung menerapkan corporate
paling buruk dalam penerapan corporate gover- governance lebih baik. Arsjah (2002) dalam Utama
nance. (2005) meneliti hubungan rasio Price to Book Value
Survei yang dilakukan oleh Mc Kinsey and Co dan corporate governance. Hasil dari penelitian ter-
(2002) dalam Pakaryaningsih (2006) menunjukkan sebut menyatakan bahwa pengaruh corporate
bahwa corporate governance telah menjadi per- governance pada kinerja perusahaan adalah belum
hatian utama investor, khususnya pada pasar- konsisten.
pasar yang sedang berkembang. Investor akan
Jurusan Ekonomi Akuntansi, Fakultas Ekonomi - Universitas Kristen Petra
http://puslit.petra.ac.id/journals/accounting
88
Kusumastuti: Pengaruh Board Diversity Terhadap Nilai Perusahaan 89

Selain keterkaitan antara corporate governance mua faktor yang mempengaruhi proses institusio-
dengan nilai perusahaan, salah satu isu yang nal, termasuk faktor-faktor yang berkaitan dengan
berkaitan dengan corporate governance adalah regulator Corporate governance perusahaan dikata-
komposisi dari dewan. Adanya organ-organ peru- kan baik apabila perusahaan memenuhi prinsip-
sahaan (dewan komisaris dan direksi) merupakan prinsipnya, yaitu fairness, transparency, accounta-
bukti pengaplikasian prinsip good corporate bility, dan responsibility. Surya dan Yustiavandana
governance dalam tataran yang minimal (Surya (2006) menyatakan bahwa penerapan prinsip-
dan Yustiavandana 2006). Adanya persebaran prinsip dasar good corporate governance (GCG)
dalam anggota dewan dipercaya dapat mempe- dengan baik dapat meningkatkan nilai perusaha-
ngaruhi nilai perusahaan, baik dalam jangka an.
pendek maupun dalam jangka panjang (Cox dan Agency theory yang merupakan pengembangan
Blake 1991, Robinson dan Dechant 1997, sebagai- dari teori corporate governance yang sering diguna-
mana dikutip oleh Carter et al. 2003). Persebaran kan dalam penelitian untuk memahami kaitan
dewan (board diversity) diduga memberikan dam- antara karakteristik dewan direksi dengan nilai
pak yang positif. Semakin besar persebaran dalam perusahaan (Carter et al. 2003). Peraturan di
anggota dewan dapat menimbulkan semakin ba- Indonesia mengenai board governance merupakan
nyak konflik, namun persebaran tersebut dapat suatu bentuk upaya dari pemerintah sebagai pihak
memberikan alternatif penyelesaian terhadap regulator untuk memperbaiki corporate governance
suatu masalah yang semakin beragam daripada di Indonesia, terutama pasca krisis ekonomi tahun
anggota dewan yang homogen. Selain itu, kera- 1997. Menurut Cox dan Blake (1991) serta Robin-
gaman dalam dewan direksi memberikan karak- son dan Dechant (1997) sebagaimana dikutip oleh
teristik yang unik bagi perusahaan yang dapat Carter et al. (2003), persebaran dalam dewan
menciptakan nilai tambah. (board diversity) dipercaya memberikan pengaruh
Carter et al. (2003) melakukan penelitian ten- terhadap nilai perusahaan dalam jangka pendek
tang keterkaitan antara persebaran dalam anggota maupun jangka panjang.
dewan (board diversity), nilai perusahaan, dengan Robinson dan Dechant (Carter et al. 2003)
corporate governance. Persebaran anggota dewan memberikan beberapa proposisi dan bukti empiris
dilihat dari persentasi wanita dalam dewan, ras yang berkaitan dengan persebaran dalam dewan.
minoritas (African Americans, Asians dan His- Pertama, persebaran dalam dewan memberikan
panics), dan proporsi outside directors. Dengan pemahaman yang lebih baik tentang marketplace,
mengambil sampel perusahaan-perusahaan yang di mana hal ini berhubungan dengan demografi
tercatat dalam Fortune di Amerika Serikat, hasil supplier dan customer perusahaan yang juga
penelitian menemukan adanya pengaruh positif beragam. Ke dua, persebaran dapat meningkatkan
signifikan antara fraksi wanita dan minoritas kreativitas dan inovasi. Ke tiga, persebaran meng-
dalam jajaran dewan dengan nilai perusahaan. hasilkan alternatif pemecahan masalah yang
Penelitian ini menguji kembali penelitian efektif. Heterogenitas dalam dewan dapat menim-
Carter et al. (2003) tentang pengaruh persebaran bulkan semakin banyak konflik, namun alternatif
dewan direksi terhadap nilai perusahaan dengan pemecahan terhadap suatu masalah akan semakin
menggunakan sampel perusahaan manufaktur banyak dan dapat menimbulkan kecermatan
yang terdaftar di BEJ tahun 2005. Kondisi dan dalam mengkaji konsekuensi yang mungkin
karakteristik perusahaan di Indonesia dan di dihadapi dari alternatif yang diambil. Ke empat,
Amerika berbeda, untuk itu diduga akan ditemu- persebaran dapat meningkatkan efektivitas dalam
kan hasil penelitian yang berbeda pula. Selain itu, kepemimpinan perusahaan. Hal ini berkaitan
persebaran anggota dewan direksi dalam peneliti- dengan sudut pandang dalam anggota dewan, di
an ini akan dilihat dari lima aspek, yaitu keberada- mana anggota yang homogen akan menyebabkan
an direksi wanita, keberadaan etnis Tionghoa, perspektif terhadap sesuatu hal akan menjadi lebih
proporsi outsider directors, usia, dan latar belakang sempit jika dibandingkan dengan anggota dewan
pendidikan anggota dewan. Penelitian ini juga yang beragam. Ke lima, persebaran dapat mening-
menggunakan variabel kontrol ukuran dewan dan katkan hubungan global yang semakin efektif.
ukuran perusahaan yang merupakan salah satu Hermalin dan Weisbach (2000) dalam Carter
mekanisme corporate governance. et al. (2003) memberikan suatu pokok penting, di
mana agency theory secara sederhana tidak dapat
CORPORATE GOVERNANCE memberikan prediksi yang jelas mengenai kaitan
antara board diversity dengan nilai perusahaan.
Menurut Turnbull (Syakhroza 2003) corporate Hal ini menimbulkan dilema, di mana teori yang
governance merupakan sistem tata kelola yang ada tidak dapat memberikan prediksi yang jelas
diselenggarakan dengan mempertimbangkan se- mengenai peraturan board diversity dalam nilai
Jurusan Ekonomi Akuntansi, Fakultas Ekonomi - Universitas Kristen Petra
http://puslit.petra.ac.id/journals/accounting
90 JURNAL AKUNTANSI DAN KEUANGAN, VOL. 9, NO. 2, NOPEMBER 2007: 88-98

perusahaan, namun di sisi lain terdapat keper- dengan adanya wanita dalam jajaran direksi
cayaan bahwa hubungan antara keduanya adalah dikatakan dapat membantu mengambil keputusan
hubungan yang positif. yang lebih tepat dan berisiko lebih rendah.
Penelitian kali ini melihat board diversity tidak Charness dan Gneezy (2004) dalam penelitian yang
hanya dari sudut pandang proporsi wanita dan mengambil sampel mahasiswa yang mengambil
minoritas, seperti yang diteliti oleh Carter et al. kelas decision making menemukan bahwa dalam
(2003), serta proporsi outsider director saja yang investasi keuangan, wanita melakukan investasi
biasanya dipakai dalam penelitian corporate gover- yang lebih kecil daripada yang dilakukan pria.
nance, namun juga akan dilihat mengenai per- Mereka berpendapat bahwa wanita kurang
sebaran dalam hal usia dan latar belakang menyukai risiko daripada pria, sehingga wanita
pendidikan. Berikut merupakan penjelasan dari memiliki persentase yang rendah dalam beberapa
masing-masing persebaran yang digunakan dalam jabatan daripada pria. Sedangkan hasil penelitian
penelitian ini. Carter et al. (2003) menemukan bahwa perusa-
haan yang memiliki dua orang atau lebih wanita
KEBERADAAN DEWAN DIREKSI WANITA dalam anggota dewan, memiliki nilai perusahaan
DALAM DEWAN (yang diproksikan dengan rasio Tobin’s Q) lebih
tinggi daripada perusahaan dengan jumlah wanita
Board diversity menjadi hal yang menarik dalam anggota dewan kurang dari dua orang. Dari
untuk disimak berkaitan dengan corporate gover- uraian tersebut maka dirumuskan hipotesis pene-
nance di Indonesia karena masih adanya anggapan litian sebagai berikut:
bahwa pria yang lebih pantas menduduki jabatan H1 : Keberadaan wanita dalam anggota dewan
penting dalam perusahaan. Data statistik Departe- mempengaruhi nilai perusahaan.
men Tenaga Kerja dan Transmigrasi menunjuk-
kan bahwa jumlah penduduk wanita yang bekerja KEBERADAAN ETNIS TIONGHOA
tahun 2005 dalam jenis pekerjaan tenaga kepe-
mimpinan adalah sebanyak 37.801 jiwa (13%) dari Tionghoa merupakan salah satu etnis yang
total 290.464 penduduk yang bekerja sebagai ada dalam komposisi penduduk Indonesia. Pada
tenaga kepemimpinan (http://www.nakertrans.go. akhir tahun 2005, di Indonesia terdapat sekitar 3%
id). populasi etnis Tionghoa. Angka ini berbeda-beda
Masih sedikitnya wanita yang ditempatkan di karena hanya pada tahun 1930-an terakhir kalinya
posisi puncak mungkin disebabkan oleh adanya pemerintah melakukan sensus dengan meng-
pandangan yang berbeda tentang penyebab kesuk- golong-golongkan masyarakat Indonesia ke dalam
sesan yang diraih pria dan wanita. Kesuksesan suku bangsa dan keturunannya (www.indonesia.
pria dianggap karena kemampuan yang tinggi go.id). Adanya etnis Tionghoa sebagai minoritas di
(dalam hal talenta atau kecerdasan), sedangkan Indonesia memberikan pengaruh dalam dunia
kesuksesan wanita dianggap lebih disebabkan oleh bisnis. Sebelum era reformasi, etnis ini sering
faktor keberuntungan (Deaux dan Ernswiller memperoleh perlakuan diskriminasi dalam masya-
dalam Crawford 2006). Namun pada saat suatu rakat Indonesia. Namun sekarang di Indonesia,
pekerjaan tidak dapat dilihat dari faktor keberun- keberadaan etnis ini bahkan diakui telah mem-
tungan, kesuksesan wanita dianggap lebih disebab- berikan kontribusi besar dalam memajukan
kan oleh kerja keras. Selain itu, pada saat terjadi perekonomian bangsa (Sugiyono 2007). Menurut
kegagalan, beberapa penelitian menyatakan bahwa Sugiyono (2007), tidak ada teori cukup sahih yang
kegagalan yang terjadi pada wanita adalah bisa menunjukkan dengan pasti apa yang
disebabkan oleh ketidakmampuan, sedangkan membuat etnis Tionghoa sukses dalam bisnis. Ada
kegagalan pada pria disebabkan oleh faktor pendapat mengatakan, sukses mereka didorong
ketidakberuntungan (bad luck) atau situasi yang etos kerja tinggi, khas semangat kaum minoritas.
khusus, seperti tugas yang sulit (Cash et al. serta Sikap hemat dan disiplin yang merupakan inti dari
Etaugh dan Brown seperti dikutip oleh Crawford filosofi bisnis juga menjadi ciri khas kehidupan
2006). Hal ini menyebabkan proporsi wanita dalam warga keturunan Tionghoa. Tionghoa sebagai etnis
jabatan yang penting masih sedikit, karena minoritas memiliki kebudayaan yang terus di-
dianggap kemampuan pria lebih tinggi daripada junjung tinggi, sehingga hal ini memungkinkan
wanita. mereka dapat bertahan dan berhasil dalam menja-
Namun di sisi lain, wanita memiliki sikap ke- lankan bisnis.
hati-hatian yang sangat tinggi, cenderung meng- Karakteristik budaya Tionghoa menurut
hindari risiko, dan lebih teliti dibandingkan pria. Bjerke (2000) seperti disebutkan Setyawan (2005)
Sisi inilah yang membuat wanita tidak terburu- antara lain kekuasaan dan otokrasi (Power and
buru dalam mengambil keputusan. Untuk itu Autocracy), kekeluargaan (Familism), jaringan

Jurusan Ekonomi Akuntansi, Fakultas Ekonomi - Universitas Kristen Petra


http://puslit.petra.ac.id/journals/accounting
Kusumastuti: Pengaruh Board Diversity Terhadap Nilai Perusahaan 91

relasi (Guanxi), harga diri dan wibawa (Face and Hermalin dan Weisbach (2000 dalam Carter et
Prestige), serta fleksibel dan bertahan hidup al. 2003) menemukan pengaruh direksi independen
(Flexibility and Endurance). Dengan karakteristik (outside directors) yang cukup kuat dan signifikan
inilah dianggap etnis Tionghoa di Indonesia terhadap kinerja. Limpaphayon dan Sukcharoensin
memiliki pengaruh terhadap dunia perekonomian, (n.d) melalui penelitiannya di Thailand menemu-
terutama sektor bisnis. Oleh karena itu, hipotesis kan bahwa dewan direksi yang didominasi oleh
yang dapat dirumuskan adalah: direksi independen (outside directors) dengan ting-
H2 : Keberadaan etnis Tionghoa dalam anggota kat kepemilikan saham rendah (low managerial
dewan mempengaruhi nilai perusahaan. ownership) memiliki pengaruh yang kuat dan
signifikan terhadap kinerja perusahaan. Berdasar-
PROPORSI OUTSIDE DIRECTORS kan uraian tersebut, dapat dirumuskan hipotesis
sebagai berikut :
Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga H3 : Proporsi outside directors mempengaruhi nilai
Keuangan (BapepamLK) dan Bursa Efek Jakarta perusahaan.
(BEJ) berupaya memperbaiki corporate governance
dengan mengeluarkan peraturan yang dituangkan
USIA ANGGOTA DEWAN
dalam code for good corporate governance dan
peraturan yang berkaitan dengan corporate gover- Menurut Hurlock (1999), masa dewasa sese-
nance, yaitu Keputusan Direksi PT Bursa Efek orang dapat dibagi menjadi tiga tahap, yaitu masa
Jakarta Nomor Kep-315/BEJ/06-2000 yang diper- dewasa dini (dewasa awal) yang dimulai dari usia
baharui dengan Keputusan Direksi PT Bursa Efek 18-40 tahun, dewasa madya (dewasa tengah) yang
Jakarta Nomor Kep-339./BEJ/07-2001 butir C dimulai pada usia 40-60 tahun, dan dewasa lanjut
mengenai board governance yang terdiri dari (dewasa akhir) yang dimulai pada usia 60 hingga
Komisaris Independen, Komite Audit dan Sekre-
saat kematian. Pada usia 40 tahun, seseorang akan
taris Perusahaan. Sesuai dengan peraturan yang
mencapai masa karirnya. Masa dewasa madya
dikeluarkan oleh direksi Bursa Efek Jakarta,
adalah suatu masa menurunnya keterampilan fisik
untuk mencapai tata kelola perusahaan yang baik
dan semakin besarnya tanggung jawab, selain itu
(good corporate governance), jumlah komisaris
masa ini merupakan masa ketika orang mencapai
independen sekurang-kurangnya 30% dari seluruh
anggota dewan komisaris. dan mempertahankan kepuasan dalam karirnya
Di dalam board diversity terkandung kompo- (Santrock 1995). Levinson dan Peskin (1981) seba-
sisi dewan (board composition) yang menggambar- gaimana dikutip oleh Santrock (1995) yang
kan prosentase outside director dalam dewan menyatakan bahwa usia 34–50 tahun adalah
(Ohlson dalam Faizal 2004). Komposisi dewan kelompok usia yang paling sehat, paling tenang,
direksi dapat dibagi menjadi tiga kategori yaitu paling bisa mengontrol diri, dan paling bertang-
direksi dari dalam (inside directors) , direksi dari gung jawab. Pada usia 40–45 tahun, seseorang
luar (outside directors), dan grey directors. Dewan telah menapaki jenjang karir sejauh yang mereka
dengan komposisi direksi independen (outside mampu dan telah mencapai tempat yang stabil
directors) yang cukup kuat akan memiliki perilaku dalam karirnya pada usia 40 tahun. Pernyataan
pengawasan manajerial yang lebih ketat daripada tersebut seperti pepatah “life begins at 40”.
dewan yang dikontrol oleh manajemen (manage- Pada masa dewasa akhir, kecepatan seseorang
ment-controlled board). Kemampuan para direksi untuk memproses informasi mengalami penu-
independen (outside directors) untuk mempenga- runan, serta kurang mampu mengeluarkan kem-
ruhi keputusan manajemen akan bertambah bali informasi yang telah disimpan dalam ingatan-
seiring dengan peningkatan proporsi kedudukan nya. Hal ini yang menyebabkan pada saat sese-
dewan mereka. orang memasuki usia dewasa lanjut, mereka
Matolcsy et al. (1997) berpendapat bahwa mempersiapkan masa pensiun. Menurut Brand-
dewan yang didominasi oleh direksi dari dalam stadter dan Renner (dalam Santrock 1995) satu hal
perusahaan (inside directors) cenderung akan yang diperhatikan sehubungan dengan usia
memiliki tata kelola yang lemah (weak governance), dewasa lanjut adalah meningkatnya kebijaksana-
hal ini dikarenakan sebagai orang dalam mereka an saat seseorang beranjak tua.
wajib untuk memonitor dirinya sendiri (self- Dari penjelasan di atas, usia anggota dewan
monitor). Sedangkan dewan yang didominasi oleh berkaitan dengan kebijaksanaan yang dimiliki.
outsider akan menghasilkan tata kelola yang lebih Semakin bertambah usia, semakin bijaksana sese-
kuat karena mereka bertindak sebagai pihak yang orang. Jika dilihat dari tahapan dewasa seseorang
independen Menurut Utama (2005), semakin baik yang dikaitkan dengan kinerja, maka seseorang
implementasi corporate governance maka nilai yang berada pada kelompok usia dewasa madya
yang diciptakan bagi investor pun semakin tinggi. (tengah) merupakan masa ketika orang mencapai
Jurusan Ekonomi Akuntansi, Fakultas Ekonomi - Universitas Kristen Petra
http://puslit.petra.ac.id/journals/accounting
92 JURNAL AKUNTANSI DAN KEUANGAN, VOL. 9, NO. 2, NOPEMBER 2007: 88-98

dan mempertahankan kepuasan dalam karirnya, H5 : Latar belakang pendidikan anggota dewan
mereka cenderung fokus terhadap pekerjaan mempengaruhi nilai perusahaan.
daripada berpindah-pindah dari satu perusahaan
ke perusahaan yang lain. Hal ini memperlihatkan Penelitian ini menggunakan variabel kontrol
bahwa usia dapat mempengaruhi kinerja sese- yang sering digunakan dalam penelitian sebelum-
orang dalam perusahaan yang kemudian dapat nya, yaitu ukuran dewan (board size), dan ukuran
mempengaruhi nilai perusahaan. Selain itu, para perusahaan (firm size). Variabel-variabel tersebut
pekerja yang lebih tua biasanya memperlihatkan dipilih berdasarkan penelitian-penelitian sebelum-
lebih banyak kesetiaan kepada perusahaan dari- nya. Mizruchi (1983) dalam Wardhani (2006)
pada pekerja yang masih muda (Dessler 1997). menjelaskan bahwa dewan merupakan pusat dari
Dari uraian di atas dapat dirumuskan hipotesis pengendalian dalam perusahaan, dan dewan ini
sebagai berikut: merupakan penanggung jawab utama dalam
H4 : Usia anggota dewan mempengaruhi nilai tingkat kesehatan dan keberhasilan perusahaan
perusahaan. secara jangka panjang. Yermack (Faizal 2004)
menemukan bahwa terdapat hubungan yang
LATAR BELAKANG PENDIDIKAN negatif antara board size dengan Tobin’s Q.
Ukuran perusahaan diduga juga berpengaruh
Latar belakang pendidikan yang dimiliki oleh terhadap nilai perusahaan, di mana perusahaan
anggota dewan berpengaruh terhadap pengetahu- besar cenderung menarik perhatian dan menjadi
an yang dimiliki. Meskipun bukan menjadi suatu sorotan publik, sehingga akan mendorong peru-
keharusan bagi seseorang yang akan masuk dunia sahaan tersebut untuk menerapkan struktur
bisnis untuk berpendidikan bisnis, akan lebih baik corporate governance yang lebih baik (Durnev dan
jika anggota dewan memiliki latar belakang pen- Kim sebagaimana dikutip oleh Darmawati et al.
didikan bisnis dan ekonomi. Dengan memiliki 2006). Di sisi lain, Klapper dan Love (Darmawati et
pengetahuan bisnis dan ekonomi yang ada, al. 2006) menyatakan bahwa perusahaan kecil
setidaknya anggota dewan memiliki kemampuan memiliki kesempatan bertumbuh yang lebih baik
lebih baik untuk mengelola bisnis dan mengambil sehingga akan membutuhkan dana eksternal yang
keputusan bisnis daripada tidak memiliki pengeta- lebih besar, yang pada akhirnya ada kebutuhan
huan bisnis dan ekonomi. Pada akhirnya hal ini mekanisme corporate governance yang baik. Oleh
akan mempengaruhi nilai perusahaan. Bray dan karena itu dalam penelitian ini, ukuran dewan dan
Howard serta Golan sebagaimana dikutip oleh ukuran perusahaan diduga mempengaruhi hu-
Santrock (1995) menyatakan bahwa pendidikan bungan board diversity terhadap nilai perusahaan.
universitas membantu seseorang dalam kemajuan Sehingga, kerangka penelitian dapat diringkas
karirnya, di mana seseorang berpendidikan tinggi dalam model penelitian sebagai berikut:
akan memiliki jenjang karir lebih tinggi dan lebih
cepat.
Namun yang perlu diperhatikan yaitu tidak
hanya hard skill namun juga soft skill. Nurudin
(2004) menyebutkan bahwa penelitian dari
Harvard University di Amerika Serikat mengung-
kapkan bahwa kesuksesan tidak semata-mata
ditentukan oleh pengetahuan dan keterampilan
teknis (hard skill), tetapi oleh keterampilan
mengelola diri dan orang lain (soft skill). Penelitian
ini mengungkapkan, kesuksesan hanya ditentukan
sekitar 20% dengan hard skill dan sisanya 80%
dengan soft skill. Pemahaman dari istilah hard
Gambar 1. Model Penelitian
skill adalah skill yang dapat menghasilkan sesuatu
sifatnya visible dan immediate. Tidak seperti hard
skill, soft skill bersifat invisible dan tidak segera. METODE PENELITIAN
Soft skill meliputi interaksi dengan kehidupan
orang lain. Contoh soft skill antara lain: kemampu- Sampel penelitian ini adalah perusahaan go
an beradaptasi, komunikasi, kepemimpinan, pe- public yang tercatat dalam Bursa Efek Jakarta
ngambilan keputusan, pemecahan masalah, (BEJ). Sampel diambil berdasarkan metode
conflict resolution (http://www.mail-archive.com). purposive sampling dengan kriteria: (1) Perusaha-
Berdasarkan uraian di atas, hipotesis yang dapat an manufaktur yang telah terdaftar di Bursa Efek
dirumuskan adalah: Jakarta (BEJ) tahun 2005; (2) Perusahaan yang

Jurusan Ekonomi Akuntansi, Fakultas Ekonomi - Universitas Kristen Petra


http://puslit.petra.ac.id/journals/accounting
Kusumastuti: Pengaruh Board Diversity Terhadap Nilai Perusahaan 93

mempublikasikan laporan tahunan pada tahun Variabel independen dalam penelitian ini ada-
2005; dan (3) Perusahaan yang memiliki data-data lah board diversity. Dalam penelitian ini, board
yang dibutuhkan untuk penelitian ini. Berdasar- diversity meliputi persebaran usia, keberadaan
kan kriteria tersebut diperoleh sampel sebanyak 48 wanita dalam jajaran dewan, keberadaan etnis
perusahaan sebagaimana dijabarkan dalam tabel Tionghoa, latar belakang pendidikan, dan proporsi
di bawah ini. outsider dalam dewan. Untuk pengukuran masing-
masing variabel independent: a) Wanita
Tabel 1 Sampel Penelitian (WOMDUM), diukur dengan variabel dummy, di
Kriteria-kriteria yang Jumlah mana 0 menyatakan tidak ada direksi wanita
Digunakan Perusahaan dalam anggota dewan dan 1 menyatakan ada
1. Perusahaan manufaktur yang direksi wanita dalam anggota dewan, b) Etnis
terdaftar di BEJ tahun 2005 146 Tionghoa (MINORITY), diukur dengan variabel
2. Perusahaan yang tidak dummy, di mana 0 menyatakan tidak ada ras
mempublikasikan laporan minoritas keturunan Tionghoa dan 1 menyatakan
tahunan pada tahun 2005 (5) ada ras minoritas keturunan Tionghoa dalam
3. Perusahaan yang tidak anggota dewan, c) Proporsi outside directors
memiliki data-data yang
(OUTSIDER), diukur menggunakan persentase
dibutuhkan untuk penelitian (93)
ini
outsider directors dalam anggota dewan, d) Usia
Jumlah sampel yang dipakai 48 (AGE), diukur menggunakan proposi anggota
dewan yang berusia lebih dari 40 tahun dan e)
Data yang digunakan adalah data sekunder Latar belakang pendidikan (BSTUDY), diukur
yang berasal dari laporan tahunan masing-masing menggunakan proporsi anggota dewan yang
perusahaan yang diperoleh dari Pusat Data FE memiliki latar belakang pendidikan ekonomi dan
UKSW dan website BEJ (www.jsx.co.id), serta data- bisnis.
data keuangan untuk tujuan penghitungan Tobin’s Variabel kontrol yang digunakan dalam
penelitian ini sebagaimana yang digunakan dalam
Q yang dapat diperoleh dari Indonesian Capital
penelitian Carter et al. (2003), yaitu: a) Ukuran
Market Directory (ICMD) tahun 2006.
dewan (board size/BSIZE), diukur dengan jumlah
Variabel dependen dalam penelitian ini yaitu
anggota dewan dan b) Ukuran perusahaan (firm
nilai perusahaan yang diukur dengan mengguna-
size/FSIZE), diukur dengan logaritma natural dari
kan rasio Tobin’s Q. Chong dan López-de-Silanes
total asset perusahaan.
(2006), dan Darmawati et al. (2004) menggunakan Pengujian hipotesis menggunakan analisis
Tobin’s Q sebagai proksi dari nilai perusahaan. regresi berganda dengan formula sebagai berikut :
Rasio Tobin’s Q didefinisikan sebagai nilai pasar
dari ekuitas ditambah dengan total kewajiban dan TOBIN = a + b1WOMDUM + b2MINORITY +
kemudian dibagi dengan total aktivanya (Chong b3OUTSIDER + b4AGE + b5BSTUDY+
dan López-de-Silanes 2006). Rasio Tobin’s Q yang b6BSIZE + b7FSIZE +e
digunakan dalam penelitian ini sejalan dengan Dimana:
penelitian Darmawati et al. (2004) yang dihitung TOBIN = Tobin’s Q / Nilai Perusahaan
dengan rumus : WOMDUM = Keberadaan direksi wanita
TOBIN = (MVE + DEBT)/TA MINORITY = Keberadaan etnis Tionghoa
MVE = P x Qshares OUTSIDER = Proportion of Outsider/Proporsi out-
DEBT = (CL – CA) + INV + LTL sider
AGE = Proporsi anggota dewan yang beru-
Dimana :
sia > 40 tahun
MVE : Nilai pasar dari jumlah lembar saham
BSTUDY = Background Study/Latar belakang
beredar
Pendidikan
DEBT : Nilai total kewajiban perusahaan
BSIZE = Board Size/Ukuran dewan direksi
TA : Nilai buku dari total aktiva perusa-
FSIZE = Firm Size/Ukuran perusahaan
haan a = Konstanta
P : Harga saham penutupan akhir tahun bi = Koefisien regresi
Qshares : Jumlah saham beredar akhir tahun e = Error
CL : Kewajiban jangka pendek
CA : Aktiva lancar Uji statistik t digunakan untuk menunjukkan
INV : Nilai buku persediaan seberapa jauh pengaruh setiap variabel independen
LTL : Kewajiban jangka panjang secara individual dalam menerangkan variasi
variabel dependen (Ghozali 2005). Dengan meng-

Jurusan Ekonomi Akuntansi, Fakultas Ekonomi - Universitas Kristen Petra


http://puslit.petra.ac.id/journals/accounting
94 JURNAL AKUNTANSI DAN KEUANGAN, VOL. 9, NO. 2, NOPEMBER 2007: 88-98

gunakan tingkat signifikansi 10%, maka hipotesis Untuk variabel usia (AGE), rata-rata 87,03%
statistik sebagai berikut: menunjukkan bahwa sebagian besar perusahaan
H0 : bi = 0 dan Ha : bi ≠ 0 sampel beranggotakan dewan yang berusia lebih
dari 40 tahun. Terdapat 18 perusahaan sampel di
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN mana semua anggota dewannya berusia lebih dari
40 tahun. Hal ini menunjukkan bahwa pengam-
Deskripsi secara umum data-data penelitian bilan keputusan pada perusahaan sampel didomi-
pada masing-masing variabel yang digunakan nasi oleh kaum tua, di mana kaum tua tetap dalam
dalam penelitian ini dapat dilihat dalam tabel 2. posisi yang dihormati (Kuntjoro 2002).
Dilihat dari latar belakang pendidikan ekono-
Tabel 2. Ringkasan Statistik Deskriptif Data Pene- mi dan bisnis (BSTUDY), ada 41,21% anggota
litian dewan dalam perusahaan sampel yang memiliki
Std. berlatar belakang pendidikan ekonomi dan bisnis.
Variabel Minimum Maximum Mean
Deviation Namun ada satu perusahaan sampel yang keang-
TOBIN 0.13 8.59 1.1244 1.45993 gotaan dewannya sama sekali tidak memiliki latar
OUTSIDER 0 0.33 0.1407 0.09545 belakang pendidikan ekonomi dan bisnis. Nilai
AGE 0.56 1 0.8703 0.13244
BSTUDY 0 0.83 0.4121 0.20501 rata-rata tersebut menunjukkan bahwa anggota
BSIZE 5 20 8.71 3.115 dewan yang berlatar belakang pendidikan ekonomi
FSIZE 10.44 13.71 11.8436 0.65556 dan bisnis menjadi hal yang cukup penting dalam
Keberadaan Keberadaan Etnis
perusahaan.
Keterangan Wanita Tionghoa Untuk ukuran dewan (BSIZE), rata-rata peru-
Frekuensi % Frekuensi % sahaan sampel memiliki dewan sebanyak 8-9
Tidak ada (0) 26 54 9 19 orang. PT. Indah Kiat Pulp & Paper memiliki
Ada (1) 22 46 39 81
jumlah anggota dewan terbanyak di antara
Total 48 100 48 100
perusahaan-perusahaan sampel, yaitu sebanyak 20
orang. Pada variabel ukuran perusahaan (FSIZE),
Berdasarkan data yang tersaji pada tabel di
rata-rata perusahaan sampel memiliki ukuran
atas, maka dapat dilihat rata-rata Tobin’s Q
perusahaan yang tidak jauh berbeda, hal ini
bernilai 1,1244 yang berarti rata-rata perusahaan
terlihat dari standar deviasi yang sebesar 0,66.
sampel memiliki nilai pasar yang lebih besar
Rendahnya jumlah wanita di Indonesia yang
dibandingkan dengan nilai tercatat yang dilihat
bekerja dalam posisi kepemimpinan juga terlihat
dari aktiva perusahaan. Dari keseluruhan perusa-
dari tabel di atas yang menggambarkan statistik
haan sampel, terdapat 35 perusahaan yang memi-
deskriptif untuk keberadaan wanita dalam dewan
liki nilai Tobin’s Q di bawah nilai rata-ratanya dan
direksi. Dari 48 perusahaan sampel, sebanyak 26
13 perusahaan memiliki nilai Tobin’s Q di atas
perusahaan atau 54% tidak memiliki anggota
rata-rata. Ini berarti sebesar 72,92% perusahaam
dewan yang berjenis kelamin wanita, sedangkan
sampel memiliki nilai pasar yang lebih kecil dari
46% perusahaan sampel memiliki anggota dewan
nilai yang tercatat dalam aktiva perusahaan. Hal
yang berjenis kelamin wanita. Dari 22 perusahaan
ini memungkinkan pasar akan menilai perusahaan
yang memiliki anggota dewan yang berjenis
terlalu rendah (undervalued). Atau dengan kata
kelamin wanita, jumlah terbanyak hanya 2 orang
lain, adanya penilaian undervalued terhadap peru-
dan hanya terdapat di 6 perusahaan.
sahaan karena biaya penggantian aktiva perusa-
Keberadaan etnis Tionghoa dalam bisnis me-
haan lebih tinggi dari harga sahamnya. Sehingga
mang menjadikan suatu fenomena tersendiri.
akan mengimplikasikan harga saham perusahaan
Sebanyak 81% atau 39 perusahaan dari 48
pun menjadi undervalued (http://en.wikipedia.org).
perusahaan sampel memiliki anggota dewan yang
Untuk proporsi outsider director (OUTSIDER),
berasal dari etnis Tionghoa, dan hanya 9
ada 11 perusahaan sampel tidak memiliki anggota
perusahaan yang tidak memiliki anggota dewan
dewan yang merupakan outsider directors. Jika
yang berasal dari Etnis Tionghoa. Ini menun-
dilihat dari nilai rata-ratanya, dapat dikatakan
jukkan bahwa keberadaan etnis Tionghoa dalam
bahwa proporsi outsider directors pada perusahaan
anggota dewan tinggi.
sampel masih rendah yaitu hanya sebesar 14,07%.
Untuk dapat memperoleh model regresi yang
Hal ini masih perlu diperhatikan karena menurut
baik, data harus lolos uji asumsi klasik yang
Surya dan Yustiavandana (2006), berdasarkan
meliputi normalitas, multikolinearitas, heterokeda-
rekomendasi Code for Good Corporate Governance
stisitas, dan autokorelasi (Ghozali 2005). Penelitian
menganjurkan bahwa paling sedikit 20% dari
hanya menggunakan periode satu tahun, sehingga
anggota dewan komisaris maupun dewan direksi
uji autokorelasi tidak dilakukan. Hasil uji multi-
adalah anggota independen.
kolinearitas menunjukkan data bebas dari gejala
Jurusan Ekonomi Akuntansi, Fakultas Ekonomi - Universitas Kristen Petra
http://puslit.petra.ac.id/journals/accounting
Kusumastuti: Pengaruh Board Diversity Terhadap Nilai Perusahaan 95

multikolinearitas, di mana semua variabel indepen- tidak dapat memberikan prediksi yang jelas
den yang dipakai dalam penelitian ini memiliki mengenai kaitan antara board diversity dengan
nilai tolerance > 0,10 atau VIF < 10. Hasil uji nilai perusahaan.
normalitas dengan One Sample Kolmogorov Berdasarkan tabel tersebut, secara parsial
Smirnov Test bahwa asumsi normalitas terpenuhi, ditemukan variabel keberadaan etnis Tionghoa
di mana signifikansi yang diperoleh untuk distri- dalam anggota dewan (MINORITY) terbukti mem-
busi variabel pengganggu atau residual lebih dari pengaruhi nilai perusahaan yang diukur dengan
0,05. Demikian halnya hasil uji heteroskedastisitas rasio Tobin’s Q secara statistik signifikan, dengan
dengan grafik scatterplot, terlihat bahwa titik-titik demikian H2 diterima. Adanya pengaruh negatif
menyebar baik di atas maupun di bawah nilai 0 keberadaan etnis Tionghoa terhadap nilai perusa-
pada sumbu mendatar, sehingga tidak terjadi haan menjadikan sesuatu hal yang menarik untuk
masalah heterokedastisitas. Output uji asumsi disimak. Hal ini berkaitan dengan anggapan
klasik ini dapat dilihat dalam lampiran. Oleh bahwa warga keturunan etnis Tionghoa sering
karena itu dapat disimpulkan bahwa model regresi dianggap berhasil dalam menjalankan bisnis.
yang digunakan dalam penelitian ini lolos uji Namun menurut Sugiyono (2007), tidak ada teori
asumsi klasik. cukup sahih yang bisa menunjukkan dengan pasti
Tabel di bawah ini merupakan ringkasan apa yang membuat etnis Tionghoa sukses dalam
pengujian yang dilakukan terhadap keenam hipo- bisnis. Pengaruh negatif antara keberadaan etnis
tesis yang telah disebutkan sebelumnya. Tionghoa dengan nilai perusahaan karena
sebagian besar perusahaan yang memiliki anggota
Tabel 3. Ringkasan Hasil Regresi dewan etnis Tionghoa, merupakan perusahaan
Variabel Koefisien t-value p-value keluarga, di mana anggota dewan adalah anggota
(Constant) 3.514 0.770 0.446 keluarga sendiri. Jadi, perusahaan merekrut
orang-orang yang masih merupakan saudara
WOMDUM 0.195 0.463 0.646
dengan alasan supaya perusahaan tetap berada di
MINORITY -1.522 -2.928 0.006
bawah kekuasaan keluarganya sendiri.
OUTSIDER 1.788 0.778 0.441
Surya dan Yustiavandana (2006) berpendapat
AGE 2.217 1.413 0.165
bahwa perusahaan di Indonesia memiliki karakte-
BSTUDY -0.512 -0.491 0.626 ristik yang tidak berbeda dengan perusahaan di
BSIZE 9.192E-02 1.019 0.314 Asia pada umumnya, yaitu secara historis dan
FSIZE -0.339 -1.840 0.406 sosiologis merupakan perusahaan yang dimiliki
R2 = 0.251; Adjusted R2 =0.120; F = 1.912; Sig. (F) = atau dikontrol keluarga. Walaupun perusahaan
0.093 tumbuh menjadi perusahaan publik, namun kon-
trol oleh keluarga masih signifikan. Merekrut
Berdasarkan tabel 3, terlihat bahwa secara anggota dewan dari etnis Tionghoa bukan untuk
simultan, variabel-variabel independen yang digu- menciptakan penambahan nilai perusahaan
nakan dalam penelitian ini yaitu keberadaan namun lebih disebabkan unsur kekeluargaan. Hal
wanita dalam dewan, keberadaan etnis Tionghoa tersebut sesuai dengan karakteristik budaya
dalam dewan, proporsi outside directors, usia Tionghoa menurut Bjerke (2000) seperti dikutip
dewan direksi, serta latar belakang pendidikan oleh Setyawan (2005) yaitu kekuasaaan dan auto-
ekonomi dan bisnis, secara bersama-sama berpe- krasi, kekeluargaan, jaringan relasi, harga diri dan
ngaruh terhadap Tobin’s Q. Ini terlihat dari tingkat wibawa, serta fleksibel dan bertahan hidup. Hal ini
signifikansi uji F kurang dari 10%. Hasil penelitian tidak sejalan dengan hasil penelitian Carter et al.
ini sejalan dengan pendapat Cox dan Blake (1991) (2003) yang menyatakan bahwa proporsi minoritas
serta Robinson dan Dechant (1997) dalam Carter et dalam dewan memberikan pengaruh yang positif
al. (2003) bahwa persebaran dalam dewan board terhadap nilai perusahaan.
diversity dipercaya memberikan pengaruh ter- Variabel independen lainnya yaitu keberadaan
hadap nilai perusahaan. wanita, keberadaan etnis Tionghoa, usia anggota
Variasi variabel-variabel yang digunakan da- dewan, serta latar belakang pendidikan ekonomi
lam model penelitian dapat memberikan penje- dan bisnis, secara statistik ditemukan tidak
lasan terhadap variasi variabel dependen sebesar berpengaruh terhadap nilai perusahaan, dengan
12% (adjusted R2), sedangkan sisanya yaitu 88% demikian H1, H3, H4 dan H5 ditolak. Variabel
dijelaskan oleh variabel-variabel lain di luar model. kontrol, yaitu ukuran dewan (BSIZE) dan ukuran
Penemuan tersebut sejalan dengan pendapat perusahaan (FSIZE) terbukti secara statistik tidak
Hermalin dan Weisbach (2000) seperti dikutip oleh berpengaruh terhadap nilai perusahaan.
Carter et al. (2003) yang memberikan suatu pokok Tidak adanya pengaruh keberadaan wanita
penting, di mana agency theory secara sederhana dalam dewan (WOMDUM) terhadap nilai perusa-

Jurusan Ekonomi Akuntansi, Fakultas Ekonomi - Universitas Kristen Petra


http://puslit.petra.ac.id/journals/accounting
96 JURNAL AKUNTANSI DAN KEUANGAN, VOL. 9, NO. 2, NOPEMBER 2007: 88-98

haan, diduga karena wanita kurang menyukai pendapat Arman (2006) bahwa ukuran lama atau
risiko daripada pria, sehingga wanita memiliki tidaknya (senioritas) memang ukuran yang bias
persentase yang rendah dalam beberapa jabatan karena bisa jadi seseorang sudah lama di perusa-
daripada pria (Charness dan Gneezy 2004). Selain haan tetapi tidak memberikan kontribusi yang
itu, Indonesia menganut sistem kekerabatan berarti bagi kemajuan perusahaan.
patrilineal (garis keturunan ayah) dimana bapak Proporsi anggota dewan yang memiliki latar
memegang kontrol (kendali) atas seluruh anggota belakang bisnis dan ekonomi (BSTUDY) ditemu-
keluarga, kepemilikan barang, sumber pendapatan kan tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan
yang diukur dengan rasio Tobin’s Q. Tidak adanya
dan pemegang keputusan utama (http://id.wiki-
pengaruh tersebut dikarenakan dalam penelitian
pedia.org). Hasil ini tidak sesuai dengan penelitian
ini hanya mendefinisikan latar belakang pendi-
Carter et al (2003) yang menemukan bahwa dikan secara spesifik pada ekonomi dan bisnis. Ada
perusahaan dengan anggota dewan wanita yang kemungkinan latar belakang pendidikan anggota
tinggi (2 orang atau lebih) memiliki nilai dewan yang sesuai dengan jenis usaha perusahaan
perusahaan, yang diproksikan dengan rasio Tobin’s yang dapat menunjang kelangsungan bisnis peru-
Q, lebih tinggi daripada perusahaan yang memiliki sahaan lebih diperlukan. Sehingga dalam hal ini
jumlah anggota dewan wanita kurang dari dua anggota dewan yang memiliki latar belakang pen-
orang. didikan yang diistilahkan dengan “disiplin ilmu”
Variabel proporsi outside directors (OUTSI- diperlukan dalam menjalankan bisnis perusahaan.
DER) ditemukan secara statistik tidak mempe- Selain itu adanya kebutuhan akan soft skill dalam
ngaruhi nilai perusahaan. Menurut Surya dan menjalankan bisnis, sedangkan pendidikan yang
Yustiavandana (2006), berdasarkan rekomendasi diperoleh di bangku sekolah merupakan pendi-
Code for Good Corporate Governance menganjur- dikan hard skill. Penelitian dari Harvard Univer-
kan bahwa paling sedikit 20% dari anggota dewan sity di Amerika Serikat mengungkapkan, kesuk-
komisaris maupun dewan direksi adalah anggota sesan hanya ditentukan sekitar 20% dengan hard
independen. Dari statistik deskriptif dapat dilihat skill dan sisanya 80% dengan soft skill (Nurudin
bahwa rata-rata outside directors pada perusahaan 2004).
sampel adalah sebesar 14,07% dimana jumlah Variabel ukuran dewan (BSIZE) dan ukuran
tersebut dapat dikatakan rendah karena kurang perusahaan sebagai variabel kontrol juag ditemu-
dari jumlah yang direkomendasikan Code for Good kan tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan.
Corporate Governance. Rendahnya kesadaran emi- Hasil penelitian yang membahas tentang ukuran
ten untuk menerapkan aturan board governance dewan direksi dan ukuran perusahaan ini masih
karena aturan tersebut bersifat himbauan dan belum konsisten. Menurut Pfefer (1973) serta
tidak adanya sanksi yang tegas dari pihak regu- Pearce dan Zahra (1992), peningkatan ukuran dan
lator (Nuryanah 2004). Hal menarik dapat dilihat diversitas dari dewan direksi akan memberikan
berkaitan dengan independensi, yaitu bahwa manfaat bagi perusahaan, namun Yermack (1996)
terdapat fenomena di Indonesia yang memberikan dan Eisenbarg et al. (1998) sebagaimana dikutip
jabatan komisaris kepada seseorang bukan ber- oleh Faizal (2004) dalam penelitiannya menemu-
dasarkan kompetensi dan profesionalisme namun kan bahwa jumlah direksi yang kecil akan mening-
sebagai penghormatan atau penghargaan. Sehing- katkan kinerja perusahaan.
ga dapat dikatakan pemilihan komisaris di Indo- Hasil penelitian ini juga sejalan dengan Dar-
nesia kurang mempertimbangkan integritas serta mawati et al. (2004) yang menyatakan bahwa
kompetensi (Surya dan Yustiavandana 2006). pengaruh ukuran perusahaan terhadap corporate
Variabel usia anggota dewan (AGE) juga dite- governance masih belum jelas arahnya. Perusaha-
mukan tidak mempengaruhi nilai perusahaan. an besar dapat memiliki masalah keagenan yang
Berkaitan dengan tidak adanya pengaruh usia lebih besar sehingga membutuhkan corporate
terhadap nilai perusahaan diduga semakin tua governance yang lebih baik (Durnev dan Kim
seseorang, semakin banyak masalah kesehatan sebagaimana dikutip oleh Darmawati et al. 2006).
yang dihadapi, yang pada akhirnya akan menye- Pada sisi yang lain, Klapper dan Love (Darmawati
babkan penurunan kemampuan intelektualnya et al. 2006) menyatakan bahwa perusahaan kecil
(Siegler & Costa dalam Prasetyaningrum 2005). bisa memiliki kesempatan bertumbuh sehingga
Surya dan Yustiavandana (2006) menyatakan bah- membutuhkan dana eksternal yang kemudian
wa terdapat fenomena di Indonesia, di mana berimbas pada kebutuhan mekanisme corporate
pemberian jabatan komisaris kepada seseorang governance yang lebih baik.
bukan berdasarkan kompetensi dan profesionalis-
me, namun sebagai penghormatan atau penghar-
gaan. Sehingga dapat dikatakan pemilihan komisa- KESIMPULAN DAN SARAN
ris di Indonesia kurang mempertimbangkan inte-
Berdasarkan hasil penelitian dan analisis yang
gritas serta kompetensi. Birokrasi dan senioritas
telah dijabarkan di atas, maka dapat ditarik
pun masih sangat kental di Indonesia. Seperti
Jurusan Ekonomi Akuntansi, Fakultas Ekonomi - Universitas Kristen Petra
http://puslit.petra.ac.id/journals/accounting
Kusumastuti: Pengaruh Board Diversity Terhadap Nilai Perusahaan 97

kesimpulan bahwa persebaran anggota dewan Crawford, Mary. 2006, Tranformation: Women,
(board diversity) mempengaruhi nilai perusahaan Gender, and Psychology, Mc Graw Hill, New
yang diukur dengan rasio Tobin’s Q. Secara parsial, York.
keberadaan etnis Tionghoa dalam anggota dewan Darmawati, Deni, R.G. Rahayu dan Khomsiyah.
ditemukan berpengaruh negatif terhadap nilai 2004, “Hubungan Corporate Governance dan
perusahaan. Hal ini terkait dengan karakteristik Kinerja Perusahaan”, Simposium Nasonal
etnis Tionghoa yang lebih mengedapankan unsur Akuntansi VII Denpasar Bali.
kekeluargaan dibandingkan dengan nilai perusa-
haan (Bjerke dalam Setyawan 2005). Sementara Dessler, Gary. 1997, Human Resources Manage-
itu variabel lainnya yaitu keberadaan wanita ment, Edisi 7 Jilid 1 terjemahan, PT. Pren-
dalam dewan, proporsi outside directors, usia ang- hallindo, Jakarta.
gota dewan, dan proporsi anggota dewan yang Faizal. 2004, “Analisis Agency Cost, Struktur Kepe-
berlatar belakang pendidikan ekonomi dan bisnis milikan dan Mekanisme Corporate Gover-
secara parsial ditemukan tidak berpengaruh ter- nance”, Simposium Nasonal Akuntansi VII
hadap nilai perusahaan. Denpasar Bali.
Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan,
antara lain (a) Terdapat faktor subjektivitas dalam Ghozali, Imam. 2005, Analisis Multivariate dengan
Program SPSS, Jilid 1, BPFE Universitas
memperoleh data yang berkaitan dengan variabel
Diponegoro, Semarang.
keberadaan etnis Tionghoa dalam anggota dewan,
dan latar belakang pendidikan, di mana peneliti http://id.wikipedia.org/wiki/Matrilineal, 28 Agustus
juga tidak melakukan crosscheck data dengan 2007.
sumber lain seperti website perusahaan; (b) Jumlah
sampel yang dipakai dalam penelitian ini hanya 48 http://www.indonesia.go.id/id/index.php?option=co
m_content&task=view&id=112&Itemid=336,
perusahaan dikarenakan ketidaklengkapan data
5 Agustus 2007.
yang disajikan oleh masing-masing perusahaan.
Penelitian mendatang diharapkan tidak hanya http://www.mail-archive.com/buni@yahoogroups.
menggunakan data dari laporan tahunan perusa- com/msg00199.html, 28 Agustus 2007.
haan namun sumber lainnya, misal website perusa-
http://www.nakertrans.go.id/pusdatinnaker/BPS/Be
haan yang bersangkutan. Untuk lebih dapat
kerja/index_bekerja.php, 1 Juli 2007.
menjelaskan variabel dependen (nilai perusahaan
yang diukur dengan rasio Tobin’s Q), dapat pula Hurlock, Elizabeth B. 1999, Psikologi Perkembang-
memasukkan variabel tambahan seperti struktur an: Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang
kepemilikan, pertemuan tahunan, dan rasio Kehidupan, Penerbit Erlangga, Jakarta.
hutang sehingga hasil yang diperoleh dapat lebih
Kuntjoro, Zainuddin S. 2002, “Pendekatan-pende-
baik.
katan dalam Pelayanan Psikogeriatri“,
http://www.e-psikologi.com/usia/130502.htm,
DAFTAR PUSTAKA 27 Agustus 2007.
Black, B.S, W. Kim, H. Jang, dan K.S. Park. 2002, Matolcsy, Z.P., S. Lim, dan D. Chow. (April 1997),
“Does Corporate Governance Affect Firm “The Value-Relevance of Board Composition
Value? Evidence from Korea”, Finance Work- within Corporate Governance“, http://www.
ing Paper No.103/2005, http://www.ssrn.com, ssrn.com.
8 Mei 2007.
Nurudin. 2004, “Menggugat Pendidikan Hard
Carter, David A., B.J. Simkins, W.G. Simpson. Skil”, http://www.suaramerdeka.com/harian/
2003, “Corporate Governance, Board Diver- 0410/04/opi04.htm, 28 Agustus 2007.
sity, and Firm Value”, The Financial Review,
No. 38:33 – 53. Pakaryaningsih, E., dan Y.S. Wibowo. (Juli 2006),
“Pengaruh Board System dan Board Compo-
Charness Gary, dan Uri Gneezy. 2004 “Gender sition terhadap Kinerja Perusahaan: Tinjau-
Differences in Financial Risk-Taking”, http:// an terhadap Konsep Agency Theory dan
papers.ssrn.com/sol3/papers.cfm?abstract_id Stewardship Theory dalam Corporate Gover-
=648735. (27 Agustus 2007) nance“, Jurnal Riset Manajemen & Bisnis,
Vol. 1 No. 1
Chong, Alberto, dan Florencio López-de-Silanes,
Juli 2006, “Corporate Governance and Firm Prasetyaningrum, J. 2005, “Fungsi Kognitif Masa
Value in Mexico”, Research Department Dewasa Lanjut“, http://www.ums.ac.id/
Working Paper Series 564. fakultas/psikologi/modules.php?, 1 Septem-
ber 2007.

Jurusan Ekonomi Akuntansi, Fakultas Ekonomi - Universitas Kristen Petra


http://puslit.petra.ac.id/journals/accounting
98 JURNAL AKUNTANSI DAN KEUANGAN, VOL. 9, NO. 2, NOPEMBER 2007: 88-98

Santrock, John W. 1995, Life Span Development: Lampiran


Perkembangan Masa Hidup, edisi 5 jilid II,
Penerbit Erlangga, Jakarta. Tabel Ringkasan Hasil Uji Multikolinearitas

Setianto, Hari. 2002, “Arti Penting Corporate Go- Variabel Tolerance VIF
vernance“, Auditor Internal, April-Juni. WOMDUM 0.886 1.129
MINORITY 0.949 1.053
Setyawan, Surya. 2005, “Konteks Budaya Etnis OUTSIDER 0.830 1.205
Tionghoa dalam Manajemen Sumber Daya AGE 0.924 1.082
Manusia“, Jurnal Manajemen dan Bisnis BSTUDY 0.871 1.148
“BENEFIT”, Vol. 9 No. 2, Desember 2005 : BSIZE 0.506 1.978
164 – 170, BPPE FE UMS. FSIZE 0.570 1.753

Sugiyono. 2007, “Menjawab Stigma, Mewariskan Tabel Hasil Uji Normalitas One-Sample Kolmo-
Tradisi“, http://www.kabarejogja.com/new/ gorov-Smirnov Test
canthing2.html, 14 Juni 2007.
Unstandardized
Surya, Indra dan I. Yustiavandana. 2006, Penerap- Residual
an Good Corporate Governance: Mengesam- N 48
pingkan Hak-hak Istimewa Demi Kelang- Normal Parameters a,b Mean .0000000
sungan Usaha, Penerbit Kencana, Jakarta. Std. Deviation 1.26258934
Most Extreme Differences Absolute .179
Syakhroza, Akhmad. 2003, “Teori Corporate Gover- Positive .179
nance“, Usahawan, No. 08 Tahun XXXII, Negative -.080
Agustus 2003. Kolmogorov-Smirnov Z 1.238
Asymp. Sig. (2-tailed) .093
Utama, Sidharta, dan Cynthia Afriani, (Agustus a Test distribution is Normal.
2005), “Praktek Corporate Governance dan b Calculated from data.
Penciptaan Nilai Perusahaan: Studi Empiris
di BEJ“, Usahawan, No. 8 Tahun XXXIV Grafik Hasil Uji Heterokesdatisitas

Wardhani. 2006, “Mekanisme Corporate Gover- Scatterplot


nance dalam Perusahaan yang Mengalami Dependent Variable: TOBIN
Kesulitan Keuangan (Financial Distressed 5

Firms) “, Simposium Nasonal Akuntansi VII


Regression Studentized Residual

Denpasar Bali. 3

-1

-2
-2 -1 0 1 2 3 4

Regression Standardized Predicted Value

Sumber: Output SPSS 2007

Jurusan Ekonomi Akuntansi, Fakultas Ekonomi - Universitas Kristen Petra


http://puslit.petra.ac.id/journals/accounting

Anda mungkin juga menyukai