Dalam sebuah analisis terhadap kematian ibu di Amerika Serikat pada tahun 1987 dan 2005,
diketahui bahwa kejadian kematian ibu akibat penyakit jantung dan pembuluh darah mengalami
peningkatan presentasi yang paling tinggi, bila dibandingkan dengan kejadian perdarahan dan
preeklampsia yang sebelumnya diketahui menjadi penyebab utama kematian ibu yang justru
secara progresif mengalami penurunan.2
Penelitian tahun 2007 di Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Dr. Kariadi periode 2001-2005
menunjukkan bahwa kematian ibu ketiga disebabkan oleh gagal jantung (21%) setelah infeksi
(29%) dan perdarahan (22,6%).4
Terjadi beberapa perubahan pada sistem kardiovaskuler dan hematologi selama kehamilan,
intrapartum, dan post partum. Saat kehamilan volume darah meningkat hingga 50% diatas
baseline, cardiac output meningkat hingga 30%- 50 % diatas baseline, stroke volume (SV)
meningkat hingga 30% dari baseline, resistensi vaskuler sistemik menurun hingga 20%, dan
terjadi remodelling miokardium sebagai bentuk adaptasi dari perubahan sistem kardiovaskuler
tersebut. 1,5 Perubahan ini dimulai sejak usia kehamilan 5- 8 minggu dan mencapai puncaknya di
akhir trimester kedua. Periode intrapartum maupun post partum merupakan masa yang kritis
dimana kebanyakan kematian terjadi pada periode ini. 1
Pada pasien dengan gangguan jantung sebelumnya, dekompensasi seringkali terjadi pada puncak
perubahan ini, sehingga ibu bisa menunjukkan tanda dan gejala gagal jantung. 1,3,5 Pada ibu yang
sebelumnya tidak memiliki riwayat kelainan jantung struktural, pada periode post- partum sering
terjadi kelainan Peripartum Cardiomyopaty (PPCM).3
Penyakit jantung pada ibu, baik bawaan atau didapat (acquired heart disease) tidak hanya
menjadi faktor risiko kematian ibu, tapi juga menjadi salah satu faktor risiko kematian bayi.
Morbiditas dan mortalitas perinatal meningkat secara bervariasi pada kehamilan dengan penyakit
jantung, terutama dipengaruhi saat dimulainya penyakit, beratnya penyakit, serta umur
kehamilan saat lahir. Adanya gagal jantung dalam kehamilan mengakibatkan tingginya
persalinan prematur, pertumbuan janin terhambat, dan asfiksia kronis intrauterine.4
Penyakit jantung pada kehamilan merupakan kondisi kesehatan yang kompleks, oleh sebab itu
dibutuhkan konseling pra-konsepsi yang baik pada penderita penyakit jantung mengenai risiko
bertambah buruknya penyakit jika penderita hamil sehigga memerlukan manajemen khusus
selama kehamilan dan dikelompokkan pada kehamilan risiko tinggi. 1,3
2. Penilaian Resiko
Penilaian resiko maternal dilakukan menurut klasifikasi risiko yang dimodifikasi menurut
World Health Organization (WHO). Klasifikasi risiko ini mengintegrasikan semua faktor risiko
kardiovaskuler maternal yang ada termasuk penyakit jantung penyerta dan komorbiditas
lainnya.1,2
Tabel 3. Klasifikasi WHO yang dimodifikasi untuk risiko kardiovaskuler maternal1,2
Keterangan :
- WHO kelas I merupakan risiko sangat rendah, dan tindak lanjut kardiologi selama
kehamilan dapat terbatas pada satu atau dua pertemuan.
- WHO kelas II merupakan risiko rendah atau moderat, dan direkomendasikan untuk
tindak lanjut tiap trimester.
- WHO kelas III, terdapat risiko komplikasi yang tinggi, dan peninjauan kardiologi dan
obstetrik berkala direkomendasikan tiap bulan atau tiap dua bulan.
WHO kelas IV perlu disarankan tidak hamil. Tetapi, jika hamil dan tidak menginginkan
terminasi, diperlukan peninjauan tiap bulan ataupun dua bulan.
Berdasarkan risiko mortalitas maternal, maka penyakit jantung pada kehamilan dapat
dikelompokkan menjadi 3 kelompok seperti yang ditunjukkan pada tabel berikut :
3. Komplikasi
3.1 Komplikasi maternal
Siu dkk, mengembangkan klasifikasi NYHA dan membuat skor untuk memperkirakan
kemungkinan terjadinya komplikasi jantung selama kehamilan. Sistem ini dilakukan
berdasarkan analisis prospektif pada 562 ibu hamil dengan penyakit jantung di 13 rumah
sakit pendidikan di Canada.1,2
Tabel 5. Prediktor komplikasi jantung selama kehamilan berdasar pengembangan klasifikasi NYHA 1,2
Risiko kejadian edem pulmo, aritmia, stroke, cardiac arrest, atau cardiac death akan meningkat
bila didapat satu dari keempat faktor tersebut dan bahkan akan lebih berisiko bila ditemukan dua
faktor atau lebih.2
Tabel 6. Resiko kelainan jantung bawaan pada fetus dengan riwata keluarga kelianan jantung bawaan 2
4.1 Diagnosis 1
Sesuai NYHA, poin penting dari proses diagnosis penyakit jantung yang lengkap
meliputi hal-hal sebagai berikut :1,2
Etiologi Apakah terjadi akibat penyakit kongenital,
infeksius, hipertensif, atau iskemik?
Pada semua wanita yang menunjukkan gejala dan tanda adanya penyakit jantung
sebaiknya dilakukan evaluasi menyeluruh tentang status kardiologinya sebelum
kehamilan oleh dokter spesialis kebidanan dan spesialis jantung.1,2 Evaluasi itu antara
lain :
Lesi jantung yang menyertai (fungsi ventrikel, tekanan pulmonal, besarnya lesi
obstruktif, shunt, adanya hipoksemia)
Status fungsional jantung pasien
Kemungkinan bedah korektif maupun paliatif
Faktor risiko tambahan seperti pemakaian antikoagulan dan pemakaian prostetik
Risiko kehamilan yang tergantung pada penyakit jantung spesifik dan status klinis
pasien. Oleh karena itu perlu dijelaskan risiko yang akan terjadi jika akan hamil
atau saat ini dalam kondisi hamil.
Pemberian rekomendasi untuk kontrasepsi, dan masalah kehamilan jika pasien
masih aktif secara seksual.
Harapan hidup dan kemampuan merawat anak
Kemungkinan tatalaksana selama kehamilan
Persalinan disarankan dilakukan di rumah sakit, ditangani bersama oleh dokter ahli
kandungan dan jantung sejak awal kehamilan.1
Klasifikasi resiko penyakit jantung dan kehamilan WHO (Tabel 3) berguna dalam
menilai resiko maternal yang berhubungan dengan berbagai kondisi kardiovaskuler dan
untuk konselling serta perencanaan kehamilan.2
b. Antepartum
Hal-hal yang perlu diperhatikan selama pasien melakukan kunjungan antenatal
antara lain :
Pendekatan multidisiplin
Konfirmasi usia kehamilan berdasarkan HPHT maupun USG
Pemeriksaan ekokardiografi janin dilakukan pada usia kehamilan 20-24 minggu
khususnya pada ibu dengan penyakit jantung kongenital.
Pemeriksaan kesejahteraan janin dilakukan untuk menilai pertumbuhan janin baik
dengan biometri janin, Doppler velocimetry, maupun NST dimulai saat usia
kehamilan 30-34 minggu.
Deteksi dini kelainan yang menyertai misalnya preeklampsia, anemia, hipertiroid,
maupun infeksi.
Perencanaan kapan terminasi kehamilan dan mode of delivery-nya.1
c. Intrapartum
Pada pasien dengan penyakit jantung lebih disarankan untuk melakukan induksi
persalinan. Waktu yang tepat sangatlah individual tergantung pada status jantung
gravida, skor Bishop, kesejahteraan janin dan maturitas paru janin.1,2
2) Induksi persalinan
- Oksitosin dan pecah ketuban buatan diindikasikan jika skor Bishop >5.
- Waktu induksi yang memanjang perlu dihindari jika serviks belum matang.
- Metode-metode mekanik seperti penggunaan kateter Foley lebih baik jika
dibandingkan dengan agen farmakologis, khususnya pada pasien dengan sianosis
dimana adanya penurunan tahanan vaskular sistemik atau tekanan darah akan
sangat merugikan.1
3) Monitor hemodinamik
Secara umum, persalinan sesar dilakukan bila ada indikasi obstetrik. Persalinan
sesar dianjurkan untuk wanita dengan:
- Stenosis aorta berat (AS)
- Bentuk hipertensi pulmonal berat (termasuk sindrom Eisenmenger)
- Gagal jantung akut
- Dipertimbangkan pada pasien dengan prostesis katup jantung mekanik untuk
mencegah masalah dengan persalinan pervaginam yang terencana.
- Sindroma marfan
- Diseski aorta kronik atau akut (Level rekomendasi IIa-C)1
6) Persalinan
7) Pasca persalian
Infus oksitosin i.v lambat (<2 U/menit) diberikan setelah pengeluaran plasenta.
Metilergonovine dikontraindikasikan karena adanya risiko (>10%) vasokonstriksi
dan hipertensi.1
Bantuan berupa pemasangan stoking elastik pada tungkai bawah, dan ambulasi
dini sangat penting untuk mengurangi risiko tromboemboli.1,2
Pemantauan hemodinamik harus dilanjutkan selama minimal 24 jam setelah
melahirkan. Selain itu diperlukan saran yang tepat tentang penggunaan kontrasepsi.1
d. Laktasi
Laktasi dapat berhubungan dengan risiko rendah terjadinya bakteremia sekunder
akibat mastitis. Pada pasien gangguan jantung berat/ simptomatis, perlu dipertimbangan
untuk menyusui menggunakan botol.1
e. Kontrasepsi
Kontrasepsi ideal harus memenuhi kriteria: aman, efektif, dan dapat diterima. Untuk
wanita dengan penyakit jantung, tidak ada kontrasepsi yang benarbenar ideal, karena
risiko terjadinya komplikasi seperti trombosis dan infeksi.1
1) Metode barrier
Kurang ideal karena angka kegagalan yang cukup tinggi.
Dilatasi dan evakuasi adalah prosedur yang paling aman pada trimester pertama dan
kedua. Dapat pula digunakan prostaglandin E1 atau E2, atau misoprostol untuk
mengeluarkan konsepsi.
Trimester pertama adalah waktu yang paling aman untuk terminasi kehamilan elektif dan harus
dilakukan di rumah sakit. Selain itu perlu juga perhatian pada anestesi dan disesuaikan untuk tiap
individu.1